Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GIZI LEBIH

Mata Kuliah: Epidemiologi Gizi dan Surveilans


Dosen : Deddi Haryono, M.Giz

Disusun oleh :

1. Dewi Kholifah S (201603011)


2. Evy Nurvitasari (201603020)
3. Glenn Fredrik L (201603025)
4. Mutia Luthfi N.H (201603031)
5. Reni Fransiska (201603037)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


SEMESTER 6
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai
“GIZI LEBIH”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai gizi
lebih dengan harapan bahwa mahasiswa bisa lebih memahami dan mengenal
materi tersebut. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas penulis dalam
Mata Kuliah Epidemiologi Gizi dan Surveilans.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini bermanfaat.

Madiun, 23 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Penulisan2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ...........................................................................................................3


2.2 Penyebab ........................................................................................................3
2.3 Gejala...............................................................................................................6
2.4 Indicator ...........................................................................................................7
2.5 Distribusi Gizi Lebih di Masyarakat...............................................................8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................................10
3.2 Saran..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi lebih (overweight) dalam istilah awam lebih dikenal sebagai kegemukan merupakan
status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang berlebihan sehingga menghasilkan
ketidakseimbangan energiantara konsumsi makanan dan pengeluaran energiyang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan.Overweightpada remaja perlu mendapatkan perhatian,
dikarenakan overweightyang terjadi pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan
lansia.Overweightmerupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif, seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes militus, beberapa jenis kanker dan yang lainnya.Salah satu
parameter yang digunakan untuk menentukan seseorang dewasa obesitas atau tidak adalah
dengan menggunakan ukuran IMT (indeks massa tubuh).
Prevalensi overweightdan obesitasdi seluruh dunia mengalami peningkatan dalam30
tahun terakhir. Salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah
usiaremaja. Obesitas telah mencapai proporsi epidemik global, dengan lebih dari 1 milyar
orang dewasa mengalami kelebihan berat badan (overweight) dimana 300 juta diantaranya
mengalami obesitas. Hal ini merupakan penyumbang yang besar terhadap beban global
penyakit kronik dan disabilitas.Epidemi obesitas tidaklah terbatas pada negara-negara maju
saja, namun peningkatan angka penderita obesitas terkadang lebih cepat di negara
berkembang dari pada negara maju (WHO, 2003).
Faktor utama penyebab overweightdan obesitas adalahaktivitas fisik yang
kurang,perubahan gaya hidup,serta pola makan yang salah diantaranya pola makan tinggi
lemak dan rendah serat..Perubahan gaya hidup membuat remaja menyukaimakanan cepat saji
(fast food) yang minim nilai gizi,tinggi lemak dan sedikit mengandung serat.Dewasa ini
kurangnya konsumsi serat menjadi faktor yang dapat menyebabkan overweight. Hal tersebut
dapat dilihat dari tingkat kecukupan serat hanya 19,3 g/hari sedangkan kebutuhan yang
dianjurkan adalah 20-35 g/hari. Kecukupan asupan serat kini dianjurkan semakin tinggi,
mengingat banyak manfaat yang menguntungkan untuk kesehatan tubuh, adequate intake(AI)
untuk serat makanan sebagai acuan untuk menjaga kesehatan seluruh pencernaan dan
kesehatan bagi orang dewasa adalah 20-30 g/hari (Fransisca, 2004).

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu definisi gizi lebih?

1.2.2 Apa penyebab dari gizi lebih?

1.2.3 Bagaimana gejala gizi lebih?

1.2.4 apa saja indikator gizi lebih ?

1.2.5 Bagaimana Distribusi Gizi Lebih dimasyarakat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi definisi gizi lebih

1.3.2 Untuk mengetahui penyebab dari gizi lebih

1.3.3 Untuk mengetahui gejala gizi lebih

1.3.4 Untuk mengetahui indikator gizi lebih

1.3.5 Untuk mengetahui Distribusi Gizi Lebih dimasyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Gizi lebih merupakan keadaan gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhannya
melampaui batas lebih dari cukup (kelebihan) dalam waktu cukup lama dan dapat terlihat
dari kelebihan berat badan yang terdiri dari timbunan lemak, besar tulang, dan otot atau
daging. Gizi lebih dapat juga diartikan sebagai peningkatan berat badan melebihi batas
kebutuhan fisik dan skeletal sebagai akibat akumulasi lemak yang berlebihan dalam
tubuh.
Gizi lebih menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat berat badan
berlebih.Seseorang dikatakan bergizi lebih atau overweight bila jumlah lemak 10-20%
diatas nilai normal (Almatsier, 2009). Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang
sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih banyak lagi.

2.2 Penyebab
Faktor utama penyebab overweight dan obesitas adalah aktivitas fisik yang
kurang, pengetahuan , genetik serta pola makan yang salah diantaranya pola makan
tinggi lemak dan rendah serat (Makaryani, 2013).
1. Pola Makan
Kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan seperti; mengonsumsi makanan
cepat saji, makan berlebihan, makan tidak teratur, menghindari makan pagi,dan
kebiasaan ngemil. Menurut Sismoyo dalam Pratama (2009) Makan saat ingin makan
tidak saat merasa lapar akan menyebabkan kegemukan. Pola makan jika tidak
dikonsumsi secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan
menimbulkan berat badan berlebih.
Dalam penelitian Meiningtias (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola
makan karbohidrat dengan kegemukan, pola makan lemak dengan kegemukan, dan

3
ada hubungan aktivitas fisik dengan kegemukan. Hal ini disebabkan karena
ketidakseimbangan antara konsumsi dan pengeluaran energi, serta aktivitas fisik yang
kurang sehingga terjadi penumpukan lemak dan akhirnya mengakibatkan kegemukan.
Kelebihan energi setiap hari secara rutin pada remaja dapat menimbulkan timbunan
lemak (adiposit) tubuh menjadi bertambah. Tingginya konsumsi protein hewani pada
remaja dengan obesitas berkorelasi dengan rendahnya zat gizi hewan pada umumnya
yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi. Bila kondisi ini terjadi
dalam jangka waktu yang lama, maka risiko untuk terjadinya obesitas makin
meningkat.
2. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang akan memengaruhi status gizinya. Pengetahuan hasil
dari tahu dan bagaimana seseorang akan mengaplikasikan ilmunya. Pengetahuan akan
berhubungan erat dengan sikap dan tindakan. Pengetahuan yang baik dapat
menghasilkan tindakan yang baik. Pengetahuangizi seseorang akan memengaruhi
status gizinya (Allo, 2013).
Pengetahuan gizi remaja sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan. Seorang
remaja akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang mereka makan mampu
menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang
peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan
dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang.
Pengetahuan gizi akan mempengaruhi kebiasaan makan atau perilaku makan suatu
masyarakat (Emilia, 2009). Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut dapat
berlangsung lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan
kesadaran tidak akan berlangsung lama. Seperti halnya juga pada remaja apabila
mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi diharapkan mempunyai status gizi
yang baik pula (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan
gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi ini
mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi

4
dengan perilaku makan, agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan
kesehatan dapat dikembangkan (Emilia, 2009).
Konsumsi makan dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang didukung oleh pengetahuan
gizi. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih
makanan sesuai kebutuhannya. Tingkat pengetahuan gizi seorang remaja akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan
mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru
(Dewi, 2013).
Pengetahuan gizi yang kurang pada sebagian besar remaja kelompok obesitas
memungkinkan mereka kurang dapat memilih menu makanan yang bergizi. Sebagian
besar kejadian masalah gizi lebih atau kurang dapat dihindari apabila remaja
mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup tentang memelihara gizi dan mengatur
makan.
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan sebagai salah satu bentuk
pengeluaran energi. Beberapa penelitian epidemiologi menyebutkan bahwa obesitas
pada remaja terjadi karena interaksi antara makan yang banyak dan sedikit aktivitas.
Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya proses pembakaran energi sehingga semakin
remaja beraktivitas semakin banyak energi yang terpakai. Kelebihan energi karena
rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas.
Aktivitas fisik terbagi tiga macam yaitu; aktivitas fisik ringan (berjalan kaki, menyapu
lantai, mencuci baju, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, dan nonton TV), aktivitas
sedang (berjalan cepat, berlari kecil, dan bermain tenis meja), aktivitas berat (bermain
sepak bola, berenang, dan senam) dilakukan sedikitnya 60 menit setiap hari untuk
mencegah berat badan berlebih (Nurmalina, 2011).
Asupan energi bagi obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang non obesitas. Yang
menarik adalah bahwa yang obesitas 2-3 kali lebih sering mengkonsumsi fast food.
Seseorang yang asupan energinya tinggi (≥ 2200 kkal/hari) dan mempunyai waktu
menonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai risiko menderita obesitas 12,3 kali lebih tinggi

5
dibandingkan seseorang yang asupan energi < 2200 kkal/hari dan waktu menonton TV
< 3 jam/hari. Studi ini menunjukkan adanya interaksi antara gaya hidup sedentarian
(perilaku hidup kurang gerak) dan diet tinggi kalori.
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan wanita usia produktif merupakan wanita yang
berusia 15-49 tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai
keturunan. Pada wanita, kurangnya aktivitas fisik sangat mempengaruhi kesehatannya.
Apalagi jika aktivitasnya kurang namun asupan makanan lebih banyak masuk, maka
akan menyebabkan penimbunan lemak yang akan mengakibatkan obesitas terjadi
(Novitasary, 2013). Aktivitas yang dilakukan oleh tubuh membutuhkan energi yang
dikeluarkan, begitupun sebaliknya apabila aktivitas fisik berkurang maka lebih banyak
energi yang tersimpan didalam tubuh (WHO, 2011).
4. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orangtua
gizi lebih, 80% anaknya menjadi gizi lebih, bila salah satu orangtua gizi lebih,
kejadian gizi lebih menjadi 40% dan bila kedua orangtua tidak gizi lebih, kejadian gizi
lebih 14%.

2.3 Gejala
Obesitas atau gizi lebih dapat terjadi pada setiap umur dan gambaran klinis obesitas
atau gizi lebih pada anak dapat bervariasi dari yang ringan sampai dengan yang berat
sekali. Menurut Soedibyo (1986), gejala klinis umum pada anak yang menderita obesitas
atau gizi lebih adalah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan berjalan dengan cepat/pesat disertai adanya ketidakseimbangan antara
peningkatan berat badan yang berlebihan dibandingkan dengan tinggi badannya
b. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal lipatan kulit lebih daripada yang
normal dan kulit nampak lebih kencang
c. Kepala nampak relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya atau dibandingkan
dengan dadanya (pada bayi)
d. Bentuk pipi lebih tembem, hidung dan mulut tampak relatif lebih kecil, mungkin
disertai dengan bentuk dagunya yang berganda (dagu ganda)
e. Pada dada terjadi pembesaran payudara yang dapat meresahkan bila terjadi pada anak

6
laki-laki
f. Perut membesar menyerupai bandul lonceng, dan kadang disertai garis-garis putih
atau ungu (striae)
g. Pubertas pada anak laki-laki terjadi lebih awal dan akibatnya pertumbuhan kerangka
lebih cepat berakhir sehingga tingginya pada masa dewasa relatif lebih pendek
h. Lingkar lengan atas dan paha lebih besar dari normal, tangan relatif lebih kecil dan
jari-jari bentuknya meruncing
i. Dapat terjadi gangguan psikologis berupa : gangguan emosi, sukar bergaul, senang
menyendiri dan sebagainya

2.4 Indikator
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana untuk
kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan gizi lebih dengan
membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cut off point dalam
pengklasifikasian gizi lebih adalah IMT _ 30.00.Cut off point gizi lebih di Asia Pasifik
memiliki kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya. Cut off point gizi
lebih pada penduduk Asia Pasifik adalah IMT ≥ 25.00.
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur
pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk
menentukan berat badan lebih pada remaja dan dewasa. IMT merupakan indicator yang
paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih
pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT, yaitu berat badan
dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2). Saat ini IMT merupakan
indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan lebih. Untuk
kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis
dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan
ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti berikut :

7
Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia
Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : Kemenkes,2013

2.5 Distribusi Masalah Gizi Lebih Di Masyarakat


Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah
gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi
lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak
hingga usia dewasa. Negara kita sekarang dihadapkan pada masalah gizi ganda, yaitu
masalah gizi kurang dan gizi lebih pada waktu yang bersamaan. Masalah gizi lebih
semakin tinggi terjadi karena pola hidup yang kurang tepat di masyarakat. Masalah gizi
kurang telah lama ada di Indonesia, tetapi kasusnya masih tetap ada sampai saat ini.
Status gizi pada kelompok dewasa di atas 18 tahun didominasi dengan masalah
obesitas, walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Angka obesitas pada
perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Secara nasional dapat dilihat
masalah gizi pada penduduk dewasa di atas 18 tahun adalah: 12,6%kurus, dan 21,7%
gabungan kategori berat badan lebih dan obese, yang bias juga disebut obesitas
Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik
18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Sedangkan
kecenderungan prevalensi obesitas penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) di masing-
masing provinsi tahun 2007, 2010 dan 2013. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa
obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan
tahun 2010 (7,8%).
Gizi lebih saat ini menjadi tren baru yang mengakibatkan banyak penyakit
degeneratif yang menyertainya. Gizi lebih dapat disebabkan oleh banyak faktor. Di
8
Indonesia saat ini angka gizi lebih terus meningkat disertai meningkatnya penyakit
degeneratif. Perubahan gaya hidup terjadi di semua lapisan masyarakat di Indonesia.
Perubahan aktivitas dan pola makan menjadi faktor yang mengakibatkan gizi lebih.
.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gizi lebih merupakan keadaan gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhannya melampaui
batas lebih dari cukup (kelebihan) dalam waktu cukup lama dan dapat terlihat dari kelebihan
berat badan yang terdiri dari timbunan lemak, besar tulang, dan otot atau daging.
Faktor utama penyebab overweight dan obesitas adalah aktivitas fisik yang kurang,
pengetahuan , genetik serta pola makan yang salah diantaranya pola makan tinggi lemak dan
rendah serat
Gejala klinis umum yang menderita obesitas atau gizi lebih antara lain: pertumbuhan
berjalan dengan cepat/pesat, jaringan lemak bawah kulit menebal, kepala nampak relatif
lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya, bentuk pipi lebih tembem, pada dada terjadi
pembesaran, perut membesar menyerupai bandul lonceng, pubertas pada anak laki-laki
terjadi lebih awal, lingkar lengan atas dan paha lebih besar dari normal, dapat terjadi
gangguan psikologis
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana untuk
kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan gizi lebih dengan
membandingkan berat badan dengan tinggi badan . Cut off point dalam pengklasifikasian gizi
lebih adalah IMT.
Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah
gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih.
Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia
dewasa.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diharapkan bagi pembaca dapat menerapkan diet gizi lebih
secara rutin dan teratur. Usahakan anak-anak mendapat asupan gizi yang cukup dan sesuai
kebutuhan. Awasi makanan dan jajanan yang dikonsumsi anak. Serta biasakan anak-anak
mendapat asupan buah dan sayur sejak dini. Ajarkan cara hidup sehat dan beri pengetahuan
anak-anak tentang makanan yang mereka konsumsi.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49660/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

https://eprints.uny.ac.id/7718/3/BAB%202%20-%2008603141021.pdf

lib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F124640-S-5871-Faktor-faktor%2520perilaku-
Literatur.pdf&usg=AOvVaw1bVtje5dkFypaEVz8ZfjZQ

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&ved=2ahUKEwiX5taLkYHjAhXZknAKHfK0
AQ4QFjAGegQICRAC&url=http%3A%2F%2Fgizi.depkes.go.id%2Fwp-content
%2Fuploads%2F2011%2F10%2Fped-praktis-stat-gizi-
dewasa.doc&usg=AOvVaw0hnYu7TNO2Q7wkXwI8triS

11

Anda mungkin juga menyukai