5
DASAR KEBIJAKAN RENCANA
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
•Merujuk kembali pada UU No. 18 Tahun 2012
tentang Pangan, setidaknya terdapat tigabelas g) Distribusi, perdagangan dan pemasaran
Rencana Pangan Nasional yang harus Pangan, terutama Pangan Pokok,
senantiasa diperhatikan sebagai dasar kebijakan
h) Stabilisasi pasokan dan harga Pangan Pokok,
Ketahanan Pangan Nasional, antara lain:
i) Keamanan Pangan,
a) Kebutuhan konsumsi Pangan dan status Gizi
masyarakat, j) Penelitian dan pengembangan Pangan,
b) Produksi Pangan, k) Kebutuhan dan diseminasi ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang Pangan,
c) Cadangan Pangan terutama Pangan Pokok,
l) Kelembagaan Pangan, dan
d) Ekspor Pangan,
m) Tingkat pendapatan Petani, Nelayan, Pembudi
e) Impor Pangan,
Daya Ikan dan Pelaku Usaha Pangan.
f) Penganekaragaman Pangan,
6
KETAHANAN PANGAN
NASIONAL
•Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk
memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tertuang dalam Pasal 27
UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma 1996.
•Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang kemudian
digubah dan disempurnakan menjadi UU No. 18 Tahun 2012.
•Definisi UU No. 18 Tahun 2012 secara substantif sejalan dengan definisi ketahanan pangan dari FAO
yang menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi dimana setiap orang sepanjang waktu,
baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk
memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai preferensinya.
•Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang
sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan
kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi.
•Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan
yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
7
KETAHANAN PANGAN
NASIONAL
•Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini
merupakan makanan pokok utama.
•Pengalaman telah membuktikan kepada kita bahwa gangguan pada ketahanan pangan
seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis ekonomi tahun 1997-1998,
yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan sosial yang
membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
•Pada tahun krisis ini diperparah oleh kegagalan panen akibat kekeringan ekstrim (1996-
1997), meningkatnya utang luar negeri Indonesia serta diperparah dengan ketidaksiapan
pemerintahan Orde Baru menyusun cadangan pangan nasional akibat dampak dari dua
faktor sebelumnya.
•Jelas bahwa krisis ekonomi dan krisis lingkungan dapat menyebabkan krisis pangan
terjadi. Apakah hal ini dapat berulang terutama akibat pandemik COVID-19?
8
MASALAH TERKAIT KETAHANAN
PANGAN NASIONAL
•Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu.
•Kondisi kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilisasi nasional yang dapat meruntuhkan
Pemerintah yang sedang berkuasa seperti pada waktu krisis moneter di mana kenaikan harga
beras dan bahan pangan pokok utama menjadi tidak terkendali, dapat memicu kerawanan sosial
yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.
•Untuk itulah, tidak salah apabila Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan
pangan bagi masyarakat, baik dari produksi dalam negeri maupun dengan tambahan impor.
•Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin penting bagi
Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan geografis yang luas dan
tersebar.
•Indonesia memerlukan pangan dalam jumlah mencukupi dan tersebar, yang memenuhi kriteria
konsumsi maupun logistik; yang mudah diakses oleh setiap orang; dan agar dapat meyakinkan
rakyat bahwa esok masih ada pangan untuk mereka. 9
MASALAH TERKAIT KETAHANAN
PANGAN NASIONAL
•Adapula beberapa ancaman yang dapat memengaruhi produksi pangan nasional
sebagai berikut:
• perubahan iklim,
• serangan organisme pengganggu tumbuhan serta wabah penyakit hewan dan ikan,
• bencana alam,
• bencana sosial,
• pencemaran lingkungan,
• degradasi sumberdaya lahan dan air,
• kompetisi pemanfaatan sumberdaya Produksi Pangan,
• alih fungsi penggunaan lahan, dan
• dis-insentif ekonomi (pencabutan subsidi dan bantuan bagi para petani).
10
KONDISI TERKINI KEBIJAKAN
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
• Berdasarkan laporan Badan Ketahanan Pangan Nasional (2019): (https://
www.pertanian.go.id/home/index.php?show=repo&fileNum=250)
Selama periode tahun 2015-2018, setidaknya terdapat 335 Kabupaten yang telah tergolong Tahan
Pangan dan dengan trend jumlah kabupaten yang tergolong Rawan Pangan terus menurun.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) terus meningkat setiap tahun selama periode 2015-2018, telah
melebihi target dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN).
Kualitas konsumsi pangan tahun 2018 (dengan skor PPH mencapai 90.7), meningkat 5.5 point
menjadi 85.2 dibandingkan pada tahun 2015.
Berhasil ditekannya inflasi bahan makanan/pangan selama periode 2014-2017, lebih rendah pada
kisaran 10% sehingga meningkatkan daya beli pangan masyarakat.
Telah menumbuhkan, mengembangkan dan membina lebih dari 1.400 Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) pada periode 2016-2018. Semakin banyak Gapoktan yang terbina maka semakin besar
usaha kerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Hal yang sama juga terjadi
pada peningkatan jumlah Toko Tani Indonesia (TTI) sebagai saluran distribusi tanpa tengkulak. 11
12
Terus Meningkat dan
Melebihi Target Nasional
13
14
15
16
APA ITU “TOKO TANI INDONESIA” GUNA MENDUKUNG
KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT?
Toko Tani Indonesia (TTI) adalah salah-satu usaha
pemerintah memotong rantai pasok pangan.
Dengan rantai pasokan yang makin pendek,
diharapkan harga barang juga akan turun.
Dengan TTI maka rantai pasok (supply chain)
pangan yang semula 8-9 pihak menjadi hanya 3-4
pihak. Diharapkan dengan berkurangnya pihak-
pihak terkait dalam rantai pasok, harga pangan
dapat turun hingga 30%.
Jika sebelumnya sebuah produk pangan harus
melewati petani → penggilingan (importir) →
distributor → sub distributor → agen → sub agen
→ pedagang grosir → pedagang eceran →
konsumen akhir. Dipangkas menjadi petani →
Gapoktan → TTI dan langsung konsumen
akhir.
Diharapkan dengan sistem ini harga pangan
menjadi murah dan produsen dapat tetap 17
Click icon to add picture