Semester 114
Dosen Pengampu :
Dr. Rusilanti, M. Si
Kelompok 3 :
FAKULTAS TEKNIK
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tentang “kasus obesitas”.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu penilaian pada mata
kuliah Gizi Kebutuhan Khusus, yang diampu oleh dosen Dr. Rusilanti, M. Si. Mata
kuliah tersebut merupakan mata kuliah lanjutan dari Dasar Gizi.
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PENDAHULUAN
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan satu – satunya indikator untuk mengukur lingkar perut / lingkar
pinggang. International Diabetes Federation (IFD) mengeluarkan ukuran
lingkar perut berdasarkan etnis.
2
Setelah dianggap sebagai masalah hanya di negara - negara berpenghasilan
tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas sekarang meningkat secara dramatis
di negara - negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di
lingkungan perkotaan.
3
dengan lebih efektif. Studi saat ini tidak membuktikan hipotesis ini, meskipun
perlu diteliti lebih lanjut.
Jenis obesitas berdasarkan metabolisme tubuh. Jenis obesitas yang berbeda
mungkin memerlukan jenis perawatan yang berbeda pula. Alison Field dan
rekannya telah menerbitkan perspektif yang bijaksana tentang upaya ini dalam
Journal of American Medical Association (JAMA).
Tugas untuk mengidentifikasi dan memahami subtipe penting dari obesitas
berada pada tahap yang sangat awal, berikut jenis obesitas berdasarkan
metabolisme tubuh melansir Conscien Health.
Sekresi insulin tinggi. Sekresi insulin diketahui sangat dapat memprediksi
respons individu terhadap diet rendah lemak untuk pengobatan obesitas.
Individu dengan sekresi insulin tinggi mungkin resisten terhadap
penurunan berat badan dengan diet rendah lemak.
Respons rendah terhadap rasa kenyang. Anak-anak dengan bentuk gen
FTO yang terkait dengan obesitas dengan risiko paling rendah telah
terbukti merespons sinyal kenyang yang lebih baik daripada anak-anak
dengan bentuk gen yang berisiko lebih tinggi. Dengan cara ini, bentuk gen
berisiko rendah memberikan perlindungan terhadap makan berlebihan.
Untuk individu yang tidak memiliki perlindungan ini, perawatan yang
mengkompensasi ketidakhadirannya mungkin sangat berguna.
Respons tinggi terhadap isyarat makanan. Penglihatan dan penciuman
terhadap makanan menimbulkan respons yang lebih besar, keinginan untuk
makan dan mengeluarkan air liur, pada beberapa orang dengan berat badan
berlebih.
Preferensi terhadap junk food. Preferensi yang dipelajari untuk makanan
tinggi kalori, lemak, gula, garam, dan junk food dikembangkan sejak dini.
Intervensi perilaku yang disesuaikan mungkin berguna dalam mengatasi
faktor risiko ini.
Kecanduan makanan. Pesta makan dan kecanduan makanan adalah dua
kondisi berbeda yang mungkin terkait dengan obesitas yang mungkin
memerlukan perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu yang
terkena dampak.
4
Menghindari aktivitas fisik. Individu yang cenderung menghindari
aktivitas fisikterbukti memiliki dampak signifikan terhadap risiko obesitas.
5
Gambar 1 Dampak Obesitas
6
energi, dengan demikian energ yang diasup tidak akan pernah berlebih di dalam
tubuh jika selalu hidup aktif (olahraga berlari, sepeda, renang, bola, basker dll).
Pola emosi makan adalah suatu kebiasaan akan dengan jumlah berlebih dan
cenderung memilih jenis makanan yang tidak sehat yaitu tinggi gula, garam,
dan lemak yang disebabkan oleh emosi bukan karena lapar. Dalam pengelolaan
obesitas maka seseorang perlu dibantu untuk mengenali jenis emosinya dan cara
memahami emosi tersebut.
