Anda di halaman 1dari 13

EKONOMI PANGAN & GIZI: Pertemuan 11

Dra. Hj. Fatmawaty Suaib,


ASPEK KONSUMSI PANGAN M.Kes.

1
EKONOMI PANGAN DAN GIZI:
ASPEK KONSUMSI PANGAN
•Konsumsi pangan adalah jumlah makanan dan minuman yang dimakan dan diminum penduduk
dalam satuan gram per kapita per hari.
•Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan menegaskan bahwa pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk
memenuhi kebutuhan Gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat, aktif dan produktif (pasal 60:
1).
•Berdasarkan perundangan yang sama pada pasal 61 disebutkan bahwa metode penganekaragaman
konsumsi pangan dapat dilakukan dengan:
• mempromosikan penganekaragaman konsumsi pangan,
• meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi aneka ragam pangan
dengan prinsip gizi seimbang,
• meningkatkan keterampilan dalam pengembangan olahan Pangan Lokal, dan
2
TUJUAN PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN
•Selain jumlah dan kualitas, manusia layaknya mengonsumsi pangan yang bervariasi karena
kebutuhan gizi (karbohidrat, serat, protein, lemak, vitamin, mineral, air) tidak dapat dipenuhi
oleh satu jenis pangan saja namun beragam jenis pangan. Maka penting mewujudkan variasi
pangan.
•Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui konsumsi pangan yang cukup gizi secara
kuantitas dalam komposisi yang seimbang:
a) seimbang jumlah, b) seimbang jenis, c) seimbang jadwal.
•Seimbang jumlah harus sesuai dengan angka kecukupan gizi menurut umur, jenis kelamin,
aktivitas dan status fisiologis.
•Seimbang jenis harus beragam pada antarkelompok dan dalam kelompok pangan.
•Seimbang jadwal berarti teratur waktu makannya yang dibagi 2-4 kali waktu makan dalam
sehari (ideal 3 kali waktu makan; interval 5-7 jam sekali).
3
MASALAH DALAM KONSUMSI
PANGAN MASYARAKAT
•Permasalahan yang kerap muncul dalam konsumsi pangan adalah masih adanya
budaya dalam masyarakat terkait dengan pantangan makanan dan kepercayaan yang
bertentangan dengan gizi dan kesehatan yang seimbang.
•Selain itu hambatan yang menyangkut konsumsi pangan masyarakat dapat berupa:
 Rendahnya kuantitas, kualitas dan variasi pangan yang tersedia.
 Distribusi pangan tidak merata.
 Kondisi alam yang tidak sesuai untuk pertumbuhan banyak tanaman pangan.
 Wabah gizi masyarakat seperti malnutrisi atau obesitas.
 Pengaruh dinamika ekonomi-sosial masyarakat seperti tingkat kemiskinan, latar
pendidikan, keahlian, jumlah petani-peternak-nelayan, adat/kepercayaan (makanan
yang tabu), pantangan dalam agama tertentu, usia dan jenis kelamin.
4
FAKTOR PENENTU KONSUMSI
PANGAN MASYARAKAT

