Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BIOKIMIA

“ OBESITAS”

Disusun oleh:

Alfin Asiatul Hurriyah 152210101141


Hanin Afifah 162210101023
Andika Prabandari 162210101034
Annisa Shalihah 162210101065
Nofia Elisa Putri 162210101112
Feny Dhea Camelia 162210101124

BAGIAN BIOLOGI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya
kita dapat menyelesaikan tugas makalah Biokimia yang berjudul “Makalah
tentang Obesitas”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyeselaikan tugas mata kuliah Biokimia. Dalam penulisan makalah ini, kami
banyak mendapat bantuan dari pihak lain oleh karena itu kami mengucapkan
banyak terimakasih yang sebesarnya kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makkalah ini melalui dukungan moral dan kepercayaan yang
sangat berarti bagi kami.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Maka kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, kami mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Jember, 14 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................. Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Masalah .................................. Error! Bookmark not defined.

BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Definisi Obesitas ................................................................................. 3

2.2 Patofisologi Obesitas .......................................................................... 4

2.3 Etiologi Obesitas ................................................................................. 6

2.4 Faktor Resiko Obesitas ....................................................................... 9

2.5 Terapi Obesitas ................................................................................. 12

BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 19

3.2 Saran .................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Regulasi metabolisme kenyang dan Lapar ......................................... 4
Gambar 2. Mekanisme Hormon Leptin ................................................................ 5
Gambar 3. Dampak pada leptin bermasalah ......................................................... 6

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Macam-macam obat antiobesitas ............................................................ 13

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obesitas didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih dari
30 kg/m2 dan kelebihan berat badan 25 kg/m2. Hal tersebut dapat terjadi
akibat ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi oleh tubuh
dengan aktivitas yang dilakukan. Selai itu, obestitas juga dapat terjadi akibat
faktor genetik (Najah, 2014).
Pada tubuh normal, apabila asupan energi terlalu banyak, maka
jaringan adiposa yang berfungsi dalam penyimpanan asam lemak
mengeluarkan hormon leptin dalam jumlah banyak. Sehingga hormon
tersebut dapat merangsang hipotalamus dan membuat tubuh terasa kenyang
(Najah, 2014). Sedangkan pada tubuh yang bermasalah, dapat terjadi
pelepasan hormon leptin dari adiposa terganggu atau mengalami penurun.
Sehingga, tubuh akan terus merasa lapar(Crujeiras, 2015).
Obesitas adalah kondisi medis kronis yang kompleks dengan dampak
negatif yang besar bagi kesehatan manusia. Selama 30 tahun terakhir,
obesitas menjadi masalah besar bagi hampir seluruh negara di dunia. Obesitas
menjadi beban kesehatan masyarakat dengan dampak signifikan dan
mendalam terhadap morbiditas,kematian, dan biaya perawatan kesehatan
(Upadhyay, 2017). Ada banyak efek samping yang disebabkan oleh obesitas,
seperti : struktur jantung, hemodinamik, kelainan seluler, dan juga
peningkatan faktor risiko penyakit kardiovaskular (CVD) seperti hipertensi,
jantung koroner,penyakit dislipidemia, atrial fibrillation, dan depresi (Parto,
2017).
Oleh karena obesitas dapat menyebabkan penyakit yang kompleks
maka diperlukan studi lanjut tentang penanganan obesitas. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang pengertian, faktor penyebab dan resiko, serta cara
pengobatan untuk obesitas yang dapat digunakan sebagai tambahan
pengetahuan untuk pembaca.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa obesitas dapat terjadi ?
1.2.2 Bagaimana cara mengatasi penyakit obesitas ?
1.2.3 Apa saja faktor penyebab dan resiko dari penyakit obesitas ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui patofisiologi penyakit obesitas
1.3.2 Dapat mengetahui obat maupun penanganan yang dibeirkan untuk
penyakit obesitas
1.3.3 Dapat menegetahui penyebab dari obesitas serta penyakit lain yang
dapat ditimbulkan akibat obesitas

