Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

PUZZLE

NAMA KELOMPOK :

1. EMERENSIANA SUSANA BENGA


2. MARIA GORETY BADU
3. MAGDALENA WIDYASTRY KEY
4. MARTHA A⸳ MOLINA
5. NASRANI WALLU
6. MARSH LEKI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun PROPOSAL TERAPI
BERMAIN ANAK PUZZLE . Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi
tugas profesi yang diberikan pada stase Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori
sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik
dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.

Kupang, 18 Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia
toddler (3 - 6 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia
toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan
warna, oleh karena itu bermain dengan menyusun puzzle menjadi alernatif untuk
mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
anak selama dirawat. Menyusun puzzle dapat menjadi salah satu media bagi
perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat puzzle yang di bongkar kemudian
disusun menjadi sebuah gambar akan membantu anak untuk menggunakan
tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena
sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk
mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi
bermain pada anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
2) Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
3) Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
4) Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
5) Untuk menambah pengetahuan menyusun puzzle
6) Untuk mengembangkan imajinasi pada anak
BAB II
LAMPIRAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BERMAIN


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan
bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan
bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Erlita,
2006). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi
kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan  agar anak dapat
kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan
ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang
memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim,
2010).
2.2 KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas
(hanya melihat). Contoh: Memberikan support.
2.3 CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

2.4 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,
dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2.5 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok

3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.

2.6 FUNGSI BERMAIN


Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih
pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar
dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan
dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya : marah, takut, benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.
2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.9 BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. TUJUAN
1) Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2) Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3) Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. PRINSIP
1) Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2) Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3) Kelompok umur sama
4) Melibatkan keluarga/orangtua
3. UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN
1) Lakukan saat tindakan keperawatan
2) Sengaja mencari kesempatan khusus
4. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1) Alat bermain
2) Tempat bermain
5. PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH
1) Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga
2) Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

2.10 BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


a. Definisi
Menyusun puzzle merupakan proses belajar anak yang dilakukan melalui kegiatan
bermain yang menyenangkan. Untuk merangsang kecerdasan anak, dan melatih
kemampuan dan ketelitian anak tersebut.
Puzzle juga salah satu alat permainan yang bernilai edukatif , selain menyenangkan
bermain puzzle juga dapat meningkatkan keterampilan anak, maka dari itu dibutuhkan
kesabaran dan ketekunan dalam menyusunnya.

b. Manfaat
1. Melatih Konsentrasi Anak
Saat anak mendapatkan puzzle yang sesuai usia dan kemampuannya, ia pasti akan
larut dalam permainan sampai berhasil menyelesaikan gambarnya dengan
sempurna. Momen ini merupakan latihan konsentrasi yang sangat baik untuk anak
2. Melatih Keterampilan Motorik Halus
Puzzle merupakan mainan yang sangat baik untuk mengembangkan keterampilan
motorik halus (fine motor skill). Saat anak-anak memainkan potongan-potongan
kecil dari puzzle, itu bermanfaat untuk memperkuat otot-otot jari mereka..
3. Melatih Keterampilan Motorik Kasar
Tak hanya fine motor skill, bermain puzzle juga bermanfaat untuk melatih gross
motor skill atau motorik kasar. Pasalnya, saat bermain puzzle anak-anak perlu
menggerakkan tubuh mereka.Hal itu berguna untuk memperkuat otot-otot anak.
Kemampuan motorik kasar dan halus ini sangat berguna untuk saat si kecil belajar
untuk menulis atau menggengam sendok.

4. Melatih Koordinasi antara Mata dan Tangan


Saat memilih potongan puzzle yang tepat, anak pasti akan melakukan bongkar
pasang beberapa kali. Ia akan memerhatikan gambar yang dibutuhkan, otak pun
akan bekerja membayangkan versi gambar yang utuh dan mengarahkan tangan
untuk mengambil potongan puzzlenya.Proses yang tampak sederhana ini ternyata
berpengaruh besar pada perkembangan anak, termasuk dalam melatih koordinasi
mata dan tangannya.

5. Melatih Daya Ingat


Saat menyusun puzzle, anak akan berusaha mencari potongan yang memiliki
gambar serta warna yang terhubung. Aktivitas itu tentunya membutuhkan daya
ingat si kecil.Anak mesti mengingat potongan puzzle sebelumnya agar bisa
mencari puzzle berikutnya. Hal ini membuat otak si kecil terus aktif. Dengan
begitu ingatan anak akan semakin terlatih jika sering bermain puzzle.
6. Belajar Memecahkan Masalah
Salah satu keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki anak adalah
keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Nah, lewat bermain puzzle,
anak otomatis akan belajar untuk memecahkan masalah sambil bermain.Agar
mendapat manfaat yang optimal dari bermain puzzle, Anda perlu memerhatikan
tingkat kesulitannya. Karena itu, pilihlah puzzle sesuai dengan kemampuan anak.
7. Meningkatkan Kesadaran Terhadap Ruang
Anak-anak butuh melakukan percobaan terlebih dahulu sebelum menyadari
ukuran dari ruang dan benda di sekitarnya. Mereka tidak akan otomatis
mengetahui jarak pendek, panjang, terlalu besar, atau terlalu kecil tanpa benar-
benar mencobanya.Bermain puzzle ternyata bermanfaat untuk melatih kesadaran
spasial ini. Ketika anak berkali-kali membongkar pasang puzzle, anak sedang
berlatih untuk melakukannya juga di dalam kepalanya.