5
FUNGSI SOSIAL DARI KONSUMSI
PANGAN PADA MASYARAKAT
•Terdapat setidaknya tujuh fungsi atau peranan sosial dari pangan yang dikonsumsi oleh
masyarakat yaitu:
 Konsumsi pangan sebagai fungsi gastronomik. Pangan berfungsi untuk mengisi
perut (gaster) yang kosong dan berhubungan dengan rasa kesukaan, selera serta
kepuasan yang ditimbulkan dari pangan.
 Konsumsi pangan sebagai fungsi identitas budaya. Jenis pangan menentukan asal
budaya mereka, seperti contoh pangan berbahan dasar sagu yang identik dengan
identitas masyarakat suku-suku di Indonesia timur, atau roti buaya sebagai
seserahan nikah masyarakat betawi.
 Konsumsi pangan sebagai fungsi religi dan nilai magis. Pangan dikaitkan dengan
upacara khusus dan keyakinan tertentu seperti daging sapi dan kambing pada setiap
lebaran atau ayam hitam pada upacara tolak bala dan syukuran masyarakat adat
tertentu. 6
FUNGSI SOSIAL DARI KONSUMSI
PANGAN PADA MASYARAKAT
 Konsumsi pangan sebagai fungsi komunikasi. Pangan sebagai sarana komunikasi
non-verbal pada peristiwa tertentu, seperti pemberian hadiah bingkisan, parsel atau
sembako.
 Konsumsi pangan sebagai fungsi status ekonomi. Jenis pangan tertentu dapat
menunjukkan status ekonomi masyarakat, seperti pangan western food di restoran
mewah menunjukkan status ekonomi menengah ke atas, sebaliknya pangan
tradisional (tempe-tahu-pete) diidentikkan dengan status ekonomi menengah
bawah.
 Konsumsi pangan sebagai simbol kekuatan atau kekuasaan. Pada kehidupan
masyarakat yang mengenal sistem kasta sosial, pangan dapat mencirikan simbol
kekuasaan atau status ekonomi individu/masyarakat tertentu, terutama untuk
membedakan peran sosial pemimpin-rakyat jelata atau majikan-pembantu.
Contohnya seperti makanan Gudeg Manggar yang dahulu kala hanya boleh 7
STANDAR KUALITAS DAN
KUANTITAS KONSUMSI PANGAN
• Untuk dapat mewujudkan generasi Indonesia sehat dan memiliki konsumsi pangan seimbang,
maka pemerintah Indonesia di bawah Kementerian Kesehatan mengeluarkan standar Angka
Kecukupan Gizi (AKG) Masyarakat Indonesia (Permenkes No. 28 Tahun 2019).
• Setiap beberapa tahun sekali pemerintah wajib memperbarui standar AKG Masyarakat Indonesia
guna menyelaraskan dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan ketahanan pangan
nasional.
• Di Indonesia, recommended dietary allowances disebut juga dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) pertama kali ditetapkan pada tahun 1968, dan selanjutnya diperbaharui melalui
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG).
• AKG yang pertama terdiri dari energi, protein, 5 vitamin dan 2 mineral. AKG tahun 2018
mencakup energi, semua zat gizi makro (protein, lemak dan karbohidrat serta air), 14 vitamin,
dan 14 mineral termasuk elektrolit.
• Pada dasarnya penggunaan AKG dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu untuk penilaian
asupan zat gizi dari konsumsi pangan dan untuk perencanaan konsumsi pangan. 8
9
10
Sambungan sebelumnya
Untuk tabel lebih lengkap silakan akses: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__
28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf

11
PERAN PEMERINTAH TERKAIT
KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT
•Salah satu peran pemerintah terkait pemenuhan konsumsi pangan dan gizi masyarakat Indonesia
adalah dengan melakukan pendataan aspek ekonomi pangan dan membentuk cadangan pangan
yang dapat digunakan sewaktu-waktu ketika krisis konsumsi ataupun produksi pangan terjadi.
•Krisis ekonomi dapat menyebabkan terjadinya krisis pangan di masyarakat, menurunkan daya
beli masyarakat dan menipisnya persediaan stok cadangan pangan akibat kelangkaan atau gagal
panen.
•Menurut Ariani (2007) menemukan fakta bahwa pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah selama krisis (resesi) ekonomi juga berdampak positif pada peningkatan konsumsi
pangan masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas.
•Namun sudah seharusnya kebijakan pemerintah tidak hanya berfokus pada kebijakan makro yang
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan tingkat nasional saja, tetapi juga
memperhatikan aspek peningkatan pendapatan seluruh masyarakat (per kapita). Dengan demikian
diharapkan terjadi peningkatan daya beli sehingga konsumsi pangan masyarakat akan meningkat.
12
Click icon to add picture

TERIMA KASIH DAN Pertemuan 11


SEMOGA BERMANFAAT
13

Anda mungkin juga menyukai