Anda di halaman 1dari 16

Satuan Acara Pembelajaran Konsultasi Gizi

I. Tujuan Konsultasi Gizi


Tujuan dari konsultasi gizi yaitu :
1. Meningkatkan keadaan gizi masyarakat untuk mencapai gizi seimbang, sehingga
menurunkan jumlah penduduk yang mengalami gizi kurang, gizi lebih, dan penyakit
tertentu.
2. Meningkatkan penganekaragaman dalam penyelenggaraan makanan dalam upaya
peningkatan status gizi menuju gizi seimbang khususnya pada penderita penyakit
tertentu.

II. Manfaat Konsultasi Gizi


Manfaat dari konsultasi gizi merupakan sistem pertolongan dalam bentuk diskusi
untuk mencapai tujuan berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun
perubahan perilaku (sikap) dalam lingkup pelayanan gizi khususnya untuk penderita
penyakit tertentu (penyakit jantung koroner).

III. Langkah – Langkah Persiapan Konsultasi


1. Tahap Pelibatan (Involving)
Pada tahap ini, gunakan keterampilan komunikasi, sambut klien dengan baik dan
ramah, berdiri serta berikan salam kepada klien. Persilahkan klien untuk duduk dan
merasa nyaman. Disini konselor memperkenalkan nama dan memberikan waktu klien
untuk menceritakan identitas. Selain itu, konselor harus menunjukan kepercayaan diri
di depan klien dan menjelaskan tujuan dari konseling gizi yang akan diberikan.
Adapun data klien yang didapat sebagai berikut :
Nama Klien : I Made Jagra
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 59 Tahun
Alamat : Br. Telanga Tegal Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten
Badung.
Pekerjaan : Pedagang
Penyakit : Penyakit Jantung Koroner

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 1


2. Tahap Penjelasan / Menggali Permasalah (Exploring)
Pada tahap ini, konselor akan mengumpukan data, verifikasi, dan interpretasi data
yang sistematis dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan sesuai
dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan
energi dan zat gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi. Informasi
yang dapat dikaji berupa data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik data
riwayat makan serta data riwayat personal. Adapun data-data yang dimaksud
perinciannya sebagai berikut :
 Data Antropometri
Berat Badan (BB) : 80 kg
Tinggi Badan (TB) : 170 cm
IMT : 28,57
BBI : 63 kg
 Data Biokimia
Tanggal Pemeriksaan : 13 Agustus 2015
Jam Pemeriksaan : 12.07 AM
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik
NILAI
PARAMETRIK HASIL SATUAN REMAKS KETERANGAN
RUJUKAN
SGOT 33,14 U/L Tinggi 11,00 – 33,00

SGPT 55,92 U/L Tinggi 11,00 – 50,00


Bun 13,97 mg/Dl 10,00 – 23,00
Creatinin 0,872 mg/dL 0,50 – 1,20
Cholesterol 202,50 mg/dL Tinggi Normal < 200 Batas tinggi 200-
239
Tinggi >= 240
HDL direk 42,33 mg/dL 40,00 – 60,00
LDL 134,00 mg/dL Optimal < 100 Mendekati
optimal 100-129
Batas tinggi 130-

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 2


159
Tinggi 160-189
Sangat tinggi >=
190
Triglyserida 130,80 mg/dL Normal < 50 Limit tinggi 150-
199
Tinggi 200-499
Sangat tinggi >=
500
CKMB 17,89 U/L 7,00 – 25,00
LDH 323,10 U/L 240,00 –
480,00
Glukosa darah 104,10 mg/dL Rendah 80,00 – 140,00
sewaktu
Natrium 134,40 mmol/L 136,00 –
145,00
Kalium 3,729 mmol/L 3,50 – 5,10
Sumber: Hasil Pemeriksaan Medik Penunjang Instalasi Laboratorium Klik Rumah
Sakit Sanglah.
 Kebutuhan Zat Gizi
- Menghitung kebutuhan energi dengan rumus Du Bois :
BMR = BBI x Jam x 1,0
= 63,0 x 24 x 1,0 = 1512,0 Kkal
Koreksi Tidur = BBI x 0,1 x 8
= 63,0 x 0,1 x 8 = 50,4 Kkal -
= 1461,6 Kkal
Aktivitas Fisik = 50% x 1461,6 = 730,8 Kkal +
= 2192,4 Kkal
SDA = 10 % x 2192,4 = 219,24 Kkal +
= 2411,64 Kkal
Dari hasil peerhitungan di atas, kebutuhan energi klien sehari adalah 2411,64 Kkal.

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 3


- Kebutuhan standar untuk protein:
Anjuran asupan protein di Indonesia adalah 15% -20% dari total energi. Jadi
dalam sehari, kebutuhan asupan protein klien adalah sebagai berikut :
Protein = 15% x total energi sehari
= 15% x 2411,64 Kkal
= 361,74 Kkal
4
= 90.44 gram
- Kebutuhan standar untuk lemak :
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20% -25% dari total energi.Asupan
lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60% – 70% total energi dari
lemak tidak jenuh tunggal dan karbohidrat.Jadi dalam sehari, kebutuhan asupan
lemak klien adalah sebagai berikut :
Lemak = 20% x total energi sehari
= 20% x 2411,64 Kkal
= 482,33Kkal
9
= 53,59 gram
- Kebutuhan standar untuk karbohidrat :
Berdasarkan anjuran di atas konselor menggunakan anjuran konsumsi 65% total
energi agar pertambahan persentase protein, lemak, dan karbohidrat menjadi
100%. Dalam sehari kebutuhan asupan karbohidrat klien adalah sebagai berikut :
Karbohidrat = 65 % x total energi sehari
= 65 % x 2411,64 Kkal
= 1567,56 Kkal
4
= 391,89 gram

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 4


- Kebutuhan untuk tiap kali makan :
Tabel 2. Kebutuhan Zat Gizi Makro per Hari
Waktu Energi (Kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)
Pagi (25%) 602,91 22,61 13,39 97,97
Siang (25%) 602,91 22,61 13,39 97,97
Malam (20%) 482,32 18,08 10,71 78,37
Selingan 361,74 13,56 8,03 58,78
(15%)
Jumlah 2049,88 76,86 45,52 333,09

 Recall 24 Jam
Tabel 3. Hasil Recall 24 Jam
Waktu Banyaknya
No Nama Makanan Bahan Makanan
Makan URT gram
1 Pagi (Pukul - Bubur - beras giling 1 prg 200
6.00 – 7.30)

2 Selingan Pagi
- pisang rebus - pisang kepok 2 bh 200
(Pukul 11.00)
3 Siang (Pukul - Bubur - Beras giling 1 prg 200
13.30)
4 Selingan Siang
- Pisang rebus - Pisang kepok 1 bh 100
(Pukul 16.00)
5 Malam (Pukul - Bubur - Beras giling 1 prg 100
18.00) - Sayur urab - Daun singkong - 30
- Sawi - 20
- Kacang panjang - 20
- Pepes ayam - Daging ayam 40 40

Dari hasil recall 24 jam yang dilakukan, konselor menganalisis kandungan zat gizi
total dari bahan makanan yang sudah didata. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan
bahwa dalam sehari, asupan klien belum memenuhi kebutuhan yang dapat dilihat dari
tabel di bawah ini.

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 5


Tabel 4. Asupan Zat Gizi Sebelum Konseling
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Recall 24
2252,9 47,92 14,52 480,52
Jam

Kebutuhan 2049,88 76,86 45,52 333,09

% Asupan 1,100 0,623 0,318 1,442

 Data Klinis dan Fisik


Keluhan : Nyeri dada, mendadak tidak berdebar dan mual.
Pengamatan Fisik : Dilihat dari IMT, klien mengalami kegemukan.

 Riwayat Personal
Klien tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner dari orang tua atau
keluarga terdekat. Dapat disimpulkan bahwa klien menderita penyakit jantung
koroner setelah dilakukan cek laboratorium lebih lanjut. Selain itu, gejala – gejala
yang timbul muncul setelah bertambahnya usia klien yaitu pada saat klien berumur 55
tahun.

