Disusun oleh
Kelompok 5:
TA. 2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Model Pendokumentasian Asuhan Keperawatan”.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari harapan, oleh karena itu saran
dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harap kan untuk menghasilkan
makalah yang lebih baik untuk masa mendatang.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
BAB II
Keuntungan dan Kerugian
1. Model dokumentasi SOR (source oriented record) …………….....……..11
2. Model dokumentasi FOCUS (process oriented system) ……….………. 11
3. Model dokumentasi POR (problem oriented record)……………………. 14
4. Model dokumentasi PsOR (progress oriented record)…………………. 14
5. Model dokumentasi CBE (charting by exception) .................................. 15
6. Model dokumentasi PIE (problem intervention evaluation) ................... 18
BAB III
Kasus tentang asuhan keperawatan dan pendokumentasian
1. Kasus tentang asuhan keperawatan dan pendokumentasian berdasarkan
model Charting By Exception (CBE) ……………………………………….21
BAB IV
Kesimpulan……………………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
1
Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 kompnen, yaitu:.
a. Lembar penerimaan berisi biodata.
b. Lembar instruksi Dokter.
c. Lembar riwayat medis atau penyakit.
d. Catatan perawat.
e. Catatan dan laporan khusus.
Tanda Tangan
Sumber :
P : perawat
D : dokter
F : fisioterapi
G : ahli gigi
2
gejala, perubahan akut pada kondisi klien, atau kekuatan klien, penyebab masalah,
atau definisi karakteristik yang dinyatakan sesuai dengan keadaan klien.
Catatan perkembangan pada model dokumentasi Fokus ditulis dengan menggunakan
format DAR, yaitu:
1) Data (D),
yaitu : menggambarkan fase pengkajian proses keperawatan dan terdiri atas
observasi status dan perilaku klien, termasuk data dari bagan alir (mis., tanda-
tanda vital, reaktivitas pupil). Perawat mencatat data subjektif dan data objektif.
2) Tindakan (A),
Yaitu : menggambarkan perencanaan dan implementasi serta mencakup
tindakan keperawatan segera dan yang akan datang. Kategori ini juga dapat
mencakup setiap perubahan pada rencana asuhan
3) Respons (R),
Yaitu : menggambarkan fase evaluasi proses keperawatan dan menjelaskan
respon klien terhadap asuhan keperawatan dan perawatan medis.
3
pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegrasi, dengan sistem
ini semua petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah.
b. Daftar Masalah
Daftar masalah merupakan hasil penafsiran dari data dasar atau hasil
analisis dari perubahan data. Daftar ini mencerminkan keadaan atau nilai
yang tidak normal dari data yang didapat dengan menggunakan urutan
prioritas yang dituliskan ke dalam daftar masalah dan diberikan pada
setiap pergantian shift.Semua pemberi asuhan dapat membuat daftar
masalah, yang mencakup kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, budaya,
spiritual, perkembangan dan lingkungan klien.Perawat menulis masalah
sebagai diagnosis keperawatan.
4
d) Tiap masalah diberikan tanggal, nomor, rumusan masalah, serta
nama perawat yang menemukan masalah tersebut.
1 1. (perawat yang
mengidentifikasi masalah
klien)
d. Catatan perkembangan
Catatan perkembangan merupakan catatan tentang perkembangan
dari keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah yang ditemukan
pada klien. Revisi atau pembaharuan rencana dan tindakan mengikuti
5
perubahan dari keadaan klien. Catatan perkembangan ini berisi
perkembangan atau kemajuan dari setiap masalah kesehatan klien.
Catatan perkembangan diberi nomor untuk menghubungkannya dengan
masalah pada daftar masalah dan dapat diberi huruf untuk jenis data.
6
4. Model Dokumentasi PsOR (progress-oriented-record)
Model dokumentasi POR (progress-oriented-record) merupakan model
dokumentasi yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan klien.
Dibawah ini merupakan jenis-jenis catatan yang dapat digunakan dalam model
keperawatan POR(progress-oriented-record) yaitu:
a. Catatan perawatan
Catatan perawat biasanya ditulis tiap 24 jam, yang meliputi:
1) Pengkajian satu orang atau lebih tenaga keperawatan tentang
keadaan klien.
2) Asuhan keperawatan yang bersifat mandiri.