Pola tidur / istirahat, kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin
terganggu sehingga rasa lapar tidak terkontrol. Jika kuantitas (6 – 8 jam) dan
kualitas tidur seseorang tidak sesuai maka akan mempengaruhi keseimbangan
berbagai hormon yang pada akhirnya memicu kejadian obesitas. Gangguan
tidur dapat menyebabkan peningkatan asupan energi melalui :
1. Peningkatan rasa lapar melalui meningkatnya hormon ghrelin
(pengontrol rasa lapar) dan menurunnya hormon leptin (pengontrol rasa
kenyang).
2. Waktu tersisa untuk makan menjadi lebih banyak.
3. Cenderung memilih makanan yang tidak sehat.
7
Tips untuk dewasa (umur 18 – 60 tahun)
1. Aneka ragam pangan, cukup sayuran hijau dan buah berwarna.
2. Tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
3. Tingkatkan konsumsi karbohidrat kompleks dan batasi konsumsi
karbohidrat sederhana (gula).
4. Batasi konsumsi gorengan dan lemak trans (margarin).
5. Jadwal makan teratur, porsi sedikit tapi lebih sering dengan pola makan
pagi, selingan, makan siang, selingan dan makan malam.
6. Biasakan makan dengan model piring makan T yaitu, setengah piring
makan berisi sayuran, setengah piring nasi, dibagi lagi menjadi 2 bagian,
seperempat bagian berisi nasi dan seperempat bagian berisi lauk.
7. Hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda.
8. Batasi konsumsi jus buah.
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara baik, benar, teratur,
terukur (BBTT).
10. Aktif bergabung dengan komunitas peduli obesitas dan saling
menguatkan satu dengan yang lain.
11. Berfikir positif dan mengenali emosi makan.
12. Buat target terukur untuk aktivitas fisik.
13. Timbang berat badan dan ukur lingkar pinggang secara teratur.
Tips untuk lansia (umur > 60 tahun)
1. Konsumsi makanan sumber kalsium.
2. Batasi makanan tinggi natrium.
3. Batasi konsumsi tinggi gula, garam, lemak
4. Lakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan diri sendiri seperti jalan kaki.
8
Diet yang terlalu ekstrem justru dapat menimbulkan reaksi pertahanan diri
dari tubuh ketika terjadi defisit kalori. Gejalanya adalah tubuh selalu merasa
lapar dan lebih malas bergerak. Para pelaku diet ekstrem yang tidak siap untuk
'bertanding' jangka panjang biasanya akan gagal ketika tubuh mencapai fase ini.
"Sebenarnya, prinsip utama penurunan berat badan adalah defisit kalori
(kalori yang kita asup harus lebih rendah daripada yang digunakan). Semua
jenis diet yang populer untuk menurunkan berat badan prinsipnya sama, yaitu
mengurangi asupan baik secara sadar (membatasi pilihan dan jumlah makanan),
atau secara tidak sadar (membatasi jam makan)," jelas Hana Adisti, S. Gz.,
Registered Nutrisionist sekaligus Expert GueSehat.
Menurutnya, penderita obesitas yang ingin menjalani diet pun harus
memilih program diet yang tepat. Metode diet apapun kalau tidak defisit kalori
(misalnya diet keto yang tidak mengonsumsi karbohidrat) tetapi secara total
tetap surplus kalori, tidak akan menurunkan berat badan.
Beliau juga menambahkan, menu makanan untuk penderita obesitas juga
bisa disesuaikan dengan jenis diet yang dipilih. Pilihlah menu diet dan makanan
yang sesuai dengan selera. Misalnya kalau suka sekali dengan nasi, ya jangan
pilih diet keto. Pasalnya, diet tersebut harus dilakukan jangka panjang dan
menjadi bagian dari gaya hidup. Jangan gunakan diet dengan jangka waktu
tertentu. Tidak akan berhasil karena inti dari penurunan berat badan adalah
perubahan gaya hidup.
