Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

OBESITAS

Dosen Pembimbing :
Lilis Maghfuroh, S.Kep.,Ners.,M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok 3:


5C Keperawatan
Afiatin Masulah (1702012462)
Mahfudho Indah Yusriana (1702012462)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020

KATA PENGANTAR
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Obesitas”.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi isi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembimbing dan
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Lamongan, 2 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 3
2.1. Pengertian ........................................................................................ 3
2.2. Etiologi ............................................................................................ 3
2.3. Tanda dan Gejala.............................................................................. 5
2.4. Patofisiologi..................................................................................... 5
2.5. Pathway............................................................................................ 7
2.6. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 8
2.7. Penatalaksanaan............................................................................... 8
2.8. Cara Pencegahan.............................................................................. 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................... 12
3.1. Pengkajian ....................................................................................... 12
3.2. Analisa Data..................................................................................... 15
3.3. Prioritas Diagnosa............................................................................ 16
3.4. Perencanaan...................................................................................... 16
3.5. Evaluasi............................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan.................................................................................... 20
4.2 Saran.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Obesitas didefinisikan sebagai
kandungan lemak berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo,
2009). Pada awalnya obesitas dipandang sebagai trend atau gaya hidup sebagai tanda
kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang
hidup berkecukupan.
Namun kini Obesitas mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan
serius di negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obesitas
cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis
kanker tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut
meningkat secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30. Pandangan
mengenai obesitas sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau bagaimanapun
sudah tidak dapat diterima lagi. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian
khusus badan kesehatan dunia.
Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam asuhan keperawatan dengan
obesitas menjadi sangat menarik untuk diangkat dan dipelajari

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan obesitas?
1.2.2 Apa saja etiologi dari obesitas?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala dari obesitas?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari obesitas?
1.2.5 Bagaimana pathway dari penyakit obesitas?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita obesitas?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada obesitas?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi obesitas
1.3.2 Mengetahui etiologi dari obesitas
1.3.3 Mengetahui tanda dan gejala obesitas
1.3.4 Mengetahui patofisiologi dari obesitas
1.3.5 Mengetahui pathway dari obesitas
1.3.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita obesitas
1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan pada obesitas

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Obesitas didefinisikan sebagai
kandungan lemak berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo,
2010).
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang
masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan
energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di
jaringan lemak (Sherwood, 2012). Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi.
Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi tubuh
yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk
lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al 2011). Sehingga obesitas adalah terjadinya
penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan
dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun
(Kemenkes, 2010).

2.2 Etiologi
Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis,
kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik (Sherwood, 2012).
2.2.1 Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Selain faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan tertentu dapat mendorong terjadinya obesitas.
Penelitian menunjukkan bahwa rerata faktor genetik memberikan pengaruh
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

2.2.2 Faktor lingkungan


6
Lingkungan, termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang
peranan yang cukup berarti terhadap kejadian obesitas.
2.2.3 Faktor psikis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Ada dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas, yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari.
2.2.4 Faktor kesehatan
Terdapat beberapa kelainan kongenital dan kelainan neuroendokrin
yang dapat menyebabkan obesitas, diantaranya adalah Down Syndrome,
Cushing Syndrome, kelainan hipotalamus, hipotiroid, dan polycystic ovary
syndrome.
2.2.5 Faktor obat-obatan
Obat-obatan merupakan sumber penyebab signifikan dari terjadinya
overweight dan obesitas. Obat-obat tersebut diantaranya adalah golongan
steroid, antidiabetik, antihistamin, antihipertensi, protease inhibitor.
Penggunaan obat antidiabetes (insulin, sulfonylurea, thiazolidinepines),
glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers (lithium), antidepresan
(tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine) dapat
menimbulkan penambahan berat badan. Selain itu, Insulin-secreting tumors
juga dapat menimbulkan keinginan makan berlebihan sehingga menimbulkan
obesitas.
2.2.6 Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama
yang terjadi pada pada penderita di masa kanak-kanaknya dapat memiliki sel
lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan orang yang berat
badannya normal.
2.2.7 Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada
masyarakat. Orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas.

7
2.3 Tanda dan Gejala
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan
bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk
sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa
ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut
dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.

2.4 Patofisiologi

Gambar Patofisiologi Penyimpanan dan Keseimbangan Energi (Sumber:


Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease. Edisi VIII, 2009).

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari


tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan

8
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2012). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan
seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang
dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal psikologis. Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu
pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan
regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi
melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan
sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.
Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian,
leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro
Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya
bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang
dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan
peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi
leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan
(Jeffrey, 2010).

2.5 Pathway
2) bvnnnn
Keturunan, pola makan, aktivitas, obat-obatan/suplement

9
Pola makan yang adekuat

Intake dan output tidak seimbang

Akumulasi lemak pada BB meningkat


abdomen

Pembesaran lengan Ketidak


Tekanan pada atas dan paha seimbangan
Pembesaran
abdomen otot diafragma nutrisi lebih
dari kebutuhan
Adanya Perubahan
lipatan kulit struktur tubuh
Penekanan Menganggu
sfingter jalan napas
Mudah
Iritasi lelah
Gangguan
Sesak napas citra tubuh
Inkontinesia Inkontinesia
urine fekal
Aktivitas
Resiko terganggu
Pola nafas infeksi
tidak efektif

Intolerasi
aktivitas

2.6 Pemeriksaan Penunjang


2.6.1 Pemeriksaan Antropometrik

10
Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot. Dengan melakukan pengukuran
IMT (Index Massa Tubuh), serta perbandingan lingkar pinggang dan
panggul.
a. IMT
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi tubuh,
perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. Metode ini dilakukan
dengan cara menghitung BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam
kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter.
b. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP)
Rasio Lingkar Pinggang (LiPi) dan Lingkar Panggul (LiPa) merupakan
cara sederhana untuk membedakan obesitas bagian bawah tubuh (panggul)
dan bagian atas tubuh (pinggang dan perut). Pinggang diukur pada titik
yang tersempit, sedangkan panggul diukur pada titik yang terlebar; lalu
ukuran pinggang dibagi dengan ukuran panggul.
(WHO, 2010).

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Pengaturan Makanan
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori dari
kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB secara spontan
sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan kalori dibawah kebutuhan jika
tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan defisiensi zat gizi yang
mungkin dapat menghambat tumbuh kembang anak yang masih pesat
terutama tumbuh kembang otak.
1) Pada bayi.
 Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu formula
perhatikan takaran dan volume pemberian susu.
 makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi mulai
diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8 bulan, botol mulai
dihilangkan umur 1 tahun.
 Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.
2) Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).
 Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan penambahan
lemak untuk memasak. (mi sal : santan, minyak, margarine)
11
 Pilih daging yang tidak berlemak.
 Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak
 Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman, pemanis
buatan (mis : aspartame) bisa digunakan bila perlu.
 Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan lain
sejenis.
 Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan.
 Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.
3) Anak usia sekolah (4 - 6 th).
Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah.
Energi diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal
pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori
dengan pengawasan yang ketat.
4) Anak usia remaja
Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap
kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori diberikan
bertahap sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan sehari-hari.
Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan seluruh kelebihan
berat abdan karena pertumbuhan linier masih berlangsung, penurunan
berat badan cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat badan
ideal.

2.7.2 Modifikasi Perilaku


1) Monitor diri sendiri, anak dilatih untuk memonitor asupan makan dan
aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak dan
keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik
2) Stimulus kontrol, bermacam macam kejadian yang memicu keinginan
makan atau makan berlebihan, contoh : makan sambil menonton TV,
Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak dipasang di kamar
makan, makanan disimpan di lemari untuk meminimalkan penglihatan
terhadap makanan.

12
3) Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah perlahan
lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas dengan besar porsi
sedang dan meminimalkan snack.
4) Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat badan.
5) Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan
masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi, misal
pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan untuk menekankan agar tidak
makan berlebihan.

2.7.3 Aktifitas Fisik dan Olahraga


1) Frekuensi olah raga 3-5 kali per minggu.
2) Lama olah raga, pemanasan 15 menit, ditambah 30-40 menit.
3) jenis olah raga : jalan, berenang.
4) sesuai dengan hobi anak, tennis, menari, basket, dll.
5) menambah kegiatan/aktifitas fisik, misal berangkat sekolah jalan kaki,
lebih baik naik tanga dari pada menggunakan lift.
6) mengurangi aktifitas yang pasif, misal menonton TV, bermain
videogame, membaca buku, dll. (maksimal 2 jam sehari).

2.7.4 Partisipasi Orang Tua


Orang tua adalah contoh yang terbaik bagi anak Sekurang kurangnya
salah satu orang tua ikut secara intesif dalam program perawatan
anak.Penelitian menapatkan bahwa kelompok anak yang orang tua ikut
berpartisipasi, berat badannya turun lebih banyak dan tetap stabil.

2.8 Cara Pencegahan


 Dengan membatasi minuman dan makan yang mengandung kadar kalori dan
gula yang tinggi. Seperti coklat, minuman bersoda, biskuit, kue dan es krim.
Dan menggantinya dengan buah-buahan dan sayur-sayuran seperti jus buah,
agar-agar, kripik sayur serta susu rendah lemak.
 Jika masak sendiri, usahakan untuk dibakar atau dikukus. Dengan cara ini
makanan akan terlihat enak namun juga rendah lemak.

13
 Dengan perilaku makan orang tua dapat ditiru oleh anaknya, jadi biasakan
memberi contoh yang baik pada anak dengan cara makan masakan rumah
sendiri dan memakan makanan yang sehat.
 Mengajarkan anak  untuk makan lebih lambat dan menikmatinya, karena
makan dengan pelan cenderung akan membuat anak akan merasa lebih cepat
kenyang dan tidak akan makan berlebihan.
 Makanan cepat  saji sangat tidak baik untuk di konsumsi secara berlebihan.
jadi jangan jadikan makanan cepat  saji sebagai rutin mingguan.
 Makan sambil beraktifitas. Jangan biarkan anak makan makanan ringan
sambil menonton tv, juga saat melakukan pekerjaan rumah.
 Ingatkan pada anak untuk selalu memilih makan yang sehat, misalnya pada
saat membeli  makanan diluar.
contoh:lebih memilih gado-gado dari pada membeli sate kambing.
 Berikan batasan waktu anak untuk menonton tv dan bermain komputer.
melatih anak untuk melakukan kegiatan fisik selama 60 menit setiap hari.
 Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan kaki, bulu tangkis, naik
sepeda, dan bisa juga berenang.
 Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda pada saat bersekolah.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

14
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur (biasanya rentan pada anak saat periode pubertas
yaitu usia 11-14 tahun), jenis kelamin (lebih banyak ditemukan pada wanita
dibandingkan dengan laki – laki), agama, suku/bangsa, nama orang tua,
pendidikan orang tua (lebih beresiko terjadi pada anak dengan tingkat
pendidikan orang tua yang rendah karena kurangnya pengetahuan dalam pola
makanan), pekerjaan orang tua, alamat, dan nomor register.

3.1.2 Riwayat kesehatan


a. Keluhan Utama : sulit bergerak, mengalami kesusahan berdiri sehabis
duduk dari lantai
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien tidak mengalami keluhan apa-apa
selain merasakan berat badannya semakin bertambah, dan mengalami
kesulitan berdiri sehabis duduk dari lantai
c. Riwayat kesehatan keluarga : Obesitas cenderung diturunkan. Jika kedua
orang tua obesitas, 80% anaknya akan menderita obesitas, namun jika
salah satu orang tuanya obesitas maka kejadian obesitas 40% dan bila
kedua orang tuanya tidak obesitas maka prevalensinya menjadi 14%.
d. Riwayat psiko,sosial,spiritual : biasanya penderita obesitas memiliki
persepsi diri yang negatif dan rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial
karena kegemukannya.

3.1.3 Riwayat Tumbuh Kembang :


Karakteristik anak obesitas dapat dilihat dari segi pertumbuhan fisik.
Pertumbuhan fisik itu bisa dilihat langsung dari berat badan. Berat badan
antara usia 0 dan 6 bulan biasanya bertambah 682 gram per-bulan. Berat
badan bayi meningkat dua kali lipat setelah usia 6 bulan yaitu antara 6-12
bulan. Berat badan bayi meningkat tiga kali lipat ketika bayi beranjak usia 12
bulan. Berat badan bayi akan meningkat empat kali lipat dari berat lahir pada
usia 2 tahun. Dan pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg
pertahun. (Ade Benih Nirwana, 2012)

15
3.1.4 Riwayat Imunisasi :
a) Usia 0 bulan: BCG, HB-0, Polio-0
b) Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib-1, Polio-1
c) Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib-2, Polio-2
d) Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib-3, Polio-3
e) Usia 9 bulan: Campak
f) Usia kurang dari 1 tahun: BCG, hepatitis B, polio, DPT, campak, HiB,
pneumokokus, rotavirus.
g) Usia 1-4 tahun: DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela,
influenza, HiB, pneumokokus.
h) Usia 5-12 tahun: DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A,
varisela, influenza, pneumokokus.
i) Usia 12-18 tahun: Td, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela,
influenza, pneumokokus, HPV.
j) Usia lanjut usia: influenza, pneumokokus.
Selain itu, terdapat pula imunisasi yang dianjurkan untuk
diberikan pada daerah endemis, seperti imunisasi japanese encephalitis,
umumnya diberikan mulai usia 1 tahun, dan diulang pada usia 3 tahun.
Vaksinasi Dengue untuk mencegah demam berdarah juga
direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mulai usia
9 tahun, dalam 3 kali pemberian dengan jarak 6 bulan.

3.1.5 Pola Kebiasaan Pemeliharaan Kesehatan


a) Nutrisi: nafsu makan yang berlebihan, mencerna makanan secara
berlebihan
b) Aktivitas istirahat: Kelemahan dan cenderung mengantuk,
ketidakmampuan atau kurang keinginan untuk beraktifitas.
c) Kenyamanan: Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa
nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang
d) Eliminasi urine: pada pasien obesitas biasanya terdapat pengalaman
inkontinensia urine akibat adanya tekanan pada kandung kemih dari

16
pembesaran abdomen. Perlu dikaji karakteristik urin meliputi warna,
kejernihan, bau, jumlah intake, dan output yang dikonsumsi.
e) Eliminasi alvi : inkontinensia fekal juga biasanya terjadi karena adanya
pembesaran abdomen di dalam usus yang kemudian menekan sfingter
sehingga menyebabkan kebocoran.
f) Personal Hygiene : upaya untuk menjaga kebersihan diri terutama
untuk membersihkan badan pada lipatan-lipatan kulit yang dapat
menyebabkan kulit iritasi, berbau, dan infeksi jamur cenderung kurang
karena ketidakmampuan/ kurang keinginan untuk bergerak melakukan.

3.1.6 Pengkajian Fisik


a. Keadaan Umum : kesadaran composmentis
b. Tanda-tanda Vital: pada penderita obesitas lakukan pengukuran pada
tanda-tanda vital, khususnya tekanan darah dan nadi. Tanda-tanda vital
pada penderita obesitas cenderung mudah berubah dan mengalami
peningkatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
1) Kepala dan Leher
Kulit kepala bersih tidak ada lesi bulat normal, wajah nampak pucat,
mata bersih tidak cowong, hidung terkadang mengalami
perdarahan/mimisan, telinga bersih tidak ada serumen, mulut lembab,
pada leher didapatkan adanya pembesaran kelenjargetah bening.
2) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada benjolan atau lesi
Perkusi : bunyi paru redup
Auskultasi : pada obesitas, berkaitan dengan paru atau jantung
ditemukan adanya perbedaan bunyi jantung
3) Abdomen
Inspeksi : buncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul
lonceng

17
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : pekak asites
Auskultasi : bising usus normal
4) Ekstremitas
CRT normal 2-3 detik, terjadi nyeri sendi dan tulang

3.1.7 Pemeriksaan penunjang :


Pada Pemeriksaan Antropometrik pada penderita obesitas akan ditemukan
sebagai berikut:
a. IMT (indeks massa tubuh) ≥ 25 kg/m2 (Normal: 18,5-22,9 kg/m2)
b. RLPP (rasio lingkar pinggang-panggul)
Pada laki-laki > 0,90 dan pada perempuan > 0,80 (Normal: pada laki-laki
< 0,90 dan pada perempuan < 0,80)

3.2 Analisa Data


DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
(DO,DS) (Pohon masalah) KEPERAWATAN
Ds: mengeluh sesak, dan sulit Akumulasi lemak pada Pola nafas tidak
bernafas saat berbaring abdomen efektif
Do:
 Fase ekspirasi memanjang Tekanan otot diafragma
 Pola nafas abnormal,
takipnea (pernapasan Sesak napas
cepat)
 Pernapasan pursed-lip Ketidak efektifan pola
(pernapasan lewat mulut) nafas
Ds: mengeluh lelah saat atau Mudah lelah Intoleransi aktifitas
setelah aktivitas
Do: Aktivitas terganggu
 Frekuensi jantung saat
istirahat= 125 kali per Intoleransi aktivitas
menit
 Tekanan darah saat
istirahat= 140/90
18
Ds: BB meningkat Gangguan citra
 Pasien mengatakan malu tubuh
dengan kondisi tubuhnya Perubahan struktur
 Pasien mengatakan tubuh
khawatir terhadap
penolakan atau reaksi Gangguan citra tubuh
orang lain
Do:
 Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
 Hubungan sosial berubah

3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidake fektif berhubungan dengan obesitas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh

3.4 Perencanaan
SDKI SLKI SIKI

Tanda Mayor  Frekuensi napas O = Monitor pola napas


S: Dispnea cukup membaik (4) (frekuensi,
O:  Dispnea cukup kedalaman, usaha
 Penggunaan otot bantu menurun (4) napas)
pernapasan  Ortopnea cukup T = pertahankan
 Fase ekspirasi memanjang menurun (4) kepatenan jalan
 Pola napas abnormal (misal:  Tekanan ekspirasi napas dengan head-
takipnea, bradipnea, meningkat (5) tilt dan chin-lift
hiperventilasi)  Tekanan inspirasi (jaw-thrust jika
Tanda Minor meningkat (5) curiga trauma
S : Ortopnea servikal)
E = anjurkan asupan
19
O: cairan 2000ml/hari,
 Pernapasan pursed-lip jika tidak
 Pernapasan cuping hidung kontraindikasi

 Diameter thorax anterior- K = kolaborasi

posterior meningkat pemberian

 Ventilasi semenit menurun bronkodilator,

 Kapasitas vital menurun ekspektoran,


mukolitik, jika perlu.
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dada berubah

Tanda Mayor  Keluhan lelah O = identifikasi


S : mengeluh lelah menurun (5) gangguan fungsi
O : frekuensi jantung  Perasaan lemah tubuh yang
meningkat > 20% dari cukup menurun (4) mengakibatkan
kondisi istirahat  Tekanan darah kelelahan
Tanda Minor membaik (5) T = lakukan latihan
S: rentang gerak pasif
 Dispnea saat/setelah dan atau aktif
aktivitas E = anjurkan melakukan
 Merasa tidak nyaman aktivitas secara
setelah beraktivitas bertahap
 Merasa lemah K = kolaborasi dengan
O: ahli gizi tentang cara

 Tekanan darah berubah meningkatkan

>20% dari kondisi istirahat asupan makanan

 Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/
setelah aktivitas
 Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
 Sianosis

20
Tanda Mayor  Verbalisasi perasaan O = identifikasi harapan
S : mengungkapkan negatif tentang citra tubuh
kecacatan/ kehilangan bagian perubahan tubuh berdasarkan tahap
tubuh menurun (5) perkembangan
O:  Verbalisasi T = diskusikan
 Kehilangan bagian tubuh kekhawatiran pada perbedaan
 Fungsi/ struktur tubuh penolakan atau penampilan fisik
berubah/hilang reaksi orang lain terhadap harga diri
Tanda Minor menurun (5) E = jelaskan kepada
S:  Respon nonverbal keluarga tentang
 Tidak mau mengungkapkan pada perubahan perawatan perubahan
kecacatan/kehilangan tubuh membaik(5) citra tubuh
bagian tubuh  Hubungan sosial
 Mengungkapkan perasaan membaik(5)
negatif tentang perubahan
tubuh
 Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain
 Mengungkapkan perubahan
gaya hidup
O:
 Menyembunyikan/
menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan
 Menghindari melihat dan
atau menyentuh bagian
tubuh
 Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
 Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
21
 Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
 Hubungan sosial berubah

3.5 Evaluasi
1. Menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan individu yang sesuai
dengan program diet yang diterima
2. Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
3. Menunjukan beberapa penerimaan diri terhadap dirinya sendiri, keluarga dan
lingkungan sekitar
4. Mencari informasi tentang nutrisi dan cara pengontrol berat badan.
5. Menyatakan pemahaman mengenai pentingnya perubahan pola hidup untuk
mengontrol berat badan
6. Pencapaian tujuan dalam rencana perawatan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi (Betty, 2004).
Obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam

22
kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD
berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes, 2010).
Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis,
kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik (Sherwood, 2012).
Tanda dan gejala obesitas adalah pada siang hari penderita sering merasa
ngantuk, sering merasa sesak nafas meskipun hanya melakukan aktivitas ringan,
nyeri punggung bawah, dan sering ditemukan kelainan kulit. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
Penatalaksanaan pada penderita obesitas adalah dengan mengatur pola
makan, modifikasi perilaku, aktifitas fisik dan olahraga, serta partisipasi orang tua
dalam memberikan contoh terhadap anak.

4.2 Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan khususnya dalam jurusan keperawatan.
Sebagai perawat harus menjadi salah satu fasilitor dalam pencegahan penyakit
obesitas yaitu dengan melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dan tidak
lupa untuk pasien dengan penyakit obesitas untuk mengatur pola makan, hindari
makanan cepat saji dan melakukan rutinitas olahraga supaya lemak yang dalam
tubuh tidak menimbun di dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Sugondo, S., 2010. Obesitas. In: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiasti, S., editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid
3. 5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pp 1973.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal
708-710
23
Nelms et al. 2011. Nutrition Therapy and Pathophysiology. USA: Cengage
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Jeffrey, A, et al. 2010. Stronger Relationship Between Central Adiposity and C
Reactive Protein In Older Women Tahn Men, Source Menopause: 16,
84-89 (Diakses pada: 18 september 2014)
Stacey, Rosen. 2012. Obesity In The Midst of Unyielding Food Insecurity in
Developing Countries, Amber Waves. Vol 6. Issue 4
http://dieyachsyam.blogspot.com/2013/09/obesitas-pada-anak.html
(diakses pada Tanggal 6 Desember 2014)

24

Anda mungkin juga menyukai