3) Asuhan keperawatan yang bersifat pendelegasian.
4) Evaluasi keberhasilan setiap asuhan keperawatan.
5) Tindakan yang dilakukan Dokter, yang mempengaruhi asuhan
keperawatan.
6) Kunjungan berbagai anggota tim kesehatan.
7
8) Agama.
8
1) Bagan alir. Contoh bagan alir mencakup catatan garafik, catatan
keseimbangan cairan, catatan perawatan sehari-hari catatan penyuluhan
klien, catatan pemulangan klien, dan catatan pengkajian kulit.
2) Standar asuhan keperawatan. Dokumentasi yang mengacu pada standar
praktik keperawatan yang dicetak oleh institusi menghilangkan banyak
pencatatan perawatan rutin yang berulang. Institusi yang mengembangkan
CBE harus mengembangkan standar khusus praktik keperawatannya sendiri
yang mengidentifikasi kriteria minimum untuk asuhan klien tanpa
memerhatikan area klinis. Beberapa unit juga dapat memiliki standar spesifik-
unit yang unik untuk tipe klien mereka. Misanya, “perawat harus
memastikan bahwa klien yang tidak sadar mendapat perawatan mulut
sedikitnya q4h.” Dokumentasi perawatan sesuai standar khusus ini hanya
mencantumkan tanda centang pada kotak standar rutin di catatan grafik. Jika
semua standar tidak diimplementasikan, tanda bintang pada bagan alir
dibuat yang mengacu pada catatan perawat. Semua yang menyimpang dari
standar secara lengkap dijelaskan dalam bentuk naratif pada catatan
perawat.
3) Akses disisi tempat tidur untuk formulir catatan. Pada sistem CBE, semua
bagan air disimpan di sisi tempat tidur klien untuk memungkinkan
pencatatan segera dan menghilangkan kebutuhan untuk menuliskan data
dari lembar kerja perawat ke catatan permanen.
9
4) Catatan perkembangan digunakan untuk intervensi yang spesifik.
5) Masalah yang ditemukan pada klien, dibuat dengan simbol “P (problem)”.
6) Intervensi terhadap penyelesaian masalah, biasanya dibuat dengan simbol “ I
(intervention)”.
7) Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi, dibuat denga simbol
“E(evaluation)”.
8) Setiap masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal 8 jam.
10
BAB II
11
2. Pencatatan Fokus mengingkatan dokumentasi proses keperawatan (terutama
evaluasi) dengan menyegerakan perawat untuk memasukkan respon pasien
dalam catatan perkembangan.
3. Pencatatan Fokus meningkatkan kemudahan memasukkan informasi yang
dapat ditempatkan pada catatan perkembangan. Perawat dapat
menempatkan informasi yang spesifik dengan memeriksa kolom Fokus.
4. Perawat dianjurkan untuk mengidentifikasi perhatian pasien-bukan hanya
masalahnya. Terkadang perawat mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah pasien yang pada dasarnya pada keadaan sehat. Misalnya, seorang
ibu muda mungkin saja tidak merasa bermasalah, tetapi mempunyai
beberapa perhatian, seperti harus terpenuhinya kebutuhan akan
pengyuluhan dan pemulangan. Pencatatan Fokus memungkinkan fleksibilitas
dengan mendorong perawat untuk mengidentifikasi dan
mendokumentasikan kebutuhan pasien.
5. Pencatatan Fokus meningkatkan pemikiran analitik dengan mengharuskan
perawat menganalisis data dan menarik kesimpulan berkaitan dengan status
pasien. Penilaian perawat juga dikenal sebagai elemen penting dalam
pendokumentasian.
12
dengan tepat data yang ada ke dalam kategori data, tindakan dan
respon. Selain itu , perawat harus mengevaluasi perkembangan pasien
terhadap hasil dan mendokumentasikan respons.
3. Perawat mempunyai kesulitan yang bervariasi dalam mengkonstuksikan
catatan fokus yang akurat dan logis. Mereka cenderung membiarkan
ketidak sesuaian antara fokus dan isi catatan. Berikut ini adlah contoh
catatan fokus aktual ya ng tidak diedit :
Fokus Catatan perkembangan
Mental D : Saat ini menolak pemeriksaan TD dan pernapasan.
