Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP BERMAIN PADA ANAK TERHADAP HOSPITALISASI

Di susun oleh:
1. Aliyaturrofiah
2.Azka Ulfi Nafizah
3. Diyah Ayu Saputri
4. Etti Widya Sari
5. Fasyih Nur Hafida
6. Feby Priscila D

Kelas : 2A
AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP BERMAIN
PADA ANAK TERHADAP HOSPITALISASI “ Makalah ini berisikan tentang
konsep bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia perschool
di rumah sakit.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
mewarnai. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Kudus, 10 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………


Kata Pengantar …………………………………………………………...
Daftar Isi …………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN
A. 1. Latar Belakang …………………………………………...
B. 2. Rumusan Masalah ………………………………………..
C. 3. Tujuan …………………………………………
D.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi Bermain
B. Fungsi Bermain
C. Tujuan Bermain
D. Ciri-ciri Kegiatan Bermain
E. Klasifikasi Bermain
F. Syarat Bermain
G. Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
H. Bermain di Rumah Sakit

BAB III. PENUTUP


A. A. Kesimpulan ………………………………………………..
B. B. Saran ……………………………………………………....
Daftar Pustaka ……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai perawat saat bertugas di ruang rawat inap anak, seringkali


mengalami hambatan dan kesulitan dalam merawat dan melakukan tindakan
kepada anak-anak, dikarenakan anak-anak sulit untuk diajak kerjasama dalam
pengobatan ataupun perawatan, karena takut disuntik atau mersa cemas saat
dirawat di rumah sakit, berbeda dengan pasien dewasa. Karakteristik anak-anak
berbeda-beda untuk masing-masing usia, oleh karena itu perawat harus benar-
benar sabar namun tegas dalam merawat anak-anak yang dirawat di rumah sakit.
Anak-anak masih sangat bergantung dengan orang tua mereka sehingga perawat
perlu melibatkan orang tua dan keluarga di dalam merawat anak. Diperlukan suatu
cara bagaimana perawatan dan pengobatan pada anak-anak bisa diberikan dengan
lancar tanpa menyakiti anak atau membuat anak stress atau setidaknya
meminimalkannya.

Di dalam artikel ini dijelaskan aktivitas bermain untuk prosedur khusus di


rumah sakit, aktivitas bermain yang sesuai untuk anak, proses penulisan artikel ini
jauh dari kesempurnaan, penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan
dan kritikan untuk menyempurnakan isi artikel ini.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu bermain?
2. Bagaimana Fungsi Bermain?
3. Apa tujuan Bermain ?
4. Apa saja ciri-ciri bermain ?
5. Bagaimana klasifikasi Bermain ?
6. Bagaimana Syarat Bermain ?
7. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain ?
8. Bagaimana bermain di Rumah Sakit ?
3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu bermain
2. Mengetahui bagaimana Fungsi Bermain
3. Mengetahui apa tujuan Bermain
4. Mengetahui apa saja ciri-ciri bermain
5. Mengetahui bagaimana klasifikasi Bermain
6. Mengetahui bagaimana Syarat Bermain
7. Mengetahui apa Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas
Bermain
8. Mengetahui bagaimana bermain di Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BERMAIN
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta
suara (Wong, 2000)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak
(Anggani Sudono, 2000)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi
kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai (Suhendi
et al, 2001)
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan.(Supartini, 2004)

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling
efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk
kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995).
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak
akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995)

B. FUNGSI BERMAIN

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-


motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi.
 Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya,
alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
 Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya,
terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri
untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya
melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi
seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
 Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan
membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan
belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai
social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia
toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

 Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
 Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang
tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif
dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
 Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan
belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas
segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan
membereskan alat permainan sesudah bermain adalah
membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan
serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan
adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu,
penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti
baik/buruk atau benar/salah.
 Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.

Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu


mengekspresikannya secara verbal. Dengan demikian, permainan adalah media
komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas
kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak
melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok
bermainnya.
C. TUJUAN BERMAIN

Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai


tujuan sebagai berikut :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada


saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selam anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit

D. CIRI-CIRI KEGIATAN BERMAIN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin,


Fein dan Vandenberg (Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa
cirri kegiatan bermain yaitu :

1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic, maksud muncul atas


keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh
emosi-emosi yang positif
3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas
ke aktivitas lain
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil
akhir
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi
konsep bermain pada anak-anak kecil.
E. KLASIFIKASI BERMAIN

Ada beberapa jenis permainan, baik ditinjau dari isi permainan, karakter
social dan kelompok usia anak. Dibawah ini akan dibahas secara rinci satu
per satu :

1. Berdasarkan Isi Permainan

Berdasarkan isi permainan, ada enam jenis permainan, yaitu :

a. Social affective play


Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal
yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi
akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.
Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara
sambil tersenyum/tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada
bayi untuk menggenggamnya , tetapi dengan diiringi berbicara
sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons
terhadap tingkah laku orang tuanya dan/atau orang dewasa
tersebut/misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan/atau mengoceh .

b. Sense of pleasure play


Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan
rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya,
dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan
atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir .
Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-
macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol,
bak, atau tempat lain. Cirri khas permainan ini adalah anak akan
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan
permainan yang dilakukannya sehingga susah dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan
meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan
halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan
anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di
lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin
terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang
menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan
dan/atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri dan/
atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai
dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular
tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi,
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan
situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya
sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik
dengan situasi serta lingkungannya tersebut .

f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak
memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak
berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu
guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia
tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.
Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap
peran tertentu .
2. Berdasarkan Karakter Social

Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan, yaitu :

a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama,
ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi
kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain
tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini
dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas.
Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-
hujanan dan bermain masak-masakan.

e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak
yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkananggotanya
untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan
sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main
harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai
tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan
memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
3. Berdasarkan Kelompok Usia Anak

Berdasarkan kelompok usia, ada lima jenis permainan, yaitu :

a. Anak usia bayi


Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3
bulan, usia 4 – 6 bulan, dan usia 7 – 9 bulan. Karakteristik
permainan anak usia bayi adalah “sense of pleasure play”.
o Bayi usia 0 – 3 bulan
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa karakteristik khas
permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi social yang
menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang
dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi
cirri khas dari permainan untuk bayi di usia ini.
Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan
yang berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik.
Dari permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek yang
berwarna terang dengan tujuan menstimuli penglihatannya.
Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada
posisi yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke
sekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara, beri
kesempatan untuk mendengar pembicaraan, musik dan
nyanyian yang menyenangkan.

o Bayi usia 4 – 6 bulan


Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan
seperti mengajak bayi menonton TV, memberi mainan yang
mudah dipegangnya dan berwarna terang, serta dapat pula
dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi didepannya
sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di
cermin.
Untuk stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan cara
selalu membiasakan memanggil namanya, mengulangi suara
yang dikeluarkannya, dan sering berbicara dengan bayi, serta
meletakkan mainan yang berbunyi di dekat telinganya.
Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat
digenggamnya, lembut dan lentur atau pada saat memandikan,
biarkan bayi bermain air di dalam bak mandi.
o Bayi usia 7 – 9 bulan
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan
memberikan mainan yang berwarna terang, atau berikan
kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia mencoret-coret
sesuai keinginannya.
Stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan memberi bayi
boneka yang berbunyi, mainan yang bias dipegang dan
berbunyi jika digerakkan. Untuk itu alat permainan yang dapat
diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna yang terang
an mencolok, gelas dan sendok yang tidak pecah, bola yang
besar, berbagai boneka, dan/atau mainan yang dapat didorong.
b. Anak usia toddler (>1 tahun sampai 3 tahun)

Anak usia toddler menunjukkan karakteristikyang khas, yaitu


banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan
otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu,
dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam
aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan
yang tajam dan menimbulkan perlukaan.

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
“solitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun
lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan
mainannya sendir, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3
tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel
karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun
belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa blum begitu
lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,
pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda
macam-macam

c. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)

Sejalan dengan pertumbuhan dan oerkembangannya, anak usia


prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang
lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif,
kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan
berhubungan social dengan temannya semakin meningkat.

Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative


play, dramatic play dan skill play”. Anak melakukan permainan
bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai
dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu
memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti
ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang
menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak
usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat
diberikan pada anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah
raga, berenang dan permainan balok-balok besar
d. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)

Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka


lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya.
Seringkali pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar
mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan
pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk
meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga
dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam
kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar
norma kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi
lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah
mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat.
Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui
permainan yang ditunjukkannya.

Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan


menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan
mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya
mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan
yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan,
pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang
perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.

e. Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)

Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak


remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia
dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan
bahwa anak remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila
tidak sukses melewatinya, anak akan mencari kompensasinya pada
hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat
karakteristik anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif,
misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olah raga,
mendengarkan dan/atau bermain musik serta melakukan kegiatan
organisasi remaja yang positif, seperti kelompok basket, sepak
bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermainbagi anak remaja
tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan
perkembangan fisio-emosional, tetapi juga lebih juga ke arah
menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja
untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan
yang tepat bias berupa berbagai macam alat olah raga, alat musik
dan alat gambar atau lukis.
F. SYARAT BERMAIN

Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan


bermain yang baik untuk anak, yaitu :

1. Perhatikan factor usia anak

Sesuaikan mainan/aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu


sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-
gerakan tertentu. Juga sesuaikan dengan kognisinya, yaitu sejauh mana
anak mampu memahami permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi
malas bermain dan jika kelewat gampang ia cepat bosan. Untuk itu
pilihlah mainan yang dapat merangsang kreativitas anak.

2. Tidak harus sehat


Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat. Namun anak yang sakitpun
diperbolehkan untuk bermain, malah bias mempercepat proses
kesembuhannya.tentunya jenis permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya
pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat, mewarnai,
menggambar atau mendengarkan dongeng, memainkan jari-jemari sambil
bercerita, main tebak-tebakan, dll.

3. Lama bermain

Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun


sebaiknya bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-
tugas lainnya seperti makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30
menit karena rentang perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak
yang lebih besar, buatlah komitmen lebih dulu. Missal, boleh main
selama 1 jam, setelah itu makan atau mandi. Namun kita hurus
konsisten dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak yang
sakit, jika ia butuh banyak istirahat, jangan dipaksa

4. Pastikan mainannya aman

Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Pilih


yang tidak mudah rusak/pecah ataupun terurai seperti manik-manik
karena di khawatirkan akan masuk mulut atau lubang telingan/hidung.
Jangan pula memberikan mainan yang bertali panjang, berukurang
kecil dan menggunakan listrik. Selain itu secara umum mainan anak
haruslah tidak boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam atau
berujung runcing, catnya tidak beracun (nontoxic), tidak mudah
mengelupas, tidak menjepit dan tidak menimbulkan api.

5. Dampingi anak

Penting diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan sarana


untuk mendekatkan hubungan orang tua dengan anak jadi, selalu
dampingi anak kala bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain
sendiri tanpa mengenal tujuan dari permainan tersebut. Oleh karena itu
kita perlu selalu mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini juga
untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti
sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat
memacu pertumbuhan harga diri anak dengan memberikan
penghargaan pada setiap hasil kegiatan atau penemuan-penemuan anak
dalam proses bermain.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

Ada 5 (lima) factor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak,


yaitu :
 Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak
lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian
juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat
harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada
anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting
pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di
rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di
rumah sakit.
 Jenis kelamin anak
Ada bebarapa pndangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh
anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas dan kemampuan social anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang
meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan
untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini
dipelajari melalui media permainan.
 Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah
satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah.
Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi
lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan
sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-
benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif,
keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana
anak di didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak
mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari,
melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya.
 Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk
anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label
yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum
membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat
permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi,
tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat
sendiri dari atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak,
akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus
didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk
dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak.
Permainanmembantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengenal norma dan aturan serta interaksi social dengan orang lain.

Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersama-sama, tetapi yang harus
diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua
harus membantu anak memilihkan mainan yang aman.

H. BERMAIN DI RUMAH SAKIT

 PRINSIP PERMAINAN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT

1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang


dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih
permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh
diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang
ada di ruangan rawat.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua
 KEUNTUNGAN BERMAIN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
4. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif
 TUJUAN BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain
bagi anak di rumah sakit yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
 PROSES KEGIATAN BERMAIN

Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat


hanya sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif
oleh anak dan orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu
pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan akan
dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota
kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.

 ALAT PERMAINAN YANG DIPERLUKAN

Alat permainan yang digunakan tidak harus yang baru dan bagus.
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
perawatan. Yang penting adalah alat permainan yang digunakan harus
menggambarkan kreativitas perawat dan orang tua, serta dapat menjadi
media untuk eksplorasi perasaan anak.

 PELAKSANAAN KEGIATAN BERMAIN

Selama kegiatan bermain respons anak dan orang tua harus diobservasi
dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
kelelahan pada anak permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam
melakukan permainan merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata
hasilnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah suatu
kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.

B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi
poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor
keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus
melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Joan Freeman & Utami Munandar. 1996. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
https://pakarmainan.com/blog/klasifikasi-mainan-anak-berdasarkan-umur/
https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/19/bermain-bagi-pasien-anak-di-
rumah-sakit/

Anda mungkin juga menyukai