Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS SEMESTER 3

Disusun Sebagai Tugas Individu guna memenuhi tugas keperawatan maternitas.

DISUSUN OLEH:

AKPER KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat sehingga makalah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada
Anak” dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai oleh penulis.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai
definisi,perhitungan, dan tindakan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak. Selain itu,
makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan bagi penulis.
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat membuahkan
hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon
maaf, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan
kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar
uterus.

Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22
minggu. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu, perlu diberikan
penangan yang berbeda. Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta,
yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya, ialah plasenta
previa, dan solusio plasenta ( atau abrupsio plasenta ).

Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3% dari semua persalinan yang terbagi kira-
kira antara plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.
Di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975, terjadi 2114 kasus
perdarahan antepartum diantara 14824 persalinan, atau kira-kira 14% ( Sarwono,2005).

B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian
2. Agar dapat mengetahui etiologi
3. Agar dapat mengetahui patofisiologi
4. Agar dapat mengetahui tanda dan gejala serta cara penanganan Insersio Velamentosa.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Insersio Velamentosa
2. Etiologi Insersio Velamentosa
3. Patofisiologi Insersio Velamentosa
4. Tanda dan gejala Insersio Velamentosa
5. Penanganan Insersio Velamentosa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion,
sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali
pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat
menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan
menimbulkan bahaya asfiksia sampai kematian.
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi
pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan korion
menuju plasenta (Sarwono, Ilmu Kebidanan.2005).

Hubungan plasenta dengan tali pusat :


• Ditengah : keadaan ini disebut Insersio sentralis.
• Agak kepinggir : keadaan ini disebut Insersio lateralis.
• Dipinggir : keadaan ini disebut Insersio marginalis.
• Diluar plasenta : keadaan ini disebut Insersio velamentosa. Hubungan tali pusat dengan
plasenta melalui selaput janin.

B. Etiologi Insersia Velamentosa


Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli, karena pada
kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh janin,
sehingga dengan adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali pusat/
insersi.

C. Patofisiologi Insersio Velamentosa


Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-
pembuluh darah yang berjalan dalam selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan
di daerah oestium uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi
janin karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah dapat ikut
robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika perdarahan banyak kehamilan harus
segera di akhiri.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejalanya belum diketahui secara pasti, perdarahan pada insersi velamentosa ini
terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan
karena perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
Bisa juga menyebabkan bayi itu meninggal.
Satu-satunya cara mengetahui adanya insersi velamentosa ini sebelum terjadinya
perdarahan adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya pada ibu dengan kehamilan gemeli
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala
kemungkinan penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.

E. Penanganan Insersio Velamentosa


Bidan tidak memiliki kewenangan untuk menangani insersio velamentosa. Hanya
melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu hamil mengalami kehamilan ganda
segera lakukan USG. Dan apabila mengetahui ibu positif mengalami insersio velamentosa,
lakukan rujukan pada Rumah Sakit.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan apa yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Insersio
Velamentosa adalah kelainan letak tali pusat yang tidak bisa diketahui secara pasti kecuali
dengan penggunaan USG. Dan bidan tidak mempunyai kewenangan untuk menangani
kelainan ini, sehingga harus di rujuk ke Rumah Sakit ataupun spesialis kandungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://deetha-nezz.blogspot.com/2011/05/bab-i-pendahuluan.html

Anda mungkin juga menyukai