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Obesitas


Obesitas didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih dari
30 kg/m2 dan kelebihan berat badan 25 kg/m2. Umumnya, obesitas
disebabkan olehketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang
dikeluarkan. Akibatnya, penyimpanan lipid dalam tubuh terakumulasi dan
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Najah, 2014).
Obesitas didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30
kg/m2 dan kelebihan berat badan 25 kg/m2. Umumnya, obesitas disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang
dikeluarkan. Akibatnya, penyimpanan lipid dalam tubuh terakumulasi dan
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Najah, 2014).
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk
(obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak
khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah
keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat
dibandingkan berat idealnya yang disebabkan karena terjadinya
penumpukan lemak di tubuh.
Obesitas adalah suatu keadaan yang kelebihan berat badan dari berat
badan relatif seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama
karbohidrat, lemak dan protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak
seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi
terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi
(Krisno, 2002).
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan
jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh
tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan
dengan berbagai macam penyakit degeneratif (WHO 2000).

3
Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama.
Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna melebihi energi
yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan
energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga
dapat berakibat pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada
remaja cenderung berlanjut hingga dewasa sampai 50-70%. Ukuran untuk
menentukan seseorang obesitas umumnya dipakai indeks berdasarkan berat
badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kwadrat, disebut
dengan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) (WHO,
2006).

2.2 Patofisologi Obesitas

Gambar 1. Regulasi metabolisme kenyang dan Lapar

Pada tubuh normal, apabila asupan energi terlalu banyak, maka


jaringan adiposa yang berfungsi dalam penyimpanan asam lemak
mengeluarkan hormon leptin dalam jumlah banyak. Hormon leptin
selanjutnya akan merangsang hipotalamus sehingga terbentuk

4
POMC/CART. Pro-opiomelanocortin (POMC) adalah suatu molekul protein
yang bekerja pada neuron yang ada di hipotalamus. Aktivitas dari POMC
akan membuat tubuh merasa kenyang sehingga tidak ada keinginan untuk
makan. POMC akan mengeluarkan reseptor melanokortin-4. Reseptor inilah
yang dapat menurunkan asupan makan (Najah, 2014).
Sedangkan pada tubuh yang bermasalah, dapat terjadi pelepasan
hormon leptin dari adiposa terganggu atau mengalami penurun. Sehingga,
ketika tubuh menerima asupan makan dalam jumlah banyak, adiposa tidak
dapat melepaskan hormon leptin lebih banyak juga. Akibatnya, tidak ada
hormon yang merangsang hipotalamus dan POMC/CART tidak terbentuk.
Maka, keinginan untuk makan terus meningkat atau tubuh selalu merasa lapar
(Yingjiang, 2014).

Gambar 2.Mekanisme Hormon Leptin

5
Gambar 3.Dampak pada leptin bermasalah

2.3 Etiologi Obesitas


Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan
penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya
hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang
dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh
karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain
aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007).
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang
pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota
keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik
yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus
obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam
obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang
mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak.
Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4,
yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh

6
ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat
jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah
kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya
berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan
distribusi lemak (Guyton, 2007)
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama
obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur
dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,
sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan
berat badan (Guyton, 2007). Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka
terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua
faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum;
2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung
jawab duapertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas
fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan
berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan
aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga
kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori
yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami
penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan
olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya

7
olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme
basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan
berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga
karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal
(Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak
baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang
menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana
perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress.
Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi
kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru
terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar
kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh
karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas
pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi
obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus
seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan
bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada
hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan
makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan
(awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang
bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang).
Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka
individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila

8
dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan
terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan
kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas,
serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus
berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan
zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang
dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida
usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan
oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi
leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung
dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol
adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang
tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis
(Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma
dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas
adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa
anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit
saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan
(Flier et al, 2005).

2.4 Faktor Resiko Obesitas


Ada beberapa faktor resiko yang bisa ditimbulkan oleh pasien
obesitas, antara lain :

9
1. Penyakit Diabetes Melithus
Resiko yang bisa dialami oleh seseorang yang punya riwayat
obesitas yaitu diabetes melithus tipe 2. Gemuk atau obesitas menyebabkan
resistensi insuli. Insulin yang beredar di dalam darah tidak lagi efektif,
tidak dapat menghantarkan seluruh glukosa darah masuk ke dalam sel. hal
ini menyebabkan kelenjar pankreas terpacu utuk menghasilkan insulin
yang lebih banyak akibatnya sebagian besar glukosa yang dikonsumsi
tidak dapat berubah menjadi glikogen (lemak otot), sehingga gula darah
menjadi tinggi (hiperglikemia). Sebagian dari kelebihan glukosa dalam
darah akan dikeluarkan melalui urin (glikosuria). Hal ini yang
menyebabkan orang yang obesitas dapat terkena penyakit diabetes
melithus.
2. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Hipertensi terjadi karena adanya penyempitan pembulu darah
akibat penimbunan lemak di saluran darah untuk seseorang yang obesitas,
mengakibatkan tekanan darah menjadi naik. Seseorang yang obesitas
tubuhnya akan bekerja keras membakar kelebihan kalori dalam darah,
pembakaran ini membutuhkan asupan oksigen dalam darah yang banyak.
Dampaknya tekanan darah seorang yang obesitas cenderung tinggi.
3. Penyakit jantung
Seseorang yang obesitas dapat memicu terjadinya serangan
jantung, disebabkan karena lemak yang berlebih di dalam tubuh akan
menghambat saluran darah ke jantung, dan pemompaan darah dari jantung
ke seluruh tubuh pun tidak akan bekerja dengan baik, hal ini dapat
mengakibatkan penyakit jantung.
4. Gagal ginjal
Obesitas dapat mengakibatkan penyakit gagal ginjal, karena
dengan adanya penumpukan lemak berlebih di tubuh memicu ginjal
bekerja lebih berat, dan menyaring darah lebih banyak dari normanya,
dengan kondisi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, yang
menyebabkan penyakit gagal ginjal.
5. Kanker

10
Karena seseorang yang terkena obesitas keseimbangan hormon
insulin, estrogen, maupun progesteron mengalami gangguan. Maka akan
memicu munculnya penyakit kanker di beberapa bagian tubuh. Di
antaranya dapat berupa kanker payudara, kanker usus, kanker hati, kanker
ginjal, kanker prostat, maupun kanker tenggoroakan
6. Osteorartritis (peradangan sendi)
Radang sendi yang di biasanya dialami, terdapat pada bagian leher,
tangan, kaki, dan lutut. Hal ini disebabkan karena lemak yang tertimbun di
tubuh membuat beban tubuh semakin berat, dengan keadaan ini cairan
sendi menjadi berkurang lebih cepat sehingga bagian antar tulang saling
bergesekan dan jika terjadi terus menerus bisa terjadi perobekan pada
tulang rawan sendi, menimbulkan rasa nyeri.
7. Depresi
Depresi bisa disebabkan oleh obesitas. Karena adanya rasa kurang
percaya diri yang bisa mengakibatkan tekanan-tekanan emosional yang
terjadi. Depresi biasanya di luapkan dengan emosi atau mudah marah,
hingga mudah merasa stres.
8. Adanya gangguan pernafasan

Obesitas dapat menyebabkan gangguan pernafasan, karena adanya


penimbunan lemak berlebihan di bawah diafragma yang menekan paru-
paru. Hal ini menyebabkan kesusahan dalam bernafas. Bisa terjadi ashma.
9. Stroke

Karena penderita obesitas memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol


tinggi, dan kadar gula darah tinggi (Diabetes Melithus) hal ini dapat meicu
timbulnya gejala stroke. Tekanan darah yang meningkat perlahan-lahan
akan merusak dinding pembuluh darah dan akan memperkeras arteri yang
akan menyebabkan pembekuan darah dan aneurisme, dengan ini
mengakibatkan penyakit stroke.
10. Katarak

11
Obesitas dapat meningkatkan penyakit katarak, hal ini karena
adanya resistensi insulin yang berperan dalam phatogenesis terbentuknya
penyakit katarak.
11. Dislipidemia

Obesitas dapat menyebabkan berbagai kelainan pada lipid serum,


antara lain adanya peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL
pada kolesterol, dan adanya peningkatan jumlah partikel LDL.
Peningkatan ini dapat memicu juga penyakit jantung koroner.

2.5 Terapi Obesitas


Terapi obesitas dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
2.5.1 Terapi Farmakologi
Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu
makan golongan simpatomimetik dan pemberiannya sementara. Obat
ini dapat menimbulkan toleransi dan lama-lama efek obat ini akan
berkurang. Umumnya obat-obat ini merangsang SSP sehingga akan
menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja dengan meningkatkan
neurotransmitter anoreksigenik seperti NE, serotonin, dan dopamin.
Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan
berikut:
a Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin
(meningkatkan pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.
b Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan
serotonin dan menginhibisi reuptakenya) dan fluoksetin.
c Campuran noradrenergik dan serotonergik : sibutramin
(menginhibisi serotonin dan NE).Gastrointestinal lipase inhibitor:
orlistat (menginhibisi lipase lambung dan pankreas).

Obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh


FDA hanyalah yang memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA
schedule ialah penggolongan obat berdasarkan potensinya untuk
menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya maka semakin

12
bahaya untuk disalah gunakan. Berikut ini merupakan obat-obat
antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA:

Tabel 1. Macam-macam obat antiobesitas

Nama Generik Nama Dagang DEA Schedule Lama Disetujui


Penggunaan
Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999
Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997
Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973
Fentermin Adipex, IV Jangka pendek 1973
Ionamin
Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961
Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960

Sedangkan merk dagang dari masing-masing obat antiobesitas


yang beredar di Indonesia, antara lain: sibutramin (reductil, redufast),
orlistat (xenical), dietilpropion (apisate), fenfluramin (ponderal),
mazindol (teronac), fentermin (mirapront).
1. Sibutramin
Obat yang memiliki rumus molekul C17H29Cl2NO ini
bekerja dengan cara menghambat norepinefrin, serotonin, dan
dopamin di sistem saraf pusat. Sibutramin menghambat
norepinefrin yang akan menimbulkan rasa kenyang dan menekan
nafsu makan dan mengurangi asupan kalori oleh karena efek
anoreksan yang dikandung oleh obat ini. Selain itu, sibutramin juga
meningkatkan pengeluaran energi dan mengurangi kecepatan
metabolisme yang turun terkait penurunan berat badan.
Sibutramin dapat digunakan untuk jangka panjang (lebih
dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil
dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun.Sibutramin cocok
jika diberikan kepada pasien yang memiliki nafsu makan yang sulit
dikendalikan, suka mengemil, sering makan di malam hari,

13
memerlukan penurunan berat badan dalam waktu singkat untuk
alasan medis, memiliki kadar HDL rendah.
Dosis pemakaian : Dosis awal sebesar 10 mg diberikan 1 kali/
harisesudah atau sebelum makan dilakukan
pada pagi hari.
Efek samping : Mulut kering, anoreksia, sakit kepala,
konstipasi, insomnia, peningkatan tekanan
darah dan detak jantung, dan aritmia
(memerlukan pengawasan lebih lanjut).
2. Orlistat
Orlistat merupakan suatu derivat sintetik lipstatin (suatu
inhibitor lipase) yang dihasilkan oleh Streptomyces
toxytricini. Lipase gastrointestinal (pankreas dan lambung) penting
untuk absorpsi trigliserida rantai panjang dan memfasilitasi
pengosongan lambung.
Orlistat bekerja selektif dalam menghambat lipase
gastrointestinal dengan cara menghambat pembentukan asam
lemak bebas dari trigliserida makanan, sehingga absorpsi lemak
makanan menurundan lemak tidak bisa lagi diserap dan langsung
dibuang dari tubuh.
Orlistat cocok jika diberikan pada pasien yang memiliki
kadar LDL yang tinggi, memiliki gangguan toleransi glukosa, telah
berulang kali kehilangan berat badan belakangan ini dan dengan
cepat mengembalikannya, atau memiliki kemampuan untuk
menjalani diet rendah lemak dalam waktu yang lama.
Dosis : Dengan dosis 60 mg sdiberikan 3 kali/hari
sebelum ataupun sesudah makan
Efek samping : Infeksi tenggorokan, Infeksi dada, Sakit kepala,
Gejala flu, Rasa tidak nyaman pada perut bagian
bawah, Kebelet buang air besar, Tekstur tinja

14
berminyak, dan cenderung membaik seiring
berlanjutnya penggunaan.
3. Dietilpropion
Dietilpropion adalah salah satu supresan noradrenergic yang
aman tapitidak dapat digunakan pada pasien dengan hipertensi
berat atau penyakit kardiovaskuler yang signifikan dikarenakan
obat pelangsing ini bekerja di sistem syaraf pusat dengan menekan
nafsu makan seperti juga golongan obat amfetamin.
Obat ini bekerja dengan membantu mengurangi nafsu
makan dan sekaligus memberikan asupan nutrisi terhadap tubuh
agar tidak mengalami kekurangan vitamin saat sedang menjalani
program penurunan berat badan.
Dosis : 25 mg 3 kali sehari, 1 jam sebelum makan, dan
di pertengahan malam jika diperlukan untuk
menutupi rasa lapar pada malam hari.
Efek samping : Peningkatan tekanan darah, jantung berdebar –
debar, kemerahan pada kulit, sembelit, mual –
muntah, mulut kering, keram perut, nyeri kepala,
sulit tidur, pandangan kabur, rasa gelisah,
gangguan menstruasi, gangguan libido,
impotensi, dan reaksi alergi terhadap zat yang
terkandung.
4. Fenfluramin
Obat ini merupakan turunan dari amfetamin dengan
memperthanka rasa kenyang tanpa menekan nafsu makan, bekerja
dengan jalan menekan atau menghambat rangsangan-rangsangaan
yang dikirim oleh reseptor-reseptor tertentu di lambung-usus ke
pusat kenyang di otak (hipotalamus). Obat ini juga brdaya hipotensi
(menurunkan tekanan darah) dan antidiabetagon (antidisbetes)
dengan jalan memperbesar penyerapan glukosa oleh otot dengan
catatan bila ada insulin dan dapat dikombinasikan dengan anti
hipertensiva dan antidiabetika. Zat ini juga memiliki daya

15
antilipemik, sehingga dapat menurunkan kadar triglierida dan
kolesterol darah yang tinggi.
Obat ini bermanfaat untuk penderita obesitas yang memiliki
kecenderungan makan berlebihan pada malam hari. Namun, sejak
tahun 2000 fenfluramin telah dilarang penggunaannya. Sebab,
penggunaan fenfluramin dapat menimbulkan kelainan jantung dan
kenaikan tekanan darah.
Efek samping : Diare, mual, muntah, mengantuk, mulut kering
dan penggunaan dalam dosis tinggi bisa
menyebabkan impotensi, depresi dapat terjadi jika
terapi dihentikan secara mendadak. Efek yang
lebih serius adalah hipertensi pulmonal, denyut
jantung tak teratur, hingga penebalan katup
jantung.
5. Mazindol
Cara kerja obat ini sebagai penahan nafsu makan. Obat ini
bekerja pad areseptor nor adrenalin, serotonin, dan dopamine dalam
otak agar bisa mengontrol nafsu makan atau menguranginya.
Mazindol merangsang sistem saraf pusat (saraf dan otak) yang akan
meningkatkan laju pacu jantung dan tekanan darah, serta
mengurangi nafsu makan.
Dosis : Dosis awal 0,5-1 mg, 1 jam sebelum makan. Setelah 1
minggu, 2 mg/hari, maksimal 3 mg/hari.
Efek samping : Jantung berdegup lebih cepat, kepala terasa
melayang, mulut kering, rasa tidak nyaman di
perut, kekacauan waktu tidur, kulit sering gatal-
gatal, dan tekanan darah bisa meningkat.
6. Fentermin
Fentermine bekerja dengan meningkatkan pelepasan
norepinephrine oleh hipotalamus, yang kemudian menurunkan
nafsu makan, dan akhirnya menurunkan asupan makanan.
Pemberian fentermin menyebabkan peningkatan tekanan darah

16
signifikan, palpitasi, aritmia, dan pemberian pada sore hari
menyebabkan insomnia.
Dosis : 15-30 mg (per oral), 1 kali sehari sebelum makan
Efek samping : Merasa gelisah atau hiperaktif, sakit kepala,
pusing, tremor, masalah tidur (insomnia), mulut
kering atau rasa yang tidak menyenangkan di mulut ,
diare atau sembelit, sakit perut, peningkatan atau
penurunan minat pada seks, impotensi.

