Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DASAR GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


SISTEM PANGAN & GIZI

DisusunOleh :

Kelompok 5

1. Vena Ratu (20111101049) 9. Natasya Indah Rambi (19111101008)


2. Anjelica Bawekes (20111101052) 10. Carla M. Pantow (19111101016)
3. Amanda Punusingon (20111101053) 11. RirinAbd. Rahman (19111101150)
4. Reinaldy (20111101059) 12. Christian P. Mangansuhe(19111101064)
5. Windy Wangko (20111101062) 13. KireyPermataErungan (19111101108)
6. MuflihatulHasanah (20111101065) 14. Aulia U. N. Mokoginta (19111101099)
7. Angely M. C. Hontong (20111101078) 15. Moh. Afief R. Mokodompit (19111101142)
8. Britney Rawung (20111101080) 16. Timotius Sulu (19111101188)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menulis makalah ini dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini, bukan hanya untuk menyelesaikan tugas
yang telah diberikan oleh dosen pengajar, melainkan juga agar dapat memperluas pengetahuan
tentang “Sistem Pangan & Gizi”.

Dalam pembuatan makalah ini kami telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan
baik, namun kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran agar dijadikan masukan untuk tugas di lain waktu, semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membacanya.

Manado, Maret 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Sistem Pangan & Gizi ......................................................................................................6
2.2 Subsistem dalam Pangan & Gizi.........................................................................................................6
2.3 Permasalahan Pangan & Gizi.............................................................................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................13

.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh sistem pangan dan
gizi. Sistem pangan dan gizi menyangkut serangkaian aspek sejak
tahap produksi sampai tahap pemanfaatan oleh tubuh. Karena
banyaknya faktor yang berpengaruh dan pelaku yang terlibat dalam
pembangunan pangan dan gizi maka diperlukan pendekatan system.

Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu
berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan ini
sangat penting, pangan dan gizi dapat diibaratkan sebagai kebutuhan
dan modal dasar pembangunan serta menjadi indikator untuk melihat
keberhasilan pembangunan. Kurang gizi akan menyebabkan
kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,
menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Sistem Pangan dan Gizi?


2. Apa saja Subsitem dalam pangan dan gizi?
3. Apa saja permasalahan pangan dan gizi?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahu pengertian system pangan dan giz
2. Untuk mengetahui subsistem dalam pangan dan gizi
3. Untuk mengetahui permasalahan pangan dan gizi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pangan dan Gizi

Sistem pangan dan gizi adalah suatu rangkaian masukan, proses, dan
keluaran sejak pangan masih dalam tahap produksi (berupa bahan produk
primer maupun olahan) sampai dengan tahap akhir, yaitu
pemanfaatannya dalam tubuh manusia yang diwujdkan oleh status gizi.
Hal ini berarti dalam sistem tersebut terdapat serangkaian komponen atau
subsistem, yaitu produksi, ketersediaan pangan, distribusi, konsumsi, dan
gizi.

Tujuan dari Sistem Pangan dan Gizi adalah tersedia pangan yg cukup
baik jumlah & mutunya aman, merata & terjangkau semua orang pd
setiap saat agar hidup sehat & produktif .

Dasar hukum pelaksanaan pembangunan pangan dan gizi :

a. UU.NO 17 TAHUN 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional tahun 2005-2025. “Pembangunan pangan dan
gizi dilaksanakan secaa lintas sektor meliputi, produksi,
pengolahan, distribusi, hingga koonsumsi pangan dengan
kandungan gizi yang cukup, seimbnag, serta terjamin
keamanannya.
b. UU NO 18 TAHUN 2008 tentang Pangan. “ Penyelenggaraan
pangan dilakukan unuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan
berdasarkan Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan
Ketahanan Pangan
c. UU NO 36 TAHUN 2009 tentang Kesehatan. “Arah perbaikan gizi
adalah meningkatnya mutu gizi perorangan dan masyarakat,
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat bersama-
sama menjamin tersedianya bahan makanan yang bergizi secara
merata dan terjangkau.

2.1.2 Pendekatan Sistem Dalam Pangan Dan Gizi

Pendekatan sistem pangan dan gizi menggunakan pendekatan Holistik,


bukan parsial. Maksudnya, memandang komponen-komponen dalam
sistem pangan dan gizi tidak sendiri-sendiri melainkan secara terintegrasi
sebagai komponen dalam suatu sistem. Pembangunan pangan dan gizi
melibatkan banyak pelaku, meliputi berbagai aspek dan mencakup
interaksi antar wilayah. Oleh sebab itu, pemantapan pembangunan
pangan dan gizi hanya dapat diwujudkan melalui suatu kerjasama
kolektif dari seluruh pihak yang terkait (Stakebolders), khususnya
masyarakat produsen, pengolah, pemasar, dan konsumen pangan. Kinerja
para pihak tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi sosial,
politik dan keamanan, pelayanan prasarana publik sidang transportasi,
perhubungan, telekomunikasi, dan pemodalan, pelayanan kesehatan dan
pendidikan, pengembangan teknologi, perlindungan serta kelestarian
sunberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian, pangan merupakan
resultan dari potensi sumberdaya alam dan sistem sosial yang mencakup
jumlah penduduk, manajemen, iptek, dan kelembagaan. Mengingat
luasnya substansi, faktor-faktor yang berpengaruh serta banyaknya
pelaku yang terlibat dalam pembangunan pangan dan gizi maka
diperlukan pendekatan sistem. Pendekatan tersebut dikenal sebagai
sistem pangan dan gizi.

2.2 Subsitem dalam Pangan dan Gizi

a) Sub Sistem Ketersediaan (Produksi)

Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang


mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak dan
ikan serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun
tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang
mulai dari nasional, provinsi (regional), lokal (kabupaten/kota), dan
rumah tangga.

Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi,


cadangan maupun impor pangan setelah dikoreksi dengan ekspor dan
berbagai penggunaan seperti untuk bibit, pakan industri
makanan/nonpangan dan tercecer. Komponen produksi pangan dapat
dipenuhi dari produksi pertanian dan atau industri pangan.

Dengan jumlah penduduk cukup besar dan kemampuan ekonomi relatif


lemah, maka kemauan untuk menjadi bangsa yang mandiri di bidang
pangan harus terus diupayakan. Karena itu, bangsa Indonesia mempunyai
komitmen tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangannya dari produksi
dalam negeri. Impor pangan merupakan pilihan akhir, apabila terjadi
kelangkaan produksi pangan dalam negeri. Hal ini sangat penting untuk
menghindari ketergantungan pangan terhadap negara lain, yang dapat
berdampak pada kerentanan oleh campur tangan asing baik secara
ekonomi maupun politik. Hal yang perlu disadari adalah, bahwa
kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi sendiri,
khususnya bahan pangan pokok, juga menyangkut harkat martabat dan
kelanjutan eksistensi bangsa.

Sebagai negara agraris yang besar, indonesia mempunyai peluang untuk


meningkatkan produksi dan ketersediaan pangan nasional. Peluang
tersebut meliputi :

a. Teknologi lokal spesifik dan ramah lingkungan dapat


dikembangkan untuk mendayagunakan potensi sumberdaya alam
(lahan, air, perairan, sumber hayati)

b. Teknologi agribisnis yang menganut konsep produksi bersih


(clean production) sehingga limbah dapat diminilisasi dengan cara
memanfaatkan limbah dari suatu usaha sebagai input bagi usaha
terkait, untuk memaksimalkan diversifikasi usaha dibidang
pangan. Pemanfaatan limbah pertanian misalnya dapat dilakukan
untuk memproduksi pupuk kompos, bahan pakan, dan bahan
bakar. Peluang tersebut juga harus memperhatikan beberapa hal
yang penting :
1) Tingkat produksi

Tingkat produksi pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu a)


cara bertani yang lebih produktif, b) mutu dan luas lahan, c) pola
penguasaan lahan, d) pola pertanaman, e) tempat tinggal, f) perangsang
berproduksi, g) peranan sosial, dan h) tingkat pendapatan

2) Dinamika industry

Petani yang berorientasi pada pasar akan terpengaruh oleh dinamika


industri. Petani akan meningkatkan suatu produksi pangan yang sedang
banyak dibutuhkan oleh industri, seperti tomat sebagai bahan dasar
pembuatan saos tomat, kentang sebagai bahan dasar pembuatan makanan
ringan seperti potato chips, dan lain sebagainya.disisi lain,
berkembangnya industi memberi dampak pada berkurangnya lahan
produktif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi pangan perlu
didukung program intensifikasi maupun pembukaan lahan pertanian

3) Penanganan pasca panen

Dalam usaha tani kecil yang hanya untuk mencukupi pangan sendiri
(subsistence farming) masalah teknologi pascapanen tidak terlalu penting
karena bahan makanan yang dipenen langsung dikonsumsi sendiri. Akan
tetapi, pada masa kini, biasanya produksi pangan terlebih dahulu
melewati proses penanganan pasca panen. Banyak faktor yang
mempengaruhi jalur pasca panen, antara lain a) mutu produk yang terkait
dengan kondisi pascapanen, b) timbulnya penyusutan dan kerusakan
selama penyimpanan dan perjalanan dari produsen ke konsumen. Kedua
faktor tersebut berpengaruh terhadap mutu dan nilai gizi pangan. 4)
Ekspor-impor Peningkatan produksi dalam negri tidak hanya memenuhi
kebutuhan dalam negeri saja, tetapi juga untuk meningkatkan
pertumbuhan ekspor-impor. Ekspor-impor merangsang pertumbuhan
ekonomi dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perorangan,
terutama petani, ekspor dapat dilakukan pada saat harga diluar negeri
tinggi dan persediaan pangan dalam negeri mencukupi.

b) Subsistem Distribusi

Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang


efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah
tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup
sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya
kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar musim menuntut
kecermatan dalam mengelola sistem distribusi, sehingga pangan tersedia
sepanjang waktu di seluruh wilayah. Kinerja subsistem distribusi
dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan sarana, kelembagaan dan
peraturan perundangan.

Sebagai negara kepulauan, selain memerlukan prasarana dan sarana


distribusi darat dan antar pulau yang memadai untuk mendistribusikan
pangan, juga input produksi pangan ke seluruh pelosok wilayah yang
membutuhkan. Untuk itu penyediaan prasarana dan sarana distribusi
pangan merupakan bagian dari fungsi fasilitasi pemerintah, yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan aspek efektivitas distribusi
pangan sekaligus aspek efisiensi secara ekonomi. Biaya distribusi yang
paling efisien harus menjadi acuan utama, agar tidak membebani
produsen maupun konsumen secara berlebihan.

Lembaga pemasaran berperan menjaga kestabilan distribusi dan harga


pangan. Lembaga ini menggerakkan aliran produk pangan dari sentra-
sentra produksi ke sentrasentra konsumsi, sehingga tercapai
keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan. Apabila lembaga
pemasaran bekerja dengan baik, maka tidak akan terjadi fluktuasi harga
terlalu besar pada musim panen maupun paceklik, pada saat banjir
maupun sungai (sebagai jalur distribusi) mengering, ketika ombak
normal maupun ombak ganas, saat normal maupun saat bencana

Peraturan-peraturan pemerintah daerah, seperti biaya retribusi dan


pungutan lainnya dapat mengakibatkan biaya tinggi yang mengurangi
efisiensi kinerja subsistem distribusi. Di samping itu, keamanan di
sepanjang jalur distribusi, di lokasi pemasaran maupun pada proses
transaksi sangat mempengaruhi besarnya biaya distribusi. Untuk itu,
iklim perdagangan yang adil, khususnya dalam penentuan harga dan cara
pembayaran perlu diwujudkan, sehingga tidak terjadi eksploitasi oleh
salah satu pihak terhadap pihak lain (pihak yang kuat terhadap yang
lemah). Dalam hal ini, penjagaan keamanan, pengaturan perdagangan
yang kondusif dan penegakan hukum menjadi kunci keberhasilan kinerja
subsistem distribusi

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang


menunjukkan kinerja subsistem distribusi. Harga yang terlalu
berfluktuasi dapat merugikan petani produsen, pengolah, pedagang
hingga konsumen, sehingga berpotensi menimbulkan keresahan sosial.
Oleh sebab itu hampir semua negara melakukan intervensi kebijakan
untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok yang mempengaruhi
kehidupan sebagian besar masyarakat. Dalam kaitan ini Pemerintah telah
menerapkan kebijakan stabilitasi harga pangan, melalui pembelian
maupun penyaluran bahan pangan (beras) oleh Perum Bulog.

c) Subsitem Konsumsi

Subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan


pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan
gizi, keamanan dan kehalalan, Di samping juga efisiensi untuk mencegah
pemborosan. Subsistem konsumsi juga mengarahkan agar pemanfaatan
pangan dalam tubuh (food utility) dapat optimal, dengan peningkatan
kesadaran atas pentingnya pola konsumsi beragam dengan gizi seimbang
mencakup energi, protein, vitamin dan mineral, pemeliharaan sanitasi
dan higiene serta pencegahan penyakit infeksi dalam lingkungan rumah
tangga. Hal ini dilakukan melalui pendidikan dan penyadaran masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan menerapkan
kaidah –kaidah tersebut dalam pengelolaan konsumsi.

Jumlah jenis pangan dan jenis serta banyaknya bahan pangan dalam pola
makanan disuatu negara atau daerah tertentu, biasannya berkembang dari
pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam ditempat tersebut
untuk jangka waktu yang panjang. Disamping itu, kelangkaan pangan
dan kebiasaan bekerja dari keluarga juga berpengaruh terhadap pola
makan.

Kinerja subsistem konsumsi tercermin dalam pola konsumsi masyarakat


di tingkat rumah tangga. Pola konsumsi dalam rumah tangga dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain kondisi ekonomi, sosial dan budaya
setempat. Untuk itu, penanaman kesadaran pola konsumsi yang sehat
perlu dilakukan sejak dini melalui pendidikan formal dan non-formal.
Dengan kesadaran gizi yang baik, masyarakat dapat menentukan pilihan
pangan sesuai kemampuannya dengan tetap memperhatikan kuantitas,
kualitas, keragaman dan keseimbangan gizi. Dengan kesadaran gizi yang
baik, masyarakat dapat meninggalkan kebiasaan serta budaya konsumsi
yang kurang sesuai dengan kaidah gizi dan kesehatan. Kesadaran yang
baik ini lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi masing-masing
anggota keluarga sesuai dengan tingkatan usia dan aktivitasnya.

d) Subsistem Gizi

Subsistem gizi merupakan resultante dari subsistem sebelumnya,


subsistem ini dicerminkan oleh status gizi yang berkaitan dengan
penyerapan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Dalam hal ini, pangan
akan mengalami berbagai tahapan, yaitu pencernaan yang terjadi dari
mulut sampai usu, penyerapan (proses zat gizi masuk kedalam darah dan
diangkut kesel-sel), pemecahan dan sintesis dalam sel dan pembuangan
bahan-bahan yang tidak diperlukan. Mulai proses pencernaan dalam
tubuh, makanan dipecah menjadi zat gizi, kemudian diserap kedalam
aliran darah yang mengangkutnya ke berbagai bagian tubuh. Zat gizi
yang tidak diperlukan setelah diserap segera disimpan dalam tubuh untuk
penggunaan dikemudian hari.

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan


proses penggunaan zat gizi oleh tubuh.
a) Kelebihan makan melampaui kebutuhan tubuh akan menyebabkan
kegemukan.
b) Kekurangan energi didalam makanan akan menyebabkan protein
makanan (jika perlu juga protein jaringan) dipergunakan sebagai
sumber tenaga. Ini sangat merugikan karena pangan sumber
protein sangat mahal dan pengurangan jaringan protein akan
melemahkan tubuh.
c) Semua zat gizi sangat penting dalam proses pemecahan dan
sintesis zat gizi. Jika makanan tersusun secara seimbang maka
akan dihasilkan kesehatan yang sempurna.

2.3 Permasalahan Pangan dan gizi

1. Jenis Permasalahan Pangan

Permasalahan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi


ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai
untuk hidup sehat dan beraktivitas dengan baik untuk sementara waktu
dalam jangka panjang. Ada dua jenis permasalahan pangan, yaitu yang
bersifat kronis dan bersifat sementara. Permasalahan pangan kronis
merupakan kondisi kurang pangan (untuk tingkat rumah tangga berarti
kepemilikan pangan lebih sedikit daripada kebutuhan dan untuk tingkat
individu konsumsi pangan lebih rendah dari pada kebutuhan biologis)
yang terjadi sepanjang waktu. Sedangkan permasalahan pangan kronis
mencakup permasalahan pangan musiman. Permasalahan ini terjadi
karena adanya keterbatasan ketersediaan pangan oleh rumah tangga,
terutama masyarakat yang berada di pedesaan.
2. Jenis-Jenis Masalah Gizi Makro Dan Mikro

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang
gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya
merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan
asupan energi dan protein. Masalaha gizi makro adalah masalah gizi
yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro (kekurangan atau
ketidak seimbangan asupan energi dan protein) umumnya disertai dengan
kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral)

Sumber daya manusia merupakan syarat mutlak menuju pembangunan


disegala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia terutama terkait dengan
kecerdasan, produktivitas, dan kreativitas sumber daya manusia.
Sementara itu, di Indonesia masih menghadapi empat masalah gizi utama
yaitu kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi ganda), kurang
Vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), anemia zat besi.

Kurang kalori protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi zat energi dan zat protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). (Supriasa,
2001). Sedangkan obesitas adalah Keadaan patologis dengan terdapatnya
penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk
fungsi tubuh.
Kurang Vitamin A disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin A dari
makanan, rendahnya kualitas makanan (vit A), penyakit Infeksi dan
Parasit, serta rendahnya vitamin A dalam ASI (Bayi).

GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang


kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu
lama. Defisiensi Fe merupakan akibat dari rendahnya biovailabilitas
intake Fe, peningkatan kebutuhan Fe selama periode kehamilan dan
mnyusui, dan peningkatan kehilangan darah karena penyakit cacingan
atau schistosomiasis. Anemia defisiensi Fe terjadi pada tahap anemia
tingkat berat (severe) yang berakibat pada rendahnya kemampuan tubuh
memelihara suhu, bahkan dapat mengancam kematian.

3. Determinan Masalah Pangan

Permasalahan pangan terjadi jika suatu rumah tangga, masyarakat atau


daerah tertentu mengalami ketidak-cukupan pangan untuk memenuhi
standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan seluruh
individu anggota keluarganya.

Ada tiga hal penting yang mempengaruhi tingkat permasalahan pangan,


yaitu :

a. Kemampuan penyediaan pangan kepada individu/rumah;


b. Kemampuan individu / rumah tangga untuk mendapatkan pangan;
c. Proses distribusi dan pertukaran pangan yang tersedia dengan
sumber daya yang dimiliki oleh individu/rumah tangga
Ketiga hal tersebut, pada kondisi terjadinya permasalahan pangan yang
akut atau kronis dapat muncul secara stimultan dan bersifat relatif
permanen. Sedangkan pada kasus permasalahan pangan musiman dan
sementara, faktor yang berpengaruh hanya salah satu atau dua faktor
yang tidak permanen

4. Determinan Masalah Gizi

Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi masalah gizi, yaitu:

1) Faktor manusia, Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh


manusia, yaitu Usia, Jenis kelamin, Ras, Sosial ekonomi,
Penyakit-penyakit terdahulu, Cara Hidup, Hereditas, Nutrisi,
Imunitas.
2) Faktor sumber/ Agent, Kondisi pejamu yang mengalami
kekurangan ataupun kelebihan nutrisi dapat mengganggu
keseimbangan tubuh sehingga menyebabkan munculnya penyakit.
3) Faktor lingkungan/environment ,(fisik, biologis, ekonomi,
bencana alam Terdiri dari Lingkungan biologis, Fisik, Sosial,
Ekonomi. Mempunyai pengaruh & peranan yang penting dalam
interaksi antara manusia. Hubungan dengan permasalahan gizi,
yaitu: Daerah dimana buah-buahan & sayur mayur tidak selalu
tersedia, Tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat gizi sebagai
tempat bermukim vector, Penduduk yang padat,
Perang,menyebabkan kemiskinan dan perpindahan penduduk, dan
Bencana alam.
4) Ketersediaan bahan makanan yang kurang dipasaran: Krisis
Ekonomi yang berkepanjangan dan Kegagalan produksi pertanian,
Ketersediaan bahan makanan yang kurang ditingkat rumah
tangga/individu: Keadaan sosial ekonomi kurang memadai, Daya
beli yang kurang/menurun, Tingkat pengetahuan yang kurang, dan
Kebiasaan/budaya yang merugikan
5) Penyakit Infeksi ,Telah lama diketahui adanya interaksi sinergistis
antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan,
mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Hubungan ini sinergistis, sebab malnutrisi disertai infeksi
pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar
daripada sendiri-sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem pangan dan gizi adalah suatu rangkaian masukan, proses, dan
keluaran sejak pangan masih dalam tahap produksi (berupa bahan produk
primer maupun olahan) sampai dengan tahap akhir, yaitu
pemanfaatannya dalam tubuh manusia yang diwujdkan oleh status gizi.
Dalam sistem pangan dan gizi terdapat serangkaian Penyediaan pangan,
komponen atau subsistem, yaitu produksi, ketersediaan pangan,
distribusi, konsumsi, dan utilitas.

3.2 Saran

Sumber daya manusia merupakan syarat mutlak menuju pembangunan


disegala bidang, Pemerintah harus memperkuat sistem pemantauan dan
evaluasi mereka dalam bidang pangan dan gizi. Pemantauan dan evaluasi
yang ketat harus dilakukan dan mekanisme yang tepat harus ditetapkan
demi memastikan bahwa hasil pemantauan dan evaluasi akan
menghasilkan perbaikan kebijakan
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/doc/178718000/Tugas1-Tulis-Tangan-Sistem-Pangan-Dan-
Gizi-Ketahanan-Pangan

https://www.scribd.com/doc/283048846/Sub-Sistem-Pangan-Dan-Gizi

http://dokumen.tips/documents/permasalahan-dalam-bidang-pangan-dan-gizi.html

http://file.persagi.org/share/39%20Ketahanan%20Pangan%20&%20Gizi.pdf

Anda mungkin juga menyukai