Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

GIZI DAN DIET

“KEBUTUHAN NUTRISI PADA ORANG DEWASA”

Disusun Oleh :

Tingkat 2/Reguler 3

KELOMPOK 6

ELSA YUNIAR (1814401111)

TAHSYA RIA SHAFIRA (1814401112)

RAHMA SARI HSB. (1814401113)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI D3 KEPERAWATAN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Kebutuhan Nutrisi Pada Orang Dewasa“
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari harapan, oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah
yang lebih baik untuk masa mendatang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.

Bandar Lampung, 19 juli 2019

Penyusun kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 11 PEMBAHASAN

A. Usia Dewasa .......................................................................................... 3


B. Pemantauan Status Gizi Usia Dewasa .................................................. 4
C. Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan ................................... 5
D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Usia Dewasa ................. 7
E. Kecukupan Gizi Usia Dewasa ............................................................... 8
F. Keseimbangan Energi Usia Dewasa .................................................... 11
G. Permasalahan Gizi Usia Dewasa ........................................................ 15
BAB 111 PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia dewasa merupakan usia produktif yang membutuhkan zat gizi optimal untuk ehidupan dan
aktivitas. Zat gizi tersebut merupakan sesuatu yang esensial, yaitu zat kimia yang berasal dari
makanan dan tidak dapat disintesis dalam tubuh. Zat gizi esensial dibutuhkan dalam diet untuk
fungsi tubuh manusia yang normal, yaitu untuk kehidupan, pertumbuhan, dan perbaikan
jaringan.

Bagi orang dewasa, zat gizi dibutuhkan dalam pencapaian kesehatan yang optimal dan
pencegahan penyakit degenerative kronis dengan penyebab yang kompleks khususnya obesitas,
penyakit kardiovaskuler, penyakit kanker, dan diabetes mellitus; penyakit degenerative tersebut
menjadi penyebab gangguan utama kesehatan dan kematian dini pada kelompok masyarakat
dengan ekonomi berkecukupan. Penyakit tersebut dikatakan kronis karena penyebabnya lebih
dari satu dan butuh waktu lama bahkan sampai bertahun tahun sebelum munculnya penyakit.

Timbulnya penyakit akibat ketidakseimbangan asupan zat gizi dapat disebabkan oleh factor
kebiasaan makan karena sangat erat kaitannya dalam setiap aspek pertumbuhan
manusia,perkembangan,dan resistansi terhadap penyakit. Kebiasaan makan mencerminkan factor
lingkungan seumur hidup yang paling relevan yang dapat mempengaruhi durasi dan kualitas
hidup manusia.

Makanan dan berbagai komponen yang dikonsumsi akan berinteraksi dengan gen manusia yang
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut dapat terjadi melalui proses
absorbs, pencernaan, metabolisme, dan ekskresi makanan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tentang usia dewasa ?

2. Bagaimana Pemantauan Status Gizi Usia Dewasa?

3. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan?

4. Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Usia Dewasa?

5. Bagaimana Kecukupan Gizi pada Usia Dewasa?

6. Bagaimana Kecukupan Gizi Pada Usia Dewasa?

7. Apa saja Permasalahan Gizi pada Usia Dewasa?

C. Tujuan

1. Agar mengetahui tentang usia dewasa.

2. Agar memahami tentang Pemantauan Status Gizi Usia Dewasa.

3. Agar mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan.

4. Agar mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Usia Dewasa.

5. Agar memahami tentang Kecukupan Gizi pada Usia Dewasa.

6. Agar memahami Kecukupan Gizi Pada Usia Dewasa.

7. Agar mengetahui tentang Permasalahan Gizi pada Usia Dewasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. USIA DEWASA
1. Pengertian Usia Dewasa

Usia dewasa menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI) (2008) adalah telah mencapai umur,
akil baligh (berusia 15 tahun keatas), sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Menurut Hurlock (1993), usia dewasa dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun, saat terjadi
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduksi.
Menurut Santrock (2002), usia dewasa termasuk masa transisi secara fisik, transisi secara
intelektual, dan transisi secara peran social.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 41
tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, usia dewasa dalam penentuan status gizi
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) digunakan bagi usia diatas 18 tahun . Berdasarkan
Permenkes tersebut, usia dewasa dikelompokan berdasarkan kebutuhan gizinya, yaitu kelompok
usia 19-29 tahun , kelompok usia 30-49 tahun. Dan kelompok usia lebih dari 64 tahun termasuk
kedalam kategori lanjut usia (lansia).

2. Perubahan Pada Usia Dewasa

Pada usia dewasa banyak perubahan yang terjadi. Perubahan fisik ditandai dengan
perubahan berat badan yang mencapai puncaknya pada usia dewasa, begitu pula dengan
prevalensi permasalahan berat badan dan tingkat keparahannya. Selain perubahan fisik, juga
terjadi perubahan fisologis seperti pertumbuhan yang cepat, perkembangan seksual, perubahan
bentuk badan, dan perubahan hormonal.

Perubahan lain yang dialami pada usia dewasa adalah perubahan psikologi dan social.
Perubahan psikososial ini terjadi karena adanya interaksi antara lawan jenis sehingga penampilan
sangat diperhatikan terutama dalam hal berat badan. Perhatian terhadap berat badan berpengaruh
terhadap perilaku diet, bahkan sampai membatasi asupan diet yang kurang, yang pada akhirnya
dapat berdampak terhadap kesehatan. Pada awal masa dewasa, yaitu umur 20 tahun,

3
pertumbuhan telah berakhir dan organ organ tubuh telah permanen ukurannya, kecuali berat
badan karena penimbunan lemak.

B. PEMANTAUAN STATUS GIZI USIA DEWASA

Salah satu cara pemantauan status gizi usia dewasa (lebih dari 18 tahun) adalah dengan
mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan terhadap tinggi
badan. Adapun rumus penentuan IMT adalah sebagai berikut.

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


IMT = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan Food and Agriculture
Organization/World Health Organization (FAO/WHO). Untuk kepentingan Indonesia, batas
ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa Negara
berkembang.

Pemantauan status gizi pada usia dewasa sangat penting dan perlu dilakukan secara
berkesinambungan karena permasalahan gizi akibat kelebihan maupun kekurangan berat badan
sangat berisiko terhadap penyakit tertentu dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Untuk
pemantauan status gizi, dapat dilakukan dengan cara pemantauan terhadap berat badan yang
mengacu pada rumus IMT yang berlaku umum bagi pria maupun wanita dewasa sebagai berikut.

BB normal minimal = IMT normal minimal x [ TB (m) x TB (m)]

BB normal maksimal = IMT normal maksimal x [ TB (m) x TB (m)]

Contoh pemantauan status gizi dengan menggunakan IMT, misalnya Rizky dikur tinggi
badannya 165 cm dengan berat badan 57 kg. Maka, IMT Rizky adalah :

57 𝑘𝑔
IMT = 1,65 𝑚 𝑥 165 𝑚 =20,9

Berarti, status gizi Rizky adalah normal. Adapun kisaran berat badan normal Rizky adalah 50,4 –
68,1 kg yang diperoleh berdasarkan perhitungan berikut.

BB normal minimal = IMT normal minimal x [ TB (m) x TB (m)]

18,5 x (1,65x1,65) = 50.4 kg

4
BB normal maksimal = IMT normal maksimal x [ TB (m) x TB (m)]

25,0 x (1,65 x 1,65) = 68,1 kg

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Status Gizi Kategori


Sangat kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17 - <18.5
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk (overweight) Kelebihan BB tingkat ringan >25,0- 27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27,0

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI PANGAN

Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena status gizi seseorang bergantung pada pangan
yang dikonsumsi. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati di air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia. Pangan yang dikonsumsi sebaiknya memenuhi persyaratan yaitu beragam, bergizi
seimbang, aman, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Dari
pangan yang dikonsumsi, akan diperoleh zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk metabolism dalam
tubuh secara normal yang bermanfaat bagi kesehatan, proses pemeliharaan kehidupan,
pertumbuhan, fungsi organ dan jaringan tubuh secara normal dan produksi energy.

Konsumsi pangan merupakan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi seseorang dengan
tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan bertujuan memenuhi kebutuhan secara
fisiologis, yaitu memenuhi kebutuhan zat gizi. Tujuan konsumsi pangan yang kedua ialah
memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu memenuhi kebutuhan akan rasa kenyang dan puas.
Tujuan kedua ini didominasi selera dan kemampuan memilih pangan untuk dikonsumsi.
Pemilihan pangan yang akan dikonsumsi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, daya beli,
pengetahuan, dan kondisi kesehatan seseorang. Tujuan kedua ini kurang memperhatikan
kebutuhan gizi. Tujuan konsumsi pangan ketiga adalah memenuhi kebutuhan social dan pretise.

5
Tujuan ketiga ini hanya memperhatikan aspek gengsi, tidak memperhatikan aspek fisiologis dan
psikologis. Ekspresi pemilihan konsumsi pangan akan membentuk pola konsumsi pangan.

Pangan yang dikonsumsi memiliki fungsi gastronomic, untuk mendapatkan kenikmatan,


fungsi identitas budaya, untuk menyatakan jati diri dan budaya, misalnya empal gentong
merupakan makanan khas dari Cirebon; fungsi religi dan magis untuk kegiatan keagamaan
seperti syukuran atau selamtan, bahkan secara magis, makanan digunakan sebagai sesajen;
fungsi komunikasi untuk menciptakan kehangatan dan keharmonisan hubungan antara sesame
manusia, fungsi status ekonomi seperti mengkonsumsi beras karena dianggap lebih berprestise
dibandingkan jagung, dan fungsi kekuasaan untuk menunjukan kekuasaan terhadap orang atau
kelompok lain.

Menurut Mananidjah (2010) ,secara umum konsumsi pangan dipengaruhi oleh factor
ekonomi dan harga, serta factor sosio-budaya dan religi.

1. Factor Ekonomi dan Harga

Factor ekonomi yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan ialah pendapatan. Perubahan
pendapatan berpengaruh langsung terhadap perubahan konsumsi pangan. Semakin besar
pendapatan berate semakin besar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas
yang baik.

Selain pendapatan, harga pangan juga berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Harga pangan
yang semakin tinggi menyebabkan semakin sedikit pangan yang dibeli karena daya beli uang
semakin rendah sehingga konsumsi pangan berkurang.

2. Factor Sosio-Budaya dan Religi

Aspek sosio budaya pangan merupakan fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang
sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat .
kebudayaan berpengaruh terhadap konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan,
pengolahan serta persiapan dan penyajian.

Terkait pangan yang pantas atau tidak pantas untuk dikonsumsi , banyak ditemui pola pantangan,
takhayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah. Sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan jasmani dan rohani manusia.

6
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA

Pangan yang dikonsumsi bertujuan memenuhi kebutuhan gizi. Mengacu pada


Dimosthenopoulos, Kontogianni, dan Manglara (2014), factor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan gizi adalah sebagai berikut.

1. Usia Tahap Perkembangan


Bayi usia 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja, setelah 6 bulan baru diberikan makanan
pendamping ASI karena kebutuhan gizi semakin meningkat. Usia balota membutuhkan
energy besar untuk pertumbuhan dan perkembangan karena periode balita merupakan fase
golden period yang mengalami growthspurt. Usia remaja membutuhkan banyak zat gizi
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Begitupun dengan usia dewasa membutuhkan
asupan gizi yang besar untuk aktivitas dan produktivitas.
2. Ukuran Tubuh
Orang yang memiliki postur tubuh besar membutuhkan lebih banyak zat gizi dibandingkan
dengan orang yang postur tubuhnya kecil.
3. Komposisi Tubuh
Kebutuhan gizi lebih besar pada orang yang memiliki otot besar, misalnya seorang atlet
binaraga membutuhkan asupan gizi lebih besar dibandingkan pegawai kantoran. Dalam hal
komposisi tubuh, pria lebih banyak komposisi ototnya dibandingkan wanita karena
komponen lemak pada wanita lebih banyak.
4. Jenis Kelamin
Pria membutuhkan asupan gizi lebih besar dibandingkan wanita karena pria memiliki lebih
banyak massa otot dan lebih banyak otot yang aktif dalam kesehariannya.
5. Jumlah dan Intensitas Aktivitas Fisik
Semakin aktif seseorang, maka semakin besar kebutuhan gizinya untuk aktivitas tersebut.
Kebutuhan gizi meningkat jika seseorang sedang sakit atau mengalami cedera untuk
mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan.
6. Kondisi Fisiologis
Kondisi yang memang diperlukan didalam tubuh seseorang, misalnya kehamilan dan
proses menyusui. Pada wanita hamil kebutugan asupan gizi lebih besar dibandingkan sebelum
hamil..

7
7. Suhu Tubuh
Kebutuhan gizi meningkat jika suhu tubuh meningkat. Suhu tubuh yang meningkat dapat
disebabkan karena seseorang sedang sakit.
8. Suhu Lingkungan
Pada kondisi lingkungan yang suhunya rendah dapat menyebabkan tubuh kedinginan
bahkan menggigil. Sementara pada suhu tinggi dapat menyebabkan tubuh kepanasan sehingga
banyak mengeluarkan keringat. Kebutuhan gizi pada kedua kondisi tersebut dapat meningkatkan
asupan gizi.
9. Sekresi Kelenjar Endokrin
Sekresi kelenjar adrenal dan tirosin dapat meningkatkan kebutuhan gizi.
10. Status Gizi
Pada kondisi status gizi kurang, seseorang membutuhkan lebih banyak asupan gizi untuk
meningkatkan status gizzinya mencapai kondisi normal. Sementara pada kondisi status gizi
lebih, seseorang harus mengurangi asupan gizi untuk mencapai status gizi normal. Kebutuhan
gizi yang terpenuhi dan konsumsi pangan pada akhirnya untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Kesehatan merupakan salah satu modal dalam pembangunan.

E. KECUKUPAN GIZI USIA DEWASA

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi usia dewasa (orang/hari)

Kelompok BB TB Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Air


Usia (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (g) (ml)
Pria
19-29 tahun 60 168 2725 62 91 375 38 2500
30-49 tahun 62 168 2626 65 73 394 38 2600
50-64 tahun 62 168 2325 65 65 349 27 2600
Wanita
19-29 tahun 54 159 2250 56 75 309 32 2300
30-49 tahun 55 159 2150 57 60 323 30 2300
50-64 tahun 55 159 1900 57 53 285 28 2300

8
Menurut tabel AKG diatas , berdasarkan umur dapat diketahui bahwa kecukupan energy
kelompok usia 19-29 tahun lebih besar dibandingkan usia selanjutnya, baik pada kelompok pria
maupun wanita. Usia tersebut merupakan fase yang aktif dan produktif, yang akan menurun
seiring bertambahnya usia. Berdasarkan jenis kelamin kelompok pria membutuhkan energy lebih
besar dibandingkan wanita pada tiap kelompok usia. Tingginya

Kecukupan energi pria dibandingkan dengan wanita disebabkan kelompook pria lebih
aktif dalam keseharian, dan komposisi tubuh pria lebih didominasi oleh massa otot untuk
melakukan aktivitas yang lebih besar dibandingkan wanita.

Daftar AKG diperuntukkan secara rata-rata bagi orang Indonesia dan perlu konversi
kebutuhan gizi bagi tiap individu. Rumus konversi kebutuhan gizi individu dapat ditentukan
berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Berat badan mengambarkan massa tubuh seperti
protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan merupakan parameter antropometri
yang sangat labil oleh faktor penyakit infeksi dan menurunnya asupan makanan. Berat badan
dapat memberikan gambaran kondisi gizi masa kini, bahkan masa lalu, berbeda halnya dengan
tinggi badan yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi
badan tumbuh seiring pertambahan umur. Tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Dampaknya terlihat dalam jangka waktu lama. Oleh sebab
itu, tinggi badan memberikan gambaran gizi di masa lalu.

Berdasarkan pertimbangan di atas, penentuan kebutuhan gizi bagi individu dapat


menggunkan parameter berat badan. Menurut Hardinsyah dan Briawan(1994); Baliwati dan
Retnaningsih(2010), rumus konvensi tersebut adalah :

Berat Badan Aktual


Kebutuhan Gizi Individu = x Kecukupan Gizi Acuan AKG
Berat Badan Acuan AKG
Adapun langkah-langkah penyusunan menu gizi seimbang adalah sebagai berikut :

1. Tentukan status gizi

2. Tentukan kebutuhan gizi berdasarkan AKG. Jika status gizi kurang, tambahkan kebutuhannya
±10 − 15%. Jika status gizi lebih, kurangi kebutuhannya ±10-15%. Selanjutnya, buatlah batas
toleransi ±10%(batas bawah-batas atas).

9
4. Penyusunan menu dalam sehari

Contoh kasus penentuan kebutuhan gizi bagi individu:

Desi seorang ibu rumah tangga berumur 25 tahun dengan BB 50Kg dan TB 155cm. Tentukan
kebutuhan gizinya dalam sehari dan susunlah menu yang dapat disajikan dalam sehari.

Langkah 1. Menentukan status gizi

50
IMT = = 20,8
1,55 × 1,55
Hal ini berarti status gizinya adalah normal.

Langkah 2. Menentukan kebutuhan gizi berdasarkan AKG

50
Kebutuhan Energi = × 2250 = 2083 kkal
54
Batas toleransi kebutuhan energi :

a. Batas atas (+10% kebutuhan) = 2083 + 20,83 = 2291 kkal (dilakukan pembulatan)

b. Batas bawah (-10% kebutuhan) = 2083 – 308,3 = 1875 kkal (dilakukan pembulatan)

50
Kecukupan Protein = × 56= 51,9 g
54

Batas toleransi kebutuhan protein :


a. Batas atas (+10% kebutuhan) = 51,9 + 5,91 = 57,1 g

b. Batas bawah (-10% kebutuhan) = 51,9 -5,91 = 46,7 g

Langkah3. Distribusikan gizi dalam komsumsi makanan sehari. Untuk memudahkan penyusunan
menu, perlu diperhatikan adalah jumlah gizi harus sesuai dengan batas toleransi yang telahh
ditetapkan pada Langkah 2. Distribusi pengelompokkan bahas makanan berdasarkan komposisi
energi dan zat gizi dapat dilihat Pada Tabel 17.3.

10
Langkah 4. Penyusunan menu dalam sehari. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan menu
sehari adalah jumlah gizi harus sama dengan hasil penentuan jumlah gizi pada Langkah 3.
Susunan menu sehari dapat dilihat pada Tabel 17.4.

Penyusunan menu gizi seimbang sehari-hari sebaiknya mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan memantau berat badan
secarateratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Penyusunan menu ehari dapat diubah setiap hari sesuai selera meskipun dengan distribusi
kelompok bahan makanan yang sama.

F. KESEIMBANGAN ENERGI USIA DEWASA

Kesimbangan energi merupakan selisih antara asupan energi yang dapatt dimetabolisme
dan total pemakaian energi. Energi tubuh dikatakan seimbang jika pemakaian energi setara
dengan asupan energi. Energi dibutuhkan manusia untuk melakukan berbagai fungsi, membantu
kerja otot, memenuhi kebutuhan perkembangan, serta memperbaiki gangguan yang dapat
disebabkan oleh penyakit atau cedera.

Tabel 17.3 Distribusi kebutuhan gizi dalam konsumsi makanan sehari

Kelompok bahan Energi per Protein per


makanan Satuan Satuan Satuan (g) Energi*(kkal) Protein(g)
(kkal)
Sumber karbohidrat 3 175 4 525 12
Sumber protein 2 95 10 190 20
hewani
Sumber protein 2 80 6 160 12
nabati
Sayuran golongan B 2 50 3 100 6
Buah-buahan 10 40 0 400 0
Susu 1 130 7 130 7

11
Minyak 5 45 0 225 0
Gula 5 40 0 200 0
Jumlah Gizi 1930 57
*Energi = jumlah satuan × energi per satuan
**Protein = jumlah satuan × protein per satuan

Tabel 17.4 Penyusunan menu sehari*

Waktu Menu Bahan Sat Berat(g) URT E(kkal) P(g)


Makanan Makanan
Pagi Teh manis The 1 sachet 0 0
Gula Pasir 1 8 1 sdm 40 0
Bubur ayam Bubur 1 400 1 mangkuk 175 4
Ayam 0,5 25 1 ptg kecil 47,5 5
Minyak 1 5 1⁄2 sdm 45 0
Pisang goreng 1 50 1 buah sdg 40 0
Ambon Pisang ambon 1 8 1 sdm 40 0
Gula halus
Selingan Kacang Kacang tanah 1 20 2 sdm 80 6
telur Stoberi 2 430 8 buah bsr 80 0
Jus mix Mangga 1 90 3⁄4 buah bsr 40 0
Gula pasir 2 16 2 sdm 80 0
Siang Nasi padang Nasi 1 100 3⁄4 gelas 175 4
Rendang 0,5 35 1 ptg sdg 47,5 5
daging 1 100 1 mangkuk 50 3
Daun 0,5 50 1⁄2 mangkuk 25 1,5
singkong 0,5 50 1⁄2 mangkuk 25 1,5
Apel Nangka 1 85 1 buah kcl 40 0
Jeruk Kacang 1 100 2 buah sdg 40 0
panjang
Apel merah
Jeruk manis

12
Selingan Salad buah Stoberi 1 215 8 buah bsr 40 0
Anggur 2 330 40 buah 80 0
Melon 1 90 1 potong 40 0
Susu 1 200 1 gelas 130 7
Mayonaise 1 5 1 sdm 45 0
Sore/malam Nasi goreng Nasi putih 1 100 3⁄4 gelas 175 4
Telur ayam 1 60 1 butir 95 10
Minyak 2 10 1 sdm 90 0
Bubur goreng 1 25 21⁄2 sdm 80 6
kacang Kacang hijau 1 8 1 sdm 40 0
hijau Gula merah 1 50 1⁄2 gelas 45 0
Santan
Jumlah 1930 57
Gizi

Tabel 17.5 Penyebab, kerugian, dan solusi masalah berat badan

Berat Badan Penyebab Kerugian Solusi


Kekurangan berat Konsumsi energi lebih 1. Penampilan kurang Cara menaikkan berat
badan (kurus) rendah daripada menarik badan :
kebutuhan dalam 2. Kurang mampu 1. Makan secara
jangka waktu lama bekerja keras teratur dengan
sehingga cadangan 3. Mudah letih gizi seimbang
energi tubuh dalam 4. Risiko sakit tinggi 2. Makan
bentuk lemak terpaksa seperti penyakit, makanan
harus digunakan infeksi, depresi, sumber energi
anemia, diare dan protein
5. Wanita kurus yang lebih banyak
hamil mempunyai daripada
risiko tinggi biasanya
melahirkan bayi 3. Olahraga

13
dengan berat badan secara teratur
lahir rendah (BBLR) 4. Cukup istirahat
Kelebihan berat Konsumsi energi 1. Penampilan kurang Cara menurunkan
badan (gemuk) melebihi kebutuhan menarik berat badan :
tubuh sehingga 2. Gerakan kurang 1. Makan teratur
kelebihan energi gesit dan lamban dengan gizi
disimpan dalam bentuk 3. Merupakan faktor seimbang
lemak tubuh risiko penyakit 2. Kurangi
degeneratif jumlah
4. Pada wanita dapat makanan
mengakibatkan terutama
gangguan haid dan makanan
faktor penyakit pada sumber energi
persalinan 3. Kurangi
makanan yang
berminyak,
lemak, atau
bersantan
4. Makan banyak
sayuran dan
cukup buah-
buahan yang
kaya akan serat
pangan
5. Tingkatkan
olahraga dan
aktivitas fisik
secara teratur

14
Asupan energi diperoleh dari konsumsi pangan baik dari hewani maupun nabati. Energi
makanan dilepaskan dalam tubuh melalui oksidasi zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan
protein.

Dampak keseimbangan energi adalah tercapainya berat badan normal sehingga tidak
terjadi penimbunan energi dalam tubuh berupa lemak. Berat badan normal memiliki keuntungan
dalam hal penampilan yang baik dan menarik, lincah dan aktif, serta memiliki risiko rendah
terhadap penyakit infeksi. Berat badan normal perlu dipertahankan dengan cara mempertahankan
kebiasaan makan sehari-hari dengan susunan makanan bergizi seimbang, mempertahankan
kebiasaan olahraga teratur, tetap melakukan aktivitas fisik sehari-hari, dan senantiasa memantau
berat badan.

Apabila terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan pemakaian energi, akan dihasilkan
keseimbangan positif yang berarti simpanan energi tubuh (terutama lemak) bertambah; atau
keseimbangan negatif, yang berarti tubuh banyak menggunakan cadangan energi berupa lemak,
protein, glikogen. Ketidakseimbangan energi menyebabkan terjadinya kekurangan berat badan
maupun kelebihan berat badan. Berikut adalah kerugian akibat kekurangan dan kelebihan berat
badan serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai berat badan normal seperti yang terlihat
pada Tabel 17.5.

G. PERMASALAHAN GIZI USIA DEWASA

Asupan gizi akan berpengaruh terhadap berat badan. Berat badan yang stabil menandakan
adanya keseimbangan antara asupan energi (dari makanan dan minuman) dengan penggunaan
energi. Asupan energi disebabkan oleh perilaku makan yang dipengaruhi oleh banyakn faktor
seperti rasa lapar dan selera makan, pengaruh sosial, kelezatan makanan, dan suasana hati.
Asupan energi tersebut diimbangi dengan pengunaan energi untuk laju metabolisme basal,
termogenesis makanan (produksi panas yang dihasilkan dari makanan), dan aktivitas fisik.

Berat badan bermasalah berisiko terhadap terjadinya suatu penyakit. Berat badan berlebih
meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif. Sebaliknya, berat badan kurang meningkat
risiko terjadinya penyakit infeksi. Seperti pemaparan sebelumnya, usia dewasa dapat mengalami
gangguan terkait berat badan karena perilaku konsumsi pangan. Gangguan makan pada
kelompok usia dewasa yang dapat menurunkan berat badan adalah :

15
1. Anoreksia nervosa, yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan membuat dirinya sendiri
sangat kelaparan, berat badan menurun, sangat cema terhadap kenaikan berat badan, serta
distorsi yang berat terhadap body image.
2. Bulmia nervosa, ditandai dengan binge eating (makan banyak), tetapi kemudian
dikeluarkan melalui muntah, puasa, olahraga berlebihan, atau menggunakan laksatif.

Adapun gangguan makan yang dapat meningkatkan kelebihan berat badan ialah binge eating,
yaitu suatu kondisi diisi banyak makan, tetapi tidak ada usaha mengeluarkannya kembali,
yang akan berlanjut menjadi obesitas dan ditandai dengan adanya jaringan tubuh terutama
lemak yang berlebihan.

Tabel 17.6 Hubungan antara faktor gizi dan kanker (lamjutan)

Lokasi Kanker Penyebab yang Faktor Gizi yang Faktor Gizi yang
Diketahui Menurunkan Risiko Meningkatkan
Risiko
Mulut, laring, dan Merokok Buah-buahan dan Alkohol↑↑
faring sayur-mayur
Nasofaring Virus epstein-Barr - Ikan asin ala
Cantonese ↑
Esofagus Merokok Buah-buahan dan Obesitas (adeno
Tembakau sayur-mayur karsinoma) ↑↑
Alkohol↑
Minuman panas↑
Ovarium - - Pertumbuhan lebih
besar di awal
kehidupan↑
Pankreas Merokok Makanan yang Obesitas↑
Tembakau mengandung folat Obesitas sentral↑
Pertumbuhan lebih
besar di awal
kehidupan↑

16
Prostat - Makanan yang Makanan tinggi
mengandung kalsium↑
selenium
Lambung Helicobacter pylori Buah-buahan dan Asupan tinggi
sayur-mayur garam↑
Kulit Radiasi ionisasi - Arsenik ↑
Testis - - -

↑↑faktor gizi penyebab yang secara meyakinkan meningkatkan risiko


↑faktor gizi penyabab yang kemungkinan meningkatkan risiko
↓↓faktor gizi penyebab yang secara meyakinkan menurunkan risiko
↓faktor gizi penyebab yang kemungkinan menurunkan risiko
Sumber: wiseman (2014): 343.

Usia dewasa tidak terlepas dari masalah gizi. Adapun masalah gizi yang erat kaitannya dengan
penyakit tidak menular (PTM) adalah:

1. Penyakit Kardiovaskuler, yang meliputi penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler


atau stroke, dan penyakit arteri perifer. Faktor risiko kardiovaskuler dan determinan gizinya
ialah dislipidemia;trombogenesis; diabetes melitus; hiperglikemia; dan resistensi insulin;
hipertensi;obesitas; tanda-tanda inflamasi; terganggunya gizi sewaktu janin; dan kelainan kadar
hormon sistein plasma.

17
2. Penyakit Kanker berkaitan dengan Gizi. Kaitan antara gizi dan kanker terdapat pada tabel
17.6.

3. Diabetes Melitus dan Sindrom Metabolik. Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan
gejala yang timbul karena peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon
insulin absolut (tidak ada insulin sama sekali) atau relatif (jumlahnya lebih rendah dari
kebutuhan atau daya kerjanya kurang). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit
degeneratif, saat terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein serta ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urine (glikosuria).

Gejala umum DM antara lain trias poli (3P), yaitu poliur (banyak kencing), polidipsi
(banyak minum), dan polifagi (banyak makan). Adapun efek yang ditimbulkan DM ialah efek
mikrovaskuler berupa gejala kerusakan pembuluh-pembuluh darah halus, terutama terjadi pada
mata, ginjal, dan saraf; serta efek makrovaskuler berupa gula darah yang tinggi, yang dapat
mempercepat terjadinya proses aterosklerosis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadi
penyakit jantung maupun stroke. Adapun gambaran sindrom metabolik dapat dilihat pada
gambar 17-4.

Saat ini, prevalensi penyakit karena faktor gizi semakin meningkat. Oleh sebab itu,
diperlukan perubahan perilaku manusia terhadap pencegahan penyakit dan pemeliharaan
kesehatan. perubahan perilaku yang diutamakan adalah memperhatikan asupan keseimbangan
energi. Selain upaya tersebut, paya mengatasi berbagai permasalahan gizi diatas adalah perlu
memperhatikan jenis pangan yang dikonsumsi, salah satunya ialah pangan fungsi onal. Hal ini
disebabkan oleh tren konsumsi pangan fungsional saat ni disebabkan oleh tren konsumsi pangan
fungsional saat ini lebih disukai daripada obat-obatan. Menutut Institute of Medicine of The US
National Academy of Science , pangan fungsional adalah pangan dengan konsentrasi satu atau
lebih unsur pembentuk yang telah dimanipulasi atau dimodifikasi untuk meningkatkan
kontribusinya pada diet yang sehat. Sedangkan menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM RI), pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun
telah melalui proses, mengandung ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologi satu atau
lebih senyawa yang berdasarkan kajian kajian tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan.

18
Pengaruh lingkungan
Pengaruh Genetik Resistensi Insulin  Kekurangan zat gizi tertentu
 Asupan energi berlebihan
 Aktifitas fisik Rendah

Hiperinsuline

Meningkatkan Meningkatkan Menurunkan


Meningkatkan Intoleransi Meningkatkan Meningkatkan
trigiliserida kolesterol kolesterol
asam urat glukosa lipogenesis tekanan darah
plasma LDL HDL

Atherosclerosis Gout Diabetes Obesitas Hipertensi

Gambar 17-4 patofisologi dan etiologi resistansi insulin dan sindrom metabolik. (sumber:
Mathai, 2000: 313.)

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Usia dewasa merupakan usia produktif yang membutuhka zat gizi optimal untuk
kehidupan dan aktivitas. Periode usia dewasa mengalami beberapa perubahan, baik perubahan
fisik, fisiologis, maupun psikososial. Perubahan yang paling menonjol adalah perubahn fisik
yang ditandai dengan perubahan berat badan sehingga usia dewasa membutuhkan asupan gizi
yang seimbang untuk mencapai keseimbangan energi. Ketidakseimbangan energi berdampak
pada kekurangan gizi yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit infeksi. Ketidakseimbangan
energi juga menyebabkan kelebihan gizi yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak
menular akibat resistansi insulin yang dapat menyebabkan penyakit seperti aterosklerosis, gout,
diabetes melitus, obesitas, dan hipertensi.

Upaya mengurangi risiko terhadap penyakit diatas adalah dengan cara melakukan
pemantauan status gizi, menjaga agar berat badan berada pada kondisi normal yang akan tercapai
jika terjadi keseimbangan gizi antara asupan gizi dengan penggunaan gizi. Kebutuhan gizi usia
dewasa berbeda-beda tergantung jenis kelamin, umur, dan berat badan. Asupan gizi yang
seimbang, termasuk mengonsumsi pangan fungsional, merupakan salah satu alternatif
pencegahan terjadinya penyakit.

B. Saran

Kami berharap agar mahasiswa mempelajari dan lebih memahami tentang pengaturan
nutrisi dalam berbagai tingkatan usia. Sehingga kita selaku mahasiswa keperawatan dapat
memberikan asupan gizi yang sesuai bagi pasien atau orang di lingkungan sekitarnya. Penyusun
menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan
dan kekhilafan dari kurangnya berbagai sumber, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk penyusun guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang
ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terima Kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu gizi : teori & aplikasi / disusun oleh pakar Gizi Indonesia ; editor, Hardinsyah, I Dewa
Nyoman Supariasa ; copy editor, Etika Rezkina, Monica Ester.—Jakarta : EGC, 2016.
xxiv, 621hlm. ; 21 x 28,5 cm.
ISBN 978-979-044-725-7
1. Gizi. I. Pakar Gizi Indonesia. II. Hardinsyah. III. I Dewa Nyoman Supariasa. IV. Etika
Rezkina. V. Monica Ester.
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2010. Prinsip dasar ilmu gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Baliwati, Y. F. & Retnaningsih.2010. Kebutuhan Gizi. Dalam Baliwati, Y. F., A. Khomsan & C .
M. Dwiriani.
Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Bogor.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Garrow, J.S., W.P.T. James & A. Ralph. 2000. Human and Nutrition Dietetics. Churcil
Livingstone, London.
Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai