Anda di halaman 1dari 150

LAPORAN PKL

MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK

PASIEN TUBERKULOSIS PARU + B20 + ANEMIA

DI RUANG PERAWATAN MAWAR 7 RSUD KOTA MAKASSAR

OLEH

INTAN HAMIDAH AMRUH

PO.71.4.231.19.1.055

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan PKL Manajemen Asuhan Gizi Klinik Pasien Tuberkulosis


Paru + B20 + Anemia di Ruang Perawatan Mawar 7 RSUD Kota
Makassar telah mendapat persetujuan.

Makassar, 27 Agustus 2022

Pembimbing Institusi Clinical Instruktur

Dr. Hendrayati, DCN, M.Kes, RD Indah Setiawaty, SKM


NIP. 196711261992032003 NIP. 198606052010012035

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kepala Instalasi Gizi

Dr. Sirajuddin, SP, M.Kes, RD Rosmini, SKM


NIP. 196902031993031004 NIP. 19661231988032141
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan karunia-Nya laporan kasus besar dengan judul
“Manajemen Asuhan Gizi Klinik Pasien Tuberkulosis Paru + B20 + Anemia
di Ruang Perawatan Mawar 7 RSUD Kota Makassar” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dengan seluruh
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebasar-
besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Nadimin, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Makassar.
2. Bapak Dr. Sirajuddin, SP, M.Kes selaku Ketua Progam Studi Sarjana
Terapan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
3. Ibu Dr. Hendrayati, DCN, M.Kes selaku dosen pembimbing institusi
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)
Program Studi Sarjana Terapan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Makassar.
4. Ibu Rosmini, SKM selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Makassar.
5. Ibu Indah Setiawaty, SKM selaku pembimbing klinik (Clinical
Instruktur/CI) yang telah berperan besar dan banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
6. Seluruh staf Instalasi Gizi RSUD Kota Makassar yang telah
memberikan bantuan moril bagi penulis selama proses kegiatan PKL.
7. Kedua orang tua dan keluarga atas segala doa, dukungan,
pengorbanan yang diberikan, baik moril maupun materil.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan
semangat yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna,


tetapi penulis telah berusaha dengan kemampuan yang ada untuk
menyajikan yang terbaik, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar, 27 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN

1.1 LATAR BELAKANG


Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan
dalam berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara,
yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan
hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi
hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang
baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan
untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu
yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat di suatu sarana
pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS).
Otonomi daerah yang telah digulirkan pemerintah dalam
rangka percepatan pemerataan pembangunan wilayah, menuntut
adanya perubahan kebijakan pembangunan di sektor-sektor
tertentu, meliputi pola perencanaan dan pelaksanaan program.
Demikian pula peran dan tugas departemen harus beralih dari
sistem sentralisasi menjadi desentralisasi dengan memberikan
porsi operasional program kepada daerah. Dalam hal ini, tugas
pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan terutama menyusun
standar kebijakan dan standar program sedangkan tugas pokok
dan fungsi daerah adalah sebagai pelaksana operasional program
sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu bentuk perubahan sistem pengelolaan program
dalam rangka otonomi daerah adalah perubahan struktur
organisasi kementerian di tingkat pusat. Reorganisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan telah mengubah pola struktur unit-unit
kerjanya, termasuk tugas pokok dan fungsi. Kementerian
Kesehatan berperan sebagai pengawas, pembina, dan regulator
upaya perbaikan dan pelayanan gizi, baik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah maupun swasta.
Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai kondisi
perorangan yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan
kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada
semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,
hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi
secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
optimal dan mempercepat penyembuhan.
Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama
pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang
buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual,
muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan
kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi.
Asupan Energi yang tidak adekuat, lama hari rawat, penyakit non
infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit. (Kusumayanti, et all, JICN
2004).
Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa
hospital malnutrition (malnutrisi di RS) merupakan masalah yang
kompleks dan dinamik. Malnutrisi pada pasien di RS. khususnya
pasien rawat inap. berdampak buruk terhadap proses
penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu,
pasien yang mengalami penurunan status gizi akan mempunyai
risiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat. Semua
keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta
menurunkan kualitas hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut,
diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien melalui Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan pendekatan
multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim Asuhan Gizi
(TAG)/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia
Asuhan Gizi (PAG).

1.2 TUJUAN PELAYANAN GIZI


1. Tujuan umum pelayanan gizi :
Tercapainya standarisasi pelayanan gizi di RSUD Kota
Makassar.

2. Tujuan khusus pelayanan gizi :


a. Sebagai acuan pelayanan gizi di RSUD Kota Makassar
b. Sebagai tolak ukur dalam menilai pelayanan gizi di RSUD
Kota Makassar
c. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan standar
pelayanan gizi yang telah dicapai dan kebutuhan pelayanan
gizi selanjutya yang lebih berkualitas.

1.3 LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PELAYANAN GIZI


1. Preskripsi Diet Awal
Preskripsi diet/order diet awal adalah pemesanan diet pasien
yang ditulis oleh dokter dalam waktu 1 x 24 jam terdiri dari
bentuk makanan dan jenis diet. Untuk pasien dengan kondisi
khusus dicantumkan anjuran kebutuhan energi dan atau zat gizi
lain.

2. Skrinning Gizi
Skrining gizi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memilah pasien yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan kondisi
khusus. Kegiatan skrining gizi di RSUD Kota Makassar
menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST). Skrining gizi
dilakukan oleh perawat 1 x 24 jam didalam form Asesmen Awal
Keperawatan Pasien Rawat Inap. Dari hasil skrining bila
didapatkan skor 0 - 1 dikategorikan sebagai resiko malnutrisi
rendah, skor 2 - 3 dikategorikan sebagai resiko malnutrisi
sedang, dan skor 4 - 5 dikategorikan sebagai resiko malnutrisi
berat. Tindak lanjut dari resiko malnutrisi rendah akan dilakukan
skrining ulang setelah 7 hari perawatan, dan apabila
dikategorikan sebagai malnutrisi sedang sampai tinggi maka
akan dirujuk kepada ahli gizi untuk dilakukan asesmen gizi.

3. Asesmen Gizi
Asesmen gizi merupakan metoda pengumpulan, verifikasi
dan interpretasi data yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
masalah terkait gizi, penyebab, tanda dan gejalanya secara
sistematik. Pasien yang dirujuk setelah dilakukan skrining akan
diases oleh Ahli Gizi dalam waktu 2 x 24 jam. Asesmen gizi
ditulis dalam RM 9A. 20
Data yang dikumpulkan meliputi:
a. Data Antropometri
Data antropometri digunakan untuk menentukan
status gizi pasien. Pengkajian data antropometri dibagi
menjadi 2 kategori yaitu kategori usia <18 tahun dan
kategori pasien usia >18 tahun. Data yang dikumpulkan
meliputi data berat badandan tinggi badan/panjang badan.
Apabila pasien tidak dapat ditimbang, maka pengukuran
antropometri dapatmenggunakan pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LLA). Setelah data terkumpul, ahli gizi
menentukan status giziberdasarkan IMT atau LLA untuk
pasien dengan usia > 18 tahun, dan untuk pasien dengan
usia < 18 tahun menggunakan Z-score.

b. Data Biokimia
Data biokimia dibutuhkan untuk mengetahui status
gizi pasien yaitu nilai kreatinin, urea, BUN, asam urat,
HBA1C, gula darah puasa, gula darah 2 jam PP, kolesterol,
dan lain-lain.

c. Data Fisik/ Klinis


Data fisik/ klinis yang dibutuhkan adalah data yang
berhubungan dengan gangguan pencernaan makanan yaitu
adanya diare, muntah, mual, gangguan menelan, konstipasi,
gangguan mengunyah dan sebagainya.

d. Kebiasaan Makan
Data kebiasaan makan yang diambil adalah data
recall asupan makan pasien, cara pemberian makan, bentuk
makanan dan alergi. Setelah data recall didapatkan maka
akan dibandingkan dengan data asupan makan aktual. Bila
asupan makan masih dalam batas toleransi kebutuhan zat
gizi maka asupan makan dinilai baik. Apabila tidak sesuai
maka kategori asupan dinilai kurang atau lebih.

4. Diagnosis Gizi
Data fisik klinis yang dibutuhkan adalah data yang
berhubungan dengan gangguan pencernaan makanan yaitu
adanya diare, muntah, mual, gangguan menelan, konstipasi,
gangguan mengunyah dan sebagainya. Diagnosis gizi
merupakan kesimpulan masalah yang ditemukan pada proses
asesmen gizi. Diagnosis gizi ditulis dengan format PES
(Problem, Etiologi, Sign & Simptom). Problem meliputi tiga
domain yaitu domain asupan, domain perilaku, dan domain
klinis/fisik.
a. Domain Asupan
Masalah yang berkaitan dengan asupan energi, zat
gizi, cairan, bioaktif melalui oral maupun nutrition support.
Misalnya kelebihan asupan lemak berkaitan dengan
seringnya mengkonsumsi makanan cepat saji ditandai
dengan pemeriksaan kolesterol 230 mg/dl dan
mengkonsumsi hamburger/sandwich 10 kali/minggu.

b. Domain Perilaku
Masalah gizi terkait dengan pengetahuan, perilaku/
kepercayaan, fisik lingkungan atau penyediaan dan
keamanan makanan.

c. Domain Klinis/Fisik
Masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi fisik atau
medis. Misalnya gangguan mengunyah dan menelan
berkaitan dengan adanya gangguan syaraf penyakit stroke
ditandai dengan penggunaan NGT.

5. Intervensi Gizi
Ada 4 kategori intervensi yaitu:
a. Pemberian Makanan dan atau Zat Gizi
Preskripsi diet definitif / lanjutan ditetapkan oleh
dokter bekerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan
bentuk makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal dan jenis
diet yang lebih tepat sesuai dengan kondisi pasien.
Preskripsi diet definitif dituliskan kembali dalam dokumen
medik oleh dokter dan ahli gizi. Dalam kondisi tertentu ahli
gizi dapat menetapkan preskripsi diet awal dan mengusulkan
perubahan diet, penambahan preskripsi diet definitif. Ahli gizi
akan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan dokter.

b. Edukasi Gizi
Edukasi gizi diperlukan apabila pengetahuan pasien
dan atau keluarga tentang diet masih kurang dan untuk
memberikan pemahaman agar terjadi perubahan perilaku
yang lebih baik berkaitan dengan keberhasilan diet misalnya
edukasi untuk mengurangi kebiasaan meminum kopi,
merokok, minum alkohol dan lain-lain.

c. Konseling Gizi
Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai
proses komunikasi dua arah antara konselor dan
klien/pasien untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku sehingga membantu
klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi yang
sedang dihadapi.

d. Koordinasi Asuhan Gizi


Pelaksanaan asuhan gizi di rumah sakit memerlukan
koordinasi antar professional pemberi asuhan misalnya pada
kasus interaksi obat dengan makanan, maka ahli gizi harus
berkoordinasi dengan apoteker dalam mengatur jadwal
pemberian makan dan obat.

6. Monitoring dan Evaluasi Terapi Gizi


Monitoring gizi adalah mengkaji ulang mengukur secara
terjadwal indikator asuhan gizi dari status pasien sesuai dengan
kebutuhan yang ditentukan, diagnosis gizi, intervensi dan hasil.
Sedangkan evaluasi gizi adalah membandingkan secara
sistematik data-data saat ini dengan status sebelumnya, tujuan
intervensi gizi, efektifitas asuhan gizi secara umum dan atau
rujukan standar.
Data yang dimonitor dan dievaluasi yaitu data perubahan
status gizi, hasil laboratorium yang berhubungan dengan gizi,
perubahan keadaan klinis pasien, dan rata-rata sisa makanan
pasien. Dari data tersebut ahli gizi dapat menentukan tindakan.
selanjutnya yaitu melanjutkan intervensi atau mengkaji ulang
dan merumuskan intervensi gizi yang baru dan berkolaborasi
dengan DPJP.

1.4 URAIAN TUGAS TENAGA GIZI DALAM PELAYANAN GIZI


1. Kualifikasi Tenaga Unit Gizi
a. Kepala Instalasi Gizi
Nama Jabatan : Kepala Instalasi Gizi
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Kepala Bidang Penunjang Pelayanan
Medik dan Keperawatan dalam merencanakan. memimpin,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan Visi Misi dan Tujuan
RS serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Uraian Tugas :
1) Melakukan fungsi perencanaan
a) Menyusun rencana program kerja peningkatan mutu
dan keselamatan pasien, pengembangan dan
pendidikan SDM, pengendalian logistik,
pemeliharaan sarana dan prasarana,
pengembangan Instalasi dan orientasi mitra di
Instalasi Gizi.
b) Membantu Kepala Bidang Penunjang Pelayanan
Medik dan Keperawatan dalam membuat RKAP
RAB dan tarif berdasarkan proyeksi rencana
kegiatan pelayanan gizi iii. Membantu Kepala
Bidang Penunjang Pelayanan Medik dan
Keperawatan membuat rencana kebutuhan tenaga
berupa pola ketenagaan berdasarkan analisa beban
kerja di Instalasi Gizi.
c) Mengusulkan kebutuhan alat medis dan non medis
berdasarkan rencana strategi, program kerja dan
kebutuhan pelayanan di Instalasi Gizi.
d) Membantu Kepala Bidang Penunjang Pelayanan
Medik dan Keperawatan dalam menyusun
continuously improvement di Unit Gizi.
e) Membantu Kepala Bidang Penunjang Pelayanan
Medik dan Keperawatan dalam menyusun pedoman
pelayanan Instalasi Gizi.
f) Menyusun SPO pelayanan pasien di Instalasi Gizi.
2) Melaksanakan fungsi kepemimpinan
a) Memimpin & mengatur pembagian tugas bawahan
di Instalasi Gizi.
b) Melakukan sosialisasi dan penjelasan langsung
kepada staf tentang program kerja, kebijakan
pelayanan, RKAP, RAB & tarif pelayanan gizi.
c) Mengusulkan rotasi sumber daya yang ada sesuai
dengan kebutuhan pelayanan dan evaluasi kinerja
pelayanan gizi.
d) Melakukan koreksi, memberi petunjuk dan
bimbingan dalam penyusunan petunjuk teknis di
Instalasi Gizi.
e) Melakukan koreksi terhadap laporan bulanan yang
diajukan oleh Kepala Ruanga.
f) Membimbing dan membina Kepala Ruangan untuk
meningkatkan kemampuan manajerial.
g) Memberikan solusi terhadap masalah di Instalasi
Gizi serta melaporkan kepada Kepala Bidang
Penunjang Pelayanan Medik dan Keperawatan
Mengatur pendayagunaan & pengembangan produk
layanan di Unit Gizi viii. Melakukan koreksi terhadap
jadwal dinas dan mengatur ijin / cuti / tukar dinas
bawahan.
3) Melaksanakan fungsi pengkoordinasian
a) Mengadakan pertemuan bulanan atau sewaktu-
waktu bila diperlukan.
b) Menghadiri rapat / pertemuan yang diadakan oleh
Direktur Rumah Sakit.
c) Berkoordinasi dengan Instalasi dan komite terkait
d) Menghadin rapat / pertemuan yang diadakan oleh
instansi lain di luar rumah sakit terkait pelayanan
gizi
4) Melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian
a) Melakukan analisa hasil pelaksanaan kebijakan
pelayanan, program kerja, pencapaian RKAP dan
tarif pelayanan gizi.
b) Melakukan analisa hasil evaluasi pendayagunaan
sumber daya & pengembangan produk.
c) Menilai kinerja bawahan secara berkala.
d) Mengevaluasi pemenuhan alat medis dan non
medis di Instalasi Gizi.
e) Melaporkan dan melakukan pembinaan terhadap
pelanggaran kedisiplinan / peraturan kepegawaian
yang dilakukan oleh bawahan.
f) Mengevaluasi pemenuhan tenaga di Instalasi Gizi.
g) Mengevaluasi program continuously improvement di
Unit Gizi.
h) Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan kewenangan.
5) Tugas lain
Melakukan tugas lain yang diberikan atasan.
Tanggung jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai Kepala Instalasi Gizi.
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu berkaitan
dengan kompetensinya.
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personal,
penderita maupun lingkungan kerjanya.
5) Membuat evaluasi terhadap kegiatan di Instalasi Gizi
demi kemajuan dan peningkatan mutu pelayanan.
6) Mengembangkan, melaksanakan, mempertahankan
kebijakan dan prosedur di Instalasi Gizi.
7) Melakukan pengawasan administrasi pelayanan gizi.
8) Mempertahankan (maintaining) program kontrol mutu di
Unit Gizi.
9) Memberikan rekomendasi dan menetapkan pelayanan
gizi.
10) Memantau dan mereview semua pelayanan gizi.
Wewenang :
1) Mengatur kegiatan pelayanan di Instalasi Gizi
2) Melakukan penugasan kepada bawahan
3) Mengawasi, memberikan petunjuk dan arahan terhadap
pelaksanaan tugas bawahan
4) Memberikan penilaian, teguran, pembinaan, motivasi dan
pujian kepada bawahan
5) Meminta data / laporan dari Kepala Ruamgan
6) Mengadakan koordinasi dengan unit kerja terkait
terhadap pelaksanaan pelanan gizi
7) Memberikan masukan kepada atasan terkait
pengembangan layanan gizi
8) Memberikan persetujuan terhadap perubahan jadwal
dinas, jin, cuti dan tukar dinas di Instalasi Gizi
Syarat jabatan :
Minimal D-III Gizi, telah bekerja di Unit Gizi selama 3
tahun dan pengalaman memimpin di rumah sakit sekurang-
kurangnya 2 tahun, mempunyai Surat Tanda Registrasi
(STR), bertanggung jawab dan berjiwa kepemimpinan.

b. Kepala Ruangan
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam merencanakan,
menggerakkan, memimpin pelaksanaan, melakukan
pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap sumber
daya, kegiatan, prosedur dan program gizi.
Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi perencanaan
a) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana program peningkatan mutu, program
pengendalian logistik, dan program pemeliharaan
sarana dan prasarana Instalasi Gizi
b) Menyiapkan dan melaporkan data-data yang
diperlukan untuk menyusun RAB dan tarif pelayanan
gizi kepada Kepala Instalasi Gizi
c) Menyiapkan dan melaporkan data beban kerja bidang
pelayanan gizi kepada Kepala Instalasi Gizi sesuai
periode waktu yang dibutuhkan
d) Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam menyusun
pedoman pelayanan di Instalasi Gizi Membantu
Kepala Instalasi Gizi dalam menyusun Standar
Prosedur Operasional (SPO) di Instalasi Gizi
e) Menyusun petunjuk teknis pelayanan di Instalasi Gizi
2) Melaksanakan fungsi kepemimpinan
a) Memimpin dan mengatur pembagian tugas bidang
pelayanan gizi Membimbing dan ii. membina staf gizi
dalam melaksanakan tugasnya
b) Memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan gizi
c) Melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi terhadap
pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan staf
dibawahnya
3) Melaksanakan Fungsi Pengkoordinasian
a) Membantu Kepala Instalasi Gizi untuk mengadakan
pertemuan bulanan atau sewaktu waktu bila
diperlukan
b) Menghadiri rapat / pertemuan yang diadakan Direktur
Rumah Sakit
c) Melakukan penjadwalan kegiatan gizi
d) Berkoordinasi dengan unit kerja lain yang ada di RS
4) Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
a) Melakukan evaluasi dan analisa pelaksanaan
kebijakan pelayanan, pelaksanaan program kerja,
pencapaian RAB dan tarif terkait pelayanan gizi
b) Melakukan pembentulan terhadap pelanggaran
kedisiplinan di Instalasi gizi
c) Melaporkan evaluasi pendayagunaan dan
pengembangan produk layanan gizi
d) Memimpin pelaksanaan program keselamatan pasien
di bidang pelayanan gizi
e) Membuat evaluasi kinerja pelayanan gizi dan
melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi
f) Meminta laporan pelaksanaan tugas-tugas bawahan
untuk pengawasan, pengendalian pelayanan gizi
g) Mengawasi pelaksanaan asuhan gizi.
5) Tugas Lain
Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai Kepala Ruangan
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu yang
berkaitan dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Membantu Kepala Instalasi gizi dalam mengembangkan,
melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur
di Instalasi gizi
6) Membantu Kepala Instalsi Gizi melakukan pengawasan
administrasi
7) Membantu Kepala Instalasi Gizi melaksanakan setiap
program kontrol mutu di Instalasi gizi
8) Memberikan data pelaksanaan kontrol mutu di Instalasi
gizi
Wewenang :
1) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana kegiatan pelayanan gizi
2) Mengadakan rapat yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi pelayanan gizi
3) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi tentang
pengembangan prosedur pelayanan
4) Melakukan koordinasi dengan unit terkait terhadap
pelaksanaan pelayanan Instalasi gizi
5) Menilai, menegur dan memotivasi kepada staf Instalasit
gizi
6) Melakukan penugasan kepada staf di Instalasi gizi
Syarat Jabatan :
Minimal Lulusan D-III Gizi, pengalaman bekerja di
Rumah Sakit minimal 3 tahun dan pengalaman memimpin di
rumah sakit sekurang-kurangnya 1 tahun, mempunyai Surat
Tanda Registrasi (STR), bertanggung jawab dan berjiwa
kepemimpinan.

c. Penanggungjawab Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Nama Jabatan : Penaggungjawab Pelayanan Gizi Rawat
Jalan
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam merencanakan,
menggerakkan, memimpin pelaksanaan, kegiatan, prosedur
dan program gizi rawat jalan
Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi perencanaan
a) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana program peningkatan mutu, program
pengendalian logistik, dan program pemeliharaan
sarana dan prasarana di pelayanan gizi rawat jalan.
b) Menyiapkan dan melaporkan data-data yang
diperlukan untuk menyusun RKAP. RAB, dan tarif
pelayanan gizi rawat jalan kepada Kepala Instalasi
Gizi.
c) Menyiapkan dan melaporkan data beban kerja
bidang pelayanan gizi rawat jalan kepada Kepala
Instalasi Gizi sesuai periode waktu yang dibutuhkan
d) Mengusulkan program continuously improvement
unit kepada Kepala Instalasi Gizi
e) Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam menyusun
pedoman pelayanan gizi rawat jalan
f) Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam menyusun
Standar Prosedur Operasional (SPO) di pelayanan
gizi rawat jalan.
2) Melaksanakan fungsi kepemimpinan
a) Memimpin dan mengatur pembagian tugas bidang
pelayanan gizi rawat jalan
b) Membimbing dan membina staf gizi dalam
melaksanakan tugasnya
c) Memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan gizi rawat jalan
d) Melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi terhadap
pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan staf
dibawahnya
3) Melaksanakan Fungsi Pengkoordinasian
a) Menghadiri rapat / pertemuan yang diadakan
Direktur Rumah Sakit
b) Melakukan penjadwalan kegiatan konsultasi gizi
rawat jalan
c) Berkoordinasi dengan unit kerja lain yang ada di RS
4) Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
a) Melakukan evaluasi dan analisa pelaksanaan
kebijakan pelayanan, pelaksanaan program kerja,
pencapaian RAB dan tarif terkait pelayanan gizi
rawat jalan.
b) Melakukan pembantulan terhadap pelanggaran
kedisiplinan di pelayanan gizi rawat jalan
c) Melaporkan evaluasi pendayagunaan dan
pengembangan produk layanan gizi rawat jalan
d) Memimpin pelaksanaan program keselamatan
pasien di bidang pelayanan gizi rawat jalan
e) Membuat evaluasi kinerja pelayanan gizi rawat jalan
dan melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi
f) Meminta laporan pelaksanaan tugas-tugas bawahan
untuk pengawasan, pengendalian pelayanan gizi
rawat jalan
g) Mengawasi pelaksanaan pelayanan gizi rawat jalan.
Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan kewenangan vill
5) Tugas Lain
Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai penanggungjawab pelayanan gizi rawat jalan
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu yang
berkaitan dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai kewenangan
6) Membantu Kepala Instalasi gizi dalam mengembangkan,
melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur
di pelayanan gizi rawat jalan.
Wewenang :
1) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana kegiatan pelayanan gizi rawat jalan.
2) Mengadakan rapat yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi pelayanan gizi rawat jalan
3) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi tentang
pengembangan prosedur pelayanan gizi rawat jalan
4) Melakukan koordinasi dengan unit terkait terhadap
pelaksanaan pelayanan gizi rawat jalan. Menilai,
menegur dan memotivasi kepada staf di pelayanan gizi
rawat jalan.
Syarat Jabatan :
Lulusan D-Ill Gizi, pengalaman bekerja di Rumah
Sakit minimal 3 tahun dan pengalaman memimpin di rumah
sakit sekurang-kurangnya 1 tahun, mempunyai Surat Izin
Bekerja, bertanggung jawab dan berjiwa kepemimpinan.

d. Penanggungjawab Pelayanan Gizi Rawat Inap


Nama Jabatan : Penanggungjawab Gizi Rawat Inap
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam merencanakan,
menggerakkan, memimpin pelaksanaan, melakukan
pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap sumber
daya, kegiatan, prosedur dan program gizi rawat Inap
Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi perencanaan
a) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana program peningkatan mutu, program
pengendalian logistik, dan program pemeliharaan
sarana dan prasarana di pelayanan gizi rawat inap
b) Menyiapkan dan melaporkan data-data yang
diperlukan untuk menyusun RAB, dan tarif pelayanan
gizi klinik kepada Kepala instalasi Gizi
c) Menyiapkan dan melaporkan data beban kerja bidang
pelayanan gizi rawat inap kepada Kepala Instalasi
Gizi sesuai periode waktu yang dibutuhkan
2) Melaksanakan fungsi kepemimpinan
a) Memimpin dan mengatur pembagian tugas bidang
pelayanan gizi rawat inap
b) Membimbing dan membina staf gizi dalam
melaksanakan tugasnya
c) Memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan gizi rawat inap
d) Melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi terhadap
pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan staf
dibawahnya
3) Melaksanakan Fungsi Pengkoordinasian
a) Membantu Kepala instalasi Gizi untuk mengadakan
pertemuan bulanan atau sewaktu waktu bila
diperlukan
b) Menghadiri rapat / pertemuan yang diadakan Direktur
Rumah Sakit
c) Melakukan koordinasi dengan
PenanggungjawabPenyelengara Makanan dalam
implementasi rencana terapi gizi
d) Melakukan penjadwalan kegiatan asuhan gizi klinik
e) Berkoordinasi dengan unit kerja lain yang ada di RS
4) Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
a) Melakukan pembentulan terhadap pelanggaran
kedisiplinan di pelayanan gizi rawat inap
b) Melaporkan evaluasi pendayagunaan dan
pengembangan produk layanan gizi rawat inap
c) Memimpin pelaksanaan program keselamatan pasien
di bidang pelayanan gizi rawat inap
d) Membuat evaluasi kinerja pelayanan gizi rawat inap
dan melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi
e) Meminta laporan pelaksanaan tugas-tugas bawahan
untuk pengawasan, pengendalian pelayanan gizi
rawat inap
f) Mengawasi pelaksanaan asuhan gizi rawat inap
g) Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan kewenangan
5) Tugas Lain
Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai penanggungjawab pelayanan gizi inap
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu yang
berkaitan dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai kewenangan
6) Membantu Kepala Instalasi gizi dalam mengembangkan,
melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur
di pelayanan gizi rawat inap
Wewenang :
1) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana kegiatan pelayanan gizi rawat inap
2) Mengadakan rapat yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi pelayanan gizi rawat inap
3) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi tentang
pengembangan prosedur pelayanan gizi rawat inap
4) Melakukan koordinasi dengan unit terkait terhadap
pelaksanaan pelayanan gizi rawat inap
5) Menilai, menegur dan memotivasi kepada staf pelayanan
gizi rawat inap
6) Melakukan penugasan kepada staf di pelayanan gizi
rawat inap
Syarat Jabatan :
Lulusan D-III Gizi, pengalaman bekerja di Rumah Sakit
minimal 3 tahun dan pengalaman memimpin di rumah sakit
sekurang-kurangnya 1 tahun, mempunyai Surat Izin Bekerja,
bertanggung jawab dan berjiwa kepemimpinan.

e. Penanggungjawab Penyelenggaraan Makanan


Nama Jabatan : Penanggungjawab Penyelenggara
Makanan
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam merencanakan,
memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengendalikan kegiatan penyelenggaraan makanan di
Instalasi Gizi, sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan RS serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi perencanaan
a) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana program peningkatan mutu, program
pengendalian logistik, dan program pemeliharaan
sarana dan prasarana Unit Gizi
b) Menyiapkan dan melaporkan data-data yang
diperlukan untuk menyusun RAB dan tarif pelayanan
gizi kepada Kepala Instalasi Gizi
c) Menyiapkan dan melaporkan data kebutuhan alat
kepada Kepala Instalasi Gizi
d) Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam menyusun
pedoman pelayanan di Instalasi Gizi
e) Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam menyusun
Standar Prosedur Operasional (SPO) di Instalasi Gizi
f) Menyusun petunjuk teknis pelayanan di Instasi Gizi
2) Melaksanakan fungsi kepemimpinan
a) Memimpin dan mengatur pembagian tugas bawahan
di Instalasi Gizi
b) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
sumber daya yang akan dirotasi
c) Membimbing dan membina staf gizi dalam
melaksanakan tugasnya
d) Memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan di Instalasi Gizi
e) Membuat jadwal dinas, memberikan cuti / ijin dan
menyetujui tukar dinas staf Instalasi gizi
f) Melaporkan kepada Kepala Instalasi Gizi terhadap
pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan staf di
Instalasi Gizi
3) Melaksanakan Fungsi Pengkoordinasian
a) Membantu Kepala Instalasi Gizi untuk mengadakan
pertemuan bulanan atau sewaktu waktu bila
diperlukan
b) Menghadin rapat / pertemuan yang diadakan Direktur
Rumah Sakit
c) Membantu Kepala Instalasi Gizi dalam perawatan
alat-alat di Instalasi Gizi
d) Melakukan penjadwalan servis bulanan dan tahunan
alat-alat gizi
e) Membuat laporan penyelenggaraan makanan
f) Membuat pesanan bahan makanan basah, bahan
makanan kering, bahan habis pakai dan gas elpiji
g) Menentukan stok minimal dan penggunaan bahan
makanan basah, bahan makanan kering, bahan habis
pakai dan gas elpiji
h) Berkoordinasi dengan unit kerja lain yang ada di RS
4) Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
a) Melakukan pembentulan terhadap pelanggaran
kedisiplinan di Instalasi Gizi
b) Membantu melakukan penilaian kinena staf Instalasi
Gizi
c) Membuat evaluasi kinerja yang berkaitan dengan
penyelenggaraan makanan dan melaporkan kepada
Kepala Instalasi Gizi
d) Meminta laporan pelaksanaan tugas-tugas bawahan
untuk pengawasan, pelayanan Instalasi Giz
pengendalian
e) Mengawasi dan melakukan quality control kegiatan
penyelenggaraan makanan
5) Tugas Lain
Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai Penanggungjawab Penyelenggaraan Makanan
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu yang
berkaitan dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Membantu Kepala Instalasi Gizi mengembangkan,
melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur
di Instalasi Gizi
6) Membantu Kepala Instalasi Gizi melaksanakan setiap
program kontrol mutu di Instalasi Gizi
7) Memberikan data pelaksanaan kontrol mutu di Instalasi
Gizi
Wewenang :
1) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenai
rencana kegiatan di Instalasit Gizi
2) Mengusulkan kepada Kepala Instalasi Gizi mengenal
rotasi sumber daya di Instalasi Gizi
3) Mengadakan rapat yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi pelayanan di Instalasi Gizi
4) Mengusulkan kepada Kepala instalasi Gizi tentang
pengembangan prosedur pelayanan
5) Melakukan perubahan jadwal, cuti, ijin atau tukar dinas
staf di Instalasi Gizi
6) Melakukan koordinasi dengan unit terkait terhadap
pelaksanaan pelayanan gizi
7) Menilai, menegur dan memotivasi kepada staf Instalasi
Gizi
8) Melakukan penugasan kepada staf di Instalasi Gizi
Syarat Jabatan :
Minimal lulusan D III Gizi, pengalaman bekerja di
Rumah Sakit minimal 5 tahun, bertanggung Jawab dan
berjiwa kepemimpinan

f. Ahli Gizi
Nama Jabatan : Ahli Gizi
Unit Kerja : Instalasi gizi
Ikhtisar Jabatan :
Ahli gizi adalah petugas pelaksana kegiatan asuhan
gizi rawat inap dan rawat jalan yang meliputikegiatan
asesmen, diagnosis, intervensi, monitoring, evaluasi,
edukasi dan konseling gizi
Uraian Tugas :
1) Melaksanakan proses asuhan gizi rawat inap rawat jalan
secara profesional sesuai SPO yang berlaku dan
kewenangan klinisnya
2) Melakukan koordinasi dengan profesional pemberi
asuhan lain dalam merencanakan, memberi terapi dan
monitoring asuhan gizi
3) Membantu menyusun prosedur proses asuhan gizi rawat
inap dan rawat jalan
4) Mendokumentasikan proses asuhan gizi dalam rekam
medis pasien
5) Menyiapkan media edukasi
6) Melakukan pengecekan diet pasien dalam rekam medis
dengan diagnosis dan kesesuaian diet yang diberikan
oleh petugas penyajian
7) Melakukan penyuluhan gizi awal pasien rawat inap dan
//penyuluhan masyarakat
8) Membantu melakukan survey indikator mutu gizi
9) Mengevaluasi dan melaporkan kegiatan asuhan gizi
harian dan bulanan
10) Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan kewenangan
11) Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai ahli gizi
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu berkaitan
dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Membuat evaluasi terhadap pelayanan gizi demi
kemajuan dan peningkatan mutu pelayanan
Wewenang :
1) Memperlakukan SDM, pasien dan customer tanpa
membedakan derajat, ras, agama, maupun golongan
2) Mengutamakan kemandirian profesi dalam menjalankan
tugas
3) Melaksanakan tugas secara professional dengan
menjunjung tinggi kode etik dalam kerangka prosedur
dan kebijakan rumah sakit
4) Memberi masukan dan pendapat terkait hal-hal yang
dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan rumah
sakit
5) Melapor dan meminta petunjuk atasan terhadap hal-hal
yang tidak mampu diselesaian sendiri
Syarat Jabatan :
D-Ill Gizi dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun,
mempunyai Surat Tanda Registrasi

g. Penanggungjawab Logistik & Inventarisasi


Nama Jabatan : Penanggung Jawab Logistik dan
Inventarisasi
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu Kepala Ruangan menyusun perencanaan
kebutuhan logistik dan inventarisasi peralatan yang ada di
Instalasi Gizi
Uraian Tugas :
1) Memberikan data kebutuhan dan pemakaian barang di
Instalasi Gizi yang meliputi bahan makanan kering,
bahan makanan basah, cetakan, alat tulis kantor, bahan
medis habis pakai dan bahan lain yang diperlukan..
2) Melakukan inventarisasi semua peralatan dan BAHP
yang ada di Instalasi Gizi
3) Menerima, memeriksa dan menyiapkan semua
kebutuhan logistik yang sudah direalisasi pengadaannya
serta mengatur dan mengendalikan pendistribusiannya di
masing-masing ruang
4) Mengusulkan program pengendalian logistik di Instalasi
Gizi kepada Kepala Ruangan.
5) Memberikan laporan hasil perbaikan dan pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana di Instalasi Gizi kepada
Kepala Ruangan
6) Melakukan pengecekan rutin semua peralatan yang ada
di Instalasi Gizi
7) Melakukan audit perbekalan yang meliputi penyimpanan,
kondisi fisik dan masa kadaluarsa bahan makanan &
perbekalan lainnya setiap satu bulan sekali
8) Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai koordinator logistik dan Inventarisasi
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu berkaitan
dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Membuat evaluasi terhadap kegiatan Instalasi Gizi demi
kemajuan dan peningkatan mutu pelayanan
6) Melakukan audit bahan makanan dan perbekalan lainnya
setiap bulan
7) Kelancaran dan ketepatan dalam pengadaan barang
medis habis pakai, ATK, cetakan dan RT
8) Ketepatan inventarisasi bahan makanan dan peralatan di
Instalasi Gizi
Wewenang :
1) Mengusulkan kepada Kepala Ruangan mengenai
pengadaan bahan makanan, ATK, cetakan RT dan
penunjang lainnya.
2) Membuat usulan SPO logistik dan inventarisasi di
Instalasi Gizi
3) Melakukan koordinasi kepada staf terkait logistik dan
inventarisasi di Instalasi Gizi
4) Memberi masukan dan pendapat terkait hal-hal yang
dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan
Instalasi Gizi
5) Melaporkan permasalahan terkait logistik dan
inventarisasi di Instalasi Gizi
Standart Kepegawaian :
Minimal lulusan D III Gizi, pengalaman bekerja di
Rumah Sakit minimal 3 tahun, bertanggung jawab dan
berjiwa kepemimpinan

h. Penanggungjawab Shift
Nama Jabatan : Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Membantu penanggungjawab penyelenggara
makanan dalam mengkoordinasikan kegiatan pelayanan gizi
di setiap shift jaga
Uraian Tugas :
1) Memimpin pelaksanaan serah terima tugas pada setiap
pergantian shift.
2) Melaksanakan koordinasi pelayanan di Instalasi Gizi
3) Membantu penanggung jawab penyelengara makanan,
melakukan pengawasan terhadap pelayanan gizi
4) Membuat laporan kegiatan pelayanan di Instalasi Gizi
dan awal shift sampai dengan selesai shift
5) Memberi pengarahan dan motivasi kepada staf
pelaksana untuk melaksanakan pelayanan gizi sesuai
standart prosedur operasional yang ada di Instalasi Gizi
6) Bertanggung jawab atas semua inventarisasi di Instalasi
Gizi selama shift berlangsung
7) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan
peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai
8) Mengawasi kinerja staf pelaksana dalam satu shift.
9) Memastikan pelaksanaan survey kepuasan pasien
10) Melakukan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
2) Meningkatkan kinerja, pengetahuan dan ketrampilan
sebagai PJ Shift
3) Menambah informasi dalam kemajuan ilmu berkaitan
dengan kompetensinya
4) Memperhatikan dan menjaga keselamatan personel,
penderita maupun lingkungan kerjanya
5) Membuat evaluasi terhadap kegiatan Instalasi Gizi demi
kemajuan dan peningkatan mutu pelayanan
6) Membuat laporan shift
7) Menjaga dan memelihara lingkungan kerja agar tetap
bersih dan rapi.
8) Menciptakan kerja sama serta koordinasi yang harmonis
antara sesama stat di dalam dan di luar Instalasi Gizi
Wewenang :
1) Memberikan arahan dan membagi tugas kepada staf
pelaksana demi kelancaran pelaksanaan pelayanaan gizi
2) Melakukan pengawasan pelayanan instalasi gizi dan
mengambil tindakan apabila ditemukan permasalahan
sesuai dengan kewenangannya atau meminta arahan
dari atasan langsung
3) Memberi masukan dan pendapat terkait hal-hal yang
dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan
Instalasi Gizi
4) Melaporkan permasalahan terkait pelayanan yang
dihadapai dalam shiftnya
Standart Kepegawaian :
Minimal lulusan D III Gizi, pengalaman bekerja di
Rumah Sakit minimal 2 tahun, bertanggung jawab dan
berjiwa kepemimpinan

i. Petugas Gudang
Nama Jabatan : Petugas Gudang
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Petugas gizi yang bertanggung jawab dalam
melakukan proses penerimaan, persiapan, dan penataan
makanan di instalasi gizi
Uraian Tugas :
1) Melakukan penerimaan, penyimpanan, dan persiapan
makanan sesuai dengan SPO yang ditetapkan
2) Membersihkan ruangan dan peralatan setelah digunakan
3) Melakukan rotasi dinas sesuai jadwal yang sudah dibuat
oleh penanggung jawab penyelengara makanan
4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Memperlakukan SDM, pasien dan konsumen tanpa
membedakan derajat, ras, agama, maupun golongan
2) Mengutamakan kemandirian profesi dalam menjalankan
tugas
3) Melaksanakan tugas secara professional dengan
menjunjung tinggi kode etik dalam kerangka prosedur
dan kebijakan rumah sakit
4) Memberi masukan dan pendapat terkait hal-hal yang
dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan rumah
sakit
5) Melapor dan meminta petunjuk atasan terhadap hal-hal
yang tidak mampu diselesaian sendiri
Syarat Jabatan :
Minimal lulusan D III Gizi pengalaman minimal 1 tahun

j. Petugas Boga Snack


Nama Jabatan : Petugas Boga Snack
Unit Kerja : Unit Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Petugas gizi yang bertanggung jawab dalam
melakukan proses parsiapan, pengolahan dan packing
snack
Uraian Tugas :
1) Melakukan persiapan, pengolahan dan packing snack
2) Membersihkan ruangan dan peralatan setelah digunakan
3) Membantu penyajian makanan apabila diperlukan
4) Melakukan dinas rotasi sesuai jadwal yang sudah dibuat
oleh koordinator dapur
5) Membantu PJ Shift dalam membuat laporan kegiatan
6) Turut serta menyusun dan mengevaluasi Standar
Prosedur Operasional (SPO) terkait penyelenggaraan
makanan
7) Menjalankan fungsi edukasi kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan kewenangan
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Memperlakukan SDM, pasien dan customer tanpa
membedakan derajat, ras, agama, maupun golongan
2) Mengutamakan kemandirian profesi dalam menjalankan
tugas
3) Melaksanakan tugas secara professional dengan
menjunjung tinggi kode etik dalam kerangka prosedur
dan kebijakan rumah sakit
4) Memberi masukan dan pendapat terkait hal-hal yang
dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan rumah
sakit
5) Melapor dan meminta petunjuk atasan terhadap hai-hal
yang tidak mampu diselesaian
Syarat Jabatan :
SMA/ Sederajat minimal 1 Tahun

k. Petugas Penyajian
Nama Jabatan : Petugas Penyajian
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Melaksanakan proses penyelenggaraan makanan
mulai dari penataan dan penyajian makan.
Uraian tugas :
1) Menghitung jumlah makanan yang akan diproduksi pada
setiap shift
2) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk
penyajian makanan maupun snack
3) Membuat garnish, minuman dan makanan cair / sonde
4) Menata dan packing makanan
5) Mengecek diet sebelum menyajikan makanan
6) Menyajikan makanan dan snack untuk pasien
7) Membersihkan ruangan setelah digunakan
8) Melakukan rotasi dinas sesuai jadwal penyelenggara
makanan sendiri yang sudah dibuat oleh penanggung
jawab
9) Membantu PJ Shift dalam membuat laporan kegiatan
Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Mengutamakan kemandiran profesi dalam menjalankan
tugas
2) Memperlakukan SDM, pasien dan customer tanpa
membedakan derajat, ras, agama, maupun golongan
3) Melaksanakan tugas secara professional dengan
menjunjung tinggi kode etik dalam kerangka prosedur
dan kebijakan rumah sakit
4) Memberi masukan dan pelayanan rumah sakit pendapat
terkait hal-hal yang dapat digunakan untuk
pengembangan
5) Melapor dan meminta petunjuk atasan terhadap hal-hal
yang tidak mampu diselesaikan sendiri
Syarat Jabatan :
SMA Sederajat

l. Petugas Juru Masak


Nama Jabatan : Petugas Juru Masak
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Ikhtisar Jabatan :
Melaksanakan proses penyelenggaraan makanan
mulai dari persiapan bahan hingga pemasakan.
Uraian tugas :
1) Membaca menu yang akan di masak
2) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk
pemasakan makanan
3) Memasak makanan sesuai menu dan diit
4) Membersihkan ruangan setelah digunakan
5) Melakukan rotasi dinas sesuai jadwal yang sudah dibuat
oleh penanggung jawab penyelenggara makanan
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
Tanggung Jawab :
1) Memperlakukan SDM, pasien tanpa membedakan
derajat, ras, agama, maupun golongan
2) Mengutamakan kemandirian profesi dalam menjalankan
tugas
3) Melaksanakan tugas secara professional dengan
menjunjung tinggi kode etik dalam kerangka prosedur
dan kebijakan rumah sakit,
4) Memberi masukan dan pendapat terkait hal-hal yang
dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan rumah
sakit
5) Melapor dan meminta petunjuk atasan terhadap hal-hal
yang tidak mampu diselesaian sendiri
Syarat Jabatan :
SMA Sederajat

1.5 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) pada pasien Tuberkulosis Paru + B20 + Anemia di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Makassar?
1.6 TUJUAN
1. Tujuan Umum
PKL Bidang Gizi Klinik ini merupakan penjabaran dari
kelompok mata kuliah yang bertujuan untuk memberikan
pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat
mencapai kompetensi sebagai Sarjana Gizi Terapan dengan
konsetrasi kompetensi bidang gizi klinik.

2. Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan PKL Bidang Gizi Klinik, mahasiswa
diharapkan mampu :
a. Melaksanakan asessment gizi (mengkaji) masalah gizi yang
ditunjukan untuk kegiatan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit kronis yang tidak kompleks pada
masyarakat umum.
b. Terlibat dalam pelaksanaan asuhan gizi ruang rawat inap
dan rawat jalan dengan sifat tersuvervisi oleh Clinical
Instruktur (CI).
c. Menentukan terapi diet (medikacal Nutrition Theraphy /MNT)
pada berbagai kondisi medis lanjut dengan menggunakan
model NCP.
d. Menginterpretasikan hasil-hasil assessment data atau
penelitian ilmiah, menerapkannya dalam praktik kegizian dan
mendokumentasikan intervensi yang dilakukan.
e. Melakukan konseling individu.
f. Melaksanakan kegiatan gizi di ruang rawat inap dan ruang
rawat jalan secara professional dalam sifat tersuvervisi oleh
Clinical Instruktur (CI).
g. Melaksanakan penelitian terapan yang terkait dengan
asuhan gizi pada pasen rawat inap mauapun rawat jalan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERKULOSIS PARU
1. Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama
Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun
tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat
menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada
paru batuk, bersin atau bicara (Zanita, 2019).
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular
langsung yang disebabkan karena kuman TB yaitu
Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang
paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh
yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks
Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak
(droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan
(Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah
basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan
tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri
tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang
bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada
kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
2. Etiologi
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita
Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin.
Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
(Zanita, 2019).

3. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada
kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi
(Zanita, 2019).
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat
tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti
oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Zanita, 2019).
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga
berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Zanita, 2019).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang
relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis
kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel (Zanita,
2019).
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer
menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah
mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus
pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa (Zanita,
2019).
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila
peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga
tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga
kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan
lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan
aktif (Zanita, 2019).
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah
bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ
lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen, yang biasanya sembuh sendiri (Wicaksono, 2009).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila
fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke
organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat
Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem
pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan
pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar
sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis
serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).

4. Klasifikasi Tuberculosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting
dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru :
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi
dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah
Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak
SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-)
dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas.

b. Tuberculosis Ekstra Paru


TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC
usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.

c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada
beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan Tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan
di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1
bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis
adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit
Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi
hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

6. Komplikasi Tuberkulosis
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis tuberkulosa

7. Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis


Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di
ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah
dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu:
dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu
kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali
negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika
diketemukan bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative
atau hasil negative
2) Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen
intrakutan berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan
antigen tuberculin.
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru
bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau
penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan
area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya
infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya
sisa kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi,
meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru,
dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan
pleura (akibat dari tuberkulosis kronis)

8. Penatalaksanaan Penderita Tuberkulosis Paru


a. Pengobatan TBC Paru
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam
obat anti TB per hari dengan tujuan mendapatkan
konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal),
menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit
lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya
memberikan 2 macam obat per hari atau secara
intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang
tersisa (efek sterilisasi), mencegah kekambuhan
pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan
klinis (hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat
badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis
paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap
sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4,
dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum
BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA
dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir
pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada,
kurang begitu berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila
fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila
nantsi timbul kasus kambuh.

b. Perawatan Bagi Penderita Tuberkulosis


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita
tuberculosis adalah :
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini
adalah orang terdekat yaitu keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan
merujuk bila diperlukan.
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita.
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari.
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada
bulan kedua, kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang baik

9. Dampak Tuberkulosis Paru


Penyakit Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
yang sangat mempengaruhi kehidupan individu. Dampak
Tuberkulosis paru antara lain:
a. Terhadap Individu
1) Biologis
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang
terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, keringat pada malam
hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.
2) Psikologis
Biasanya klien mudah tersinggung marah, putus asa
oleh karena batuk yang terus menerus sehingga
keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.
3) Sosial
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu
dengan keadaan penyakitnya sehingga klien selalu
mengisolasi dirinya.
4) Spiritual
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan
karena penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga
menganggap penyakitnya yang manakutkan.
5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.

b. Terhadap Keluarga
1) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang
lain karena kurang pengetahuan dari keluarga terhadap
penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan
penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan
penularan penyakit.
2) Produktifitas menurun.
Terutama bila mengenai kepala keluarga yang
berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga,
maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari
terutama untuk biaya pengobatan.
3) Psikologis
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh
keluarga yang lain
4) Sosial
Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena
sebagian besar masyarakat belum tahu pasti tentang
penyakit TB Paru .

c. Terhadap Masyarakat
1) Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini
serta pengobatan penderita TB Paru positif tidak teratur
atau droup out pengobatan maka resiko penularan pada
masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara penularan
penyakit TB Paru.
2) Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari
semua kalangan, semua orang yang batuk dalam 3
minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang
disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau
selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan
ada sistem pencatatan / pelaporan.

2.2 B20 (HIV / AIDS)


B20 merupakan kode yang dikeluarkan oleh badan kesehatan
dunia atau WHO untuk diagnosis penyakit infeksi HIV/AIDS.
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen
yang menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel
yang memiliki penenda CD 4+ dipermukaannya seperti
makrofag dan limfosit T. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi
HIV (Kapita Selekta, 2014) (Hasdianah & Dewi, 2017).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus
yang berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke
dalam inti sel pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu
ketika menginfeksi pejamu. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang menyebabkan
kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi
immunodefisiensi manusia (HIV), dan bagi kebanyakan
penderita kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin,
2009).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh
individu akibat HIV (Hasdianah dkk, 2014).

2. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu
sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi
belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase
ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu
(biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).

b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada
fase kedua ini individu sudah positif HIV dan belum
menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada
orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).

c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum
disebut gejala AIDS. Gejala – gejala yang berkaitan antara
lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus
menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang
tidak sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang dan badan
menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada
fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.

d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat
terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang
dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang
disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru –
paru yang menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan
bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare
parah berminggu – minggu, dan infeksi otak yang
menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala
(Hasdianah & Dewi, 2014).

3. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral
yang disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus
yang disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau
Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut
Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus
mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS
terdiri dari lima fase yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah
infeksi. Tidak ada gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan
gejala flu like illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan
gejala tidak ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala
demam, keringat malam hari, berat badan menurun, diare,
neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi
AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis
berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan
manifestasi neurologis

4. Kelompok Risiko
Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV/AIDS
sebagai berikut:
a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara
bergantian
b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan
pendidikan dan peluang untuk kehidupan yang layak
memaksa mereka menjadi pekerja seks
c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
d. Narapidana
e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi
f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual
berisiko seperti kekerasan seksual, hubungan seksual
dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa pelindung,
mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli seks
(Ernawati, 2016).

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk


bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi
adalah
a. Lelaki homoseksual atau biseks
b. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c. Orang yang ketagihan obat intravena
d. Partner seks dari penderita AIDS
e. Penerima darah atau produk (transfusi) (Susanto & Made
Ari, 2013).

5. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3
bulan. Seiring pertambahan replikasi virus dan perjalanan
penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan terus menurun.
Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis
pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV
dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam,
nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan, limfadenopati,
dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode
laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi
penurunan jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun
hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun
(berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain
dapat timbul akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan
potensi keganasan (Kapita Selekta, 2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun)
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun
seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya
fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong (Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik)
selama bertahun – tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala – gejala
infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik) (Susanto & Made
Ari, 2013).

6. Manifestasi Klinis
Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4
golongan, yaitu:
a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa
inkubasi yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun
lamanya
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan
gejala limfadenopati umum
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam,
dan gangguan sistem imun atau kekebalan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala
klinis yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial,
hepatomegali, splenomegali, dan kandidiasis oral yang
disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya
sarcoma kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat
komplikasi penyakit infeksi sekunder (Soedarto, 2009).
Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan
infeksi HIV terkonfirmasi menurut WHO:
a. Stadium 1 (Asimtomatis)
1) Asimtomatis
2) Limfadenopati generalisata

b. Stadium 2 (Ringan)
1) Penurunan berat badan < 10%
2) Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik,
prurigo, onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis
angularis, erupsi popular pruritic
3) Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir
4) Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis,
faringitis, otitis media

c. Stadium 3 (Lanjut)
1) Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas
2) Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
3) Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/
konstan) > 1 bulan
4) Kandidiasis oral persisten
5) Oral hairy leukoplakia
6) Tuberculosis paru
7) Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema,
infeksi tulang/sendi, meningitis, bakteremia
8) Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut
9) Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (<
0,5×109/L) tanpa sebab jelas, atau trombositopenia kronis
(< 50×109/L) tanpa sebab yang jelas

d. Stadium 4 (Berat)
1) HIV wasting syndrome
2) Pneumonia akibat pneumocyst carinii
3) Pneumonia bakterial berat rekuren
4) Toksoplasmosis serebral
5) Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
6) Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau
kelenjar getah bening
7) Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau
visceral
8) Leukoensefalopati multifocal progresif
9) Mikosis endemic diseminata
10) Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus
11) Mikobakteriosis atripik, diseminata atau paru
12) Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat rekuren
13) Tuberculosis ekstrapulmonal
14) Limfoma atau tumor padat terkait HIV: Sarkoma Kaposi,
ensefalopati HIV, kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk
meningitis, isosporiasis kronik, karsinoma serviks
invasive, leismaniasis atipik diseminata
15) Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait
HIV simtomatis (Kapita Selekta, 2014).

7. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi,
HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency
Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat (Hasdianah & Dewi, 2017).

b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung
Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis
atau ensefalitis. Dengan efek: sakit kepala, malaise,
demam, paralise total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan
HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi,
dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma
Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual
muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan
efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan
diare.

d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus,
virus influenza, pneumococcus dan strongyloides dengan
efek sesak nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,
gagal nafas.

e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan
zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.

f. Sensorik
1) Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media,
kehilangan pendengaran dengan efek nyeri (Susanto &
Made Ari, 2013).
8. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan
tubuh seperti darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi
tidaknya seseorang tergantung pada status imunitas, gizi,
kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor
risiko. Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar
darah dengan orang yang terinfeksi, pemakaian jarum suntik
yang bergantian terutama pada pengguna narkoba, hubungan
seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain
melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI.
Virus juga terdapat dalam saliva, air mata, dan urin (sangat
rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat di dalam air mata dan
keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih
kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat. Selain
melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui (Hasdianah &
Dewi, 2017):
a. Ibu Hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari
sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI
adalah 11-29%
5) Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan
penelitian pada dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu
yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok
ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang
belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan
melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan
angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah
bayinya disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa
memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.

b. Jarum Suntik
1) Prevalensi 5-10%
2) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui
jarum suntik karena penyalahgunaan obat.
3) Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak
pidana) dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta
sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor 25% dan di Bali
53%.

c. Transfusi Darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%

d. Hubungan Seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan
intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-
akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk menggunakan kondom, maka
penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan
digantikan oleh penularan melalui jalur penasun
(pengguna narkoba suntik) (Widoyono, 2011).

9. Pencegahan Penularan
a. Secara Umum
Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A,
B, C, D, E) yaitu:
A: Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan
seks berisiko tinggi, terutama seks pranikah
B: Be faithful – saling setia
C: Condom – menggunakan kondom secara konsisten dan
benar
D: Drugs – menolak penggunaan NAPZA
E: Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama

b. Untuk Pengguna Napza


Pecandu yang IDU dapat terbebas dari penularan
HIV/AIDS jika: mulai berhenti menggunakan Napza sebelum
terinfeksi, tidak memakai jarum suntik Bersama (Hasdianah
& Dewi, 2017)..

c. Untuk Remaja
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah,
menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum
suntik, tato dan tindik, tidak melakukan kontak langsung
percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV,
menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku
yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab (Hasdianah &
Dewi, 2014).

10. Pengobatan
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa
obat yang ada adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik.
Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk
retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT,
Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik
adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul
sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting
untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat
sesuai jenis penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll
(Hasdianah dkk, 2014).

11. Diagnosis
Metode yang umum untuk menegakkan diagnosis HIV
meliputi:
a. ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay)
Sensitivitasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%.
Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah
infeksi.

b. Western Blot
Spesifikasinya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%.
Pemeriksaannya cukup sulit, mahal, dan membutuhkan
waktu sekitar 24 jam.

c. PCR (Polymerase Chain Reaction)


Tes ini digunakan untuk:
1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada
padabayi yang dapat menghambat pemeriksaan secara
serologis.
2) Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok berisiko tinggi
3) Tes pada kelompok tinggi sebelum terjadi serokonversi.
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai
sensitivitas rendah untuk HIV-2 (Widoyono, 2014).

2.3 ANEMIA
1. Definisi
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang
umum terjadi ketika kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi
terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan
karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah
tanda dari proses penyakit bukan penyakit itu sendiri
(Proverawati, A, 2011) (Yulianti, 2019).
Anemia sering disebut kurang darah yaitu keadaan
dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal
(<12gr/dL) yang berakibat pada daya tahan tubuh, kemampuan
dan konsentrasi belajar, kebugaran tubuh, menghambat tumbuh
kembang dan akan membahayakan kehamilan nanti (Kemenkes
RI, 2010).
Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin
seseorang kurang dari 10gr/dL, sedangkan angka idealnya
untuk ibu dewasa berdasarkan standar WHO adalah 12gr/dL.
Artinya, seorang ibu dewasa yang sedang hamil maupun tidak
akan didiagnosis mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya
di bawah 12gr/dL. Akan tetapi, munculnya gejala bersifat
individual, bisa jadi orang yang memiliki hemoglobin 10gr/dL
masih dapat beraktifitas secara normal dan energik, sedangkan
yang lain tampak letih dan lesu (Fatonah, S, 2016).

2. Batasan Anemia
Menurut Arisman (2009), seseorang dikatakan anemia
bila kadar hemoglobin sebagai berikut :

Tabel 1. Kadar Hemoglobin Sebagai Indikator Anemia

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dL)


Anak umur 6 bulan – 5 tahun <11
Anak umur 6 tahun – 11 tahun <11,5
Anak umur 12 – 14 tahun <12
Laki-laki dewasa <13
Wanita dewasa tidak hamil <12
Wanita dewasa hamil <11
Batasan anemia menurut Manuaba (2007) dalam
Salmariantity (2012) berdasarkan pemeriksaan hemoglobin
adalah :
a. Tidak anemia : Hb 11,00 gr/dL
b. Anemia ringan : Hb 9,00 gr/dL-10,00 gr/dL
c. Anemia sedang : Hb 7,00 gr/dL-8,00 gr/dL
d. Anemia berat : Hb < 7,00 gr/dL

3. Tanda dan Gejala Anemia


a. Anemia Ringan
Anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan
gejala, karena jumlah sel darah merah yang rendah
menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap
jaringan dalam tubuh. Anemia ringan biasanya tidak
menimbulkan gejala apapun, tetapi anemia secara perlahan
terus-menerus (kronis), tubuh dapat beradaptasi dan
mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada
gejala. Apapun sampai anemia menjadi lebih berat.
Menurut Proverawati, A (2011) gejala anemia
diantaranya :
1) Kelelahan
2) Penurunan energi
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Tampak pucat

b. Anemia Berat
Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada
seseorang (Proverawati, A, 2011) diantaranya :
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket
dan berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak
berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui
saluran pencernaan.
2) Denyut jantung cepat
3) Tekanan darah rendah
4) Frekuensi pernafasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kelelahan atau kekurangan energi
7) Kesemutan
8) Daya konsentrasi rendah

4. Penyebab
Menurut Proverawati, A (2011) banyak kondisi medis yang
dapat menyebabkan anemia. Penyebab umum dari anemia
adalah :
a. Anemia dari Pendarahan Aktif
Kehilangan darah melalui perdarahan menstruasi berat
atau luka dapat menyebabkan anemia. Ulkus gastrointestinal
atau kanker seperti kanker usus besar mungkin secara
perlahan dapat menyebabkan anemia. Kehilangan darah
akut dari perdarahan internal (dampak dari ulkus peptikum)
atau perdarahan eksternal (seperti trauma) dapat
menyebabkan anemia dalam kurun waktu yang sangat
singkat. Jenis anemia ini bisa mengakibatkan gejala parah
dan konsekuensi berat jika tidak segera ditangani.

b. Anemia Defisiensi Besi


Kebutuhan besi pada sumsum tulang untuk membuat
sel-sel darah merah. Iron memainkan peranan penting dalam
struktur yang tepat dari molekul hemoglobin. Jika asupan
besi terbatas atau tidak memadai karena asupan diet yang
buruk, anemia dapat terjadi sebagai hasilnya. Hal ini disebut
anemia kekurangan zat besi.
c. Anemia Penyakit Kronis
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat
menyebabkan anemia. Mekanisme yang tepat dari proses ini
tidak diketahui, tetapi berlangsung lama dan kondisi medis
yang berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat
menyebabkan anemia.

d. Anemia yang Berhubungan dengan Penyakit Ginjal


Ginjal mengeluarkan hormon yang disebut eritropoietin
yang membantu tulang untuk membuat sel darah merah.
Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang),
produksi hormon ini berkurang, hal ini dapat menyebabkan
anemia.

e. Anemia yang Berhubungan dengan Kehamilan


Peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan
mengencerkan darah (hemodilusi), yang dapat tercermin
sebagai anemia.

f. Anemia yang erkaitan dengan Gizi Buruk


Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat
sel-sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat
diperlukan untuk produksi hemoglobin yang tepat.
Kekurangan dalam salah satu dapat menyebabkan anemia
karena kurangnya produksi sel darah merah.

g. Anemia Pernisiosa
Masalah dalam perut atau usus dapat menyebabkan
gangguan penyerapan vitamin B12. Hal ini dapar
menyebabkan anemia karena kekurangan vitamin B12.
h. Anemia Sel Sabit
Pada beberapa individu, masalahnya mungkin
berhubungan dengan produksi molekul hemoglobin
abnormal. Dalam kondisi ini masalah hemoglobin kualitatif
atau fungsional. Molekul hemoglobin dapat menyebabkan
masalah pada integritas struktur sel darah merah dan
mereka mungkin menjadi berbentuk bulan sabit.

i. Thalassemia
Ini adalah kelompok lain penyebab hemoglobin yang
berhubungan dengan anemia. Thalassemia merupakan
penyakit yang diwariskan, tetapi mereka menyebabkan
kelainan hemoglobin kuantitatif, yang berarti jumlah cukup
dari tipe molekul hemoglobin yang benar dibuat.

j. Alkoholisme
Alkohol sendiri dapat menjadi racun bagi sumsum
tulang dan dapat memperlambat produksi sel darah merah.

k. Anemia Terkait Sumsum Tulang


Anemia mungkin berhubungan dengan penyakit yang
melibatkan sumsum tulang. Beberapa kanker darah seperti
leukimia dapat mengubah produksi sel darah merah dan
menyebabkan anemia.

l. Anemia Aplastic
Kadang-kadang beberapa infeksi virus parah dapat
mempengaruhi sumsum tulang dan secara signifikan
mengurangi produksi semua sel-sel darah.
m. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah jenis anemia dimana sel-sel
darah merah pecah (hemolisis). Beberapa bentuk anemia ini
bisa turun temurun dengan kehancuran konstan atau obat-
obat tertentu yang mengganggu struktur sel darah merah.

5. Penentuan Status Anemia


Penentuan status anemia dapat dilakukan dengan cara
biokimia atau laboratorium dan secara klinis. Secara klinis dapat
dilakukan dengan cara pemeriksaan (inspeksi) terhadap target
organ seperti mata, kuku, bibir dan lidah. Menurut Supariasa,
dkk (2002) penentuan status anemia dengan cara biokimia
adalah melakukan pemeriksaan darah. Beberapa jenis metode
biokimia, diantaranya (Hasdianah & Dewi, 2017):
a. Metode Sahli

Gambar 1. Pengukuran Hb dengan Metode Sahli


(Adhisuwignjo,2010)

Metode pemeriksaan hemoglobin yang pertama kali


ditemukan yang menggunakan teknik kimia adalah metode
sahli dengan membandingkan senyawa akhir secara visual
terhadap standar gelas warna. Hasil hemoglobin dalam
darah dengan metode sahli memiliki subjektifitas yang tinggi
karena hasil pemeriksaan sangat tergantung kepada
subjektifitas pemeriksa, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu, faktor penglihatan tenaga pemeriksa,
penyinaran, gelas yang digunakan sebagai standar warna
dan kelanjutan.
Kekurangan dan kelebihan metode sahli menurut
Suparyanto (2014), diantaranya :
1) Kekurangan metode sahli
a) Pembacaan secara visual kurang teliti .
b) Alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan
c) Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah
menjadi hematin asam
2) Kelebihan metode sahli
a) Alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak
membutuhkan listrik
b) Harga alat (Hemoglobinometer) murah

b. Metode Cyanmethemoglobin

Gambar 2. Pengukuran Hb dengan Metode Cyanmethemoglobin

(Adhisuwignjo, 2010)

Metode cyanmethemoglobin adalah cara yang lebih


canggih dalam menentukan kadar hemoglobin. Pemeriksaan
kadar hemoglobin dilakukan dengan cara hemoglobin
dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin
yang kemudian bereaksi dengan ion sidanida (CN2-)
membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah.
Pembacaan itensitas warna dilakukan dengan menggunakan
fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
dibandingkan adalah alat elektronik, maka hasilnya lebih
objektif, tetapi fotometer ini harganya cukup mahal sehingga
belum semua laboratorium memilikinya.
Kekurangan dan kelebihan metode
cyanmethemoglobin menurut Suparyanto (2014) adalah :
1) Kekurangan metode cyanmethemoglobin
a) Alat untuk mengukur absorbansi mahal
b) Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun
2) Kelebihan metode cyanmethemoglobin
a) Pemeriksaan akurat
b) Reagent dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin
dapat dikontrol dengan larutan standart yang stabil
Selain menggunakan metode sahli dan
cyanmethemoglobin, penetapan kadar hemoglobin bisa
menggunakan alat test kadar hemoglobin dalam darah yang
bekerja secara digital dengan hasil prediksi lebih cepat,
akurat, tidak sakit, kapan saja dan dimana saja, atau dikenal
dengan Hb digital (Easy Touch). Alat Hb digital ini sudah
cukup akurat terbukti karena sudah lulus uji dan proses
mengetahui hasilnya cukup cepat serta sangat mudah dalam
penggunaannya (Ridha, 2010 dalam Arbianti, 2016).

Gambar 3. Pengukuran Hb dengan Easy Touch


(Adhisuwignjo, 2010)
6. Pencegahanan Pengobatan Anemia
Menurut Depkes (2009), cara mencegah dan mengobati
anemia adalah
1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
a) Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat
besi.
b) Bahan makanan hewani : daging, ikan, ayam, hati dan
telur.
c) Bahan makanan nabati : sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, dan tempe. Makan sayur-sayuran dan
buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dalam usus. Bahan makanan tersebut, antara lain
daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk
dan nanas.
2) Menambah asupan zat besi ke dalam tubuh dengan minum
tablet tambah darah (TTD).
3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat
anemia, seperti kecacingan, malaria, TB paru.
BAB III

KASUS KLINIK

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. AS
Tanggal Lahir : 25 Juni 1971
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang urut keliling
Tanggal Masuk RS : 05 Agustus 2022
No Rekam Medik : 302XXX
Ruang Perawatan : Mawar 7
Tanggal Studi Kasus : 08 Agustus2022
Diagnosa Medis : TB Paru + B20 + Anemia

3.2 ASESSEMENT GIZI


1. Antropometri
BB = 53,6 kg
TB = 165,6 cm
BBI = (165,6 – 100) × 90%
= 59,04 kg
,
IMT =
( , × , )

= 19,54 kg/m2 (Status gizi normal)

2. Biokimia

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Ket.
Hemoglobin 10,1 g/dL 13-17 ↓
3. Klinis dan Fisik

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Ket
KU Lemah - TN
Tekanan darah 98/63 mmHg 90/60 – 120/80 mmHg N
Nadi 75 × / menit 60 - 100 × / menit N
Suhu 36ºC 36 - 37ºC N
Pernapasan 20 × / menit 20 - 24 × / menit N

4. Riwayat Gizi
a. Riwayat Gizi Sekarang
Saat ini pasien dalam keadaan batuk berdahak dan
muntah berlendir kuning. Pasien diberikan Diet Tinggi
Protein dengan bentuk makanan lunak dan diberikan secara
oral. Nafsu makan tidak baik dengan hasil recall 24 jam
sebelum intervensi sebagai berikut:
1) Energi = 440,08 Kal (22,01%)
2) Protein = 19,54 gram (17,77%)
3) Lemak = 36,62 gram (82,44%)
4) Karbohidrat = 35,78 gram (12,34%)

Tabel 4. Asupan Sebelum Intervensi


Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kal) (g) (g) (g)
Asupan 440,08 19,54 24,72 35,78
Kebutuhan 2115,43 188,08 47 306,73
% Asupan 22,01% 17,77% 55,65% 12,34%

b. Riwayat Gizi Dahulu


Tn. AS memiliki alergi terhadap udang. Sebelum sakit
Tn. AS makan 2 kali sehari dengan sumber karbohidrat
nasi setiap hari dan jagung 4 kali seminggu. Sumber
protein hewani yang biasa dikonsumsi, yaitu ikan setiap
hari dan telur 2 kali dalam seminggu. Sumber vitamin dan
mineral yang biasa dikonsumsi, yaitu bayam, labu siam,
dan wortel setiap hari. Pisang biasa dikonsumsi sebanyak
4 kali dalam seminggu. Biasa makan kue bolu 2 kali
seminggu. Tn. AS tidak mengonsumsi sumber protein
nabati.

Tabel 5. Hasil Food Frequency Questionnarie (FFQ)


Frekuensi
Bahan
Jenis Hari Minggu Bulan Tahun Tidak
Makanan
Pernah
Nasi 
Ubi 
Jagung 4×
Serealia Singkong 
Lontong/Ketupat 
Roti 
Mie 
Tempe 
Lauk
Tahu 
Nabati
Kacang 
Daging Sapi 
Ayam 
Lauk
Ikan 
Hewani
Udang 
Telur 2×
Kangkung 
Bayam 
Sawi 
Labu Siam 
Daun Kacang 
Sayuran
Daun Labu 
Kuning
Labu 
Terong 
Wortel 
Apel 
Pir 
Semangka 
Buah
Mangga 
Anggur 
Pisang 4×
Susu 
Produk Biskuit/Wafer 
Olahan Kue Bolu 2×
Lainnya
5. Riwayat Personal
a. Keluhan Utama
Lemah, sulit menelan, tidak nafsu makan, batuk
berdahak, muntah berlendir kuning.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


TB Paru + B20

c. Riwayat Penyakit Dahulu


TB Paru + B20

d. Sosial Ekonomi
Tn. AS sehari-hari bekerja sebagai tukang urut keliling
dan hidup sendiri

3.3 DIAGNOSA GIZI


1. NI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi Fe berkaitan dengan
kondisi anemia ditandai dengan hasil lab Hb 10,1 g/dL.
2. NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi sulit
menelan dan asupan kurang ditandai dengan hasil recall energi
22,01%, protein 19,54 gram (17,77%), karbohidrat 35,78 gram
(12,34%).

3.4 INTERVENSI GIZI


1. Terapi Diet
a. Jenis Diet
Diet Tinggi Protein

b. Bentuk Makanan
Makanan diberikan dalam bentuk lunak

c. Frekuensi
Makanan utama diberikan 3 kali dalam sehari dan
makanan selingan diberikan 2-3 kali dalam sehari

d. Cara Pemberian
Makanan diberikan via oral
e. Tujuan Diet
1) Memenuhi kebutuhan protein untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
2) Mempertahankan berat badan normal

f. Syarat Diet
1) Energi cukup untuk mempertahankan berat badan
normal
2) Protein tinggi, yaitu 20% dari kebutuhan energi total
3) Lemak cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari total energi
5) Vitamin dan mineral cukup
6) Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna

g. Perhitungan kebutuhan
1) Basal Energy Expenditure (BEE)
= 66 + (13,7 × 59,04) + (5 × 165,6 cm) – (6,8 × 51)
= 1356,048 Kal
Total Energy Expenditure (TEE)
= 1356,048 Kal × 1,2 × 1,3
= 2115,43 Kal
2) Protein
%× ,
=

= 105,77 g
3) Lemak
= 20% × 2115,43 / 9
= 47 g
4) Karbohidrat (%)
= 100% - 20% - 20%
= 60%
Karbohidrat
= 60% × 2115,43 Kal / 4
= 317,31 g
h. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Tabel 6. Bahan Makanan yang Dianjur dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan yang Bahan Makanan yang
Sumber
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Karbohidrat Nasi; roti, mi, macaroni Makanan yang terlalu
dan hasil oleh tepung- manis dan gurih karena
tepungan lain, dapat mengurangi
karbohidrat sederhana nafsu makan, seperti
seperti gula pasir gula-gula, dodol,cake,
berbanding sama dll
Protein Daging sapi, ayam, ikan, Makanan yang dimasak
hewani telur, susu dan hasil dengan banyak minyak
olahannya, seperti keju, atau kelapa/santan
youghurt dan es krim kental
Protein Semua jenis kacang- Makanan yang dimasak
nabati kacangan dan hasil dengan banyak minyak
olahannya, seperti tempe atau kelapa/santan
dan tahu kental
Sayuran Semua jenis sayuran,
terutama jenis B, seperti
bayam, buncis, daun
singkong, kacang
panjang, labu siam, dan
wortel direbus, dikukus,
ditumis
Buah- Semua jenis buah segar,
buahan buah kaleng, buah kering
dan jus buah
Lemak dan Minyak goreng,
minyak mentega, margarin,
santan encer.
Bumbu Bumbu tidak tajam, Bumbu yang tajam,
seperti bawang merah, seperti cabe, merica,
bawang putih, laos, cuka, MSG
salam, dan kecap

2. Terapi Edukasi
a. Konseling Gizi
Diet Tinggi Protein

b. Sasaran
Sararan dari konseling yang dilakukan yaitu Tn. AS
c. Tempat
Konseling dilakukan di Ruang Perawatan Mawar 7

d. Waktu Konseling
Konseling dilakukan selama 20 menit

e. Permasalahan
1) Infeksi
2) Kesulitan menelan
3) Hemoglobin↓
4) Asupan kurang

f. Media
Konseling dilakukan menggunakan media leaflet Diet
Tinggi Protein

g. Materi
1) Menjelaskan apa itu Diet Tinggi Protein
2) Menjelaskan tujuan Diet Tinggi Protein
3) Menjelaskan sumber bahan makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan

3.1 MONITORING DAN EVALUASI


1. Data antropometri
2. Perubahan data laboratorium
3. Perubahan data klinis dan fisik
4. Asupan makan
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 DATA ANTROPOMETRI


Tabel 7. Perubahan Data Antropometri

Parameter Sebelum Intervensi Setelah Intervensi Ket


BB 53,6 kg 53 kg ↓
TB 165,6 cm 165,6 cm -
19,54 kg/m2 (Status gizi 19,32 kg/m2 (Status gizi ↓
IMT
normal) normal)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa selama
intervensi dilakukan terjadi penurunan pada berat badan pasien
sebesar 0,6 kg. Status gizi pasien tetap yaitu status gizi normal.

4.2 DATA LABORATORIUM


Tabel 8. Perubahan Data Laboratorium

Sebelum Setelah Nilai Ket


Parameter
Intervensi Intervensi Rujukan
Hemoglobin 10,1 g/dL 9,4 g/dL 13-17 g/dL ↓
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa selama
intervensi dilakukan terjadi penurunan pada kadar Hemoglobin
pasien sebesar 0,7 g/dL yang menunjukkan bahwa pasien masih
dalam kondisi anemia.

4.3 DATA KLINIS DAN FISIK


Tabel 9. Perubahan Klinis dan Fisik

Sebelum Setelah
Parameter Nilai Rujukan Ket
Intervensi Intervensi
Tekanan 60 - 100 × /
98/63 mmHg 103/65 mmHg ↑
Darah menit
Nadi 75 ×/menit 91 ×/menit 36 - 37ºC ↑
Suhu 36ºC 36ºC 20 - 24 × / menit -
90/60 – 120/80
Pernapasan 20 ×/menit 20 ×/menit -
mmHg
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa selama
intervensi dilakukan terjadi peningkatan pada tekanan darah dan
nadi pasien namun masih dalam batas normal.

4.4 ASUPAN MAKAN

Tabel 10. Perubahan Asupan Makan

Asupan
Zat Gizi Kebutuhan Hari 1 Hari 2 Hari 3
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2115,43 475,95 323,43 436,38
Energi 23,81% 16,18% 21,83%
Kal Kal Kal Kal
Protein 105,77 g 23,81 g 21,66% 22,23 g 20,22% 20,06 g 18,24%
Lemak 47 g 18,69 g 42,08% 15,17 g 34,15% 25,80 g 58,08%
Karbohidrat 317,31 g 56,38 g 19,45% 24,30 g 8,38 % 31,34 g 10,81%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa parameter
asupan yang digunakan adalah zat gizi makro yang berupa energi,
protein, lemak, dan karbohidrat yang dimonitoring selama 3 hari
dengan menggunakan formular recall 24 jam dimana dari hasil
recall tersebut dapat diketahui bahwa intake makan pasien
mengalami naik-turun dan ada pada kriteria kurang dari kecukupan
intake energi terutama pada hari kedua intervensi. Hal ini
dikarenakan pada hari kedua pasien tidak mengonsumsi buah yang
disediakan oleh rumah sakit. Pasien juga hanya mengonsumsi
bubur sebanyak 2 sendok makan, lauk hewani ½ porsi dan tidak
memakan lauk nabati yang disediakan.
1. Intake Energi

Grafik 1. Intake Energi Selama 3 Hari Intervensi

Intake Energi
2115,43 2115,43 2115,43
2100
1900
1700
1500
1300
1100
900
700 475,95 436,375
500 323,425
300
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Inatek Energi Kebutuhan

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa intake


energi terbesar terjadi pada hari pertama intervensi, yaitu
sebesar 475,95 Kal (23,81%) sedangkan intake energi terkecil
terjadi pada hari kedua, yaitu 323,43 Kal (16,18%). Pada hari
kedua mengalami penurunan dikarenakan pasien hanya
mengonsumsi bubur sebanyak 2 sendok makan. Lauk hewani
yang dikonsumsi hanya ½ porsi dan pada hari kedua pasien
mendapatkan lauk ikan mulai dari makan pagi hingga makan
malam sehingga intake energi lebih rendah jika dibandingkan
dengan hari pertama dan hari ketiga dimana salah satu lauk
hewani yang dikonsumsi, yaitu ayam.
2. Intake Protein

Grafik 2. Intake Protein Selama 3 Hari Intervensi

Intake Protein
105,77 105,77 105,77
109
99
89
79
69
59
49
39
29 23,81 22,23 20,06
19
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Intake Protein Kebutuhan

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa intake


protein terbesar terjadi pada hari pertama intervensi, yaitu
sebesar 23,81 g (21,66%) sedangkan inateke protein terkecil
terjadi pada hari ketiga, yaitu 20,06 g (18,24%). Pada hari ketiga
mengalami penurunan selain dikarenakan pasien tidak
menghabiskan lauk hewaninya juga karena lauk hewani pada
hari ketiga terdiri dari telur, ayam, dan ikan. Pada hari pertama
lauk hewani yang dikonsumsi terdiri dari ayam dan ikan. Pada
hari kedua lauk hewani yang dikonsumsi, yaitu ikan. Kombinasi
lauk tersebut jika dilihat analisis kandungan proteinnya dan
dibandingkan maka pada hari ketiga memiliki kandungan protein
terendah dibandingkan hari pertama dan hari kedua intervensi.
3. Intake Lemak

Grafik 3. Intake Lemak Selama 3 Hari Intervensi

Intake Lemak
47 47 47
49

44

39

34

29 25,8

24
18,69
19 15,17
14
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Intake Lemak Kebutuhan

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa intake


lemak terbesar terjadi pada hari ketiga intervensi, yaitu sebesar
25,8 g (58,08%) sedangkan inateke lemak terkecil terjadi pada
hari kedua, yaitu 15,17 g (34,15%). Pada hari kedua mengalami
penurunan dikarenakan pada hari kedua pasien mendapatkan
lauk ikan mulai dari makan pagi hingga makan malam sehingga
intake lemak lebih rendah jika dibandingkan dengan hari
pertama dan hari ketiga dimana salah satu lauk hewani yang
dikonsumsi, yaitu ayam dengan kandungan lemak yang lebih
besar daripada ikan. Pengolahan juga memengaruhi intake
lemak, pada hari kedua ikan diolah dengan cara dimasak dan
digoreng sedangkan pada hari pertama ayam dengan
kandungan lemak yang tinggi diolah dengan cara digoreng dan
pada hari ketiga ayam diolah dengan cara dimasak dengan
santan sehingga intake lemak pada hari kedua lebih rendah
dibandingkan hari pertama dan hari ketiga intervensi.
4. Intake Karbohidrat

Grafik 4. Intake Karbohidrat Selama 3 Hari Intervensi

Intake Karbohidrat
317,31 317,31 317,31

273

223

173

123
56,38
73
24,3 31,335
23
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Intake Karbohidrat Kebutuhan

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa intake


karbohidrat terbesar terjadi pada hari pertama intervensi, yaitu
sebesar 56,38 g (19,45%) sedangkan intake karbohidrat terkecil
terjadi pada hari kedua, yaitu 24,3 g (8,38%). Pada hari kedua
mengalami penurunan dikarenakan pasien tidak mengonsumsi
buah yang disediakan oleh rumah sakit sedangkan pada hari
pertama pasien mengonsumsi buah pisang yang memiliki
kandungan karbohidrat tinggi dan hari kedua pasien
mengonsumsi buah papaya yang juga memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi sehingga intake karbohidrat pada hari
kedua lebih rendah dibandingkan dengan hari pertama dan hari
ketiga intervensi.

4.5 PERKEMBANGAN MONITORING DAN EVALUASI


Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat kemajuan pasien atau apakah tujuan sesuai dengan hasil
yang diharapkan tercapai. Indikator yang memberikan progress
perkembangan pada pasien Tn.AS diantaranya yaitu :
1. Data Antropometri
Meskipun terjadi penurunan, namun masih sesuai dengan
tujuan pemberian diet yaitu mempertahankan berat badan.

2. Data Biokimia
Pengambilan data biokimia diambil dua kali yaitu pada saat
pengkajian data pasien dan monitoring hari terakhir.

3. Data Klinis dan Fisik


Pada data klinis dan fisik kondisi pasien mengalami
peningkatan pada tekanan darah dan nadi namun masih dalam
batas normal.

4. Intake Makanan
Asupan makanan pasien mengalami turun-naik dan belum
mencukupi kebutuhan dikarenakan nafsu makan yang kurang.

5. Edukasi
Setelah memberikan konseling dan menanyakan kembali
terkait konseling yang telah diberikan, pasien mampu
memberikan penjelasan kembali mengenai diet yang dianjurkan
serta paham makanan yang dianjurkan dan harus
dihindari/dibatasi.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Pasien yang diintervensi adalah Tn. AS dengan diagnosa
Tuberkulosis paru + B20 + anemia.
2. Diagnosa gizi pasien, yaitu :
a. bNI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi Fe berkaitan
dengan kondisi anemia ditandai dengan hasil lab Hb 10,1
g/dL.
b. NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi sulit
menelan dan asupan kurang ditandai dengan hasil recall
energi 22,01%, protein 19,54 gram (17,77%), karbohidrat
35,78 gram (12,34%).
3. Asupan makanan pasien mengalami turun-naik dan belum
mencukupi kebutuhan dikarenakan nafsu makan yang kurang.
4. Data biokimia diperoleh sebanyak 2 kali selama proses
pengamatan.

5.2 SARAN
1. Diharapkan untuk terus memotivasi pasien agar dapat mengikuti
diet yang diajurkan agar kondisi pasien menjadi lebih baik.
2. Perlu adanya dukungan anggota keluarga dalam menjalani diet
yang dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasdianah & Dewi (2017) ‘Komplikasi Human Immunodeficiency Virus’,


Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–
1699.

Wicaksono, A. A. (2009) ‘Menciptakan Rumah Sehat’, p. 5. Available at:


https://books.google.co.id/books?id=AS-
N9zVz8EsC&pg=PA2&dq=pengertian+rumah+sehat&hl=id&sa=X&
ved=0ahUKEwjB3Iv59o_TAhWFtY8KHe4ICv8Q6AEIIzAC#v=onep
age&q=pengertian rumah sehat&f=false.

Yulianti, Y. (2019) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian


Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Keja Puskesmas Karanganyar
Kota Tasikmalaya Tahun 2019’, Skripsi, pp. 10–35. Available at:
http://repositori.unsil.ac.id/535/.

Zanita (2019) ‘Penatalaksanaan TB Paru’, Jurnal Kesehatan, 53(9), pp.


1689–1699. Available at:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf.
L

N
Lampiran 1. PAGT
NCP / PAGT

(Nutrition Care Process / Proses Asuhan Gizi Terstandar)

Nama : Tn. AS No. Rekam Medik : 302XXX

Umur : 51 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tgl Lahir : 25/06/1971 Tgl Masuk : 05/08/2022


Assessment Intervensi
Identifikasi Diagnosa
Data Dasar Terapi Diet Terapi Edukasi
Masalah
Diagnosa Medis: Preskripsi Diet : Konseling Gizi :
TB Paru + B20 Infeksi Jenis diet : Diet Tinggi Protein Diet Tinggi Protein
(Reaktif) Bentuk : Makanan lunak
Frekuensi : 3× makanan utama Sasaran :
Keluhan Utama : dan 2-3× makanan selingan Tn. AS
Lemah, sulit Kesulitan Cara pemberian : Oral
menelan, tidak menelan Tempat :
nafsu makan Tujuan Diet : Ruang Perawatan Mawar
1. Memenuhi kebutuhan protein (Mawar 7)
Riwayat Penyakit: untuk mencegah dan
Sekarang mengurangi kerusakan Waktu Konseling :
Batuk berdahak, jaringan tubuh 15-30 menit
muntah berlendir 2. Mempertahankan berat
kuning badan normal Permasalahan :
- Infeksi
Dahulu : Syarat Diet : - Kesulitan menelan
TB Paru + B20 1. Energi cukup untuk - Hb ↓
Antropometri : mempertahankan berat - Asupan kurang
BB = 53,6 kg badan normal
BBI = 59,04 kg 2. Protein tinggi, yaitu 2,0 g/kg Media :
TB = 165,6 cm BB Leaflet Diet Tinggi Protein
IMT = 19,54 kg/m2 3. Lemak cukup, yaitu 20% dari
(Status gizi normal) kebutuhan energi total Materi :
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa - Menjelaskan apa itu
Biokimia : NI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi dari total energi Diet Tinggi Protein
Hb = 10,1 g/dL (13- Hb ↓ Fe berkaitan dengan kondisi anemia 5. Vitamin dan mineral cukup - Menjelaskan tujuan
17 g/dL) ditandai dengan hasil lab Hb 10,1 g/dL 6. Makanan diberikan dalam Diet Tinggi Protein
bentuk mudah cerna - Menjelaskan sumber
Klinis dan Fisik : bahan makanan yang
TD = 98/63 mmHg Perhitungan Kebutuhan : dianjurkan dan tidak
Nadi = 75×/menit BEE dianjurkan
Suhu = 36°C = 66 + (13,7 × 59,04) + (5 × 165,6
RR = 20×/menit cm) – (6,8 × 51)
= 1356,048 Kal
Dietary History :
Alergi = udang TEE
Pola makan = 2 kali = 1356,048 Kal × 1,2 × 1,3
sehari = 2115,43 Kal
Frekuensi =
Nasi setiap hari
Jagung 4 kali
seminggu Protein
Ikan setiap hari = 2,0 × 59,04 kg
Telur 2 kali = 118,08 g
seminggu
Bayam, labu siam, % Protein
wortel 3 kali sehari = 4 × 118,08 g / 2115,43 Kal
Sayur setiap hari = 0,22 → 22%
Pisang 4 kali
seminggu Lemak
Kue bolu 2 kali = 20% × 2115,43 / 9
seminggu = 47 g

Hasil recall : NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan % Karbohidrat


E = 440,08 Kal Asupan dengan kondisi sulit menelan dan = 100% - 22% - 20%
(22,01%) kurang asupan kurang ditandai dengan hasil = 58%
P = 19,54 g recall energi 22,01%, protein 19,54
(17,77%) gram (17,77%), karbohidrat 35,78 gram Karbohidrat
L = 24,72 g (12,34%) = 58% × 1999,17 Kal / 4
(55,56%) = 306,73 g
K = 35,78 g
(12,34%)

Sosial Ekonomi :
Agama = Islam
Pekerjaan= Tukang
urut keliling
Tinggal sendiri
Lampiran 2. Analisis Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro Sebelum Intervensi (08/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Telur dadar telur 25 gram 38,5 3,1 2,7 0,18 0 21,5 64,5 0,75 35,5 29,63 0,04 0,25 15,25 0,03 0,10 0,65 0
minyak 5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ayam panggang ayam 40 gram 119,2 7,28 10 0 0 5,6 80 0,6 43,6 154,36 0,04 0,24 98 0,03 0,06 4,16 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pepaya 50 gram 23 0,25 0,05 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan bakar ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Pepaya 50 gram 23 0,25 0,05 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Total 440,08 19,54 24,72 35,78 2,05 59,3 211,55 4,06 104,88 514,60 0,17 1,44 127,88 0,21 0,24 14,92 78
Persen Kebutuhan 22,01 17,77 55,65 12,34 6,83 4,94 30,22 45,11 8,07 10,95 0,02 13,11 19,67 17,35 18,73 93,25 86,67
Lampiran 3. Analisis Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro Sesudah Intervensi
a. Hari Pertama (09/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ayam asam manis ayam 40 gram 119,2 7,28 10 0 0 5,6 80 0,6 43,6 154,36 0,04 0,24 98 0,03 0,06 4,16 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan masak woku ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Pisang 80 gram 101,6 1,12 0,16 26,88 1,12 5,6 20 0,64 33,6 313,6 156,64 0,40 0 0,07 0,064 3,6 1,6
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan pallumara ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Pepaya 50 gram 23 0,25 0,05 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Total 475,95 23,81 18,69 56,38 2,37 38,40 209,80 3,75 122,75 776,19 156,77 1,74 127,25 0,25 0,22 26,12 40,60
Persen Kebutuhan 23,81 21,66 42,08 19,45 7,90 3,20 29,97 41,67 9,44 16,51 17,42 15,77 19,58 20,54 16,54 163,25 45,11
b. Hari Kedua (10/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Energi

Lemak

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan bumbu balado ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan pallumara ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan bakar bumbu kecap ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
kecap 10 gram 7,10 0,57 0,13 0,9 0 12,3 9,6 0,57 111,40 0,00 0,004 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 323,43 22,23 15,17 24,30 0,45 34,50 162,15 2,88 176,73 285,83 0,09 1,24 43,88 0,14 0,10 26,61 0,00
Persen Kebutuhan 16,18 20,22 34,15 8,38 1,50 2,88 23,16 32,00 13,59 6,08 0,01 11,25 6,75 11,56 7,50 166,31 0,00
c. Hari Ketiga (11/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Telur mata sapi telur 25 gram 38,5 3,1 2,7 0,18 0 21,5 64,5 0,75 35,5 29,63 0,04 0,25 15,25 0,03 0,10 0,65 0
minyak 5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Opor ayam ayam 40 gram 119,2 7,28 10 0 0 5,6 80 0,6 43,6 154,36 0,04 0,24 98 0,03 0,06 4,16 0
santan 10 gram 12,2 0,2 1 0,76 0,56 1,4 4,5 0,19 1,8 51,4 0,04 0,09 0 0 0 0 0,05
Pepaya 50 gram 23 0,25 0,05 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan asam manis ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
kecap 10 gram 7,10 0,57 0,13 0,9 0 12,3 9,6 0,57 111,40 0,00 0,004 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 436,38 20,06 25,80 31,34 1,81 61,50 219,65 3,97 216,08 455,50 0,22 1,38 127,88 0,19 0,21 14,72 39,05
Persen Kebutuhan 21,83 18,24 58,08 10,81 6,03 5,13 31,38 44,11 16,62 9,69 0,02 12,57 19,67 15,69 16,42 92,00 43,39
Lampiran 4. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pasien
Tanggal Antropometri Biokimia Fisik dan Klinis Recall
08/08/2022 BB = 53,6 kg Hb = 10,1 g/dL (13-17 TD = 98/63 mmHg E = 440,08 Kal
(Sebelum BBI = 59,04 kg g/dL) Nadi = 75×/menit (22,01%)
Intervensi) TB = 165,6 cm Suhu = 36°C P = 19,54 g (17,77%)
IMT = 19,54 kg/m2 (Status gizi RR = 20×/menit L = 24,72 g (55,65%)
normal) K = 35,78 g (12,34%)
09/08/2022 E = 475,95 Kal
(23,81%)
P = 23,81 g (21,66%)
L = 18,69 g (42,08%)
K = 56,38 g (19,45%)
10/08/2022 E = 323,43 Kal
(16,18%)
P = 22,23 g (20,22%)
L = 15,17 g (34,15%)
K = 24,30 g (8,38%)
11/08/2022 BB = 53 kg Hb = 9,4 g/dL (13-17 g/dL) TD = 103/65 E = 436,38 Kal
BBI = 59,04 kg mmHg (21,83%)
TB = 165,6 cm Nadi = 91×/menit P = 20,06 g (18,24%)
IMT = 19,32 kg/m2 (Status gizi Suhu = 36°C L = 25,80 g (58,08%)
normal) RR = 20×/menit K = 31,34 g (10,81%)
Lampiran 5. Leaflet Edukasi
Lampiran 6. Foto Contoh Menu yang Disajikan Pada Pasien

Waktu Makanan Pasien

Makan siang intervensi 1 (09/08/2022)

Makan malam intervensi 2 (09/08/2022)


Makan siang intervensi 2 (10/08/2022)

Makan pagi intervensi 3 (11/08/2022)


Lampiran 7. Perencanaan Menu Pasien

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Energi

Lemak

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan BDD (%) BB (g) BK (g)
Pagi Bubur Beras 100 50 50 178,50 4,2 0,85 38,55 0,10 73,50 40,50 0,90 13,50 35,50 0,05 0,25 0 0,10 0,04 1,30 0
Telur semur Telur 89 50 56,2 11,04 9,612 0,623 0 76,54 229,62 2,67 126,38 105,465 0,1424 0,89 54,29 0,1068 0,3382 2,314 0
Kecap 100 10 10 7,10 0,57 0,13 0,9 0 12,3 9,6 0,57 111,40 0,00 0,004 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
Minyak 100 5 5 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sayur asam Labu siam 83 40 48,19 12 0,24 0,04 2,68 2,48 5,6 10 0,2 1,2 66,84 0,4 0 19,2 0 0,24 7,2 7,2
Kacang panjang 75 40 53,33 12,4 0,92 0,04 2,12 1,08 24 25,6 0,24 12 85,2 0,04 0,20 0 0,28 0,04 0,12 18,4
Jagung 90 20 22,22 73,2 1,96 1,46 13,82 0,44 6 107,6 0,46 1 15,88 20,00 0,82 0 0,02 0,02 0,36 0,6
Pepes tahu Tahu 100 50 50 40 5,45 2,35 0,4 0,05 111,5 91,5 1,7 1 25,3 0,10 0,4 0 0,01 0,04 0,05 0
Buah Pisang ambon 75 110 146,67 118,8 1,1 0,88 26,73 2,09 22 33 0,22 11 0 220,00 0,22 0 0,06 0,121 0,11 9,9
Sub Total 497,24 24,05 11,37 85,20 82,78 484,52 320,47 130,67 256,57 228,86 241,48 56,18 19,31 0,80 2,82 9,14 36,10
Selingan Puding Agar-agar 100 2 2 5,71 0 0 2,29 2,29 0 0 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0
Gula pasir 100 10 10 39,4 0 0 9,4 0 0,5 0,1 0,01 0,1 0,475 0,00 0 0 0 0 0 0
Sub Total 45,11 0,00 0,00 11,69 2,29 0,50 0,10 0,01 0,10 0,48 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Siang Bubur Beras 100 50 50 178,50 4,2 0,85 38,55 0,10 73,50 40,50 0,90 13,50 35,50 0,05 0,25 0 0,10 0,04 1,30 0
Ikan bumbu acar Ikan bandeng 80 50 62,5 61,5 10 2,40 0 0 10 75 1 33,5 135,55 0 0,45 22,5 0,03 0,05 13 0
Minyak 100 5 5 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sup sayuran Wortel 88 50 56,82 18 0,5 0,3 3,95 0,5 22,5 37 0,5 35 122,5 0,03 0,15 0 0,02 0,02 0,05 9
Sawi 87 50 57,47 4,5 0,5 0,05 0,85 0,4 28 21 0,55 2,5 96,55 0,03 0,05 0 0,025 0,09 0,20 1,5
Jamur kuping 100 15 15 44,1 2,4 0,14 9,69 0,77 0,45 14,1 0,255 2,55 5,01 0,03 0,02 0 0,02 0,01 0,02 0,75
Tempe bacem Tempe 100 50 50 100,5 10,4 4,4 6,75 0,7 77,5 163 2 4,5 117 0,29 0,85 0 0,10 0,30 2,45 0
Gula aren 100 12 12 44,16 0 0 11,04 0 9 4,2 0,36 1,8 46,848 0,048 3,048 0 0 0,0012 0,06 0
Minyak 100 5 5 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Buah Mangga harumanis 65 110 169,23 57,2 0,77 0 13,53 1,76 22 17,6 1,1 3,3 154 330,00 0 0 0,03 0,01 0,33 13,2
Sub Total 596,86 28,77 18,14 84,36 4,23 242,95 372,40 6,67 96,65 712,96 330,47 4,81 22,50 0,31 0,52 17,41 24,45
Selingan Bubur kacang hijau Kacang hijau 100 30 30 96,9 6,87 0,45 17,04 2,25 66,9 95,7 2,25 12,6 244,71 570,00 0,87 0 0,14 0,05 0,45 3
Gula aren 100 20 20 73,6 0 0 18,4 0 15 7 0,6 3 78,08 0,08 5,08 0 0 0,002 0,1 0
Santan 100 40 40 48,8 0,8 4 3,04 2,24 5,6 18 0,76 7,2 205,6 0,16 0,36 0 0 0 0 0,2
Sub Total 219,30 7,67 4,45 38,48 4,49 87,50 120,70 3,61 22,80 528,39 570,24 6,31 0,00 0,14 0,05 0,55 3,20
Malam Bubur Beras 100 50 50 178,50 4,2 0,85 38,55 0,10 73,50 40,50 0,90 13,50 35,50 0,05 0,25 0 0,10 0,04 1,30 0
Ikan goreng Ikan mujair 80 50 62,5 6,68 1,4025 0,08 0,00 0,00 7,20 15,68 0,11 3,83 19,94 0,00 0,02 0,45 0,00 0,01 0,15 0
Minyak 100 5 5 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sayur bening Bayam 71 50 70,42 8 0,45 0,2 1,45 0,35 83 38 1,75 8 228,2 0,07 0,2 0 0,02 0,05 0,5 20,5
Buncis 90 50 55,56 17 1,2 0,15 3,6 0,95 50,5 21 0,35 4 125 0,04 0,15 0 0,03 0,2 1,4 5,5
Kacang hijau 100 15 15 48,45 3,435 0,225 8,52 1,125 33,45 47,85 1,125 6,3 122,355 285,00 0,435 0 0,07 0,02 0,225 1,5
Tempe orek Tempe 100 50 50 100,5 10,4 4,4 6,75 0,7 77,5 163 2 4,5 117 0,29 0,85 0 0,10 0,30 2,45 0
Kecap 100 10 10 7,10 0,57 0,13 0,9 0 12,3 9,6 0,57 111,40 0,00 0,004 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
Minyak 100 5 5 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Buah Pepaya 75 110 146,67 50,6 0,55 0,11 13,42 1,76 25,3 13,2 1,87 4,4 243,1 0,00 0,33 0 0,04 0,07 0,44 85,8
Sub Total 505,23 22,2075 16,14 73,19 4,99 362,75 348,83 8,68 155,93 891,09 285,44 2,23 0,45 0,36 0,68 6,47 113,30
Susu Susu skim 100 40 40 17,95 14,24 0,05 20,8 0 520 412 0,24 188 698 16,00 1,64 0 0,14 0,42 0 2,8
Gula pasir 100 10 10 39,4 0 0 9,4 0 0,5 0,1 0,01 0,1 0,475 0,00 0 0 0 0 0 0
Sub Total 57,35 14,24 0,05 30,20 0,00 520,50 412,10 0,25 188,10 698,48 16,00 1,64 0,00 0,14 0,42 0,00 2,80
Total 1921,09 96,94 50,15 323,12 98,77 1698,72 1574,60 149,88 720,14 3060,25 1443,62 71,17 42,26 1,75 4,49 33,56 179,85
Persen Kebutuhan 90,81 91,65 106,70 101,83 329,22 141,56 224,94 1665,36 55,40 65,11 160,40 647,03 6,50 145,70 345,21 209,75 199,83
Lampiran 8. Unit Cost

