Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EKONOMI PANGAN

“Aspek Distribusi Pangan”


Dosen Pembimbing : Bapak Sholichin, S.P., M.T.

Tingkat 2B
Kelompok 2
Disusun Oleh :
1. Amelia Syifaur Rahma S. (P20631220041)
2. Anggie Alvareza (P20631220043)
3. Hani Nurfaidah (P20631220052)
4. Jihan Aliifah (P20631220055)
5. Lilis Amaliya (P20631220056)
6. Muhamad Fakhriel Fauzy (P20631220058)
7. Mutiara Zalfa (P20631220059)
8. Nita Reza Wardhani (P20631220063)
9. Rahma Garnistya Sholihah (P20631220068)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI CIREBON


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Aspek Distribusi Pangan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Sholichin, S.P., M.T. pada Mata Kuliah Ekonomi Pangan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penapisan gizi
buruk bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kelompok kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sholichin,
S.P., M.T. selaku dosen ekonomi pangan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kelompok Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kam
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 17 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
2.1 Distribusi Pangan.............................................................................4
2.2 Ketersediaan dan Distribusi Pangan.................................................6
2.3 Sistem Pemasaran.............................................................................7
2.4 Konsep Pemasaran...........................................................................8
2.5 Prinsip Pemasaran............................................................................9
2.6 Kendala dalam Pemasaran Bahan Pangan......................................13
2.7 Sistem Distribusi Pangan................................................................15
2.8 Kebijakan dan Program Distribusi Pangan Daerah........................17
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam
peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk.
Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan dan
terjangkau seluruh individu setiap saat. Ketahanan pangan dan perbaikan gizi
merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, jika kita membahas mengenai
ketahanan pangan, kita juga harus membicarakan perbaikan gizi, begitu pula
sebaliknya.
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan
yang peranannya sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik
dan lancar, bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi.
Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana secara efektif, efisien dan
merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan kebutuhan
masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap kelangkaan
bahan pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap
rendahnya akses pangan masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi
menurun.
Masalah pangan adalah keadaan kelebihan pangan, kekurangan
pangan dan/atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan
pangan. Masih adanya penduduk miskin, daerah rawan pangan, produksi
pangan dihasilkan tidak merata antar wilayah dan sepanjang waktu, potensi
SDA yang berbeda di masing-masing daerah akan berpengaruh terhadap
distribusi dan pasokan bahan pangan. Kondisi ini, pada akhirnya akses pangan
bagi setiap individu rumah tangga akan semakin menjadi rendah apabila
ketersediaan pangan setempat terbatas, pasar tidak tersedia, transportasi
terbatas, pendapatan rendah, pendidikan terbatas, pengangguran tinggi, budaya
setempat belum memadai. Oleh sebab itu, peranan distribusi pangan yang
terjangkau dan merata sepanjang waktu kiranya akan berpengaruh terhadap

1
peningkatan akses pangan bagi setiap rumah tangga di dalam memenuhi
kecukupan pangannya.
Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi
manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam
Deklarasi Roma (1996). Dalam UU No. 7/1996 tentang Pangan di sebutkan
bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah,
mutu, aman, merata, dan terjangkau. Dengan demikian, ketahanan pangan
dihasilkan oleh suatu sistem ketahanan pangan yang terdiri tiga subsistem,
yaitu:
1. Ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk
seluruh masyarakat
2. Distribusi pangan yang lancar dan merata, dan
3. Keterjangkauan pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan
gizi dan kaidah kesehatan.
Permasalahan dalam mencapai ketahanan pangan adalah ketidak
seimbangan antara ketersediaan dengan keterjangkauan. Ketahanan Pangan
merupakan system untuk perbaikan gizi sedangkan salah satu subsistem yang
ada dalam ketahanan pangan yaitu Distribusi Pangan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu distribusi pangan ?
2. Apa saja ketersediaan distribusi pangan ?
3. Apa yang dimaksud sistem pemasaran distribusi pangan ?
4. Bagaimana konsep pemasaran distribusi pangan ?
5. Apa saja prinsip distribusi pangan ?
6. Apa saja kendala dalam pemasaran bahan pangan ?
7. Bagaimana sistem pemasaran distribusi pangan ?
8. Apa saja kebijakan dan program distribusi pangan daerah ?

