Disusun Oleh :
Kelompok 3
D III Gizi TK. II B
Dosen Pembimbing :
Esthy Rahman Asih, STP, M.Sc
Sri Mulyani, STP, M.Si
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pemahaman mata kuliah MK. Pengawasan Mutu Pangan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
2. Kontaminasi biologis
Kontaminasi biologis merupakan organisme yang hidup dan menimbulkan
kontaminan makanan. Organisme hidup yang sering menjadi kontaminan atau
pencemar bervariasi mulai yang berukuran besar seperti serangga, sampai yang
amat kecil seperti mikroorganisme. Mikroorganisme adalah bahan pencemar yang
harus diwaspadai, karena keberadaannya di dalam makanan sering tidak disadari,
sampai menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan, misalnya kerusakan
makanan atau keracunan makanan. Jenis mikroorganisme yang sering
menyebabkan pencemaran makanan adalah bakteri (Clostridium perfringens,
Streptokoki fecal, Salmonella), fungi (Aspergillius, Penicillium, Fusarium),
parasit (Entamoeba histolytica, Taenia saginata, Trichinella spiralis, dan virus
(virus hepatitis A/HAV). (H.A. Purnawijayanti, 2001)
3. Kontaminan Kimiawi
Kontaminasi kimiawi adalah berbagai macam bahan atau unsur kimia
yang menimbulkan pencemaran atau kontaminan pada bahan makanan. Unsur
kimia ini dapat berada dalam makanan melalui beberapa cara seperti terlarutnya
lapisan alat pengolah karena digunakan untuk mengolah makanan yang dapat
melarutkan zat kimia dalam pelapis, logam yang terakumulasi di dalam produk
perairan misalnya kerang atau tanaman yang habitat asalnya tercemar, bahan
pembersih atau sanitasi kimia pada pengolah makanan yang tidak bersih
pembilasannya atau yang secara tidak sengaja mengkontaminasi makanan karena
penyimpanan yang berdekatan (H.A. Purnawijayanti, 2001).
Terkait dengan penyakit dan keracunan ini, peranan makanan sebagai
perantara penyebaran penyakit dan keracunan makanan, antara lain makanan
dapat berperan sebagai agent (penyebab), vehichel (pembawa) dan sebagai media:
a. Sebagai Agent, Pada kasus ini dapat kita ambil contoh tumbuhan maupun
binatang yang secara alamiah telah mengandung zat beracun. Agen
penyakit infeksi banyak berasal dari binatang dan menularkan kepada
manusia lewat makanan, tetapi penularannya masih bisa dengan cara
yang lain.
b. Sebagai Vehicle, Makanan sebagai pembawa penyebab penyakit, seperti
bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga
mikroorganisme yang patogen serta bahan radioaktif. Makanan tersebut
tercemar oleh zat-zat yang membahayakan kehidupan. Jadi dalam
kategori ini makanan tersebut semula tidak mengandung zat¬zat yang
membahayakan tubuh, tetapi karena satu dan lain hal akhirnya
mengandung zat yang membahayakan kesehatan.
c. Sebagai Media, Kontaminan yang jumlahnya kecil jika dibiarkan berada
dalam makanan dengan suhu dan waktu yang cukup, maka akan tumbuh
dan berkembang sehingga menjadi banyak dan dapat menyebabkan
wabah yang serius. Penjamah makanan yang menderita sakit atau karier
menularkan penyakit yang dideritanya melalui saluran pernapasan,
sewaktu batuk atau bersin dan melalui saluran pencernaan, biasanya
kuman penyakit mencemari makanan karena terjadi kontak atau
bersentuhan dengan tangan yang mengandung kuman penyakit.
Sedangkan penularan penyakit melalui makanan (food borne disease) dapat
digolongkan menjadi food infection dan food poisoning.
1. Food Infection
Food infection adalah masuknya mikroorganisme dalam makanan,
berkembang biak sangat banyak dan dimakan orang dimana mikroorganisme
tersebut menyebabkan sakit. Jenis-jenis mikroorganisme yang paling sering
Salmonella, Shigella, E. coli, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus. Bakteri
patogen yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan merupakan
penyebab penyakit. Bakteri patogen penyebab penyakit, mempunyai masa
inkubasi dan gejala tergantung pada patogenitasnya (Jennie,1998).
2. Food Poisoning
Food poisoning adalah bahan makanan yang memang mengandung bahan
racun alami maupun makanan diberi zat-zat racun yang mempunyai tujuan
komersial maupun nilai-nilai ekonomis, dapat juga disebabkan oleh makanan
yang sudah tercemar oleh mikroorganime menghasilkan racun contoh bakteri
Staphylococcus.
Ada beberapa racun yang dihasilkan adalah eksotoksin dan endotoksin.
Eksotoksin yaitu toksin yang disintesis di dalam sel mikroba, kemudian
dikeluarkan ke substrat di sekelilingnya. Endotoksin yaitu toksin yang disintesis
di dalam sel bakteri dan baru bersifat toksik bila sel mengalami lisis. Eksotoksin
yang dihasilkan oleh bakteri biasanya bekerja secara spesifik terhadap tenunan-
tenunan atau sel-sel tertentu. Misalnya sel-sel saraf, otot, sel-sel pada saluran
pencernaan, dan sebagainya. Beberapa eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri
seperti racun botolinum yang bersifat neurotoksin (menyerang sel-sel saraf
sehingga menyebabkan kelumpuhan), racun stafilokokus dan racun perfringens
yang disebut enterotoksin karena penyerang sel-sel usus dan dapat menyebabkan
diare. Endotoksin lebih bersifat tahan terhadap panas dibandingkan dengan
eksotoksin (H.A. Purnawijayanti, 2001).
1. Toksisitas
Makanan yang berasal dari produk hewani merupakan sumber kontaminasi
penting dalam menimbulkan penyakit. Produk tersebut diantaranya adalah daging
dan unggas. Penyelesaian daging mentah seperti pemotongan, pencucian,
penggilingan atau pencincangan dapat mengkontaminasi tangan pekerja, pakaian
maupun permukaan peralatan yang dipakai. Kontaminasi pada alat pemotongan
terdapat bakteri salmonella, clostridium perfringens. Demikian pula kontaminasi
yang ada pada alat penggiling atau pemotong, alat pemasak, telenan dan alat-alat
lainnya, yang kemudian akan dapat menularkan kontaminasi pada bahan yang
menggunakan peralatan yang sama (H.A. Purnawijayanti, 2001).
Contoh pencemaran lain yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
ubi kayu yang pahit mengandung glikosida yang hasil urainya HCN yang beracun,
kentang mentah yang mengandung solanin beracun. Sejenis racun tertentu yaitu
Jenis mikotoksin atau toksin yang diproduksi oleh fungi (kapang) diketahui dapat
menimbulkan berbagai gejala keracunan dan penyakit pada manusia. Sifat
mikotoksin yang berbahaya adalah:
a. dapat menimbulkan penyakit akut,
b. bersifat mutagenik dapat mengakibatkan kelainan genetic dan
c. bersifat karsinogenik.
Adapun yang termasuk toksin ini adalah aflatoxin yang terdapat pada
kacang tanah dan biji-bijian lain yang jika keracunan akut akan menyerang hati
dan bersifat karsinogenik (penyebab kanker) (H.A. Purnawijayanti, 2001).
1. Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri
Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan
timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri
bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang
mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe
toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare
dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).
Gejala keracunan:
Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab
diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan
bagian bawah berupa mual,nyeri perut seperti kram, diare berair, yang
terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.
Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab
muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta
berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan
muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.
2. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat
membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi.
Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf
(neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin botulinum bersifat
termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit cukup untuk
merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu pemanasan
normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan.
Gejala keracunan: Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit
kepala, pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut,
letih, lemah otot, paralisis, dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan
kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit dapat
berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.
3. Staphilococcus aureus
Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcus aureus merupakan
bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Staphilococcus
aureus merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-
positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang
dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu
memasak normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin
dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit.
Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual,
muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat,
distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul
sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.
4.1 Kesimpulan
4.2. Saran
Betty SL. Jenie.1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan Gizi IPB.
Depkes RI. 2009. Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.
Jakarta: Depkes RI Sub Direktorat Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan.
DepKes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.
Farida, Yayuk dkk. 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penebar Swadaya
Fathonah Siti, 2005, Higiene dan Sanitasi Makanan, Semarang: UNNES
Press.
Kusmayadi. 2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat.