Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
(P17431112044)
(P17431112049)
(P17431112066)
(P17431112067)
(P17431112086)
REGULER B / SEMESTER 4
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta, yang kekal dan
abadi. Shalawat dan salam smoga dilimpahkan kepada Nabi dan junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan hamba Allah yang suci.
Alhamdulillah pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dan disajikan dalam
rangka memenuhi mata kuliah Management Sistem Penyelenggaraan Makanan (MSPM).
Pada akhirnya penyusun bersyukur kepada Allah SWT semoga makalah ini dapat bemanfaat
kepada banyak pihak dan tidak lupa penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Semarang, ..........
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 5-7
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.2.2
Tujuan .............................................................................................................
Tenaga .....................................................................................
2.3.2
Dana.........................................................
2.3.3
2.4.2
2.5.2
2.5.3
2.5.4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbaikan gizi sebagai salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi menyebabkan usia harapan hidup rata-rata meningkat. Dengan semakin
luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan keberhasilan pembangunan nasional pada
semua sektor, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan program
kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih
memprioritaskan upaya memelihara dan mejaga yang sehat semakin sehat serta
merawat yang sakit menjadi sehat (Maryam, 2008). Menurut pasal 138 UU No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus
ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun
ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Menurut UN-population Division, Departement of ergonomic and sosial
Affairs (1999) jumlah populasi lanjut usia lebih dari 60 tahun di dunia diperkirakan
hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun
2050. Saat itu lanjut usia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun), pertama
kali dalam sejarah umat manusia (Darmojo, 2009).
Jumlah lanjut usia akan naik lebih cepat daripada anak atau jumlah
pertumbuhan penduduk keseluruhan, golongan lanjut usia di Indonesia akan naik
3,96% setahunnya. Angka pertumbuhan lanjut usia yang berumur 70 tahun ke atas
akan naik 5,6% dalam kurun waktu 1985-1995. Menurut laporan data demografi
penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of the Census USA (1993),
dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah
usia lanjut sebesar 414%, suatu angka paling tinggi di seluruh dunia. Sebagai
perbandingan Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%,
Jerman 66% dan Swedia 33%. Pada tahun 2000, dua diantara tiga lanjut usia di seluruh
dunia yang berjumlah 600 juta, akan hidup bertempat tinggal di negara-negara sedang
berkembang (Darmojo, 2009).
Berdasarkan data Departemen Sosial tahun 2004, jumlah lanjut usia tercatat
16.522.311 jiwa. Dari jumlah itu, 3.092.910 jiwa atau sekitar 20% diantaranya adalah
lanjut usia terlantar yang tidak memiliki pensiun, aset, maupun tabungan yang cukup.
Sehingga mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehari-hari.
Perlahan tapi pasti masalah lanjut usia mulai mendapatkan perhatian pemerintah
dan masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para
professional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lanjut usia.
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lain-lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lanjut usia, kelompok lanjut usia, keluarga,
panti sosial tresna werdha (PSTW), sarana tresna werdha (STW), sarana pelayanan
kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayaan kesehatan rujukan tingkat pertama
(sekunder), dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lanjut usia. Tujuan umum pembinaan kesehatan lanjut
usia dipanti yaitu meningkatnya derajat kesehatan dan mutu Kehidupan lanjut usia di
panti agar mereka dapat hidup layak (Maryam, 2008).
Dasar hukum pendirian panti werdha adalah Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Pendirian panti dilakukan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga dapat berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,
dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
lanjut usia (Depsos, 2008).
Berdasarkan Darmojo pada pidato purna tugas di semarang tahun 2001, sepuluh
kebutuhan lanjut usia(10 needs of the eldery) yaitu makanan cukup dan sehat, pakaian
dan kelengkapannya, perumahan / tempat tinggal / tempat berteduh, perawatan dan
pengawasan kesehatan, bantuan teknis praktis sehari-hari / bantuan hukum, transportasi
umum bagi lanjut usia, kunjungan/teman bicara/informasi, rekreasi dan hiburan sehat
lainnya, rasa aman dan tentram, bantuan alat-alat panca indera (Darmojo, 2009).