1.3 Tujuan Pembahasan

2
1. Mengetahui pengertian distribusi pangan
2. Mengetahui apa saja ketersediaan distribusi pangan
3. Mengetahui pengertian sistem pemasaran distribusi pangan
4. Mengetahui konsep pemasaran distribusi pangan
5. Mengetahui prinsip distribusi pangan
6. Mengetahui kendala dalam pemasaran bahan pangan
7. Mengetahui sistem pemasaran distribusi pangan
8. Mengetahui kebijakan dan program distribusi pangan daerah
1.4

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Distribusi Pangan


Distribusi pangan adalah tersedianya pangan dan pasokan pangan
secara merata sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman dan keragamannya
untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, sedangkan akses pangan
adalah kemampuan rumah tangga untuk dapat menjangkau/mendapatkan
pemenuhan kebutuhan pangan sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman,
keragaman untuk menunjang hidup yang aktif, sehat dan produktif.
Subsistem distribusi pangan merupakan salah satu subsistem dari
sistem ketahanan pangan yang mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan
efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat
memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu,
dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan produksi pangan
antar wilayah dan antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem
distribusi, sehingga pangan tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah.
Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan
sarana, kelembagaan dan peraturan perundangan. Penguatan di subsistem
produksi/ketersediaan pasokan tidak akan memberi nilai tambah bagi
masyarakat apabila tidak didukung dengan berjalannya subsistem distribusi.
Melihat kondisi Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki variasi
kemampuan produksi antar wilayah dan antar musim, manajemen distribusi
yang baik dan berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat sangat mutlak
diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan sepanjang waktu. Hal
ini membawa konsekuensi bagi pemerintah untuk menciptakan perundangan
dan sebuah lembaga yang mampu memastikan terciptanya kondisi dimana
seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses pangan secara
mudah dengan harga yang rasional dan terjangkau sepanjang waktu.
Kebijakan menyerahkan kelancaran subsistem distribusi komoditi
pangan pokok kepada entitas bisnis dalam mekanisme pasar, tentu saja, akan

4
memicu kerawanan sosial dan berpotensi dimanfaatkan oleh spekulan tanpa
mempertimbangkan kepentingan nasional. Hal ini berkorelasi dengan fluktuasi
harga dan pasokan pada komoditi pangan pokok yang dampaknya akan
menimbulkan kerugian bagi konsumen rakyat. Hampir semua negara
berkembang di dunia memiliki perangkat hukum dan kelembagaan untuk
melakukan intervensi kebijakan, dalam rangka menjaga stabilitas harga dan
pasokan untuk komoditi pangan strategis yang mempengaruhi hidup orang
banyak. Indonesia memiliki Bulog sebagai lembaga pangan yang pada
masanya diakui dapat menjamin bekerjanya subsistem distribusi secara
optimal. Dalam perjalanannya, Bulog mengalami berbagai proses
transformasi, semisal kelembagaan, dengan pembatasan kewenangan
berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan komoditi (hanya
beras). Transformasi Bulog paling signifikan adalah akibat dari tekanan IMF
dan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya peran
Bulog secara signifikan dalam menunjang keberhasilan subsistem distribusi
pangan. Bulog mempunyai beban untuk menjalankan fungsi komersial, di
tengah fungsi sosial menjaga stabilisasi harga pangan.
Indikator keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat
pangan telah mencapai ke konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup
secara kuantitas, aman bagi kesehatan, bergizi baik, sesuai selera konsumen,
harganya terjangkau, dan tersedia sepanjang tahun.
Distribusi Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Badan
Ketahanan Pangan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Distribusi Pangan. Bidang Distribusi Pangan mempunyai
fungsi :
1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pengkajian distribusi
pangan dan harga ;
2. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional kelembagaan
distribusi pangan masyarakat ;
3. Menyiapkan bahan pemantauan distribusi dan harga pangan ;

5
4. Menyiapkan bahan pengkajian kelembagaan distribusi pangan
masyarakat
5. Melaksanakan kegiatan identifikasi distribusi pangan ;
6. Melaksanakan pemetaan akses distribusi pangan ;
7. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dalam
melaksanakan kegiatan ;
8. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas kedinasan.

2.2 Ketersediaan dan Distribusi Pangan


Ketersediaan pangan yang memadai dapat memperbesar peluang
rumah tangga mengonsumsi pangan. Ketersediaan pangan diartikan sebagai
kemampuan rumah tangga (desa/kota) menyediakan pangan melalui berbagai
cara, antara lain dengan memproduksi pangan sendiri di lahan
pertanian/perkebunan sendiri dan membeli di pasar terdekat.
Namun ketersediaan pangan yang cukup belum menjamin konsumsi
pangan yang baik kalau terdapat kesenjangan distribusi pangan. Distribusi
pangan dalam arti luas antara lain distribusi antar negara, daerah, golongan
masyarakat (berdasarkan penghasilan), sedangkan dalam arti sempit
menyangkut distribusi pangan antar anggota keluarga dalam satu rumah
tangga.
Beberapa alternatif program yang dapat ditempuh berkaitan dengan
ketersediaan dan distribusi pangan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi untuk menjamin
kelancaran distribusi pangan ke berbagai wilayah.
2. Pengembangan stok pangan di berbagai wilayah dengan jenis pangan
yang sesuai dengan pola konsumsi masyarakat.
3. Pengembangan agroindustri dan pengolahan pangan untuk mendukung
upaya diversifikasi konsumsi pangan.
4. Pengendalian harga pangan dan pengembangan pemasaran untuk
menjamin akses rumah tangga dalam rumah tangga dalam memperoleh

6
pangan dari pasar, terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan
rendah.
5. Pengawasan distribusi pangan termasuk mekanisme dan
kelembagaannya, termasuk pengembangan impor dan ekspor pangan.

2.3 Sistem Pemasaran


Pengertian sistem pemasaran menurut para ahli :
a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran.
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu
proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan
dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan
barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar
sasaran serta tujuan perusahaan.
d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan
usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Sistem adalah sekelompok item atau bagian-bagian yang saling
berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu
kesatuan terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan
lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang,
dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan
membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan
saling berkaitan itu mencakup :
1. Gabungan organisasi yang melaksanakan kerja pemasaran.

7
2. Produk, jasa, gagasan atau manusia yang dipasarkan.
3. Target pasar
4. Perantara (pengecer, grosir, agen transportasi, lembaga keuangan).
5. Kendala lingkungan (environmental constraints).
Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang
saling berkaitan, yaitu organisasi pemasaran dan target pasarannya. Unsur-
unsur dalam sebuah sistem pemasaran serupa dengan unsur-unsur yang ada
pada sistem radio stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi pada waktu
dipertemukan secara tepat.
a. Lingkungan Sebuah Sistem Pemasaran
a) Lingkungan makro ekstern.
Lingkungan makro tersebut ialah:
- Demografi (kependudukan)
- Kondisi ekonomi
- Teknologi
- Kekuatan sosial dan budaya
- Kekuatan politik dan legal
- Persaingan
b) Lingkungan mikro eksternal
- Pasar (Market)
- Pemasok
- Pialang (Marketing intermediaries)
b. Lingkungan Non-Pemasaran Intern
Kekuatan non – pemasaran lainnya adalah lokasi perusahaan,
ketangguhan bagian penelitian dan pengembangan. Kekuatan intern
bersifat menyatu (interest) dalam organisasi dan dikendalikan oleh
manajemen.

2.4 Konsep Pemasaran


Konsep-konsep inti pemasaran meliputi: kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan

8
hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara
kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan
dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak
yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang
lebih mendalam. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang
spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.