Selain itu, menurut National Heart, Lung and Blood Institute, para ahli
sepakat bahwa diet sehat rendah lemak, natrium, dan gula tambahan sangat baik
untuk menurunkan berat badan. Daging tanpa lemak, seperti ayam, kalkun, dan
ikan, dapat menggantikan daging merah berlemak. Roti gandum adalah pilihan
yang lebih baik daripada produk tepung putih. Minyak sehat, seperti minyak
zaitun dan minyak kanola, dapat menggantikan mentega atau margarin.
Obesitas bukanlah kondisi yang dapat dibiarkan begitu saja. Pasalnya,
kondisi ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Karenanya,
pastikan untuk selalu memilih menu makanan yang tepat. Alhasil, berat badan
dapat turun dengan cara yang sehat.
9
Tabel 4 Menu Makan Sehat
10
kilogram saja. Namun, setelah bekerja lama dan selalu menyantap makanan
katering yang tersisa, berat badan Yudi menjadi meningkat drastis dan
membuat dirinya menderita obesitas. Bahkan ia sampai dilarikan ke rumah
sakit dan membuat dirinya kehilangan pekerjaannya.
Wanita penderita obesitas bernama Titi. Wanita asal Palangkaraya,
Kalimantan Tengah tersebut memiliki bobot 350 kilogram. Berat badan
tersebut membuat Titi juga tak bisa melakukan banyak aktivitas. Setiap hari
ia hanya terbaring atau dalam posisi duduk di tempat tidurnya. Bahkan
tubuhnya hanya ditutupi kain lantaran tak ada baju yang muat untuk
dipakai.
Saat ditanya soal pola makan yang dijalani Titi, ternyata wanita penderita
obesitas tersebut mengaku sering menyantap gorengan. Titi mengatakan
bahwa ia tak pernah absen memakan goreng setiap harinya. Selain
gorengan, Titi juga rutin meminum - minuman yang dicampur es. Karena
ukuran tubuhnya yang sangat besar, banyak cara yang sudah dilakukan
guna menurunkan berat badannya. Seperti meminum - minuman herbal
penurun badan.
Minuman herbal tersebut sempat membuat berat badan Titi menurun, tetapi
ia tidak mampu menurunkan untuk minum - minuman herbal tersebut
karena harganya yang terlalu mahal. Sehingga pola makan Titi kembali
seperti semula dan membuat berat badannya kembali naik lagi.
Memiliki berat badan 320 kilogram, pria obesitas bernama Casey King ini
tampak menyerah dengan kehidupannya. Pasalnya dia hanya memutus
untuk terus menambah porsi makan meskipun kondisi tubuhnya sudah
terlampau sangat besar. Case King mengatakan bahwa ia akan makan
sampai ia mati. Hari - hari yang dilewati Casey juga terbilang monoton.
Pria penderita obesitas tersebut hanya menghabiskan waktu dengan
bermain video games di kamarnya sambil makan. Makanan - makanan
tersebut selalu distock di dalam kulkasnya. Tubuhnya yang besar membuat
ia kesulitan untuk melakukan apapun. Bahkan untuk urusan mandi dan
buang air saja ia kesulitan.
11
Sejak kecil, Casey king memang sudah memiliki postur tubuhnya yang
besar. Selama berjalannya waktu, berat badannya terus bertambah hingga
membuat dirinya menderita obesitas seperti saat ini. Selain itu, porsi
makannya yang terbilang banyak, Casey King juga memiliki pola jam tidur
yang buruk. Pria bertubuh besar tersebut selalu tidur larut malam dan sama
sekali tidak pernah berolahraga.
Arya Pratama anak laki - laki ini sempat viral lantaran menderita obesitas.
Saat itu ia memiliki berat badan sekitar 192 kilogram di usianya yang masih
belia. Berat badan yang tak wajar tersebut membuat Arya Pratama menjadi
perbincangan publik. Anak obesitas tersebut menjadi sering di undang di
beberapa acara televisi.