2.5.2 Terapi nonfarmakologi


Pengurangan berat badan bias dicapai dengan mengganti pola
gaya hidup atau lifestyle seperti melakukan diet, olahraga dan dengan
mengubah perilaku penderita obesitas. Berikut adalah keuntungan
pengurangan berat badan, seperti mengurangi konsentrasi glukosa darah
pada pasien obesitas yang tidak mempunyai penyakit diabetes dan
mengurangi factor resiko diabetes serta CVD (Cardiovascular Disease).
Kombinasi diet rendah kalori dan meningkatkan aktivitas fisik
menghasilkan pengurangan berat badan lebih banyak dan pengurangan
lemak pada bagian abdomen penderita.
1. Diet

Diet yang sering digunakan untuk mengurangi berat badan


pada penderita obesitas yaitu diet rendah-kalori, diet vegetarian, dan
diet-diet yang lainnya. Dengan melakukan diet, pemasukan lemak
jenuh akan berkurang. Selain itu, dapat meminimalkan pemasukan
karbohidrat.
2. Aktivitas fisik (Physical Activity)

Aktivitas fisik dapat dilakukan secara perlahan, seperti


berjalan atau berenang selama 30 sampai 45 menit, dan 3 sampai 5
hari per minggu. Melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan
kesehatan cardio repiratory pada penderita, mengurangi resiko

17
kesehatan kardio metabolis yang berhubungan dengan obesias, dan
mengurangi resiko CVD (CardioVascular Disease).
3. Terapi perilaku/tingkah laku (Behavioral Therapy)

Terapi perilaku digunakan untuk memunculkan tingkah laku


untuk mengurangi berat badan. Terapi perilaku memakai prinsip
bahwa obesitas adalah hasil dari makan dan olahraga yang tidak
teratur, dan hal tersebut dapat diperbaiki. Terapi perilaku dapat
membantu para penderita obesitas mengembangkan kemampuan
untuk menjadi lebih sehat, walaupun tidak memiliki berat badan
ideal. Terapi perilaku terdiri dari self-monitoring (seperti jadwal
makanan dan aktivitas, kontrol stimulus (seperti mengontrol
keinginan untuk makan), manajemen stress, edukasi mengenai
nutrisi dan asupan, dan kebiasaan makan.

18
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Obesitas didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30
kg/m2 dan kelebihan berat badan 25 kg/m2 yang disebabkan
olehketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang
dikeluarkan.
 Penyebab obesitas yaitu interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional.
 Faktor resiko yang bisa ditimbulkan oleh pasien obesitas diantaranya
diabetes militus, hipertensi, jantung, gagal ginjal, kanker, depresi,
peradangan sendi, stroke, dan katarak.
 Terapi obesitas dapat dilakukan dengan cara farmakologi (obat golongan
nonadrenergik, serotonergik, dan obat Campuran noradrenergik dan
serotonergik) dan non farmakologi (diet, aktivitas fisik, dan terapi
perilaku)

19
DAFTAR PUSTAKA
A.B. Crujeiras, dkk. Leptin resistance in obesity: An epigenetic landscape. Life
Sci (2015) http://dx.doi.org/10.1016/j.lfs.2015.05.003
Christoper, P, Kumar, A. 2015. Treatment of Overweight and Obesity. Volume 9,
No 4.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Najah, Baqai. 2017. Pathophysiology and aetiology of obesity. Obesity And
Metabolic Complications : Volume 43, Issue 2, Page 73-76
Parto,Parham, dkk. 2017.Obesity and Cardiovascular Diseases. Current Problems
in Cardiology : Volume 42, Issue 11, Page 376–394
http://dx.doi.org/10.1016/j.cpcardiol.2017.04.004
Shimabukuro, M. (2017). Leptin Resistance and Lipolysis of White Adipose
Tissue: An Implication to Ectopic Fat Disposition and Its
Consequences. Journal of Atherosclerosis and Thrombosis: 24(11),
1088–1089. http://doi.org/10.5551/jat.ED083
Upadhyay, Jagriti, dkk. 2017. Obesity as a Disease. Medical Clinics of North
America: 2018-01-01, Volume 102, Issue 1, Pages 13-33
http://dx.doi.org/10.1016/j.mcna.2017.08.004
Zhou, Y., & Rui, L. (2013). Leptin signaling and leptin resistance. Frontiers of
Medicine : 7(2), 207–222. http://doi.org/10.1007/s11684-013-0263-5

20
21

Anda mungkin juga menyukai