Menurut Darmojo (2009) makanan yang cukup dan sehat termasuk kedalam 10
kebutuhan bagi lanjut usia. Bagi lanjut usia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan
dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian
sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Proses penuaan dapat diperlambat
apabila mempunyai asupan gizi yang baik. Bila asupan zat gizi tersebut tidak diantisipasi
dengan pemberian nutrisi secara tepat, maka akan timbul masalah nutrisi yang dapat
mempercepat atau memperburuk kondisi lanjut usia. Ditambah dengan Penurunan daya
tahan tubuhnya sehingga lanjut usia mudah terkena penyakit dan bila terserang penyakit
akan lama proses penyembuhannya serta mengakibatkan kualitas hidup lanjut usia
menjadi rendah.
Penyelenggaraan makanan sangat penting untuk mendukung masuknya zat-zat
gizi, sehingga kondisi fisik dan kesehatan dari para lanjut usia dapat tetap terjaga. Panti
werdha juga memerlukan sistem manajemen penyelenggaraan makanan untuk
mendukung terpenuhinya kebutuhan gizi para penghuni panti.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran sistem penyelenggaraan makanan untuk lansia dan di
panti sosial (jompo)
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum Panti Sosial
2. Diketahuinya gambaran prosedur penyelenggaraan makanan di Panti
Sosial
3. Diketahuinya gambaran input penyelenggaraan makananan meliputi
dana, tenaga, dan sarana di Panti Sosial
4. Diketahuinya gambaran proses penyelenggaraan makanan meliputi
perencanaan menu, perhitungan kebutuhan makanan, pengadaan bahan
makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
persiapan bahan makanan untuk dimasak, pengolahan bahan makanan,
penyajian dan pendistribusian makanan serta pengawasan di Panti Sosial
5. Diketahuinya gambaran output penyelenggaraan makanan meliputi cita
rasa makanan dan syarat gizi di Panti Sosial
6. Diketahuinya gambaran umpan balik penyelenggaraan makanan di Panti
Sosial
1.3 Manfaat
1.3.1
Bagi mahasiswa
1. Menambah pengalaman dan wawasan mahasiswa mengenai manajemen
penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi (PM Lansia dan Panti Jompo).
2. Memberikan pengalaman kerja sesuai dengan orientasi kuliah.
1.3.2
Bagi Universitas
Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia
2.1.1
2.1.2
2. Lansia
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
2.1.4
langsung, lanjut usia dengan bantuan badan sosial, lanjut usia di panti werdha,
lanjut usia yang dirawat dirumah sakit, dan lanjut usia dengan gangguan mental
(Maryam, 2008).
2.2 Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia di Panti
2.2.1
memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya
sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita
bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan
nasional (Depsos RI, 2004:4).
Santoso (2005) memberikan pengertian sebuah panti asuhan sebagai suatu
lembaga yang sangat terkenal untuk membentuk perkembangan anak-anak yang
tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga.
Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua
dalam mengasuh, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak agar anak
menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya dan
terhadap masyarakat di kemudian hari.
2.2.2
Tujuan
Menurut
Maryam
(2008)
tujuan
umum
dibentuknya
panti
adalah
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia di panti agar
mereka dapat hidup layak. Sedangkan untuk tujuan khusus dari pendirian panti
yaitu meningkatkan pembinaan dan pelayanan kesehatan lanjut usia di panti, baik
oleh petugas kesehatan maupun petugas panti, meningkatnya kesadaran dan
kemampuan lanjut usia khususnya yang tinggal di panti dalam memmelihara
kesehatan diri sendiri dan meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat
dalam upaya pemeliharaan kesehatan lanjut usia di panti.
2.2.3
cita rasa makanan yang dapat memuaskan konsumen serta menekan serendahrendahnya biaya penyelenggaraan makanan dengan tidak mengurangi kualitas
pelayanan.
2.2.4
2.2.4.1 Tenaga
Menurut Depkes (1991) untuk mengelola makanan diperlakukan macam
dan jumlah tenaga yang khusus yang terdiri dari penanggung jawab,
bertanggung jawab atas semua kegiatan institusi termasuk kegiatan pengelolaan
makanan. Untuk pelaksana sehari-hari, pemimpin akan menujuk staf institusi
yang dianggap erat kaitannya dengan kegiatan pengelolaan makanan.
Selanjutnya Depkes (1991) juga menjelaskan tugas untuk mengelola
makanan ini biasanya Kepala Bagian Personalia Atau Kepala Bagian Rumah
Tangga. Penanggung jawab pengelolaan sebaiknya mengerti dan memahami
masalah dalam pengelolaan makanan banyak, tahu kualitas bahan makanan, tata
cara dan prosedur dalam pengelolaan makanan banyak. Selain itu juga mampu
mengarahkan dan menggerakan bawahan dalam penyediaan makanan yang
memenuhi selera konsumen, syarat gizi dan kesehatan. Memiliki gelar sarjana
dalam bidangnya, dan pernah mengikuti kegiatan seminar/penataran, khususnya
tentang gizi, manajemen penyelenggaraan makanan dan kesehatan.
Pengawas bertugas memimpin dan mengarahkan serta menggerakan
bawahan, berpendidikan SMKTA / boga / gizi / sederazat. Selain itu ada tenaga
pelaksana yang berpengalaman dalam pemasakan makanan menurut resep yang
ada, memahami gizi, kesehatan, sanitasi, dan pengetahuan bahan makanan.
Serta terampil dan cekatan dalam melakukan tugas yang ditetapkan, pembersih
peralatan juga sebaiknya telah dilatih dalam tugas sanitasi peralatan,
perlengkapan dan memahami prosedur pembersihan dapur dan peralatan
penyelenggaraan makanan banyak. Ketiga tenaga kerja diatas haruslah berbadan
sehat dan bebas dari penyakit menular. Apabila tenaga yang ada belum memiliki
latar belakang gizi dan kesehatan yang cukup, dapat digunakan tenaga sarjana
gizi yang bekerja sebagai konsulutan, khususnya dalam mennetukan system
pelayanan, cara pengolahan yang dipilih serta penetapan standar makanan bagi
institusi yang memenuhi syrat gizi dan kesehatan (Depkes, 1991).
2.2.4.2 Dana
a. Letak dapur
Menurut Depkes (1991) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari
sebuah dapur yaitu dapur mudah dicapai dari semua ruang makan, sehingga
pelayanan makanan dapat berjalan lancar, tidak berdekatan dengan tempat
sampah, harus mudah dicapai kendaraan dari luar sehingga memudahkan
pengiriman bahan makanan dari luar.
b. Ruangan
Menurut Depkes (1991) luas bangunan dapur disarankan 1/7-1/5 dari
jumlah klien. Luas ini mencakup ruang penerimaan bahan makanan, ruang
penyimpanan, ruang pemasakan, ruang distribusi, ruang pencucian alat, kantor
kepala/ pimpinan penyelenggara makanan, kamar kecil.
Hendaknya dapur mengikuti prosedur arus kerja yang baik dan efisien
seperti bagan dibawah ini :
Penerimaan
Fasilitas pegawai
Persiapan
Pembuangan sampah
Pemasakan
Pencucian
Tempat sampah diluar dapur
Penghidangan
Kadang-kadang
untuk
mendapatkan
warna
yang
dan
mampu
merangsang
indera
penciuman
sehingga
membangkitkan selera.
b. Bumbu masakan dan bahan penyedap
Disamping bau yang sedap, berbagai bumbu yang digunakan
dapat pula membangkitkan selera karena memberikan asa makanan
yang khas.
c. Keempukan makanan
Makanan yang masuk ke dalam mulut dan setelah dikunyah
akan menyebabkan keluarnya air ludah yang kemudian menimbulkan
rangsangan pada saraf pengecap yang ada di lidah. Makanan yang
empuk dapat dikunyah dengan sempurna dan aaan menghasilkan
senyawa yang lebih banyak yang berarti intensitas rangsangan
menjadi lebih tinggi. Keempukan makanan selain ditentukan oleh
mutu bahan makanan yang digunakan juga ditentukan oleh mutu
bahan makanan yang digunakan juga ditentukan oleh cara memasak.
Pemanasan akan mengakibatkan perubahan terhadap sifat fisik
kematangan
dalam
masakan
Indonesia
belum