“ OBESITAS”
Disusun oleh:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya
kita dapat menyelesaikan tugas makalah Biokimia yang berjudul “Makalah
tentang Obesitas”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyeselaikan tugas mata kuliah Biokimia. Dalam penulisan makalah ini, kami
banyak mendapat bantuan dari pihak lain oleh karena itu kami mengucapkan
banyak terimakasih yang sebesarnya kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makkalah ini melalui dukungan moral dan kepercayaan yang
sangat berarti bagi kami.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Maka kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, kami mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 19
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Regulasi metabolisme kenyang dan Lapar ......................................... 4
Gambar 2. Mekanisme Hormon Leptin ................................................................ 5
Gambar 3. Dampak pada leptin bermasalah ......................................................... 6
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Macam-macam obat antiobesitas ............................................................ 13
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa obesitas dapat terjadi ?
1.2.2 Bagaimana cara mengatasi penyakit obesitas ?
1.2.3 Apa saja faktor penyebab dan resiko dari penyakit obesitas ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui patofisiologi penyakit obesitas
1.3.2 Dapat mengetahui obat maupun penanganan yang dibeirkan untuk
penyakit obesitas
1.3.3 Dapat menegetahui penyebab dari obesitas serta penyakit lain yang
dapat ditimbulkan akibat obesitas
2
BAB 2. PEMBAHASAN
3
Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama.
Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna melebihi energi
yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan
energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga
dapat berakibat pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada
remaja cenderung berlanjut hingga dewasa sampai 50-70%. Ukuran untuk
menentukan seseorang obesitas umumnya dipakai indeks berdasarkan berat
badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kwadrat, disebut
dengan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) (WHO,
2006).
4
POMC/CART. Pro-opiomelanocortin (POMC) adalah suatu molekul protein
yang bekerja pada neuron yang ada di hipotalamus. Aktivitas dari POMC
akan membuat tubuh merasa kenyang sehingga tidak ada keinginan untuk
makan. POMC akan mengeluarkan reseptor melanokortin-4. Reseptor inilah
yang dapat menurunkan asupan makan (Najah, 2014).
Sedangkan pada tubuh yang bermasalah, dapat terjadi pelepasan
hormon leptin dari adiposa terganggu atau mengalami penurun. Sehingga,
ketika tubuh menerima asupan makan dalam jumlah banyak, adiposa tidak
dapat melepaskan hormon leptin lebih banyak juga. Akibatnya, tidak ada
hormon yang merangsang hipotalamus dan POMC/CART tidak terbentuk.
Maka, keinginan untuk makan terus meningkat atau tubuh selalu merasa lapar
(Yingjiang, 2014).
5
Gambar 3.Dampak pada leptin bermasalah
6
ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat
jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah
kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya
berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan
distribusi lemak (Guyton, 2007)
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama
obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur
dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,
sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan
berat badan (Guyton, 2007). Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka
terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua
faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum;
2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung
jawab duapertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas
fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan
berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan
aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga
kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori
yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami
penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan
olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya
7
olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme
basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan
berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga
karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal
(Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak
baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang
menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana
perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress.
Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi
kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru
terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar
kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh
karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas
pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi
obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus
seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan
bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada
hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan
makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan
(awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang
bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang).
Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka
individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila
8
dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan
terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan
kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas,
serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus
berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan
zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang
dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida
usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan
oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi
leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung
dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol
adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang
tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis
(Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma
dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas
adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa
anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit
saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan
(Flier et al, 2005).
9
1. Penyakit Diabetes Melithus
Resiko yang bisa dialami oleh seseorang yang punya riwayat
obesitas yaitu diabetes melithus tipe 2. Gemuk atau obesitas menyebabkan
resistensi insuli. Insulin yang beredar di dalam darah tidak lagi efektif,
tidak dapat menghantarkan seluruh glukosa darah masuk ke dalam sel. hal
ini menyebabkan kelenjar pankreas terpacu utuk menghasilkan insulin
yang lebih banyak akibatnya sebagian besar glukosa yang dikonsumsi
tidak dapat berubah menjadi glikogen (lemak otot), sehingga gula darah
menjadi tinggi (hiperglikemia). Sebagian dari kelebihan glukosa dalam
darah akan dikeluarkan melalui urin (glikosuria). Hal ini yang
menyebabkan orang yang obesitas dapat terkena penyakit diabetes
melithus.
2. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Hipertensi terjadi karena adanya penyempitan pembulu darah
akibat penimbunan lemak di saluran darah untuk seseorang yang obesitas,
mengakibatkan tekanan darah menjadi naik. Seseorang yang obesitas
tubuhnya akan bekerja keras membakar kelebihan kalori dalam darah,
pembakaran ini membutuhkan asupan oksigen dalam darah yang banyak.
Dampaknya tekanan darah seorang yang obesitas cenderung tinggi.
3. Penyakit jantung
Seseorang yang obesitas dapat memicu terjadinya serangan
jantung, disebabkan karena lemak yang berlebih di dalam tubuh akan
menghambat saluran darah ke jantung, dan pemompaan darah dari jantung
ke seluruh tubuh pun tidak akan bekerja dengan baik, hal ini dapat
mengakibatkan penyakit jantung.
4. Gagal ginjal
Obesitas dapat mengakibatkan penyakit gagal ginjal, karena
dengan adanya penumpukan lemak berlebih di tubuh memicu ginjal
bekerja lebih berat, dan menyaring darah lebih banyak dari normanya,
dengan kondisi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, yang
menyebabkan penyakit gagal ginjal.
5. Kanker
10
Karena seseorang yang terkena obesitas keseimbangan hormon
insulin, estrogen, maupun progesteron mengalami gangguan. Maka akan
memicu munculnya penyakit kanker di beberapa bagian tubuh. Di
antaranya dapat berupa kanker payudara, kanker usus, kanker hati, kanker
ginjal, kanker prostat, maupun kanker tenggoroakan
6. Osteorartritis (peradangan sendi)
Radang sendi yang di biasanya dialami, terdapat pada bagian leher,
tangan, kaki, dan lutut. Hal ini disebabkan karena lemak yang tertimbun di
tubuh membuat beban tubuh semakin berat, dengan keadaan ini cairan
sendi menjadi berkurang lebih cepat sehingga bagian antar tulang saling
bergesekan dan jika terjadi terus menerus bisa terjadi perobekan pada
tulang rawan sendi, menimbulkan rasa nyeri.
7. Depresi
Depresi bisa disebabkan oleh obesitas. Karena adanya rasa kurang
percaya diri yang bisa mengakibatkan tekanan-tekanan emosional yang
terjadi. Depresi biasanya di luapkan dengan emosi atau mudah marah,
hingga mudah merasa stres.
8. Adanya gangguan pernafasan
11
Obesitas dapat meningkatkan penyakit katarak, hal ini karena
adanya resistensi insulin yang berperan dalam phatogenesis terbentuknya
penyakit katarak.
11. Dislipidemia
12
bahaya untuk disalah gunakan. Berikut ini merupakan obat-obat
antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA:
13
memerlukan penurunan berat badan dalam waktu singkat untuk
alasan medis, memiliki kadar HDL rendah.
Dosis pemakaian : Dosis awal sebesar 10 mg diberikan 1 kali/
harisesudah atau sebelum makan dilakukan
pada pagi hari.
Efek samping : Mulut kering, anoreksia, sakit kepala,
konstipasi, insomnia, peningkatan tekanan
darah dan detak jantung, dan aritmia
(memerlukan pengawasan lebih lanjut).
2. Orlistat
Orlistat merupakan suatu derivat sintetik lipstatin (suatu
inhibitor lipase) yang dihasilkan oleh Streptomyces
toxytricini. Lipase gastrointestinal (pankreas dan lambung) penting
untuk absorpsi trigliserida rantai panjang dan memfasilitasi
pengosongan lambung.
Orlistat bekerja selektif dalam menghambat lipase
gastrointestinal dengan cara menghambat pembentukan asam
lemak bebas dari trigliserida makanan, sehingga absorpsi lemak
makanan menurundan lemak tidak bisa lagi diserap dan langsung
dibuang dari tubuh.
Orlistat cocok jika diberikan pada pasien yang memiliki
kadar LDL yang tinggi, memiliki gangguan toleransi glukosa, telah
berulang kali kehilangan berat badan belakangan ini dan dengan
cepat mengembalikannya, atau memiliki kemampuan untuk
menjalani diet rendah lemak dalam waktu yang lama.
Dosis : Dengan dosis 60 mg sdiberikan 3 kali/hari
sebelum ataupun sesudah makan
Efek samping : Infeksi tenggorokan, Infeksi dada, Sakit kepala,
Gejala flu, Rasa tidak nyaman pada perut bagian
bawah, Kebelet buang air besar, Tekstur tinja
14
berminyak, dan cenderung membaik seiring
berlanjutnya penggunaan.
3. Dietilpropion
Dietilpropion adalah salah satu supresan noradrenergic yang
aman tapitidak dapat digunakan pada pasien dengan hipertensi
berat atau penyakit kardiovaskuler yang signifikan dikarenakan
obat pelangsing ini bekerja di sistem syaraf pusat dengan menekan
nafsu makan seperti juga golongan obat amfetamin.
Obat ini bekerja dengan membantu mengurangi nafsu
makan dan sekaligus memberikan asupan nutrisi terhadap tubuh
agar tidak mengalami kekurangan vitamin saat sedang menjalani
program penurunan berat badan.
Dosis : 25 mg 3 kali sehari, 1 jam sebelum makan, dan
di pertengahan malam jika diperlukan untuk
menutupi rasa lapar pada malam hari.
Efek samping : Peningkatan tekanan darah, jantung berdebar –
debar, kemerahan pada kulit, sembelit, mual –
muntah, mulut kering, keram perut, nyeri kepala,
sulit tidur, pandangan kabur, rasa gelisah,
gangguan menstruasi, gangguan libido,
impotensi, dan reaksi alergi terhadap zat yang
terkandung.
4. Fenfluramin
Obat ini merupakan turunan dari amfetamin dengan
memperthanka rasa kenyang tanpa menekan nafsu makan, bekerja
dengan jalan menekan atau menghambat rangsangan-rangsangaan
yang dikirim oleh reseptor-reseptor tertentu di lambung-usus ke
pusat kenyang di otak (hipotalamus). Obat ini juga brdaya hipotensi
(menurunkan tekanan darah) dan antidiabetagon (antidisbetes)
dengan jalan memperbesar penyerapan glukosa oleh otot dengan
catatan bila ada insulin dan dapat dikombinasikan dengan anti
hipertensiva dan antidiabetika. Zat ini juga memiliki daya
15
antilipemik, sehingga dapat menurunkan kadar triglierida dan
kolesterol darah yang tinggi.
Obat ini bermanfaat untuk penderita obesitas yang memiliki
kecenderungan makan berlebihan pada malam hari. Namun, sejak
tahun 2000 fenfluramin telah dilarang penggunaannya. Sebab,
penggunaan fenfluramin dapat menimbulkan kelainan jantung dan
kenaikan tekanan darah.
Efek samping : Diare, mual, muntah, mengantuk, mulut kering
dan penggunaan dalam dosis tinggi bisa
menyebabkan impotensi, depresi dapat terjadi jika
terapi dihentikan secara mendadak. Efek yang
lebih serius adalah hipertensi pulmonal, denyut
jantung tak teratur, hingga penebalan katup
jantung.
5. Mazindol
Cara kerja obat ini sebagai penahan nafsu makan. Obat ini
bekerja pad areseptor nor adrenalin, serotonin, dan dopamine dalam
otak agar bisa mengontrol nafsu makan atau menguranginya.
Mazindol merangsang sistem saraf pusat (saraf dan otak) yang akan
meningkatkan laju pacu jantung dan tekanan darah, serta
mengurangi nafsu makan.
Dosis : Dosis awal 0,5-1 mg, 1 jam sebelum makan. Setelah 1
minggu, 2 mg/hari, maksimal 3 mg/hari.
Efek samping : Jantung berdegup lebih cepat, kepala terasa
melayang, mulut kering, rasa tidak nyaman di
perut, kekacauan waktu tidur, kulit sering gatal-
gatal, dan tekanan darah bisa meningkat.
6. Fentermin
Fentermine bekerja dengan meningkatkan pelepasan
norepinephrine oleh hipotalamus, yang kemudian menurunkan
nafsu makan, dan akhirnya menurunkan asupan makanan.
Pemberian fentermin menyebabkan peningkatan tekanan darah
16
signifikan, palpitasi, aritmia, dan pemberian pada sore hari
menyebabkan insomnia.
Dosis : 15-30 mg (per oral), 1 kali sehari sebelum makan
Efek samping : Merasa gelisah atau hiperaktif, sakit kepala,
pusing, tremor, masalah tidur (insomnia), mulut
kering atau rasa yang tidak menyenangkan di mulut ,
diare atau sembelit, sakit perut, peningkatan atau
penurunan minat pada seks, impotensi.
17
kesehatan kardio metabolis yang berhubungan dengan obesias, dan
mengurangi resiko CVD (CardioVascular Disease).
3. Terapi perilaku/tingkah laku (Behavioral Therapy)
18
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obesitas didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30
kg/m2 dan kelebihan berat badan 25 kg/m2 yang disebabkan
olehketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang
dikeluarkan.
Penyebab obesitas yaitu interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional.
Faktor resiko yang bisa ditimbulkan oleh pasien obesitas diantaranya
diabetes militus, hipertensi, jantung, gagal ginjal, kanker, depresi,
peradangan sendi, stroke, dan katarak.
Terapi obesitas dapat dilakukan dengan cara farmakologi (obat golongan
nonadrenergik, serotonergik, dan obat Campuran noradrenergik dan
serotonergik) dan non farmakologi (diet, aktivitas fisik, dan terapi
perilaku)
19
DAFTAR PUSTAKA
A.B. Crujeiras, dkk. Leptin resistance in obesity: An epigenetic landscape. Life
Sci (2015) http://dx.doi.org/10.1016/j.lfs.2015.05.003
Christoper, P, Kumar, A. 2015. Treatment of Overweight and Obesity. Volume 9,
No 4.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Najah, Baqai. 2017. Pathophysiology and aetiology of obesity. Obesity And
Metabolic Complications : Volume 43, Issue 2, Page 73-76
Parto,Parham, dkk. 2017.Obesity and Cardiovascular Diseases. Current Problems
in Cardiology : Volume 42, Issue 11, Page 376–394
http://dx.doi.org/10.1016/j.cpcardiol.2017.04.004
Shimabukuro, M. (2017). Leptin Resistance and Lipolysis of White Adipose
Tissue: An Implication to Ectopic Fat Disposition and Its
Consequences. Journal of Atherosclerosis and Thrombosis: 24(11),
1088–1089. http://doi.org/10.5551/jat.ED083
Upadhyay, Jagriti, dkk. 2017. Obesity as a Disease. Medical Clinics of North
America: 2018-01-01, Volume 102, Issue 1, Pages 13-33
http://dx.doi.org/10.1016/j.mcna.2017.08.004
Zhou, Y., & Rui, L. (2013). Leptin signaling and leptin resistance. Frontiers of
Medicine : 7(2), 207–222. http://doi.org/10.1007/s11684-013-0263-5
20
21