Sikap A : Pasien mempunyai sifat yang sangat buruk.
Ansietas D : Wanita berusia 36 Tahun penderita HIV + menjalani
tes hari ini.
A : Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan.
Menderita Ulkus/pustula yang sudah parah
didaerah rektal dan vagina.
R : Drainase banyak dari ulfus.
13
3. Keuntungan dan Kerugian dalam Penggunaan POR
A. Keuntungan
1) Mendorong kolaborasi.
2) Daftar masalah dibagian depan catatan mewaspadakan pemberian
asuhan terhadap kebutuhan klien dan mempermudah menelusuri
satatus setiap masalah.
3) Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah
klien dan proses penyelesaiannya dan proses penyelesaian masalah.
4) Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan secara kontinu.
5) Evaluasi dan penyelesaian masalah didokumentasikan dengan jelas.
6) Daftar masalah merupakan check list untuk masalah klien.
B. Kerugian
1) Pemberi asuhan memiiki kemampuan berbeda dalam menggunakan
format pencatatan yang diperlukan.
2) Memerlukan kewaspadaan yang konstan untuk mempertahankan
keterkinian daftar masalah.
3) Kurang efisien karena pengkajian dan intervensi yang diterapkan pada
lebih dari satu masalah harus di ulang.
4) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus dimasukkan
dalam daftar masalah.
5) Pencatatan dengan menggunakan bentuk SOAPIER, dapat
menimbulkan pengulangan yang tidak perlu.
14
7) Memperkuat perbandingan data dari beberapa periode waktu
8) Menyesuaikan catatan yang relevan secara legal dan info yang berguna
9) Membatasi narasi yang terlalu luas
B. Kerugian
1) Memperluas catatan medic dan menciptakan penggunaan penyimpanan
2) Memungkinkan duplikasi data rancangan format
3) Memungkinkan bagian penting dari format yang tidak digunakan
4) Tidak cukupnya ruang untuk pencatatan tentang kejadian yang tidak biasa terjadi
5) Bertahan untuk menggunakan lembar alur
15
8. CBE mudah diadaptasi pada pendokumentasian jalur klinis. Short (1997)
melaporkan bahwa study pilot menggunakan CBE dan alur klinis
menghasilkan penurunan waktu untuk mencatat sebesar 67% dan
penurunan waktu yang dihabiskan pada setiap[ oderan dinas. Dengan
menggunakan CBE dan alur klinis secara bersamaan, berbagai hal
tenytang pasien dapat dipantau dan perubahan dalam praktik dapat
diimplentasikan dengan segera.
16
3. Implementasi lengkap dari sistem ini memerlukan perubahan besar dalam
sistem pendokumentasian organisasi. Tidak seperti sistem yang telah
dijelaskan sebelumnya, seperti pencatatan Fokus atau PIE, sistem CBE
memerlukan perubahan format pada berbagai alat dokumentasi.
4. Upaya pendidikan utama diperlukan ketika mengimplementasikan sistem
CBE. Perawat di St. Luke’s mengalami kesulitan untuk belajar
mendokumentasikan hanya hasil yang abnormal pada lembar alur
keperawatan/ instruksi dokter dan kesulitan dalam menaati standar
praktik. Menurut bruke dan murphy, beberapa masalah ini telah
melibatkan lembaga perawat yang tidak mengenal sistem pencatatan.
5. Sistem CBE berdampak pada masalah penggantian biaya sampai sistem ini
lebih luas diterima. Salah satu organisasi peninjau sejawat (peer review
organization, PRO) pennsylvania mengeluarkan pernyataan bahwa
membedakan antara kejadian yang tidak didokumentasikan dengan
kejadian yang tidak terjadi merupakan hal yang tidak mungkin. Lebih jauh
lagi, mereka juga mengatakan bahwa tidak didokumentasi-kannya
aktivitas rutin selama peninjauan oleh PRO dapat berarti kegagalan
melakukan tindakan, yang akan dicatat sebagai defisiensi dokumentasi
(KPRO, 1994). Tinjauan ini dianggap sebagai upaya perubahan yang
dilakukan untuk mendidik para peninjau dengan CBE dan sistemnya agar
lebih diterima diperusahaan penggantian biaya kesehatan.
