Disusun Oleh :
https://man2kotabengkulu.banpelis.id/
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. tidak lupa Saya juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi dan waktu yang diberikan.
Nama/Kelompok
ii
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................. 12
LAMPIRAN .................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas telah didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sebagai "akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu
kesehatan" (WHO 2011) dan telah mencapai proporsi epidemi di dunia barat.
Statistik Kanada, misalnya, mengungkapkan bahwa pada tahun 2004, 59%
orang dewasa Kanada mengalami kelebihan berat badan dan 23% di antaranya
tergolong obesitas. Klasifikasi tingkat keparahan obesitas yang paling umum
dibuat berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (BMI). Menurut WHO,
orang dewasa dengan BMI 25 kg/m2 atau lebih diklasifikasikan sebagai
kelebihan berat badan dan orang dewasa dengan BMI 30 kg/m2 atau lebih
dianggap obesitas (Eckel 2008; WHO 2011).
Di beberapa negara Asia, BMI minimum yang dianggap kelebihan berat
badan seringkali lebih rendah (Auvichayapat 2008). Mengatasi epidemi
obesitas merupakan hal yang kompleks dan memerlukan banyak faktor
fisiologis, psikologis, dan lingkungan. Kerugian langsung dan tidak langsung
terhadap sistem layanan kesehatan yang disebabkan oleh obesitas sangatlah
besar. Perubahan kebiasaan makan, ditambah dengan kurangnya olahraga,
seringkali berimplikasi pada peningkatan berat badan yang dialami banyak
orang.
Mayoritas orang dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas sangat
menyadari perlunya menurunkan berat badan dan risiko kesehatan yang terkait
dengan kelebihan berat badan. Namun, penyebab kenaikan berat badan
berlebih bisa jadi rumit, begitu pula solusinya. Banyak orang yang kelebihan
berat badan telah mencoba berbagai metode seperti obat resep dan obat bebas,
diet dan program olahraga untuk menurunkan berat badan, seringkali dengan
keberhasilan terbatas atau jangka pendek.
Obesitas bukanlah kondisi yang mudah untuk ditangani karena, meskipun
terdapat obat-obatan yang tersedia untuk membantu penurunan berat badan,
perubahan 'gaya hidup' yang signifikan juga diperlukan agar penurunan berat
1
badan berhasil dalam jangka panjang. Penting untuk dicatat bahwa penelitian
menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebesar 5% hingga 10% dari berat
badan dianggap cukup untuk memberikan efek menguntungkan pada faktor
risiko kardiovaskular (CV) yang terkait dengan kelebihan berat badan (Wing
2011).
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja kandungan nutrisi pada jamu?
b. Apa manfaat jamu untuk kesehatan?
c. Bagaimana cara mengolah jamu menjadi ramuan herbal?
d. Apa saja risiko mengonsumsi jamu secara berlebihan?
C. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui kandungan nutrisi pada jamu
b. Mengetahui manfaat jamu untuk kesehatan
c. Mengetahui bagaimana cara mengolah jamu menjadi ramuan herbal
d. Mengetahui apa saja risiko mengonsumsi jamu secara berlebihan
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Kegemukan dan faktor penyebabnya
3
3. Rutin melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit yang terbagi dalam 1
minggu (30 menit per hari, 5 hari dalam 1 minggu).
Bagi yang telah melakukan langkah-langkah di atas namun masih mengalami
kesulitan dalam menurunkan berat badan, dapat mencoba ramuan jamu. Beberapa
tanaman obat penyusun Jamu penurun berat badan, antara lain :
4
Selain itu, cara pengolahan daun teh hijau dari daun kering menjadi
formulasi yang dikonsumsi dapat berdampak signifikan terhadap jenis dan jumlah
senyawa aktif farmakologis yang ada dalam sediaan akhir (Busse 2000; Gregersen
2009) . Misalnya, metode tradisional menyeduh daun teh hijau kering dalam air
mendidih selama beberapa menit menghasilkan konsentrasi katekin dan kafein yang
relatif rendah diekstraksi dari daun ke dalam air yang kemudian dikonsumsi.
Produk yang dibuat dengan cara ini mungkin berbeda secara farmakologis
dari produk yang dibuat dari ekstrak teh hijau yang mengandung rangkaian lengkap
katekin dan kafein dalam jumlah yang mungkin mendekati kelimpahan alaminya.
Health Canada telah menyadari pentingnya konten dan untuk disetujui oleh Health
Canada sebagai produk teh hijau untuk pengelolaan berat badan, produk teh hijau
harus mengandung EGCG dan kafein dalam kisaran berikut: 126 hingga 300 mg
EGCG dan 75 hingga 150 mg kafein, dengan rasio EGCG:kafein 1,8:1 hingga 4:1
per hari (NHPD 2009).
5
BAB III
METODOLOGI
6
badan tidak bisa tercapai jika hanya mengandalkan jamu. Tetapi, harus juga
menjaga asupan makanan dan olahraga agar metabolisme tubuh tetap terjaga dan
nutrisi tetap tercukupi. “Harus dibarengi dengan olahraga untuk membakar
lemak dan kalori, serta harus jaga makan. Kalau porsi makan sedikit, tapi makan
(yang mengandung) gula semua, itu nggak akan mencapai tujuan juga,” tambah
Inggrid.
Iklan obat pelangsing tidak kalah menjamurnya dengan iklan peninggi
badan serta pembesar payudara di media sosial. Tak hanya media sosial, bahkan
di televisi pun Anda pasti pernah menemukan penurun berat badan praktis
termasuk hanya dengan minum secangkir teh.
Menurut Guru Besar Pangan dan Gizi IPB, Ali Khomsan, banyak sekali jamu,
herbal, atau obat pelangsing yang beredar tetapi semua memiliki kinerja kurang
lebih serupa.
"Herbal itu kan bisa menekan nafsu makan sehingga asupan enggak terlalu
tinggi. Kalau coba herbal lalu merasa kenyang lebih lama, silakan dicoba. Diet
itu individual, ada yang cocok dan ada yang enggak cocok," ujar Ali saat
dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (16/2).
7
"Di sini proses metabolisme diperlambat. Artinya, pemecahan karbohidrat
lambat, ada kesan kenyang lebih lama. Biasanya habis makan terus ngemil, tapi
dengan konsumsi ini keinginan untuk itu berkurang," jelasnya. Kemudian, cek
jika tubuh merasa lemas, loyo hingga aktivitas terganggu. Ini berarti konsumsi
obat atau jamu pelangsing sebaiknya dihentikan. Nafsu makan Anda ditekan tapi
malah membuat Anda tidak produktif.
"Kalau mau diet, harus ada niat dalam hati. Seringkali diet itu tidak
berhasil dengan baik kalau nit kurang kokoh, bisa tergoda lingkungan lalu
konsumsi makanan berlebih," katanya. Dia lanjut mengatakan, "Diet itu bukan
sesuatu yang individual, perlu dukungan keluarga, teman kos, jadi mereka tahu
kita diet sehingga tidak pamer makanan dan mempengaruhi kita mengonsumsi
makanan."
8
BAB IV
PEMBAHASAN
9
Jadi, jika Anda ditawari oleh orang lain untuk mengonsumsi jamu-jamu di atas
supaya cepat turun berat badannya, jangan diterima, ya!
Selain itu, menurut dr. Jessica Florencia, juga dari KlikDokter, terlalu
sering mengonsumsi ramuan herbal pelangsing kemasan bisa menimbulkan efek
samping sebagai berikut:
• Menyebabkan sering kencing atau buang air besar. Tentunya ini bisa
menyebabkan dehidrasi.
• Menurunkan sampai menghilangkan nafsu makan karena adanya
gangguan keseimbangan hormon dan dapat mengganggu perbaikan sel
tubuh. Ironisnya, jika konsumsi dihentikan secara mendadak, malah
nafsu makan jadi meningkat drastis.
• Mual, muntah, dan sakit perut karena tidak cocok dengan bahan kimia
yang ditambahkan di dalam jamu.
Oleh sebab itu, aman atau tidaknya jamu bergantung dari ada atau tidaknya
kandungan BKO jamu yang hendak Anda minum. Lebih baik tidak mengambil
risiko konsumsi jamu yang mengandung BKO supaya kesehatan diri tak terancam.
Karena pada dasarnya, BKO harus disesuaikan dengan penyakit dan kondisi
spesifik masing-masing individu sesuai anjuran dokter.
“Bila Anda penggemar jamu, ada baiknya bila jamu tersebut diracik oleh
tangan sendiri. Apalagi bahan alami seperti telur, kunyit, dan bahan tradisional
lainnya dapat lebih memberi manfaat bila diolah dan dikonsumsi secara murni,”
kata dr. Dyan.
10
menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan. Terlepas dari aman atau
tidaknya jamu dikonsumsi, prioritaskan diet sehat. Tingkatkan juga aktivitas fisik
dengan olahraga secara rutin, dan istirahat yang cukup sebagai cara utama
mengusahakan tubuh agar terbebas dari kelebihan berat badan dan obesitas.
11
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Kesehatan (2010) Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2010. Jakarta:
Badan Litbang Kesehatan.
Harnack L, DeRosier K, Rydell S (2004) Survei of adults' attitudes and beliefs about herbal
products. Journal of the American Pharmaceutical Association 43(5):596-601.
Indriyanti IS dan Ihalauw JJOI (2002) Pengulangan pesan suatu iklan dalam proses
pembelajaran konsumen: Studi terhadap iklan pasta gigi Pepsodent. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis (Dian ekonomi) VIII (1):36-52.
Miles M, Huberman AM (1992) Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-
metode Baru. Jakarta: UI Press.
Mowen JC and Minor M (2002) Perilaku Konsumen, Edisi 5 Jilid 2, alih bahasa: Dwi Kartini
Yahya. Jakarta: Erlangga.
Mulyani (2007) Faktor-faktor yang memengaruhi konsumen membeli produk jamu. dalam
http://eprints.upnjatim.ac.id/1710/1/file_1.pdf. [Diakses 20 April 2013]
Partini S (1999) Profil Sosial Budaya Lansia dalam Keluarga dan Komunitas di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian, Yogyakarta, IKIP Yogyakarta.
https://lifestyle.kompas.com/read/2024/01/05/173214820/seberapa-efektif-minum-
jamu-untuk-menurunkan-berat-badan
https://sardjito.co.id/2023/09/01/mengenal-kegemukan-dan-jamu-sebagai-alternatif-
solusinya/
13
LAMPIRAN
14
15