3. Tahap Pemacahan Masalah (Resolving)


Pada tahap ini, konselor harus mampu memberikan solusi sesuai dengan masalah
yang dihadapi dengan memberikan penjelasan berupa alternatif-alternatif
pemecahannya, yakni anjuran perencanaan diet dan olahraga.
Dalam perencanaan diet untuk penyakit jantung koroner, hal yang perlu
diperhatikan adalah pengaturan dietnya bisa berupa diet rendah garam dan diet rendah
kolestrol lemak terbatas, yang bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya
tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila terlalu gemuk, serta
mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Makanan-makanan
seperti brokoli, kacang merah, bayam, alpukat, beras merah, tomat, sayuran hijau,
ikan tuna mengandung asam folat, vitamin B6, beta karoten dan omega 3 yang dapat
membantu pemulihan jantung koroner dan mencegah semakin kronisnya penyakit
tersebut. Namun karena keadaan rumah klien tinggal jarang memasak sehingga

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 6


konselor menyarankan agar pasien memasak sendiri bahan makanan yang dianggap
mudah seperti merebus bayam, dan lebih banyak mengonsumsi buah- buahan selain
untuk menurunkan berat badan pasien yang sudah mendekati obesitas dan tidak
mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol sehingga dapat memicu parahnya
penyakit tersebut. Selain itu konselor juga menyarankan pada seiap makan agar
memenuhi kecukupan pola gizi seimbang .
Berikut adalah menu sehari untuk klien sesuai dengan penyakit jantung koroner
yang diderita :
Tabel 5. Rincian Menu Sehari untuk Klien
Total Zat Gizi Makro
Waktu Menu Energi Protein (gram) Lemak Karbohidrat
(Kkal) Hewani Nabati (gram) (gram)
Pagi - Nasi putih
(07.00) - Omelet putih telur
- Bolognaise tempe 623,7 5,94 18,42 12,77 103,77
- Sup sayur pohon
- Buah segar
Selingan - Puding buah
Pagi 159 2,05 1,6 2,5 32,55
(10.00)
Siang - Nasi merah
(13.00) - Rolade ayam
- Tahu rebus 660,5 7,28 13,02 22,99 93,64
- Sup wortel
- Semangka
Selingan - Ubi rebus
Siang 270,4 9,12 2,05 9,045 36,64
(16.00)
Malam - Mixed nasi putih merah
(19.00) - Pepes kakap
654,7 11,23 19,98 8,52 115,32
- Tempe bumbu bali
- Sate buah

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 7


- Sayur bening
Total 2368,3 90,69 56,135 381,92

Pada perencanaan menu, konselor mengatur bahan makanan yang beragam dan
sesuai dengan aturan dietetik untuk penderita peyakit jantung koroner. Dengan
mengatur keberagaman, total kebutuhan sehari klien dapat terpenuhi. Selain itu,
menambahkan selingan makanan pada pagi dan siang hari juga dapat membantu
kecukupan zat gizi klien yang sebelumnya tidak terpenuhi karena klien tidak
mengonsumsi selingan makanan dalam seharinya (dapat dilihat dari hasil recall 24
jam).
Selain perencanaan diet, klien diharuskan untuk melakukan aktivitas mengingat
berat badan klien yang jauh dari berat badan ideal. Maka dari itu, klien dapat
melakukan aktivitas dengan berolahraga teratur tetapi tidak terlalu berat. Hal ini sudah
terlaksana dengan baik oleh klien dikarenakan pekerjaan yang dilakukan setiap
harinya.

4. Tahap Kesimpulan (Concluding)


Pada tahap ini, konselor menyampaikan hasil konseling, menyimpulkan, dan
menekankan hal penting yang perlu dilakukan oleh klien kedepannya. Pada kasus ini,
klien menderita penyakit jantung koroner yang dilihat dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Perencanaan diet yang dapat dilakukan antara lain memperbanyak
konsumsi makanan dengan indeks rendah lemak dan membatasi konsumsi makanan
karbohidrat kompl. Porsi makanan sehari diatur sesuai berat badan dan tinggi badan
klien. Selain perencanaan diet, klien harus melakukan aktivitas fisik setiap harinya
untuk menjaga tubuh tetap ideal dan bugar.

IV. Daftar Pustaka

- Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta
:Gramedia Pustaka Utama.
- Rosyani, A. Y. 2012. Makalah penyakit jantung koroner,
(http://afryluryanti.blogspot.co.id/ 2012/03/makalah-penyakit-jantung-koroner.html),
diakses pada 25 Oktober 2015.

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 8


- Redi. 2012. Makalah penyakit jantung koroner, (http://keperawatan-
redi.blogspot.co.id/2012/04/makalah-penyakit-jantung-koroner.html), diakses pada 25
Oktober 2015.
- orwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
- Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta :
EGC, 2009.
- Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika
- Utama, Hendra, dkk. 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI

V. Lampiran
 Pengertian Diabetes Melitus

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,


penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbutan
ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke
aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung. Sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana
terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan
gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor seperti denyut
jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel
yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari
otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara
lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh
artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan,
kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit
jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 9


iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa
lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan
densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein).
LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa
hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan
risiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan.

 Patogenesa Penyakit Jantung Koroner


Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koronaria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan
lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, yang dapat mempersempit lumen
pembuluh darah. Apabila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah
akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini
menjadi semakin berat, maka penyempitan lumen tersebut akan diikuti perubahan
pembuluh darah yang mengurangi kemampuannya untuk melebar. Sehingga
kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil dan akan membahayakan miokardium yang
terletak di sebelah distal dari daerah lesi.
Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil ditandai dengan penimbunan
endapan dari lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh
kedalaman tunika intima dan akhirnya ke tunika media.
Tahun 1976, Russel Ross mengemukakan aterosklerosis bukan merupakan
suatu proses degeneratif, tetapi merupakan proses inflamasi kronik yang diikuti oleh
suatu proses reparasi di dinding arteri. Teori inilah yang mendasari hipotesis response
to injury yang dipublikasian olehnya.
Ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen menyebabkan
Penyakit Jantung Koroner atau infark miokardium. Terdapat suatu keseimbangan
antara penyediaan dan kebutuhan oksigen miokardium. Berkurangnya penyediaan
oksigen atau meningkatnya kebutuhan oksigen ini dapat mengganggu keseimbangan
dan membahayakan fungsi miokardium. Penyediaan oksigen juga akan meningkat
apabila kebutuhan oksigen meningkat maka, sehingga aliran pembuluh koroner harus
ditingkatkan, karena ekstraksi oksigen miokardium dari darah arteri mencapai
maksimal pada keadaan istirahat.

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 10


Rangsangan yang paling kuat untuk mendilatasi arteria koronaria dan
meningkatkan aliran pembuluh darah koroner adalah hipoksia jaringan lokal.
Pembuluh koroner normal dapat melebar dan meningkatkan aliran darah sekitar lima
sampai enam kali diatas tingkat istirahat. Tetapi, pembuluh darah yang mengalami
stenosis atau gangguan tidak dapat melebar, sehingga terjadi kekurangan oksigen
apabila kebutuhan oksigen meningkat melebihi kapasitas pembuluh untuk
meningkatkan aliran. Iskemi adalah kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan
reversible. Iskemi yang lama akan menyebabkan kematian otot atau nekrosis.
Nekrosis miokardium secara klinis dikenal dengaan nama infark miokardium.
Tiga tahap proses aterosklerosis yang dapat dijumpai pada penderita, antara
lain :
1)Tahap I( Lapisan berlemak / fatty streak)
Intima arteri di infiltrasi oleh lipid dan terdapat fibrosis yang minimal. Lapisan
berlemak yang memanjang atau berkerut-kerut terdapat pada permukaan sel otot polos
dan berwarna agak kekuning-kuningan dan belum atau sedikit menyebabkan
penyumbatan dari arteria koronaria. Kelainan ini sudah bisa dijumpai pada aorta bayi
yang baru lahir dan akan dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak pada anak-anak
berumur 8-10 tahun pada aterosklerosi aorta di negara-negara barat. Lapisan berlemak
pada arteri koronaria mulai terlihat pada umur 15 dan jumlahanya akan bertambah
sampai pada dekade ke-3 dari umur manusia.Sel endothelial yang dilapisi oleh lapisan
berlemak ini akan memberikan gambaran histologi dan fungsi yang abnormal.
Lapisan berlemak biasanya berkembang pada lokasi dimana terjadi sel endothel yang
luka, sehingga menyebabkan molekul-molekul besar seperti LDL yang dapat masuk
ke dalam jaringan subendothelium, maka akan terjebak dan akan tetap berada di
dalam jaringan subendothelium, hal ini akan disebabkan karena terikatnya LDL
dengan glikominoglikan. LDL yang bebas di sel endothelial, yang merupakan inhibisi
dari arteriosklerosis. Modifikasi LDL ini akan mengalami tiga proses yang penting
yaitu mereka akan dimakan oleh monosit menjadi makrofag, makrofag ini akan
menetap pada jaringan subendothelium dan modifikasi LDL ini akan membantu sel
mengambil lipid dalam jumlah yang besar.
2) Tahap II (Fibrous plaque)
Lapisan berlemak ini menjadi satu dan membentuk lapisan yang lebih tebal
yang terbuat dari lemak atau jaringan ikat. Plak tersebut kemudian mengalami

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 11


perkapuran. Tahap ini sering dijumpai mulai umur 25 tahun di aorta dan arteri
koronaria di negara-negara yang berinsiden tinggi dari aterosklerosis. Plak ini
berwarna keputihan, karena mengandung fibrous yang agak tebal dan dapat menonjol
ke dalam lumen, dan menyebabkan penyumbatan parsial dan arteri koronaria.
Salah satu penyebab terjadinya perubahan dari lapisan berlemak ke lesi
fibrotik adalah adanya lesi fokal yaitu hilangnya jaringan endothelial yang melapisi
jaringan berlemak. Hilangnya lapisan ini disebabkan karena adanya peregangan dari
sel-sel yang mengalami gangguan fungsi pada deformasi dinding arteri atau karena
toksin. Pada lokasi sel yang hilang ini, platelet akan melekat dan akan terjadi
pengeluaran faktor-faktor yang akan menyebabkan perkembangan dari lesi.
3) Tahap III ( Plak yang mengalami komplikasi)
Tahap ke-III ini terdapat dalam jumlah banyak dengan meningkatnya umur.
Bagian dari inti plak yang mengalami komplikasi ini akan bertambah besar dan dapat
mengalami perkapuran. Ulserasi dan perdarahan menyebabkan trombosis,
pembentukan aneurisma, dan diseksi dari dinding pembuluh darah yang menimbulkan
gejala penyakit.
Faktor-faktor yang menyebabkan pecahnya plak adalah adanya aliran
turbulensi atau mekanisme stress peregangan, perdarahan intraplak karena rupturnya
vasa vasorum, peningkatan stress pada dinding sirkumferensial dinding arteri pada
penutup fibrotik karena adanya penimbunan lipid, dan adanya pengeluaran enzim-
enzim yang dikeluarkan oleh makrofag untuk memecah matriks. Selain pecahnya
plak, proses-proses yang lain juga akan mengikuti, seperti trombosis, adesi platelet,
agregasi platelet dan koagulasi juga akan terjadi.
Pecahnya plak juga akan menyebabkan gejala klinik, karena pecahan-pecahan
plak akan berjalan bersama aliran darah dan menyumbat pembuluh darah distal yang
ukurannya lebih kecil. Jika pecahnya sangat besar maka akan memungkinkan untuk
menyumbat pembuluh darah besar.
Terhalang atau tersumbatnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh
pengendapan kalsium, kolesterol lemak dan bahan-bahan lainnya, yang dikenal
sebagai plak. Dalam periode tersebut deposit ini tertimbun secara perlahan-lahan yang
akhirnya diameter di arteri koroner yang masih dapat dilalui darah makin lama makin
sempit, sampai pembuluh tersebut tidak dapat dilewati darah sesuai dengan kebutuhan
otot jantung. Terhalangnya aliran darah tersebut disebut sebagai fixed blockage.10

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 12


 Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makan makanan
berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah
darah dan di serap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol
(Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh
endapan lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan
akhirnya ke tunika media (Elizabeth J. Corwin, 2009, 477).
Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
a. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi
penyempitan terhadap akan memungkinkan berkembangnya koleteral yang cukup
sebagai pengganti.
b. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK
c. Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis
arteritis yang mengenai arteri coronaria, dll.
Salah satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina
pectoris dan infark miokardium.
1. Angina pectoris
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri
angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah
abdomen (Elizabeth J .corwin, 2009, 492).
a. Ateriosklirosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta insufisiensa
Adapun jenis-jenis angina :
a. Angina stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga atau
naik tangga.

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 13


b. Angina prinzmental
Terjadi tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya sering
timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmental terjadi spasme
arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang
tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.
c. Angina tak stabil
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada
individu dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis
koroner, yang ditandi oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium
yang di perdarahi oleh pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika
lesi trombosit yang melekat di arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total
aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat
sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. (Elizabet J. Corwin, 2009)
 Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala umum dari penyakit jantung koroner adalah angina. Angina itu sendiri
adalah nyeri atau ketidaknyamanan di dada jika pada daerah otot jantung tidak
mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Angina terasa seperti tertekan atau
seperti diremas di daerah dada, tetapi dapat juga dirasakan di bahu, lengan leher,
rahang atau punggung. Nyeri juga cenderung memburuk saat aktivitas dan hilang saat
istirahat. Stress emosional juga dapat memicu rasa sakit.
Gejala umum lainnya adalah sesak napas. Gejala ini terjadi jika penyakit
jantung koroner menyebabkan gagal jantung. Apabila memiliki gagal jantung, jantung
tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sehingga
terbentuk cairan didalam paru-paru yang dapat menyebabkan sulit bernafas.
Gejala lain dari penyakit jantung koroner yang dapat membantu diagnosis pada
penyakit ini, antara lain seseorang yang memiliki serangan jantung, gagal jantung atau
aritmia (detak jantung yang tidak teratur). Tetapi beberapa orang yang memiliki
penyakit jantung koroner ini mereka biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala,
kondisi ini disebut “Silent Coronary Heart Disease”.

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 14


 Pencegahan Diabetes Melitus
Walaupun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang
mematikan namun penyakit ini dapat dicegah, Berikut cara mencegah penyakit
jantung koroner:
a. Berhenti merokok sedini mungkin
b. Berolahraga secara teratur
c. Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang
d. Hindari stress yang berlebihan
e. Hindari pola hidup tidak sehat
f. Kurangi konsumsi alkohol
g. Menjaga tekanan darah
h. Kontrol gula darah
i. Menurunkan berat badan

 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber karbohidrat Beras ditim atau disaring; Makanan yang mengandung
roti, mi, kentang, makaroni, gas atau alkohol, seperti; ubi,
biskuit, tepung beras/ terigu/ singkong, tae singkong, dan
sagu aren/ sagu ambon, tape ketan
kentang gula pasir, gula
merah, madu, dan sirup
Sumber protein hewani Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam yang
lemak rendah, ikan, telur, berlemak; gajih, sosis, ham,
susu rendah lemak dalam hati, limpa, babat, otak,
jumlah yang ditentukan kepiting dan kerang-
kerangan, keju dan susu
penuh
Sumber protein nabati Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering
seperti; kacang kedelai dan yang mengandung lemak
hasil olahannya, seperti; tahu cukup tinggi seperti kacang
dan tempe tanah, kacang mete, dan

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 15


kacang bogor
Sayuran Sayuran yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas, seperti mengandung gas, seperti kol,
bayam, kangkung, kacang kembang kol, lobak, sawi,
bunci, kacang panjang, dan nangka muda
wortel, tomat, labu siam, dan
tauge
Buah-buahan Semua buaha-buahan segar, Buah-buahan segar yang
seperti pisang, pepaya, jeruk, mengandung alkohol atau
apel, melon, semangka, dan gas, seperti durian dan
sawo nangka matang
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai, margarin, mentega kelapa sawit, santan kental
dalam jumlah terbatas dan
tidak untuk menggoreng
tetapi untuk menumis, kelapa
atau santan encer dalam
jumlah terbatas
Minuman Teh encer, coklat, sirup Teh/kopi kental, minuman
yang mengandung soda dan
alkohol, seperti bir dan wiski
Bumbu Semua bahan bumbu Lombok, cabe rawit, dan
selainbumbu tajam dalam bumbu-bumbu lain yang
jumlah terbatas tajam

Satuan Pembelajaran Konsultasi Gizi PJK| 16

Anda mungkin juga menyukai