PRE-PLANING PROGRAM BERMAIN


PADA ANAK USIA 3 - 6 TAHUN
DI RUANG GARUDA RSUD SK LERIK KUPANG
1. Judul : Terapi bermain “menyusun puzzle”
Alasan : Terapi bermain “menyusun puzzle” judul ini dipilih kelompok untuk
menambah pengetahuan mengenali cara menyusun puzzle, dan mengembangkan
imajinasi pada anak.
2. Karakteristik permainan : Anak dibimbing untuk menyusun sebuah puzzle yang
dibongkar kemudian disusun kembali menjadi sebuah pola dengan pilihannya sendiri.
3. Sasaran :
1) Anak usia (2 - 6 tahun)
2) Anak yang dirawat di ruang anak garuda
3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain)yangdapat menghalangi
proses terapi bermain
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle
4. Tujuan :
1) Tujuan umum:
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2) Tujuan khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit
dan dirawat
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
e. Untuk menambah pengetahuan menyusun puzzle .
f. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
5. Waktu Pelaksanaan :
1) Hari/Tanggal :
2) Pukul :
3) Tempat: Tempat bermain anak diruang garuda

Setting tempat

Meja

Leader Moderator
 
Peserta & orang
CT/CI tua Observasi

6. Media
1) Puzzle
2) Lembar penilaian
3) Meja

7. Strategi bermain
No. Waktu Kegiatan Peserta
1 10 menit . Pra kegiatan :
Memfasilitasi media terapi bermain
Mempersiapkan anggota terapi
bermain
Mempersiapkan peserta
2 5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan Menjawab
mengucapkan salam. salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari terapi Mendengarkan
bermain Memperhatikan
Kontrak waktu anak dan orang tua
Memperhatikan
3 15 menit Kegiatan bermain :
Menjelaskan tata cara pelaksanaan Memperhatikan
terapi bermain menyusun puzzle
kepada anak Bertanya
Memberikan kesempatan kepada anak
untuk bertanya jika belum jelas Antusias saat
Membagikan puzzle menerima
Fasilitator mendampingi anak dan peralatan
memberikan motivasi kepada anak Memulai untuk
Menanyakan kepada anak apakah mewarnai
telah selesai menyusun puzzle gambar
Memberitahu anak bahwa waktu yang Menjawab
diberikan telah selesai pertanyaan
Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu menyusun puzzle sampai Mendengarkan
selesai Memperhatikan
4 10 menit Kegiatan penutup:
Memotivasi anak untuk menyebutkan Menceritakan
apa yang dia susun di puzzle
Mengumumkan nama anak yang dapat
menyusun puzzle dengan baik.
Membagikan reward kepada seluruh   Gembira
peserta

5 5 menit Terminasi:
Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
Mengucapkan terima kasih kepada Mendengarkan
anak dan orang tua
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

8. Analisa tugas
1) Anak dibimbing menyusun puzzle sesuai pola yang tersedia sesuai dengan
kemampuan anak masing-masing.
2) Anak dibimbing memilih puzzle sesuai kesukaannya sendiri.
3) Anak dilatih untuk menyusun puzzle sesuai pola yang tersedia.

4) Kriteria Penilaian:
a. Berhasil bila anak dapat menyusun puzzle dengan tepat (nilai 100).
b. Anak menyusun 2 pola puzzle yang berbeda (75).
c. Anak tidak mampu menyusun puzzle yang tersedia (0).
9. Aspek kognitif
1) Pengetahuan anak tentang cara penyusunan pola pada puzzle yang tersedia
2) Pemahaman anak tentang gambar pada pola puzzle .contoh: mengerti bahwa itu
gambar boneka
10. Aspek psikomotor
1) Motorik halus
Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu
gambar boneka.
2) Motorik kasar
Anak dibimbing untuk menyusun gambar pada pola puzzle
Hasilnya dapat diukur melalui
a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.
b. Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.
11. Aspek afektif
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.
12. Aspek sosial
Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.
13. Perkiraan hambatan :
1) Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan
2) Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
14. Antisipasi hambatan/masalah
1) Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2) Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.
15. Pengorganisasian
1) Leader :
Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara dari awal
hingga akhir

2) Moderator :
Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung jawab
agar berjalan sesuai dengan topic
3) Observer :
Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi yang
direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian skala observasi
terapi bermain.
4) Fasilitator :
Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi bermain
dapat tercapai.
5) Anak : anak berusia 2 - 6 tahun dirawat di ruang garuda

16. Kriteria evaluasi


1) Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 2 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang garuda
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
2) Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan menyusun puzzle
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk menyusun puzzle

3) Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Menyusun puzzle sesuai dengan pola

DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta: Selemba
Medika.
Kaluas, I., Ismanto, A. Y., & Kundre, R. M. (2015). Perbedaan Terapi BermainPuzzle dan
Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah *3-5 Tahun) Selama
Hospitalisasi di Ruang Anak RS TK. III R. W. Mongosidi Manado. Ejournal
Keperawatan (e-KP). Volume 3, No 2.
Aprina, A., Ardiyansa, N., & Sunarsih, S. (2019). Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6
tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi. Jurnal Kesehatan, 10(2), 291- 297.
Hariyadi, H. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan
Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) di RSUD Dr. Harjono
Kabupaten Ponorogo. 2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN, 9(4), 369-373.
Andriana, D. (2017). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak (2nd ed., p. 162).
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai