PUZZLE
NAMA KELOMPOK :
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun PROPOSAL TERAPI
BERMAIN ANAK PUZZLE . Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi
tugas profesi yang diberikan pada stase Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori
sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik
dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
2) Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
3) Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
4) Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
5) Untuk menambah pengetahuan menyusun puzzle
6) Untuk mengembangkan imajinasi pada anak
BAB II
LAMPIRAN TEORI
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.
b. Manfaat
1. Melatih Konsentrasi Anak
Saat anak mendapatkan puzzle yang sesuai usia dan kemampuannya, ia pasti akan
larut dalam permainan sampai berhasil menyelesaikan gambarnya dengan
sempurna. Momen ini merupakan latihan konsentrasi yang sangat baik untuk anak
2. Melatih Keterampilan Motorik Halus
Puzzle merupakan mainan yang sangat baik untuk mengembangkan keterampilan
motorik halus (fine motor skill). Saat anak-anak memainkan potongan-potongan
kecil dari puzzle, itu bermanfaat untuk memperkuat otot-otot jari mereka..
3. Melatih Keterampilan Motorik Kasar
Tak hanya fine motor skill, bermain puzzle juga bermanfaat untuk melatih gross
motor skill atau motorik kasar. Pasalnya, saat bermain puzzle anak-anak perlu
menggerakkan tubuh mereka.Hal itu berguna untuk memperkuat otot-otot anak.
Kemampuan motorik kasar dan halus ini sangat berguna untuk saat si kecil belajar
untuk menulis atau menggengam sendok.
Setting tempat
Meja
Leader Moderator
Peserta & orang
CT/CI tua Observasi
6. Media
1) Puzzle
2) Lembar penilaian
3) Meja
7. Strategi bermain
No. Waktu Kegiatan Peserta
1 10 menit . Pra kegiatan :
Memfasilitasi media terapi bermain
Mempersiapkan anggota terapi
bermain
Mempersiapkan peserta
2 5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan Menjawab
mengucapkan salam. salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari terapi Mendengarkan
bermain Memperhatikan
Kontrak waktu anak dan orang tua
Memperhatikan
3 15 menit Kegiatan bermain :
Menjelaskan tata cara pelaksanaan Memperhatikan
terapi bermain menyusun puzzle
kepada anak Bertanya
Memberikan kesempatan kepada anak
untuk bertanya jika belum jelas Antusias saat
Membagikan puzzle menerima
Fasilitator mendampingi anak dan peralatan
memberikan motivasi kepada anak Memulai untuk
Menanyakan kepada anak apakah mewarnai
telah selesai menyusun puzzle gambar
Memberitahu anak bahwa waktu yang Menjawab
diberikan telah selesai pertanyaan
Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu menyusun puzzle sampai Mendengarkan
selesai Memperhatikan
4 10 menit Kegiatan penutup:
Memotivasi anak untuk menyebutkan Menceritakan
apa yang dia susun di puzzle
Mengumumkan nama anak yang dapat
menyusun puzzle dengan baik.
Membagikan reward kepada seluruh Gembira
peserta
5 5 menit Terminasi:
Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
Mengucapkan terima kasih kepada Mendengarkan
anak dan orang tua
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
8. Analisa tugas
1) Anak dibimbing menyusun puzzle sesuai pola yang tersedia sesuai dengan
kemampuan anak masing-masing.
2) Anak dibimbing memilih puzzle sesuai kesukaannya sendiri.
3) Anak dilatih untuk menyusun puzzle sesuai pola yang tersedia.
4) Kriteria Penilaian:
a. Berhasil bila anak dapat menyusun puzzle dengan tepat (nilai 100).
b. Anak menyusun 2 pola puzzle yang berbeda (75).
c. Anak tidak mampu menyusun puzzle yang tersedia (0).
9. Aspek kognitif
1) Pengetahuan anak tentang cara penyusunan pola pada puzzle yang tersedia
2) Pemahaman anak tentang gambar pada pola puzzle .contoh: mengerti bahwa itu
gambar boneka
10. Aspek psikomotor
1) Motorik halus
Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu
gambar boneka.
2) Motorik kasar
Anak dibimbing untuk menyusun gambar pada pola puzzle
Hasilnya dapat diukur melalui
a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.
b. Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.
11. Aspek afektif
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.
12. Aspek sosial
Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.
13. Perkiraan hambatan :
1) Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan
2) Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
14. Antisipasi hambatan/masalah
1) Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2) Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.
15. Pengorganisasian
1) Leader :
Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara dari awal
hingga akhir
2) Moderator :
Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung jawab
agar berjalan sesuai dengan topic
3) Observer :
Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi yang
direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian skala observasi
terapi bermain.
4) Fasilitator :
Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi bermain
dapat tercapai.
5) Anak : anak berusia 2 - 6 tahun dirawat di ruang garuda
3) Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Menyusun puzzle sesuai dengan pola
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta: Selemba
Medika.
Kaluas, I., Ismanto, A. Y., & Kundre, R. M. (2015). Perbedaan Terapi BermainPuzzle dan
Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah *3-5 Tahun) Selama
Hospitalisasi di Ruang Anak RS TK. III R. W. Mongosidi Manado. Ejournal
Keperawatan (e-KP). Volume 3, No 2.
Aprina, A., Ardiyansa, N., & Sunarsih, S. (2019). Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6
tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi. Jurnal Kesehatan, 10(2), 291- 297.
Hariyadi, H. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan
Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) di RSUD Dr. Harjono
Kabupaten Ponorogo. 2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN, 9(4), 369-373.
Andriana, D. (2017). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak (2nd ed., p. 162).
Salemba Medika.