Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

MEWARNAI GAMBAR

KELOMPOK III 

1.   INDRA BAGUS PUTRA 

2.   LALU EKA HERMAWANSYAH 

3.   MUH. DIKI WARDIANTO 

4 NIHLA ANGGRAENI 

5.   NURWAHYULLAH 

6.   RAHMAT YOGI HARDADI 

7.   RINA MARDHIANA 

8.   RINA MARSA AMANDA 

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM  
2017 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan

kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan PROPOSAL TERAPI
BERMAIN ANAK MEWARNAI GAMBAR ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Keperawatan Anak. 
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
 pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan Proposal Terapi
Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung. 

Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.

Mataram, november 2017 


BAB

I PENDAHULUAN 

1.1 LATAR BELAKANG 

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal.

Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan,

namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan

mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,

sedih,
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena

menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan

 permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan

melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di

rumah sakit pada

 prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain

sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan

dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong,

2009). 

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia toddler (1-3

tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan

sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan

mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat

menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi

salah satu media bagi

 perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak. 

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu
yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk

menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat

 pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan

akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara

mewarnai gambar
1.2 TUJUAN 

1.   TUJUAN UMUM 

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada

anak. 2.  TUJUAN KHUSUS 

1.   Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan. 

2.   Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan dirawat 

3.   Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak. 

4.   Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan. 

5.   Untuk menambah pengetahuan mengenali


warna. 6.  Untuk mengembangkan imajinasi pada
anak. 
BAB III LAMPIRAN

TEORI 

2.1 PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak
yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan
ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat
besar
 pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. 

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk


memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Erlita, 2006).
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan
ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri
untuk
 berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara
untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. 
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah
tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak,
terapi
 bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting
untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (
 Nursalam, 2005). 
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi
dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim, 2010). 

2.2 KATEGORI BERMAIN

1.   Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak

sendiri. Contoh: bermain sepak bola. 

2.   Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan

aktivitas (hanya melihat) 

Contoh: Memberikan support. 

2.3 CIRI-CIRI BERMAIN

1.   Selalu bermain dengan sesuatu atau benda 

2.   Selalu ada timbal balik

interaksi 3.  Selalu dinamis 

4.   Ada aturan tertentu 

5.   Menuntut ruangan tertentu 


  2.4 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI

1.   Social affective play 

Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam

 bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,

dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan. 

2.   Sense of pleasure play 

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan

bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir. 

3.   Skill play 

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda. 

4.   Dramatika play role play 

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu. 

2.5 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL

1.   Solitary play 

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang

 bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.  

2.   Paralel play 

Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai

mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak

saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.  


Contoh : bermain

balok  3.  Asosiatif

play 

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi

 belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain

sesukanya. 4. 

Kooperatif play 

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana

dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen. 

2.6 FUNGSI BERMAIN

Anak dapat melangsungkan perkembangannya 

1.   PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK  


Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih

 pensil. 

2.   PERKEMBANGAN KOGNITIF 

Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk

kegunaan). 3. 

KREATIFITAS 

Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok. 

4.   PERKEMBANGAN SOSIAL 

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam

kelompok. 

5.   KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS) 

Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain. 
6.   PERKEMBANGAN MORAL 

Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan

dengan aturan kelompok. 

Contoh : dapat menerapkan

kejujuran 7. 

TERAPI 

Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,

misalnya : marah, takut, benci. 

8.  KOMUNIKASI 

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan

 
secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1.   Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan 

2.   Status kesehatan, anak sakit   perkembangan psikomotor kognitif

terganggu 3.  Jenis kelamin 

4.   Lingkungan  lokasi, negara, kultur  

5.   Alat permainan  senang dapat

menggunakan 6.  Intelegensia dan status

sosial ekonomi 

2.8 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1.   Tahap eksplorasi 

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain 


2.   Tahap permainan 

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap

permainan 3. 

Tahap bermain sungguhan 

Anak sudah ikut dalam permainan 

4.  Tahap melamun 

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya. 