2.5 Prinsip Pemasaran


Menurut Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management
Analysis, Planning, and Control, mengartikan pemasaran secara lebih luas,
yaitu: Pemasaran adalah: Suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan
menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan
kelompok lainnya. Dalam prinsip pemasaran dikenal 4 elemen penting dalam
strategi pemasaran, yaitu:
a. Produk (Jasa)
Kebijaksanaan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah
barang/jasa yang akan ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang
ditawarkan perusahaan guna mendukung penjualan barang dan jasa, dan
bentuk barang ataupun jasa yang ditawarkan. Produk merupakan
elemen yang paling penting. sebab dengan inilah perusahaan berusaha
untuk memenuhi "kebutuhan dan keinginan" dari konsumen. namun
keputusan itu tidak berdiri sebab produk/jasa sangat erat hubungannya
dengan target market yang dipilih.
b. Harga (Price)
Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna
kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada
penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa
ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk
menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan.
Oleh karena itu, penetuan harga produk dari suatu perusahaan

9
merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi
hidup matinya serta laba dari perusahaan.
Kebijaksanaan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang
jasa yang dipasarkan. Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran
suatu produk atau jasa. Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan
pada suatu kombinasi barang/jasa ditambah dengan beberapa jasa lain
serta keuntungan yang memuaskan. Berdasarkan harga yang ditetapkan
ini konsumen akan mengambil keputusan apakah dia membeli barang
tersebut atau tidak. Juga konsumen menetapkan berapa jumlah
barang/jasa yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut. Tentunya
keputusan dari konsumen ini tidak hanya berdasarkan pada harga
semata, tetapi banyak juga faktor lain yang menjadi pertimbangan,
misalnya kualitas dari barang atau jasa, kepercayaan terhadap
perusahaan dan sebagainya.
Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang
paling tepat, dalam arti yang dapat memberikan keuntungan yang paling
baik, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.
c. Tempat (Place)
Saluran Distribusi Setelah perusahaan berhasil menciptakan
barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak,
tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk/jasa ke
pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat,
dengan harapan produk/jasa tersebut berada ditengah-tengah kebutuhan
dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut.
Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan
memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi
(Channel Of Distribution). Masalah pemilihan saluran distribusi adalah
masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam
memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran
produk/jasa dari produsen ke konsumen.

10
Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti
agar jasa-jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih
saluran distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu sebagai berikut:
- Sifat pasar dan lokasi pembeli
- Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang
perantara
- Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan
yang ekonomis.
- Jaringan pengangkutan.
Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel
untuk menyalurkan jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu
sendiri dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat
serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi.
d. Promosi (Promotion)
Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk
memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa yang dijual,
tempat dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini,
antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (Personal
Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas
(Publicity).
a) Periklanan (Advertising)
Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk
mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan
oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop,
televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang
dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis.
b) Penjualan Pribadi (Personal selling)

11
Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan
kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak
langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi
yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu.
Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door
selling, mail order, telephone selling, dan direct selling.
c) Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan
produk yang di pasarkan sedemikian rupa sehingga konsumen
akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara
penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut
akan menarik perhatian konsumen.
d) Publisitas (Pubilicity)
Merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh
perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung
kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi
produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi,
dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak
melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan
suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat
secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk
"mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ".

Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tercapainya


keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan komponen-komponen
tersebut ke dalam suatu strategi promosi yang terpadu untuk berkomunikasi
dengan para pembeli dan para pembuat keputusan pembelian.
Pakar pemasaran yang menganggap kemasan (Packaging) sebagai P
kelima dalam elemen strategi pemasaran. Sebuah kemasan yang berhasil
merupakan perpaduan antara pemasaran dan desain, tetapi ada perbedaan yang
sangat besar antara cara berpikir para pakar pemasaran dengan para desainer.

12
Desainer cenderung berpikir lebih subjektif dan kreatif - mencari ide.
Sedangkan seorang staf pemasaran lebih berpikir secara objektif dan
marketing oriented - bagaimana meningkatkan penjualan dengan biaya
seminimal mungkin. Akan tetapi dibalik perbedaan itu, ada satu kesamaan
tujuan, yaitu mendapatkan respons positif dari pengamat sasaran. Karena itu
seorang desainer komunikasi visual perlu mengerti konsep dasar pemasaran
dan hubungannya dengan visualisasi, sebaliknya seorang staf pemasaran perlu
mengerti cara visualisasi para konsumennya. Dengan berkembangnya jumlah
produk di pasar ditambah dengan persaingan yang tajam dewasa ini , membuat
pasar menjadi sebuah arena di mana setiap produk harus mampu bersaing
dengan produk lainnya. Ditambah lagi dengan banyaknya pasar swalayan (self
service), menuntut sebuah produk menjadi wiraniaga tan wicara (silent sales
person), di mana produk tersebut harus mampu menjual. Faktor-faktor inilah
yang meningkatkan pentingnya peranan desain kemasan dalam pemasaran.
Menurut Hermawan Kartajaya, kita tidak boleh menganggap remeh
“estetika”. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah produsen yang ikut
serta dalam persaingan pasar. Dahulu ketika jumlah produk di pasar masih
sedikit, estetika tidak punya arti apa-apa di mata konsumen. Konsumen tidak
peduli dengan bentuk produk yang unik, pilihan kemasan yang lain daripada
yang lain, dan lain-lain. Tetapi kini ketika informasi sangat mudah didapat dan
diakses dari berbagai sumber seperti koran, majalah, televisi hingga internet,
maka mau tidak mau estetika memegang peranan penting dan menjadi nilai
tambah di samping kualitas produk dan layanan pasca jual.
Ada tiga alasan penting mengapa estetika penting dalam pemasaran, yaitu:
 Estetika dapat menciptakan loyalitas konsumen dengan memberikan
pengaruh psikologis dan emosional. Contohnya melalui keunikan
sebuah logo pada kemasan.
 Estetika dapat menjadi standar perusahaan untuk menetapkan harga.
 Estetika dapat membuat sebuah produk menjadi berbeda (point of
differentiation) di tengah persaingan merek yang semakin ketat.

13
2.6 Kendala dalam Pemasaran Bahan Pangan
A. Kendala dalam Pemasaran Bahan Pangan
Pada saat panen raya, pasokan pangan hasil pertanian berlimpah
ke pasar sehingga menekan harga dan kurang menguntungkan petani.
Sebaliknya, pada musim panen rendah, harga – harga bahan pangan
meningkat dengan tajam karena kekurangan pasokan sehingga
memberatkan konsumen. Kelembagaan pemasaran belum mampu
mewujudkan system yang adil di antara para pelakunya. Pemasaran
pangan biasanya melalui rantai perdagangan yang panjang. Dari petani,
pangan berturut – turut bergerak ke pedagang pengumpul desa, pedagang
menengah konsumen di kecamatan, pedagang besar di kota, pengecer
penjaja sampai ke konsumen. Masing – masing pelaku pada mata rantai
perdagangan tersebut mengambil keuntungan serta memperhitungkan
penyusutan, jasa pengangkutan, jasa penyimpanan, dan jasa pelayanan
sehingga perbedaan harga penjualan oleh produsen dan harga pembelian
oleh konsumen sangat besar.
B. Pemerataan Distribusi dan Pasokan Pangan
Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan
situasi pangan pada berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional,
regional, dan tingkat rumah tangga serta individu yang merupakan suatu
rangkaian. Hal ini menunjukkan bahwa konsep ketahanan pangan sangat
luas dan beragam serta merupakan permasalahan yang kompleks.
Ketahanan pangan menghendaki ketersediaan pangan yang cukup bagi
seluruh penduduk dan setiap rumah tangga. Dalam arti setiap penduduk
dan rumah tangga mampu untuk mengkonsumsi pangan dalam jumlah dan
gizi yang cukup. Ketersediaan bahan pangan bagi penduduk akan semakin
terbatas akibat kesenjangan yang terjadi antara produksi dan permintaan,
adanya pangan yang cukup bagi seluruh aspek yang membutuhkan dapat
tergantung dari sistem distribusi pangan yang terlaksana dengan baik.
Untuk wilayah Indonesia Bagian Timur, kepulauan dan
perbatasan pada umumnya memiliki pasokan bahan pangan yang masih

14
kurang dan sangat kurang. Jika kesenjangan antara ketersediaan dan
kebutuhan pangan semakin besar maka akan berdampak pada stabilitas
ketahanan pangan wilayah.
Permasalahan utama yang menyebabkan kurangnya pasokan
bahan pangan di wilayah yaitu masalah distribusi pangan, dimana ada 4
akar permasalahan, yaitu :
 Dukungan infrastruktur, yaitu kurangnya dukungan akses terhadap
pembangunan sarana jalan, jembatan, dan lainnya.
 Sarana transportasi, yakni kurangnya perhatian pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota serta masyarakat di dalam pemeliharaan sarana
transportasi.
 Sistem transportasi, yakni sistem transportasi yang masih kurang
efektif dan efisien. Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap
moda transportasi mengakibatkan bahan pangan yang diangkut
sering terlambat sampai ke tempat tujuan.
 Masalah keamanan dan pungutan liar, yakni pungutan liar yang
dilakukan sepanjang jalur transportasi di Indonesia.

2.7 Sistem Distribusi Pangan


“Contoh Distribusi Pangan yang ada di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta”
Kondisi umum distribusi pangan di wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, yang berpengaruh terhadap stok, pasokan dan harga
bahan pangan kebutuhan masyarakat bersumber dari produksi setempat,
pasokan bahan pangan dari luar serta pemberian/hibah kepada masyarakat.
Kondisi distribusi bahan pangan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Distribusi bahan pangan dari produksi setempat.
Bahan pangan pokok beras, jagung, kedele, ubi kayu/gaplek,
daging ayam, daging sapi, ikan, telor, gula pasir, buah-buahan dan
sayur mayur telah banyak dihasilkan dari produksi setempat, adalah :

15
Distribusi beras, sebagian besar masyarakat memanfaatkan
produksi yang dihasilkan oleh para petani setempat yang ditampung
oleh pedagang pengumpul di tingkat desa kemudian dibeli oleh
pedagang besar/distributor baru dipasarkan melalui pedagang pengecer.
Kelebihan produksi, oleh pedagang pengumpul atau pedagang
besar/distributor dipasarkan ke daerah lain, antara lain Jawa Tengah,
DKI Jakarta dan sebagian kecil Jawa Barat. Untuk beras kualitas
premium, disamping dihasilkan setempat juga mendapatkan pasokan
dari Jawa Tengah.
Distribusi jagung, hampir keseluruhan dijual untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak setempat dan terbesar dijual ke lain daerah,
antara lain Jawa Tengah dan Jawa Timur. Produksi hasil petani
ditampung oleh pedagang pengumpul kemudian dipasarkan kepada
pedagang besar dan atau langsung kepada pengusaha ternak.
Distribusi kedele, hampir keseluruhan oleh petani dijual untuk
memenuhi industri tahu/tempe setempat bahkan masih perlu pasokan
dari luar. Produksi hasil petani ditampung oleh pedagang pengumpul
atau langsung ke pasar terdekat kemudian dibeli oleh pengrajin
tahu/tempe dan untuk menutup kekurangannya langsung mendapatkan
pasokan dari luar melalui pedagang besar/distributor atau membeli di
pasar-pasar setempat.
Distribusi ubi kayu/gaplek, hampir keseluruhan oleh petani
dijual melalui pedagang pengumpul dan langsung kepada pedagang
besar/distributor. Bentuk produksi yang dipasarkan dalam bentuk
gaplek, yang dijual melalui perusahaan tepung Cassava setempat dan
juga langsung dipasarkan ke Cilacap Jawa Tengah.
Distribusi daging ayam, daging sapi dan telor, sebagian besar
produk yang dihasilkan oleh peternak setempat dan dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan masyarakat D.I.Yogyakarta dan sebagian kecil
dipasarkan ke luar daerah, antara lain Jawa Tengah, DKI. Jakarta.
Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan keseluruhan masih

16
mendapatkan pasokan dari luar daerah, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur
dan beberapa provinsi lain.
Distribusi ikan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan
bagi masyarakat, produksi setempat dirasa masih sangat kurang
sehingga mendapatkan pasokan dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa
Tengah.
Distribusi gula pasir, produksi petani tebu yang diproses
melalui PG Madukismo, hasil gulanya dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat dan juga dijual untuk wilayah selatan
Jawa Tengah dan sebagian kecil Jawa Barat. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Provinsi D.I.Yogyakarta mendapatkan pasokan
dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
b. Distribusi bahan pangan pasokan dari luar.
Bahan pangan pokok pasokan dari luar, antara lain gula pasir,
terigu, beras kualitas premium, kedele, daging sapi, daging ayam, telor,
ikan, minyak goreng, garam beryodium, buah-buahan dan sayur mayur.
Distribusi berasal dari pasokan pedagang besar kemudian
didistribusikan oleh para distributor di tingkat daerah dan dilakukan
oleh para pedagang pengecer baik di pasar, toko, warung maupun di
tempat-tempat pemasaran bahan pangan pokok.
Kestabilan pasokan bahan pangan ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan harga yang terjadi, oleh sebab itu kelancaran
sarana dan prasarana distribusi sangat berpengaruh terhadap kecepatan
distribusi bahan pangan tersebut. Untuk wilayah Provinsi
D.I.Yogyakarta, terkait sarana transportasi cukup baik dan lancar,
dampaknya terhadap distribusi pasokan bahan pangan sampai dengan
saat ini tidak ada permasalahan dan berjalan dengan normal.
c. Distribusi bahan pangan pemberian/hibah.
Untuk distribusi bahan pangan pemberian/hibah kepada
masyarakat penerima dalam bentuk beras bersubsidi. Jaringan distribusi
langsung dari Bulog kemudian disalurkan secara langsung kepada

17
masyarakat di tingkat pedesaan. Kemudian distribusi sampai di tingkat
masyarakat, disalurkan pembelian yang dikoordinir Kepala Dukuh atau
personil yang ditunjuk/disepakati di tingkat Padukuhan.

2.8 Kebijakan dan Program Distribusi Pangan Daerah


Arah kebijakan dan program distribusi pangan di tingkat daerah
adalah dalam rangka untuk mewujudkan distribusi pangan yang efektif dan
efisien sehingga dapat dijangkau secara merata untuk memenuhi akses pangan
masyarakat sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman dan beragam untuk
mendukung hidup yang aktif, sehat dan produktif.
Implementasi kebijakan dan program tersebut diatas, ditempuh
melalui pemberdayaan masyarakat sehingga memiliki kemampuan untuk
mengoptimalkan potensi sumberdaya yang dikuasai serta dikembangkan
koordinasi, komunikasi dan konsultasi dengan para pihak sehingga dapat
berjalan dengan baik dan lancar dalam rangka untuk mewujudkan ketahanan
pangan secara berkelanjutan.
Penanganan distribusi di daerah sentra produksi pangan,
dikembangkan pengaturan cadangan pangan, pengaturan distribusi pangan
serta stabilisasi harga sehingga produksi yang dihasilkan dapat didistribusikan
secara merata di tingkat wilayah dengan harga yang stabil sepanjang waktu.
Selanjutnya untuk distribusi di daerah konsumen pangan dengan tingkat akses
pangannya dikategorikan rendah, dikembangkan pengaturan cadangan pangan,
pengaturan distribusi pangan dan akses pangan produktif, sehingga bahan
pangan dapat didistribusikan secara efisien serta mendorong tumbuh
berkembangnya optimalisasi peningkatan produksi setempat. Di dalam
penerapan kegiatan-kegiatan tersebut, pemantauan perkembangan distribusi
dan harga pangan terus dikembangkan sehingga setiap saat dapat diketahui
terjadinya perubahan gejolak pasokan pangan dan harga dalam rangka
merumuskan kebijakan upaya mengatasi penanganannya
a. Tujuan

18
Tujuan pengembangan distribusi pangan di tingkat daerah
sesuai kebijakan dan program seperti uraian diatas, adalah :
 Berkembangnya subsistem distribusi, cadangan dan akses pangan
masyarakat dalam rangka memelihara stabilisasi pasokan dan
harga pangan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
 Terselenggaranya koordinasi dalam rangka pengembangan
potensi sumberdaya secara optimal untuk meningkatkan distribusi
pangan secara merata dan berkesinambungan.
 Terselenggaranya pemantauan distribusi dan harga pangan secara
tertib, baik dan berkelanjutan.
b. Sasaran
Sasaran kegiatan sesuai kebijakan dan program pengembangan
distribusi pangan tahun 2009 -2014, adalah :
 Fasilitasi Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
(LDPM) sebanyak 100 Gapoktan dari jumlah Gapoktan sentra
produksi sebanyak 392 Gapoktan.
 Fasilitasi Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM) sebanyak
50 Gapoktan/Desa dari sejumlah 137 Gapoktan/Desa yang
dikategorikan rawan pangan atau daerah konsumen pangan.
 Pemantauan Distribusi dan Harga Pangan yang diselenggarakan
setiap tahun sehingga tersedia data/informasi perkembangan stok,
pasokan dan harga pangan selama 5 tahun.
 Kajian Distribusi Pangan Masyarakat yang berlaku selama 5
tahun (2010-2014), sehingga dapat diketahui jaringan distribusi
bahan pangan pokok sekaligus permasalahan yang dihadapi.
 Kajian Akses Pangan Masyarakat yang berlaku selama 5 tahun
(2010-2014), sehingga dapat diketahui tingkat akses pangan di
masing-masing wilayah serta penyebab rendahnya akses pangan
masyarakat.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan
yang peranannya sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik
dan lancar, bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi.
Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana secara efektif, efisien dan
merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan kebutuhan
masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap kelangkaan
bahan pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap
rendahnya akses pangan masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi
menurun.
Keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah
mencapai ke konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas,
aman bagi kesehatan, bergizi baik, sesuai selera konsumen, harganya
terjangkau, dan tersedia sepanjang tahun. Ketahanan Pangan bagi masyarakat
akan terealisasi dengan baik jika terjadi kelancaran dalam Distribusi Pangan.

3.2 Saran
Adapun saran yang bisa di berikan adalah sebaiknya pemerintah lebih
memperhatikan masalah distribusi pangan yang ada di Indonesia. Melalui
beberapa program yang di telah dijelaskan di atas karena masih banyak
masyarakat yang belum memahami bagaimana dan apa itu aspek distribusi
pangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/print/2135/ketahanan-pangan-dan-perbaikan-gizi-
merupakan-suatu-kesatuan.html

http://directory.umm.ac.id/Laporan/Laporan_WS/Makalah_Materi/Sutawi_Tinjau
an%20Distribusi%20Pangan.pdf

http://bkpp.jogjaprov.go.id/content/page/244/bidang-distribusi-pangan

http://bkp-kabgorontalo.blogspot.co.id/2013/02/tugas-dan-fungsi-bidang-
distribusi.html

Thaha, R., dkk. 2002. Pangan dan Gizi. Bogor: DPP Pergizi Pangan Indonesia.
(Dilihat 17 Agustus 2021 pukul 15.05)

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset.


(Dilihat 17 Agustus 2021 pukul 14.57)

21

Anda mungkin juga menyukai