Bagikan :
Tweet
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, didapat rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah jawa?
2. Bagaimana hidangan makan suku jawa?
3. Bagaimana pola konsumsi makan suku jawa?
4. Bagaimana konsep rumah mempengaruhi pola makan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapat tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut untuk mendeskripsikan.
1. Sejarah jawa.
2. Hidangan makan suku jawa.
3. Pola konsumsi makan suku jawa.
4. Konsep rumah mempengaruhi pola makan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Jawa
Jawa adalah pulau yang sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik,
merupakan pulau ketiga belas terbesar di dunia, dan terbesar kelima di Indonesia.
Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur
hingga barat pulau ini. Terdapat tiga bahasa utama di pulau ini, namun mayoritas
penduduk menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu dari 60
juta penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya berdiam di pulau Jawa.
Sebagian besar penduduk adalah bilingual, yang berbahasa Indonesia baik sebagai
bahasa pertama maupun kedua. Sebagian besar penduduk Jawa adalah Muslim,
namun terdapat beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok etnis, serta budaya
di pulau ini.
Pulau ini secara administratif terbagi menjadi empat provinsi, yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten; serta dua wilayah khusus, yaituDKI
Jakarta dan DI Yogyakarta.
Pulau ini merupakan bagian dari gugusan kepulauan Sunda
Besar danpaparan Sunda, yang pada masa sebelum es mencair merupakan ujung
tenggara benua Asia. Sisa-sisa fosil Homo erectus, yang populer dijuluki "Si Manusia
Jawa", ditemukan di sepanjang daerah tepian Sungai Bengawan Solo, dan
peninggalan tersebut berasal dari masa 1,7 juta tahun yang lampau.
SitusSangiran adalah situs prasejarah yang penting di Jawa. Beberapa
strukturmegalitik telah ditemukan di pulau Jawa, misalnya menhir, dolmen, meja
batu, dan piramida berundak yang lazim disebut Punden Berundak. Punden
berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Paguyangan, Cisolok, dan
Gunung Padang, Jawa Barat. Situs megalitik Cipari yang juga ditemukan di Jawa
Barat menunjukkan struktur monolit, teras batu, dan sarkofagus. Punden berundak
ini dianggap sebagai strukstur asli Nusantara dan merupakan rancangan dasar
bangunan candi pada zaman kerajaan Hindu-Buddha Nusantara setelah penduduk
lokal menerima pengaruh peradaban Hindu-Buddha dari India. Pada abad ke-4 SM
hingga abad ke-1 atau ke-5 M Kebudayaan Buni yaitu kebudayaan tembikar tanah
liat berkembang di pesisir utara Jawa Barat. Kebudayaanprotosejarah ini merupakan
pendahulu kerajaan Tarumanagara.
Pulau Jawa yang sangat subur dan bercurah hujan tinggi memungkinkan
berkembangnya budidaya padi di lahan basah, sehingga mendorong terbentuknya
tingkat kerjasama antar desa yang semakin kompleks. Dari aliansi-aliansi desa
tersebut, berkembanglah kerajaan-kerajaan kecil. Jajaran pegunungan vulkanik dan
dataran-dataran tinggi di sekitarnya yang membentang di sepanjang pulau Jawa
menyebabkan daerah-daerah interior pulau ini beserta masyarakatnya secara relatif
terpisahkan dari pengaruh luar. Di masa sebelum berkembangnya negara-negara
Islam serta kedatangan kolonialisme Eropa, sungai-sungai yang ada merupakan
utama perhubungan masyarakat, meskipun kebanyakan sungai di Jawa beraliran
pendek. HanyaSungai Brantas dan Bengawan Solo yang dapat menjadi sarana
penghubung jarak jauh, sehingga pada lembah-lembah sungai tersebut terbentuklah
pusat dari kerajaan-kerajaan yang besar.
Diperkirakan suatu sistem perhubungan yang terdiri dari jaringan jalan,
jembatan permanen, serta pos pungutan cukai telah terbentuk di pulau Jawa
setidaknya pada pertengahan abad ke-17. Para penguasa lokal memiliki kekuasaan
atas rute-rute tersebut, musim hujan yang lebat dapat pula mengganggu perjalanan,
dan demikian pula penggunakan jalan-jalan sangat tergantung pada pemeliharaan
yang terus-menerus. Dapatlah dikatakan bahwa perhubungan antar penduduk pulau
Jawa pada masa itu adalah sulit.
B. Suku Jawa
Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku
bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah,Jawa Timur,
dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.
Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim
diLampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak
ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku,
seperti Osing dan Tengger.
C. Kepercayaan
Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi
ada juga yang menganut agama Protestan dan Katolik. Mereka juga terdapat di
daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara
masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai
agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan
kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa
terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan
ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala
menjadi kabur.
D. Profesi
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka
mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif,
pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling
banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar
negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi
tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura,
Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.
E. Masakan Jawa
Pulau Jawa mempunyai pelbagai kumpulan etnik: Jawa, Sunda di Jawa Barat
dan Madura di pulau Madura di Jawa Timur. Kumpulan etnik ini mempunyai masakan
berlainan mereka sendiri.
Masakan Jawa (tidak termasuk orang Sunda dan Madura) secara besar
dibahagikan ke dalam tiga kumpulan utama:
· Masakan Jawa Tengah
· Masakan Jawa Timur
· Hidangan Jawa umum
Ada kemiripan pada masakan-masakan tersebut tetapi perbezaan utama
terletak pada perisanya. Masakan Jawa Tengah adalah lebih manis dan kurang
pedas, sementara masakan Jawa menggunakan kurang gula dan lebih cili,
kemungkinan dipengaruhi oleh masakan Madura.
Nasi adalah makanan asasi yang umum, dan disertakan dengan setiap
hidangan. Gaplek, atau ubi kayu kering, kadang-kadang dicampur ke dalam nasi
atau mengganti nasi. Roti dan biji-bijian adalah tidak umum, walaupun mi dan
kentang sering dihidang sebagai iringan pada nasi.
Hampir 90% orang Jawa beragama Islam, dan akibatnya, kebanyakan dari
masakan Jawa tidak menggunakan daging babi. Hanya sedikit etnik di Indonesia
menggunakan daging babi (dan sumber protein lain yang dianggap "haram" di
bawah hukum pemakanan Islam) dalam masakan mereka, yang paling
ketara masakan Bali, masakan Cina Indonesia, dan masakan Manado.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jawa adalah pulau yang sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik,
merupakan pulau ketiga belas terbesar di dunia, dan terbesar kelima di Indonesia.
Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur
hingga barat pulau ini.
Pola konsumsi makanan jawa hamper sama dengan pola konsumsi
masyarakat Indonesia lainnya. Makanan jawa cendrung manis dan banyak
menggunakan gula.
Hidangan umum Jawa, yang dapat dijumpa di sepanjang Jawa tanpa berkenaan
lokasi.
· Sayur asem: Sayur-sayuran dalam sup perisa asam jawa. Dapat dihidang panas atau
sejuk.
· Pepes: Daging, ayam, atau ikan air tawar/makanan laut dicampur dengan pes
rempah, dibalut dalam daun pisang, kemudian dikukus atau bakar.
· Tumis sayuran: Sayur-sayuran goreng ringan, baisanya dicampur dengan cili dan pes
rempah.
· Sayur lodeh: sayur campuran, direbus dalam santan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S.: Prinsip Dasar Ilmu Gizi: Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 2002.
Arisman, MB.: Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta : EGC. I: 2-13, 2004.