2.9 TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA

TOODLER (1-3 TAHUN)

1.   Tahap Pertumbuhan 

Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 :

2 Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm 

: Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77 

2.   Tahap Perkembangan 

a.  Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud : 

 Fase anal (1 –  3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi

sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik

(cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik. 

Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa

meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas,

bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain. 

 b.  Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson : 

Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt 


Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan

keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,

menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu. 

c.  Stimulasi dan perkembangan

anak  a) Anak umur 12 – 18 bulan :

-  Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil dengan jari

telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak

tumpah. 

-  Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak melempar dan

menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut

namanama bagian tubuh, memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri. 

 b) Anak umur 18-24 bulan: 

-  Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan alat tulis,

menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru melakukan pekerjaan

rumah tangga. 

-  Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak menggambar

 bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak mengikuti perintah sederhana,

melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu. 

Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak

bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya

untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,

spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam

aktivitas bermiannya.
Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di

 bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan

keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan

menimbulkan perlukaan. 

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “sollitary play

dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan

 permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun

sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah

dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena

kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan

adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda

macam-macam. 

2.10 BERMAIN DI RUMAH SAKIT

A. TUJUAN 

1.   Melanjutkan tugas kembang selama perawatan 

2.   Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang

tepat 3.  Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau

dirawat 

B. PRINSIP 

1.   Tidak banyak energi, singkat dan sederhana 

2.   Mempertimbangkan keamanan dan infeksi

silang 3.  Kelompok umur sama 


4.  Melibatkan keluarga/orangtua 

C.   UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN 

1.   Lakukan saat tindakan keperawatan 

2.   Sengaja mencari kesempatan khusus 


D.   BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 

1.   Alat bermain 

2.   Tempat bermain 

E.   PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH 

1.   Faktor pendukung 

 
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga
2.   Faktor penghambat 

Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain 

2.11 BERMAIN MEWARNAI GAMBAR  

a.  Definisi 

Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan

sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar

merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta

meningkatkan komunikasi pada anak. 

 b.  Manfaat 

1)   Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat

terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”). 


2)   Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,

mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus. 

3)   Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media

kertas gambar dan crayon. 

4)   Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk

 berkomunikasi, tanpa menggunakan kata. 

5)   Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi,

karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative. 

6)   Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi

emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.  

7)   Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode

penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit. 
PREPLANING PROGRAM

BERMAIN PADA ANAK USIA 1-3

TAHUN 

DI DUSUN CENGOK DESA SESELA LOMBOK BARAT 

1.   Judul : Terapi bermain “mewarnai gambar” 

∑ Alasan : Terapi bermain “mewarnai gambar” judul ini dipilih kelompok untuk menambah

 pengetahuan mengenali warna, dan mengembangkan imajinasi pada anak.  

2.   Karakteristik permainan : Anak dibimbing untuk mewarnai sebuah pola yang disediakan

dengan warna pilihnnya sendiri.

3.   Sasaran : 

1)   Anak usia toddler (1-3 tahun) 

2)   Anak yang dirawat di ruang Bakung 

3)   Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi

 proses terapi bermain 

4)   Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai

selesai 5)  Anak yang dapat memegang crayon 

6)  Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar  

4.   Tujuan :

TUJUAN UMUM 
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada
anak. TUJUAN KHUSUS 
∑ Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.  

∑  Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan
dirawat 

∑ Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.


∑ Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.  

∑ Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.  

∑ Untuk mengembangkan imajinasi pada

anak. 5. 

Waktu Pelaksanaan : 

∑ Hari/Tanggal : 

∑ Pukul : 

∑ Tempat :

6.  Strategi bermain 


 No.  Waktu  Kegiatan  Peserta 

1.  10 menit  Pra kegiatan : 

Memfasilitasi media terapi bermain 

Mempersiapkan anggota terapi


 bermain Mempersiapkan peserta 

2  5 menit  Pembukaan : 

Membuka kegiatan dengan


enjawab salam 
mengucapkan salam. 

Memperkenalkan diri 

Menjelaskan tujuan dari terapi


endengarkan 
 bermain 
emperhatikan
Kontrak waktu anak dan orang tua 

emperhatikan 

2.  15 menit  Kegiatan bermain : 

Menjelaskan tata cara pelaksanaan


emperhatikan 

terapi bermain mewarnai kepada anak  

Memberikan kesempatan kepada anak

untuk bertanya jika belum jelas 


Bingung 
Membagikan kertas bergambar dan

 pensil warna. 

Fasilitator mendampingi anak dan


ntusias saat
memberikan motivasi kepada anak  
menerima peralatan 
Menanyakan kepada anak apakah
emulai untuk
telah selesai mewarnai gambar  
mewarnai gambar  
Memberitahu anak bahwa waktu yang
Menjawab
diberikan telah selesai 
 pertanyaan 
Memberikan pujian terhadap anak

yang mampu mewarnai gambar


endengarkan 
sampai selesai 
emperhatikan 
3.  10 menit  Kegiatan penutup:  enceritakan 

Memotivasi anak untuk menyebutkan

apa yang diwarnai 

Mengumumkan nama anak yang dapat


mewarnai dengan baik contoh: Membagikan reward kepada seluruh
 peserta  Gembira 

4.  5 menit  Terminasi: 

Memberikan motivasi dan pujian emperhatikan 

kepada seluruh anak yang telah

mengikuti program terapi bermain 


Mendengarkan 
Mengucapkan terima kasih kepada

anak dan orang tua 


Menjawab salam 
Mengucapkan salam penutup 

8. Analisa tugas 
a.  Anak dibimbing memberi warna sesuai gambar yang tersedia sesuai dengan kemampuan

anak masing-masing.

 b.  Anak dibimbing memilih warna sesuai warna kesukaannya sendiri. 

   
c. Anak dilatih untuk mewarnai gambar sesuai garis pola yang tersedia.
d.  Kriteria Penilaian: 

∑ Berhasil bila anak mewarnai dengan 5 warna yang berbeda (nilai 100).  

∑ Anak mewarnai dengan 3 warna yang berbeda (75).  

∑ Anak mewarnai dengan 2 warna (50).  

∑ Anak tidak memberi warna pada gambar yang tersedia (0). 9.

Aspek kognitif  

a.  Pengetahuan atau hafalan anak tentang warna,missal daun berwarna hijau. 

 b.  Pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar

bunga. c. 

Penerapan anak member warna hijau pada daun. 10. Aspek psikomotor  

a.  Motorik halus 

Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar

 bunga. 

 b.  Motorik kasar  

Anak dibimbing untuk mewarnai gambar

berpola. Hasilnya dapat diukur melalui 


1.  Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.  2. 

Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.  

11. Aspek afektif  
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing. 12. Aspek

sosial

Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan

pembimbing. 13. Perkiraan hambatan : 

a)  Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan 

 b)  Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain 

14.  Antisipasi hambatan/masalah 

1.   Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi) 

2.   Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.  

15.  Pengorganisasian

1)  Pembimbing Pendidikan : Sugiyarto,

S.Kep 2) 

Pembimbing Ruangan : Sri Gunarni,

S.Kep 3)  Ketua kelompok :

Yanang Febrianto 

Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara dari awal hingga

akhir  

4)   Moderator : Purnaning Sintya K.U 

Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung jawab agar
 berjalan sesuai dengan topic  

5)   Observer : Novita Sulistiyaningrum 

Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi yang direkam dalam
 bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian skala observasi terapi bermain.

6)   Fasilitator : Efryan Jusman dan Agus Purnomo 

Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi bermain dapat

tercapai. 

7)   Anak : anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang Bakung. 

16. Kriteria evaluasi 1.

Evalusi Struktur  

a.  Anak hadir di ruangan minimal 3 orang. 

 b.  Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Bakung lantai

3. c. 

Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya. 

2. Evaluasi Proses 

a.  Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar  

 b.  Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir  

c.  Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar  3.

Kriteria Hasil 

a.  Anak terlihat senang dan gembira 

 b.  Kecemasan anak berkurang 

c.  Mewarnai gambar sesuai dengan contoh 


d.  Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai 

DAFTAR PUSTAKA 

Anonim. ( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :  

Anda mungkin juga menyukai