Dalam sebuah acara talkshow, Arya ditanya oleh pembawa acara soal pola
makan yang ia jalani hingga ia menderita obesitas. Arya Pratama
mengatakan bahwa ia sangat sering mengonsumsi mie instan dan minuman
kemasan. Ia mengaku tidak pernah memakan nasi sama sekali.
Bahkan dalam sehari ia bisa menghabiskan sekitar 6 bungkus mie instan
dan 20 minuman kemasan. Melihat berat badannya yang tidak wajar ini,
Arya Pratama telah memutuskan untuk menjalani pola hidup yang lebih
sehat. Kini ia berhasil menurunkan berat badan hampir sekitar 102 kg. Hal
tersebut dilakukan dengan berolahraga dan makanan yang bergizi.
Obesitas juga bisa terjadi pada anak kecil. Seperti yang dialami oleh anak
asal China ini. Anak yang saat itu berusia 3 tahun memiliki bobot sekitar
60 kilogram. Anak laki - laki tersebut dikenal dengan nama Lu Hao.
Dilansir dari Daily Mail (23/3) yang membuat berat badannya terus
bertambah adalah karena porsi makannya yang terbilang banyak.
Orang tua Anak ini mengatakan dalam sehari, anaknya tersebut bisa
mengonsumsi 3 mangkuk besar nasi. Kedua orang tua anak ini juga sudah
mencoba mengurangi porsi, tetapi anaknya selalu nangis karena porsinya
sedikit. Sehingga kedua orang tua memilih untuk membiarkan anaknya
tersebut memakan sebanyak - banyaknya.
Kedua orang tua Hao pernah membawa dirinya ke rumah sakit untuk
berkonsultasi dengan dokter. Namun, para dokter mengatakan bahwa level
12
hormonnya dalam level yang normal. Meskipun begitu, orang tua Hao
merasa khawatir dengan pola makan yang dijalani oleh putranya tersebut.
Sebab jika ia terus makan dan mengalami obesitas, maka bisa mengganggu
kesehatan jantungnya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obesitas merupakan kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh
sehingga membuat tubuh menjadi besar. Obesitas dapat terjadi karena tidak
seimbangnya antara kalori yang masuk dan yang keluar. Penyebab terjadinya
obesitas yaitu, sering memakan sisa makanan pada malam hari, mengkonsumsi
gorengan setiap hari, terus menambah porsi makan, pola jam tidur yang buruk,
tidak pernah berolahraga, sering makan mie instan dan minuman kemasan
sehingga tidak memakan nasi sama sekali, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah tentang kasus obesitas ini, diharapkan
pembaca mampu menerapkan tips atau langkah pencegahan agar terhindar dari
obesitas, karena obesitas merupakan awal dari segala penyakit. Para pembaca
juga diharapkan mulai merubah gaya hidup atau pola hidupnya menjadi lebih
sehat, agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Demikian makalah ini kami
buat. Terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fallahnda, Balqis. 2020. Mengenal Jenis Obesitas Berdasarkan Gaya Hidup &
Metabolisme Tubuh. Diakses pada 22 Maret 2021. https://tirto.id/mengenal-
jenis-obesitas-berdasarkan-gaya-hidup-metabolisme-tubuh-f5Rh
Fitria, Riska. 2019. Berat Badan Ratusan Kilo, Ini 5 Kisah Penderita Obesitas
Dan Pola Makannya. Diakses pada 22 Maret 2021.
https://food.detik.com/info-sehat/d-4769546/berat-badan-ratusan-kilo-ini-
5-kisah-penderita-obesitas-dan-pola-makannya
Salam, Megi Astria. 2009. Resiko Faktor Hereditas, Obesitas dan Asupan
Natrium Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Remaja Awal. Semarang :
Universitas Diponegoro.
15