6. Dasar hukum sistem CBE masih terus diperdebatkan. Meskipun
pengacara St. Luke telah meninjau sistem dan menyetui kepatuhan
sistem terhadap prinsip-prinsip legal, namun hakim dan juri tetap akan
mengeluarkan peraturan tentas validitas dokumentasi untuk setiap kasus.
Tammeleo (1994) melaporkan tentang sebuah kasus penggugatan yang
menderita radang cakram setalah menjalani pembedahan, menerima
$600.000 berdasarkan fakta bahwa “pencatatan yang intermiten gagal
memberi tanda bahaya secara kontinu yang membutuhkan intervensi dini
dari dokter” (hlm. 72). Sistem CBE tidak mendefinisikan kasus ini dengan
cukup jelas, walaupun standar menggambarkan-nya dengan cukup jelas
17
untuk kelangsungan pemberian perawatan. Kasus ini menggambarkan
tentang 3 hal :
1. Standar untuk pengkajian keperawatan intervensi harus
diintervensikan dengan jelas.
2. Kebijakan dan prosedur untuk CBE diikuti secara jelas.
3. Tidak ada sistem dokumentasi yang akan melindungi profesional
kesehatan dari pengadilan yang buruk.
18
mempunyai rencana baru yang harus dilaksanakan dan diikutsertakan
sepanjang jam dinas (Siegrist, Dettor, Stocks, 1985). Menurut Menenberg
(1995), pencatatan PIE juga menguntungkan bagi para dokter. Pencatatn
PIE harian menyatukan rencana pengobatan mental dengan catatan
perkembangan dan menghilangkan pleonasme pencatatan.
6) Pencatatan PIE meningkatkan kredibilitas profesional. Perawat tidak lagi
mendokumentasikan istilah basketseperti “mempunyai hari yang indah”
dalam rekam medis. Hasinya, kualitas catatan perkembangan membaik,
membuatnya lebih mudah untuk mengidentifikasi kontribusi perawat
pada seluruh perawatan pasien (Buckley Womack, Gidney, 1987)
B. Kerugian
1) Karena pencatatan PIE menghapus rencana perawatan yang terpisah,
maka hasil yang dicapai pasein tidak ditentukan secara jelas. Sementara
catatan harisn meningkatkan pendokumentasian masalah, intervensi, dan
evaluasi, maka kemampuan perawat untuk mengevaluasi perkembangan
pasien berdasarkan hasil yang sudah ditentukan sebelumnya menjadi
terbatas karena hasil yang diharapkan belum tercantum dalam
pencatatan tersebut.
2) Sistem ini beranggapan bahwa semua perawat berpraktik dengan
pengalaman dan pengetahuan yang sama, dan semuanya boleh membuat
keputusan yang tepat berkaitan dengan identifikasi masalah dan
pemilihan intervensi. Tanpa rencana perawatan, alur klinis, atau
pedoman praktik untuk melaksanakan perawatan, maka akan
mengakibatkan ketidakkonsistenan.
3) Karena sisitem PIE menggabungkan rencana perawatan ke dalam catatan
perkembnagan, dan rencana perawatan dan akhirnya menjadi tanggung
jawab perawat terdaftar (registered nurse, RN), maka muncul pertanyaan
tentang bagaimana melibatkan perawat praktik berlisensi (licensed
practical nurse LPN) ke dalam proses pendokumentasian tersebut. Selama
19
penginplementasian sistem ini, perawat Craven Country mencatat bahwa
LPN adalah yang paling mengalami kesulitan dengan sistem ini karena
keterbatasannya akan proses keperawatan dan diagnosis keperawatan.
Perawat ini membutuhkan lebih banyak instruksi individual (Siegrist,
Dettor, Stocks, 1985). Pada perkembangan terakhir pemberian perawatan
kesehatan, mengkaji pencampuran staf sebelum memilih sistem
pendokumentasian merupakan hal yang sangat biajaksana.
4) Perawat yang menggunakan sistem PIE telah mencatat bahwa pencatatan
tersebut dapat dengan sering memberitahukan adanya perubahan pada
status pasien, tetapi hal ini tidak sesuai untuk pasien yang masalahnya
tidak berubah dari satu hari ke hari berikutnya,seperti pada pasien yang
menjalani perawatan jangka panjang atau dengan penyakit terminal
(Siegrist, Dettor, Stocks, 1985).
5) Keharusan untuk mencatat masalah setiap 8 dan 24 jam dapat
menimbulkan dokumentasi yang panjang, terutama jika pasien
mempunyai banyak masalah.
20
BAB III
Kasus tentang asuhan keperawatan dan pendokumentasian berdasarkan model
Charting By Exception (CBE)
KASUS:
Tuan Y (50 tahun) datang ke RSUD Banyudono. Masuk dengan keluhan
utamanya nyeri dada sebelah kiri sesak selama 1 hari dan dirasakan menyebar ke
punggung kanan, terasa sesak jika bernafas. Pasien pernah mengalami hipertensi
sejak setahun yang lalu. Pergerakan dada sedikit mengembang, perkusi terdengar
suara sonor, pada auskultasi suara nafas vesikuler, terdapat luka tusukan iv cath
pada tanagn kiri.
ECG : Kesimpulan : PJK Old Myocard infact anteroceptal. Hail blood gas : PH 7,322;
PCO2 31,3; PO2 75,3; HCO3 15,8; BE -10,2; Kalium 4,2; Natrium 142. S : Klien
mengatakan sesak. O : Nadi 100x/mnt. Hasil toraks foto CTR 51%. Hasil Echo: EF
51%. Penurunan kardiak output, kegagalan jantung dalam pompa mekanik.
S: Klien mengatakan kakinya tidak bengkak saat ini, intake cairan 3gls/hari
O : Tidak terdapat oedem pada ekstremitas, natrium 142, kalium 4,62, produksi
urine cukupan. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(excess). Peningkatan SVR di jaringan perifer. pengembalian cairan ke jantung
menurun.
21
intervensi :
a) Jelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat jika dada terasa berat atau
sesak atau pusing.
b) Anjurkan pada pasien untuk istirahat dalam posisi setengah duduk.
c) Kolaborasi dalam pemberian obat digitalis.
d) Observasi keadaan umum pasien, TTV dan keluhan pasien.
Implementasi :
a) Menjelaskan pada klien bahwa istirahat jika terasa sesak akan mengurangi
kerja jantung yang berlebihan.
b) Menata bantal tinggi agar klien dapat istirahat setengah duduk.
c) Memberikan obat pagi 1 tablet ISDN 5mg.
d) Mengamati keadaan umum pasien, menghitung frekuwensi pernafasan,
mengukur tekanan darah.
Evaluasi :
S : Paien tidak merasa nyeri.
O : Pasien tidak pucat, nadi 96x/mnt, tensi 130/90 mmHg, respirasi 20x/mnt.
A: Masalah keperawatan tidak terjadi.
P: Rencana keperawatan dihentikan.
22
Dx 2 : Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kegagalan jantung dalam melakukan pemompaan.
intervensi :
a) Jelaskan pada klien tentang pentingnya pembatasan minum dan diet rendah
garam.
b) Berikan diet.
c) Kolaborasi dalam pemberian diuretika: furosemid.
d) Observasi keadaan umum, TTV, keluhan dan oedem.
Implementasi :
a) Menjelaskan kepada klien dan keluarga agar minum sesuai dengan instruksi
dokter dan mengurangi makanan yang asin.
b) Menyajikan makanan dan menganjurkan klien untuk menghabiskan makanan
yang telah disediakan.
c) Memberikan obat furosemid 1 tablet pada pagi hari sesudah makan.
d) Melihat keadaan umum klien, mengukur tensi, nadi dan suhu, menanyakan
keluhan klien.
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan pagi sudah kencing
O : Tidak ada oedem
A : Masalah keperawatan tidak terjadi
P : Rencana keperawatan dihentikan
23
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Sebagai seorang calon tenaga medis khususnya dalam bidang keperawatan
asuhan keperawatan sangatlah harus diperhatikan. Asuhan keperawatan berkaitan
erat dengan dokumentasi keperawatan. Dalam pendokumentasian keperawatan
terdiri dari beberapa macam model, yaitu : SOR (Source-Oriented-Record), FOCUS
(Process-Oriented-System), POR (Problem-Oriented-Record), PsOR (Progress-
Oriented-Record), CBE (Charting-By-Exeption), PIE (Problem-Intervention-Evaluation),
24
DAFTAR PUSTAKA
25