OBESITAS
Dosen Pembimbing :
Lilis Maghfuroh, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Obesitas”.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi isi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembimbing dan
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 3
2.1. Pengertian ........................................................................................ 3
2.2. Etiologi ............................................................................................ 3
2.3. Tanda dan Gejala.............................................................................. 5
2.4. Patofisiologi..................................................................................... 5
2.5. Pathway............................................................................................ 7
2.6. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 8
2.7. Penatalaksanaan............................................................................... 8
2.8. Cara Pencegahan.............................................................................. 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................... 12
3.1. Pengkajian ....................................................................................... 12
3.2. Analisa Data..................................................................................... 15
3.3. Prioritas Diagnosa............................................................................ 16
3.4. Perencanaan...................................................................................... 16
3.5. Evaluasi............................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan.................................................................................... 20
4.2 Saran.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi obesitas
1.3.2 Mengetahui etiologi dari obesitas
1.3.3 Mengetahui tanda dan gejala obesitas
1.3.4 Mengetahui patofisiologi dari obesitas
1.3.5 Mengetahui pathway dari obesitas
1.3.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita obesitas
1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan pada obesitas
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Obesitas didefinisikan sebagai
kandungan lemak berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo,
2010).
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang
masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan
energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di
jaringan lemak (Sherwood, 2012). Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi.
Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi tubuh
yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk
lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al 2011). Sehingga obesitas adalah terjadinya
penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan
dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun
(Kemenkes, 2010).
2.2 Etiologi
Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis,
kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik (Sherwood, 2012).
2.2.1 Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Selain faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan tertentu dapat mendorong terjadinya obesitas.
Penelitian menunjukkan bahwa rerata faktor genetik memberikan pengaruh
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
7
2.3 Tanda dan Gejala
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan
bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk
sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa
ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut
dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
2.4 Patofisiologi
8
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2012). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan
seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang
dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal psikologis. Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu
pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan
regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi
melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan
sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.
Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian,
leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro
Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya
bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang
dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan
peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi
leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan
(Jeffrey, 2010).
2.5 Pathway
2) bvnnnn
Keturunan, pola makan, aktivitas, obat-obatan/suplement
9
Pola makan yang adekuat
Intolerasi
aktivitas
10
Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot. Dengan melakukan pengukuran
IMT (Index Massa Tubuh), serta perbandingan lingkar pinggang dan
panggul.
a. IMT
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi tubuh,
perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. Metode ini dilakukan
dengan cara menghitung BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam
kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter.
b. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP)
Rasio Lingkar Pinggang (LiPi) dan Lingkar Panggul (LiPa) merupakan
cara sederhana untuk membedakan obesitas bagian bawah tubuh (panggul)
dan bagian atas tubuh (pinggang dan perut). Pinggang diukur pada titik
yang tersempit, sedangkan panggul diukur pada titik yang terlebar; lalu
ukuran pinggang dibagi dengan ukuran panggul.
(WHO, 2010).
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Pengaturan Makanan
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori dari
kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB secara spontan
sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan kalori dibawah kebutuhan jika
tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan defisiensi zat gizi yang
mungkin dapat menghambat tumbuh kembang anak yang masih pesat
terutama tumbuh kembang otak.
1) Pada bayi.
Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu formula
perhatikan takaran dan volume pemberian susu.
makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi mulai
diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8 bulan, botol mulai
dihilangkan umur 1 tahun.
Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.
2) Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).
Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan penambahan
lemak untuk memasak. (mi sal : santan, minyak, margarine)
11
Pilih daging yang tidak berlemak.
Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak
Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman, pemanis
buatan (mis : aspartame) bisa digunakan bila perlu.
Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan lain
sejenis.
Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan.
Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.
3) Anak usia sekolah (4 - 6 th).
Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah.
Energi diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal
pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori
dengan pengawasan yang ketat.
4) Anak usia remaja
Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap
kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori diberikan
bertahap sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan sehari-hari.
Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan seluruh kelebihan
berat abdan karena pertumbuhan linier masih berlangsung, penurunan
berat badan cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat badan
ideal.
12
3) Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah perlahan
lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas dengan besar porsi
sedang dan meminimalkan snack.
4) Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat badan.
5) Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan
masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi, misal
pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan untuk menekankan agar tidak
makan berlebihan.
13
Dengan perilaku makan orang tua dapat ditiru oleh anaknya, jadi biasakan
memberi contoh yang baik pada anak dengan cara makan masakan rumah
sendiri dan memakan makanan yang sehat.
Mengajarkan anak untuk makan lebih lambat dan menikmatinya, karena
makan dengan pelan cenderung akan membuat anak akan merasa lebih cepat
kenyang dan tidak akan makan berlebihan.
Makanan cepat saji sangat tidak baik untuk di konsumsi secara berlebihan.
jadi jangan jadikan makanan cepat saji sebagai rutin mingguan.
Makan sambil beraktifitas. Jangan biarkan anak makan makanan ringan
sambil menonton tv, juga saat melakukan pekerjaan rumah.
Ingatkan pada anak untuk selalu memilih makan yang sehat, misalnya pada
saat membeli makanan diluar.
contoh:lebih memilih gado-gado dari pada membeli sate kambing.
Berikan batasan waktu anak untuk menonton tv dan bermain komputer.
melatih anak untuk melakukan kegiatan fisik selama 60 menit setiap hari.
Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan kaki, bulu tangkis, naik
sepeda, dan bisa juga berenang.
Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda pada saat bersekolah.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
14
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur (biasanya rentan pada anak saat periode pubertas
yaitu usia 11-14 tahun), jenis kelamin (lebih banyak ditemukan pada wanita
dibandingkan dengan laki – laki), agama, suku/bangsa, nama orang tua,
pendidikan orang tua (lebih beresiko terjadi pada anak dengan tingkat
pendidikan orang tua yang rendah karena kurangnya pengetahuan dalam pola
makanan), pekerjaan orang tua, alamat, dan nomor register.
15
3.1.4 Riwayat Imunisasi :
a) Usia 0 bulan: BCG, HB-0, Polio-0
b) Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib-1, Polio-1
c) Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib-2, Polio-2
d) Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib-3, Polio-3
e) Usia 9 bulan: Campak
f) Usia kurang dari 1 tahun: BCG, hepatitis B, polio, DPT, campak, HiB,
pneumokokus, rotavirus.
g) Usia 1-4 tahun: DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela,
influenza, HiB, pneumokokus.
h) Usia 5-12 tahun: DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A,
varisela, influenza, pneumokokus.
i) Usia 12-18 tahun: Td, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela,
influenza, pneumokokus, HPV.
j) Usia lanjut usia: influenza, pneumokokus.
Selain itu, terdapat pula imunisasi yang dianjurkan untuk
diberikan pada daerah endemis, seperti imunisasi japanese encephalitis,
umumnya diberikan mulai usia 1 tahun, dan diulang pada usia 3 tahun.
Vaksinasi Dengue untuk mencegah demam berdarah juga
direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mulai usia
9 tahun, dalam 3 kali pemberian dengan jarak 6 bulan.
16
pembesaran abdomen. Perlu dikaji karakteristik urin meliputi warna,
kejernihan, bau, jumlah intake, dan output yang dikonsumsi.
e) Eliminasi alvi : inkontinensia fekal juga biasanya terjadi karena adanya
pembesaran abdomen di dalam usus yang kemudian menekan sfingter
sehingga menyebabkan kebocoran.
f) Personal Hygiene : upaya untuk menjaga kebersihan diri terutama
untuk membersihkan badan pada lipatan-lipatan kulit yang dapat
menyebabkan kulit iritasi, berbau, dan infeksi jamur cenderung kurang
karena ketidakmampuan/ kurang keinginan untuk bergerak melakukan.
17
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : pekak asites
Auskultasi : bising usus normal
4) Ekstremitas
CRT normal 2-3 detik, terjadi nyeri sendi dan tulang
3.4 Perencanaan
SDKI SLKI SIKI
Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/
setelah aktivitas
Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
Sianosis
20
Tanda Mayor Verbalisasi perasaan O = identifikasi harapan
S : mengungkapkan negatif tentang citra tubuh
kecacatan/ kehilangan bagian perubahan tubuh berdasarkan tahap
tubuh menurun (5) perkembangan
O: Verbalisasi T = diskusikan
Kehilangan bagian tubuh kekhawatiran pada perbedaan
Fungsi/ struktur tubuh penolakan atau penampilan fisik
berubah/hilang reaksi orang lain terhadap harga diri
Tanda Minor menurun (5) E = jelaskan kepada
S: Respon nonverbal keluarga tentang
Tidak mau mengungkapkan pada perubahan perawatan perubahan
kecacatan/kehilangan tubuh membaik(5) citra tubuh
bagian tubuh Hubungan sosial
Mengungkapkan perasaan membaik(5)
negatif tentang perubahan
tubuh
Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain
Mengungkapkan perubahan
gaya hidup
O:
Menyembunyikan/
menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan
Menghindari melihat dan
atau menyentuh bagian
tubuh
Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
21
Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
Hubungan sosial berubah
3.5 Evaluasi
1. Menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan individu yang sesuai
dengan program diet yang diterima
2. Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
3. Menunjukan beberapa penerimaan diri terhadap dirinya sendiri, keluarga dan
lingkungan sekitar
4. Mencari informasi tentang nutrisi dan cara pengontrol berat badan.
5. Menyatakan pemahaman mengenai pentingnya perubahan pola hidup untuk
mengontrol berat badan
6. Pencapaian tujuan dalam rencana perawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi (Betty, 2004).
Obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam
22
kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD
berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes, 2010).
Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis,
kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik (Sherwood, 2012).
Tanda dan gejala obesitas adalah pada siang hari penderita sering merasa
ngantuk, sering merasa sesak nafas meskipun hanya melakukan aktivitas ringan,
nyeri punggung bawah, dan sering ditemukan kelainan kulit. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
Penatalaksanaan pada penderita obesitas adalah dengan mengatur pola
makan, modifikasi perilaku, aktifitas fisik dan olahraga, serta partisipasi orang tua
dalam memberikan contoh terhadap anak.
4.2 Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan khususnya dalam jurusan keperawatan.
Sebagai perawat harus menjadi salah satu fasilitor dalam pencegahan penyakit
obesitas yaitu dengan melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dan tidak
lupa untuk pasien dengan penyakit obesitas untuk mengatur pola makan, hindari
makanan cepat saji dan melakukan rutinitas olahraga supaya lemak yang dalam
tubuh tidak menimbun di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Sugondo, S., 2010. Obesitas. In: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiasti, S., editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid
3. 5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pp 1973.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal
708-710
23
Nelms et al. 2011. Nutrition Therapy and Pathophysiology. USA: Cengage
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Jeffrey, A, et al. 2010. Stronger Relationship Between Central Adiposity and C
Reactive Protein In Older Women Tahn Men, Source Menopause: 16,
84-89 (Diakses pada: 18 september 2014)
Stacey, Rosen. 2012. Obesity In The Midst of Unyielding Food Insecurity in
Developing Countries, Amber Waves. Vol 6. Issue 4
http://dieyachsyam.blogspot.com/2013/09/obesitas-pada-anak.html
(diakses pada Tanggal 6 Desember 2014)
24