No Bahan Makanan Berat Bersih (g) Berat Kotor (g) Harga Satuan / Kg Harga
1 Beras 150 150 Rp 9.000 Rp 1.350
2 Jagung 20 22,22 Rp 8.000 Rp 178
3 Telur 50 56,2 Rp 20.000 Rp 1.124
4 Ikan bandeng 50 62,5 Rp 25.000 Rp 1.563
5 Ikan mujair 50 62,5 Rp 30.000 Rp 1.875
6 Labu siam 40 48,19 Rp 25.000 Rp 1.205
7 Kacang panjang 40 53,33 Rp 8.000 Rp 427
8 Wortel 50 56,82 Rp 10.000 Rp 568
9 Sawi 50 57,47 Rp 7.000 Rp 402
10 Bayam 50 70,42 Rp 7.000 Rp 493
11 Buncis 50 55,56 Rp 15.000 Rp 833
12 Jamur kuping 15 15 Rp 25.000 Rp 375
13 Kacang hijau 45 45 Rp 26.000 Rp 1.170
14 Tahu 50 50 Rp 5.000 Rp 250
15 Tempe 100 100 Rp 5.000 Rp 500
16 Pisang ambon 110 146,67 Rp 10.000 Rp 1.467
17 Mangga harumanis 110 169,23 Rp 15.000 Rp 2.538
18 Pepaya 110 146,67 Rp 15.000 Rp 2.200
19 Agar-agar 2 2 Rp 60.000 Rp 120
20 Susu 40 40 Rp 22.000 Rp 880
21 Gula 20 20 Rp 14.000 Rp 280
22 Gula aren 32 32 Rp 14.000 Rp 448
23 Kecap 20 20 Rp 28.000 Rp 560
24 Minyak 25 25 Rp 25.000 Rp 625
25 Santan 40 40 Rp 8.000 Rp 320
Jumlah Rp 21.751
15% Bumbu Rp 3.263
Total Harga Keseluruhan Rp 25.013
NCP / PAGT

(Nutrition Care Process / Proses Asuhan Gizi Terstandar)

Nama : Tn. SB No. Rekam Medik : 279XXX

Umur : 32 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tgl Lahir : 12/01/1990 Tgl Masuk : 01/08/2022

Assessment Intervensi
Identifikasi Diagnosa
Data Dasar Terapi Diet Terapi Edukasi
Masalah
Diagnosa Medis: Preskripsi Diet : Konseling Gizi :
Perdarahan Kerusakan NI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi Jenis diet : Diet Protein Tinggi Diet Energi Tinggi Protein
suntracnoid area jaringan tertentu (protein) berkaitan dengan + Rendah Serat Tinggi + Rendah Serta
tempora pariental (trauma) terjadinya kerusakan jarigan (trauma) Bentuk : Makanan lunak
kanan ditandai dengan adanya perdarahan Frekuensi : 3× makanan Sasaran :
subtracnoid area tempora pariental utama dan 2-3× makanan Tn. SB dan keluarga
Keluhan Utama : kanan selingan
Pusing, diare Diare Cara pemberian : Oral Tempat :
Ruang Perawatan Bedah
Riwayat Penyakit: Tujuan Diet : (Gardenia 7)
Sekarang 1. Memenuhi kebutuhan
Nyeri kepala bagian protein yang meningkat Waktu Konseling :
kanan, diare ± 2 untuk mengurangi 15-30 menit
hari, lemas kerusakan jaringan tubuh Permasalahan :
- Infeksi
Dahulu : - 2. Mengganti kehilangan - Kesulitan menelan
zat gizi - Hb ↓
Antropometri : - Asupan kurang
BB = 68,9 kg Syarat Diet :
BBI = 61,15 kg 1. Energi diberikan sesuai Media :
TB = 167,95 cm kebutuhan dengan Leaflet Diet Protein Tinggi
IMT = 24,7 kg/m2 memperhitungkan factor
(Status gizi normal) aktifitas dan factor stress Materi :
2. Protein tinggi, yaitu 2,0 - Menjelaskan apa itu
Biokimia : - g/kg BB Diet Protein Tinggi +
3. Lemak cukup, yaitu 25% Rendah Serat
Klinis dan Fisik : dari kebutuhan energi - Menjelas/kan tujuan
TD = 129/79 mmHg NI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi total Diet Protein Tinggi +
Nadi = 89×/menit Hb ↓ Fe berkaitan dengan kondisi anemia 4. Karbohidrat cukup, yaitu Rendah Serat
Suhu = 37°C SGOT ↑ ditandai dengan hasil lab Hb 10,1 g/dL sisa dari total energi - Menjelaskan sumber
RR = 24×/menit 5. Mkanan dimasak hingga bahan makanan yang
lunak dan dihidangkan dianjurkan dan tidak
Dietary History : 6. Makanan diberikan dalam dianjurkan
Alergi = tidak ada bentuk mudah cerna
Pola makan = 2 kali
sehari Perhitungan Kebutuhan :
Frekuensi = BEE
Nasi setiap hari = 66 + (13,7 × 59,04) + (5 ×
Iakn, ayam dan 165,6 cm) – (6,8 × 51)
telur 2 kali = 1356,048 Kal
seminggu
Tempe 3 kali
seminggu
Jeruk 2 kali TEE
seminggu = 1356,048 Kal × 1,2 × 1,3
= 2115,43 Kal
Hasil recall :
E = 440,08 Kal Protein
(22,01%) = 2,0 × 59,04 kg
P = 19,54 g = 118,08 g
(17,77%)
L = 36,62 g % Protein
(82,44%) = 4 × 118,08 g / 2115,43 Kal
K = 35,78 g = 0,22 → 22%
(12,34%)
Lemak
Sosial Ekonomi : = 20% × 2115,43 / 9
Agama = Islam = 47 g
Pekerjaan =
Tukang urut keliling Asupan NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan % Karbohidrat
Tingga sendiri kurang dengan tidak terpenuhinya kebutuhan = 100% - 22% - 20%
sehari ditandai dengan hasil recall = 58%
energi 22,01%
Karbohidrat
= 58% × 1999,17 Kal / 4
= 306,73 g
Hasil Recall Sebelum Intervensi

(08/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Telur dadar telur 25 gram 38,5 3,1 2,7 0,18 0 21,5 64,5 0,75 35,5 29,63 0,04 0,25 15,25 0,03 0,10 0,65 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ayam panggang ayam 40 gram 119,2 7,28 10 0 0 5,6 80 0,6 43,6 154,36 0,04 0,24 98 0,03 0,06 4,16 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pepaya 50 gram 23 0,25 6 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan bakar ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Pepaya 50 gram 23 0,25 6 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Total 440,08 19,54 36,62 35,78 2,05 59,3 211,55 4,06 104,88 514,60 0,17 1,44 127,88 0,21 0,24 14,92 78
Persen Kebutuhan 22,01 17,77 82,44 12,34 6,83 4,94 30,22 45,11 8,07 10,95 0,02 13,11 19,67 17,35 18,73 93,25 86,67
Hasil Recall Setelah Intervensi

(09/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Energi

Lemak

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ayam asam manis ayam 40 gram 119,2 7,28 10 0 0 5,6 80 0,6 43,6 154,36 0,04 0,24 98 0,03 0,06 4,16 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan masak woku ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Pisang 80 gram 101,6 1,12 0,16 26,88 1,12 5,6 20 0,64 33,6 313,6 156,64 0,40 0 0,07 0,064 3,6 1,6
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan pallumara ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Pepaya 50 gram 23 0,25 6 6,1 0,8 11,5 6 0,85 2 110,5 0,00 0,15 0 0,02 0,03 0,2 39
Total 475,95 23,81 24,64 56,38 2,37 38,40 209,80 3,75 122,75 776,19 156,77 1,74 127,25 0,25 0,22 26,12 40,60
Persen Kebutuhan 23,81 21,66 55,47 19,45 7,90 3,20 29,97 41,67 9,44 16,51 17,42 15,77 19,58 20,54 16,54 163,25 45,11
Hasil Recall Setelah Intervensi

(10/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan bumbu balado ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Siang Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan pallumara ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
Malam Bubur beras 30 gram 36 0,72 0,12 7,8 0,15 0,9 2,1 0,12 0 7,17 0,03 0,12 0 0,03 0 0,42 0
Ikan bakar bumbu kecap ikan bandeng 32,5 gram 39,98 6,5 1,56 0 0 6,5 48,75 0,65 21,78 88,11 0 0,29 14,63 0,02 0,03 8,45 0
kecap 10 gram 7,10 0,57 0,13 0,9 0 12,3 9,6 0,57 111,40 0,00 0,004 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
minyak 2,5 gram 44,2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 323,43 22,23 15,17 24,30 0,45 34,50 162,15 2,88 176,73 285,83 0,09 1,24 43,88 0,14 0,10 26,61 0,00
Persen Kebutuhan 16,18 20,22 34,15 8,38 1,50 2,88 23,16 32,00 13,59 6,08 0,01 11,25 6,75 11,56 7,50 166,31 0,00
Hasil Monitoring dan Evaluasi

Tanggal Antropometri Biokimia Fisik dan Klinis Recall


08/08/2022 BB = 53,6 kg Hb = 10,1 g/dL (13-17 TD = 98/63 mmHg E = 440,08 Kal
(Sebelum BBI = 59,04 kg g/dL) Nadi = 75×/menit (22,01%)
Intervensi) TB = 165,6 cm SGOT = 55 µ/L (<27 µ/L) Suhu = 36°C P = 19,54 g (17,77%)
2
IMT = 19,54 kg/m (Status gizi RR = 20×/menit L = 36,62 g (82,44%)
normal) K = 35,78 g (12,34%)
09/08/2022 E = 475,95 Kal
(23,81%)
P = 23,81 g (21,66%)
L = 24,64 g (55,47%)
K = 56,38 g (19,45%)
11/08/2022 BB = 53 kg Hb = 9,4 g/dL (13-17 g/dL) TD = 103/65 E = 436,38 Kal
BBI = 59,04 kg SGOT = 54 µ/L (<27 µ/L) mmHg (21,83%)
TB = 165,6 cm Nadi = 91×/menit P = 20,06 g (18,24%)
IMT = 19,54 kg/m2 (Status gizi Suhu = 36°C L = 31,75 g (71,48%)
normal) RR = 20×/menit K = 31,34 g (10,81%)
NCP / PAGT

(Nutrition Care Process / Proses Asuhan Gizi Terstandar)

Nama : Ny. H No. Rekam Medik : 183XXX

Umur : 54 tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl Lahir : 15/3/1968 Tgl Masuk : 02/08/2022

Assessment Intervensi
Monitoring
Identifikasi Diagnosa
Data dasar Terapi Diet Terapi Edukasi Evaluasi
Masalah
Diagnosa Medis: Preskripsi Diet : Konseling Gizi : Biokimia
DM tipe II + Ulkus Kerusakan Jenis diet : Diet Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus GDS = 131
Diabetic (foot) jaringan 1500 1500 mg/dL
Bentuk : Makanan lunak Hb = 8,2 g/dL
Keluhan Utama : Frekuensi : 3× makanan utama Sasaran :
Sakit bagian ulu dan 2-3× makanan selingan Ny. Hdr dan keluargaAsupan
hati, muntah Hasil recall
Tujuan Diet : Tempat : (04/08/2022)
Riwayat Penyakit : 1. Menurunkan kadar glukosa Ruang Perawatan E = 80,33 Kal
Sekarang darah supaya mendekati Bedah (Gardenia 3C) (7,59%)
Nyeri pada kaki normal dengan P = 1,89 g
sebelah kiri menyeimbangkan asupan Waktu Konseling : (3,54%)
makanan dengan insulin, 15-30 menit L = 0,38 g
Dahulu dengan obat penurun glukosa (0,97%)
DM ±7 tahun oral dan aktivitas fisik. K = 17,35 g
2. Mempertahankan berat Permasalahan : (8,13%)
Antropometri : badan normal - DM tipe II
BB = 54 kg 3. Menghindari komplikasi akut - Kesulitan
BBI = 49,5 kg pasien yang menggunakan menelan Hasil recall
TB = 155 cm insulin - GDS ↑ (05/08/2022)
IMT = 24 kg/m2 4. Meningkatkan derajat - Hb ↓ E = 733,41
Kesehatan secara - Asupan kurang Kal (51,54%)
Biokimia : NC-2.2 Perubahan nilai keseluruhan melalui gizi yang P = 20,17 g
GDS = 305 mg/dL GDS ↑ laboratorium berkaitan optimal Media : (37,79%)
(<140 mg/dL) Hb ↓ dengan adanya ganggua L = 4,44 g
Hb = 8,2 g/dL (12- fungsi endokrin ditandai Syarat Diet : Materi : (11,22%)
16 g/dL) dengan nilai GDS 1. Energi cukup untuk mencapai - Menjelaskan apa K = 148,63 g
305mg/dL dan mempertahankan berat itu Diet Diabetes (69,63%)
Klinis dan Fisik : badan normal. Melitus 1500
TD = 126/78 mmHg NI-5.1 Peningkatan 2. Protein tinggi 15% dari - Menjelaskan
Nadi = 80×/menit kebutuhan zat gizi Fe kebutuhan energi total tujuan Diet
Suhu = 36°C berkaitan dengan kondisi 3. Kebutuhan lemak 25% dari Diabetes Melitus
RR = 20×/menit anemia ditandai dengan kebutuhan energi total 1500
hasil lab Hb 8,2 g/dL 4. Kebutuhan karbohidrat 60% - Menjelaskan
Dietary History : dari kebutuhan energi sumber bahan
Alergi = tidak ada 5. Asupan natrium sama dengan makanan yang
Pola makan = 2 kali orang sehat dianjurkan dan
sehari,tidak teratur 6. Konsumsi serat 20-25 g/hari tidak dianjurkan
Nasi setiap hari
Ubi, roti, dan mie 1 Perhitungan Kebutuhan :
kali seminggu BEE
Jagung 2 kali = 25 Kal × 49,5 kg
seminggu = 1237,5 Kal
Tempe dan tahu 3 Faktor umur
kali seminggu = 1237,5 Kal × 5%
Ikan setiap hari = 67,5 Kal
Telur 1 kali Faktor aktivitas fisik
seminggu = 1237,5 Kal × 10%
Sayur setiap hari = 135 Kal
Jeruk 3 kali Faktor stress
seminggu = 1237,5 Kal × 10%
Waffer 3 kali = 135 Kal
seminggu
TEE
Hasil recall : NI-2.1 Asupan oral = 1237,5 Kal – 67,5 Kal + 135 Kal
E = 40,16 Kal Asupan inadekuat berkaitan + 135 Kal
(2,82%) kurang dengan tidak terpenuhinya = 1423,125 Kal
P = 0,95 g (1,77%) kebutuhan sehari ditandai
L = 0,19 g (0,48%) dengan hasil recall energi Protein
K = 8,67 g (4,06%) 40,16 Kal (2,82%), protein = 15% × 1500 Kal / 4
0,95 g (1,77%), lemak 0,19 = 53,367 g
Sosial Ekonomi : g (0,48%), karbohidrat 8,67
Agama = Islam g (4,06%) Lemak
Pekerjaan = Ibu = 25% × 1500 Kal / 9
rumah tangga = 39,531 g
Tinggal Bersama
keluarga Karbohidrat
= 60% × 1500 Kal / 4
= 213,469 g
Hasil Recall Sebelum Intervensi
(03/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 15 gram 13,39 0,32 0,06 2,89 0,01 5,51 3,04 0,07 1,01 2,66 0,00 0,02 0 0,01 0,00 0,10 0
Siang Bubur beras 15 gram 13,39 0,32 0,06 2,89 0,01 5,51 3,04 0,07 1,01 2,66 0,00 0,02 0 0,01 0,00 0,10 0
Malam Bubur beras 15 gram 13,39 0,32 0,06 2,89 0,01 5,51 3,04 0,07 1,01 2,66 0,00 0,02 0 0,01 0,00 0,10 0
Total 40,16 0,95 0,19 8,67 0,02 16,54 9,11 0,20 3,04 7,99 0,0 0,06 0 0,02 0,01 0,29 0
Persen Kebutuhan 2,82 1,77 0,48 4,06 0,09 1,38 1,30 2,53 0,22 0,17 0,0 0,70 0 2,05 0,82 2,09 0
Hasil Recall Setelah Intervensi
(04/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 30 gram 26,78 0,63 0,13 5,78 0,02 11,03 6,08 0,14 2,03 5,33 0,01 0,04 0 0,02 0,01 0,20 0
Siang Bubur beras 30 gram 26,78 0,63 0,13 5,78 0,02 11,03 6,08 0,14 2,03 5,33 0,01 0,04 0 0,02 0,01 0,20 0
Malam Bubur beras 30 gram 26,78 0,63 0,13 5,78 0,02 11,03 6,08 0,14 2,03 5,33 0,01 0,04 0 0,02 0,01 0,20 0
Total 80,33 1,89 0,38 17,35 0,05 33,08 18,23 0,41 6,08 15,98 0,02 0,11 0 0,05 0,02 0,59 0
Persen Kebutuhan 5,64 3,54 0,97 8,13 0,18 2,76 2,60 5,06 0,43 0,34 0,00 1,41 0 4,09 1,64 4,18 0
Hasil Recall Setelah Intervensi

(05/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 170 gram 151,73 3,57 0,72 32,77 0,09 62,48 34,43 0,77 11,48 30,18 0,04 0,21 0 0,09 0,03 1,11 0
Selingan Roti 80 gram 198,4 6,4 0,96 40 7,28 8 76 1,2 424 72,8 0,12 0,72 0 0,08 0,23 1,92 0
Siang Bubur beras 140 gram 124,95 2,94 0,60 26,99 0,07 51,45 28,35 0,63 9,45 24,85 0,04 0,18 0 0,07 0,03 0,91 0
Selingan Susu bear brand 140 ml 120 4 1,5 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Malam Bubur beras 155 gram 138,34 3,26 0,66 29,88 0,08 56,96 31,39 0,70 10,40 27,51 0,04 0,19 0 0,08 0,03 1,01 0
Total 733,41 20,17 4,44 148,63 7,51 178,89 170,16 3,29 455,32 155,34 0,24 1,30 0 0,31 0,33 4,94 0
Persen Kebutuhan 51,54 37,79 11,22 69,63 30,05 14,91 24,31 41,16 32,52 3,31 0,03 16,27 0 28,41 29,55 35,30 0
Hasil Monitoring dan Evaluasi

Intervensi 1 (04/08/2022) Intervensi 2 (05/08/2022)


- GDS turun menjadi 131 mg/dL
- Hb tetap (8,2 g/dL)
Asupan kurang namun terjadi peningkatan sebanyak 80,33 Asupan kurang namun terjadi peningkatan sebanyak 733,41
Kal (5,64%) dari hari sebelumnya Kal (52,54%) dari hari sebelumnya
NCP / PAGT

(Nutrition Care Process / Proses Asuhan Gizi Terstandar)

Nama : a.n. MR No. Rekam Medik : 292XXX

Umur : 1 tahun 7 bulan (19 bulan) Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tgl Lahir : 17/01/2021 Tgl Masuk : 10/08/2022

Assessment Intervensi
Identifikasi Diagnosa
Data dasar Terapi Diet Terapi Edukasi
Masalah
Diagnosa Medis: Malnutrisi Preskripsi Diet : Konseling Gizi :
Bronchopneumoni + Protein Jenis diet : Diet Tinggi Protein Diet Tinggi Protein
PEM Energi Rendah Karbohidrat Rendah Karbohidrat
Bentuk : Makanan lunak
Keluhan Utama : Frekuensi : 3× makanan Sasaran :
Batuk, lemas, sesak utama dan 2-3× makanan Keluarga a.n MR
selingan
Riwayat Penyakit : Tempat :
Sekarang Tujuan Diet : Ruang Perawatan PICU
Sesak ± 1 minggu, 1. Meningkatkan berat
batuk, demam, badan hingga mencapai Waktu Konseling :
berat badan normal 15-30 menit
Dahulu 2. Mempertahankan status
Batuk dan berobat di gizi normal
Puskesmas
Antropometri :
BB = 5,2 kg
BBI = 11,1 kg BB kurang NC-3.1 Berat badan kurang berkaitan Syarat Diet : Permasalahan :
PB = 60 cm dengan pola makan salah ditandai 1. Energi diberikan sesuai - Malnutrisi Protein
BB/U = -5,3 (Berat dengan z-score BB/U -5,3 dengan kebutuhan Energi
badan sangat dengan memperhatikan - BB kurang
kurang) umur. - Hb ↓
PB/U = -8,5 (Sangat 2. Protein tinggi 20% dari - Asupan kurang
pendek) kebutuhan energi total
BB/PB = -1,6 3. Kebutuhan lemak 25%
(Normal) dari kebutuhan energi Media :
total
Biokimia : 4. Kebutuhan karbohidrat Materi :
Hb = 10,8 g/dL (12- 55% dari kebutuhan - Menjelaskan apa itu
16 g/dL) energi Diet Tinggi Protein
Hb↓ NI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi 5. Cukup mineral, vitamin, Rendah Karbohidrat
Klinis dan Fisik : Fe berkaitan dengan kondisi anemia dan kaya serat - Menjelaskan tujuan
Nadi = 118×/menit ditandai dengan hasil lab Hb 10,8 g/dL 6. Makanan mudah cerna Diet Tinggi Protein
Suhu = 38,9°C dan tidak merangsang Rendah Karbohidrat
RR = 40×/menit salran cerna - Menjelaskan sumber
bahan makanan
Dietary History : Perhitungan Kebutuhan : yang dianjurkan dan
Alergi = tidak ada Energi tidak dianjurkan
Pola makan = 2 kali = 102 Kal × 11,1 kg
sehari = 1132,2 Kal
Bubur setiap hari
Wortel setiap hari Kenaikan suhu
NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan = 1132,2 Kal × 12%
Hasil recall : dengan tidak terpenuhinya kebutuhan = 135,8 Kal
E = 678,46 Kal Asupan sehari ditandai dengan hasil recall
(53,51%) kurang energi 678,46 Kal (53,51%), protein Total energi
P = 18,85 g 18,85 g (29,73%), lemak 26,38 g = 1132,2 Kal + 135,8 Kal
(29,73%) (74,91%), karbohidrat 94,23 g (54,05%) = 1268 Kal
L = 26,38 g (74,91%)
K = 94,23 g Protein
(54,05%) = 20% × 1268 Kal / 4
= 63,4 g
Sosial Ekonomi :
Agama = Islam Lemak
= 25% × 1268 Kal / 9
= 35,22 g

Karbohidrat
= 55% × 1268 Kal / 4
= 174,35 g
Hasil Recall Sebelum Intervensi
(03/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Bubur beras 15 gram 13,39 0,32 0,06 2,89 0,01 5,51 3,04 0,07 1,01 2,66 0,00 0,02 0 0,01 0,00 0,10 0
Siang Bubur beras 15 gram 13,39 0,32 0,06 2,89 0,01 5,51 3,04 0,07 1,01 2,66 0,00 0,02 0 0,01 0,00 0,10 0
Malam Bubur beras 15 gram 13,39 0,32 0,06 2,89 0,01 5,51 3,04 0,07 1,01 2,66 0,00 0,02 0 0,01 0,00 0,10 0
Total 40,16 0,95 0,19 8,67 0,02 16,54 9,11 0,20 3,04 7,99 0,0 0,06 0 0,02 0,01 0,29 0
Persen Kebutuhan 2,82 1,77 0,48 4,06 0,09 1,38 1,30 2,53 0,22 0,17 0,0 0,70 0 2,05 0,82 2,09 0
Hasil Recall Setelah Intervensi
(15/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Susu Pediasure 49 gram 226,15 6,28 8,79 31,41 1,26 0 0 0 87,95 238,72 0 0 0 0 0 0 0
Siang Susu Pediasure 49 gram 226,15 6,28 8,79 31,41 1,26 0 0 0 87,95 238,72 0 0 0 0 0 0 0
Malam Susu Pediasure 49 gram 226,15 6,28 8,79 31,41 1,26 0 0 0 87,95 238,72 0 0 0 0 0 0 0
Total 678,46 18,85 26,38 94,23 3,77 0 0 0 263,85 716,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
Persen Kebutuhan 53,51 29,73 74,91 54,05 19,84 0,00 0,00 0,00 32,98 27,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Hasil Recall Setelah Intervensi

(05/08/2022)

Riboflavin (Vit.B2)
Thiamin (Vit.B1)
Retinol (Vit. A)

Niasin (Vit.B3)
Karbohidrat

Tembaga
Kalsium

Natrium
Protein

Kalium
Lemak
Energi

Fosfor
Serat

Seng

Vit.C
Besi
Waktu Menu Bahan Berat Satuan
Pagi Susu Pediasure 49 gram 226,15 6,28 8,79 31,41 1,26 0 0 0 87,95 238,72 0 0 0 0 0 0 0
Siang Susu Pediasure 49 gram 226,15 6,28 8,79 31,41 1,26 0 0 0 87,95 238,72 0 0 0 0 0 0 0
Malam Susu Pediasure 49 gram 226,15 6,28 8,79 31,41 1,26 0 0 0 87,95 238,72 0 0 0 0 0 0 0
Total 678,46 18,85 26,38 94,23 3,77 0 0 0 263,85 716,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
Persen Kebutuhan 53,51 29,73 74,91 54,05 19,84 0,00 0,00 0,00 32,98 27,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Hasil Monitoring dan Evaluasi

Tanggal Antropometri Biokimia Fisik dan Klinis Recall


15/08/2022 E = 678,46 Kal (53,51%)
P = 18,85 g (29,73%)
L = 26,38 g (74,91%)
K = 94,23 g (54,05%)
16/08/2022 BB = 5 kg Hb = 9,2 g/dL (12-16 g/dL) Nadi = 128×/menit E = 678,46 Kal (53,51%)
BBI = 11,1 kg Suhu = 37,1°C P = 18,85 g (29,73%)
PB = 60 cm RR = 30×/menit L = 26,38 g (74,91%)
BB/U = -5,5 (Berat badan sangat kurang) K = 94,23 g (54,05%)
PB/U = -8,5 (Sangat pendek)
BB/PB = -2 (Normal)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RSUD KOTA MAKASSAR
“GIZI SEIMBANG IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI”

DISUSUN OLEH

1. AMINARTI ALLO TIRANDA (PO714231191002)


2. AZKIANNISA (PO714231191007)
3. DITA APELIA MAWARNI (PO714231191010)
4. INTAN HAMIDAH AMRUH (PO714231191055)
5. NURKHAIRUNNISA (PO714231191060)
6. NURUL ASYIFAH (PO714231191061)
7. A. APRILIAWATI (PO714231212001)
8. AINUN CAHYANI (PO714231212002)
9. AMELIA WAKANG (PO714231212004)
10. NURSYAADAH (PO714231212014)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI SARJANA TERAPAN DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

2022
A. Latar Belakang
Kebutuhan gizi pada ibu hamil dan menyusui sangat
berbeda dengan kebutuhan gizi wanita pada umumnya, karena
asupan gizi yang dibutuhkan bukan hanya untuk dirinya, namun
juga pada janin yang dikandungnya, bila makan ibu terbatas janin
akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu
menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.
Apabila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan
terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil
telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) atau bahkan mengakibatkan kenaikan
berat badan yang berlebih, jika makanan berlebih akan
mengakibatkan terjadinya preklamsia. Bisa status gizi ibu kurang
maka ibu hamil akan mengalami masalah gizi seperti Kekurangan
Energi Kronis (KEK) dan anemia gizi akibat kekurangan asupan zat
besi dan folat dalam jangka waktu yang lama.
Kekurangan gizi pada ibu hamil, dapat terjadi jika asupan
gizi tidak mencukupi dan tidak memenuhi persyaratan tubuh ibu
hamil. Kurang gizi selama kehamilan mungkin terjadi karena
beberapa faktor seperti diare, mual dan muntah yang
menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga tidak ada gizi
yang masuk, kehilangan nafsu makan karena kondisi kesehatan
lainnya seperti infeksi kronis atau depresi, penggunaan obat
tertentu yang bisa mengganggu penyerapan gizi, serta asupan gizi
yang tidak memadai.

B. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang gizi ibu hamil dan
menyusui, diharapkan pasien dapat mengerti dan memahami
tentang berbagai kebutuhan zat gizi pada ibu hamil dan ibu
menyusui.
b. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan, peserta dapat :
1. Memahami pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil
2. Memahami penyebab dan dampak anemia gizi pada ibu
hamil
3. Memahami pentingnya ASI Ekslusif pada anak usia 0-24
bulan
4. Memahami cara pelekatan (menyusui) yang baik dan benar
5. Memahami tentang pentingnya MP-ASI bagi anak

C. Sasaran Penyuluhan
Sasaran dari penyuluhan ini adalah Pasien dan keluarga
pasien ibu hamil dan ibu menyusui Rumah Sakit Umum Daerah
Daya Kota Makassar, Khususnya pasien ibu hamil.

D. Pokok Bahasan
Bahasan dari penyuluhan ini adalah :
1. Pengertian gizi seimbang pada ibu hamil
2. Penyebab dan dampak anemia gizi pada ibu hamil
3. Pentingnya ASI Ekslusif pada anak usia 0-24 bulan
4. Pelekatan/cara menyusui yang baik dan benar
5. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

E. Strategi Penyuluhan

Jam Kegiatan Respon Waktu


09.00 sd Pendahuluan 10 Menit
09.10 a) Menyampaikan salam Membalas salam
b) Menjelaskan tujuan Mendengarkan
Penyuluhan
09.10 Sd Inti Mendengarkan 30 Menit
09.40 a) penjelasan gizi seimbang dengan penuh
pada ibu hamil perhatian
b) penyebab dan dampak
anemia gizi pada ibu
hamil
c) pentingnya ASI Ekslusif
pada anak usia 0-24
bulan
d) pelekatan/cara menyusui
yang baik dan benar.
e) MP-ASI
09.40 sd Penutup a) Menanyakan 20 Menit
10.00 a) Tanya jawab yang belum
b) Tes akhir jelas
c) Menyimpulkan hasil b) Aktif bersama
penyuluhan c) Menyimpulkan
d) Memberi salam penutup d) Membalas
salam
Materi Penyuluhan :

MATERI PENYULUHAN 1
MENU GIZI SEIMBANG UNTUK IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI

A. Menu gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang


mengandung zat-zat gizi dalam jumlah dan proporsi yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktifitas fisik, kebersihan, dan
berat badan.
B. Dalam satu piring yang dikatakan memuat menu yang bergizi lengkap
dan seimbang, yaitu terdapat 3 zat gizi utama, meliputi:
a. Zat tenaga, sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
b. Zat pembangun, untuk pertumbuhan dan perkembangan , terutama
bagi janin.
c. Zat pengatur, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ-organ tubuh.
C. Makanan pokok adalah pangan yang mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi/dimakan atau telah menjadi bagian dari budaya
makan berbagi etnik di indonesia sejak lama.
Makanan pokok yang memenuhi 2/3 bagian piring makan, terdapat
beraneka ragam. Sesuai dengan keadaan tempat dan budaya serta
kearifan lokal. Contohnya:
a. Beras (beras putih, beras merah)
b. Kentang
c. Singkong/ ubi kayu
d. Ubi jalar
e. Gandum (roti tawar)
f. Sagu
g. Mie, bihun dll.
D. Lauk pauk adalah pangan yang merupakan sumber protein hewani,
dan sumber nabati.
Lauk pauk yang memenuhi 1/3 bagian piring makan, terbagi menjadi:
a. Lauk pauk hewani
1. Daging (sapi, kambing, dll)
2. Unggas (ayam, bebek, dll)
3. Telur
4. Susu dan hasil olahannya.
b. Lauk pauk nabati
1. Kacang-kacangan (kacang hijau, kacang kedelai, kacang
merah, dll)
2. Tahu
3. Tempe
c. Lauk hewani:
1porsi=
1. 1ptg sdg daging (35 g)
2. 1 btr telur ayam uk. Besar (55 g)
3. 1/3 ekor ikan
4. 1 ekor ikan ukuran sdg.
d. Lauk nabati :
1porsi=
1. 2ptg sdg tempe (50 g)
2. 2ptg sdg tahu (100 g )
E. Sayuran merupakan sumbe vitamin dan mineral, terutama karoten,
vit.A, vit.C, zat besi, dan fosfor, serta pangan. Beberapa sayuran dapat
dikonsumsi mentah tanpa dimasak terlebih dahulu (seperti selada,
ketimun, dll), sementara yang lainnya dapat dimasak dengan cara
dikukus, direbus dan ditumis.
Sayuran 1porsi= 1 mangkok sdg (100 g)
F. Buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin (vit. A,B1,B6,vit C),
mineral dan serat pangan.
Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah
berperan sebagai anti oksidan.
1porsi=
a. 1 ptg sdg pepya (150 g)
b. 1 bh pisang ambon (50 g)
c. 1 bh jeruk (50 g)
G. Isi piring makan dikatakan seimbang, jika terdapat ½ bagian untuk lauk
pauk dan makanan pokok dan ½ bagian untuk sayur dan buah, atau 1/3
bagian lauk pauk, 2 2/3 bagian makanan pokok, ~1/3 bagian buah, dan 2
2/3 bagian sayur.
Pengaturan ini bersifat preventif (pencegahan), yang bertujuan
untuk mencegah timbulnya gizi buruk atau maal nutrisi.
Kebutuhan karbohidrat saat 3 bulan pertama kehamilan, meningkat
sebesar 60 g per hari atau setara dengan 1½ porsi nasi, yang biasanya
hanya 1 porsi nasi saja. Kemudian bertambah di 3-6 bulan berikutnya
hingga melahirkan, meningkat sebesar 100 g per hari atau setara dengan
2 porsi nasi, yang biasanya sekali makan hanya 1 porsi nasi saja. Ibu
hamil membutuhkan tambahan protein 20 gr atau setara dengan 1 porsi/1
ptg sdg daging (35 gr) dan 1 porsi / 2 ptg sdg tempe (50 gr).
Bagi ibu hamil, konsumsi sayur dianjurkan minimal 2 porsi sehari
atau sekitar 200 gram bagian yang dapat dimakan, sedangkan buah
sebaiknya dikonsumsi sebanyak 2 buah atau 2 potong sedang setiap hari.
Konsumsi buah secara teratur dan tidak berlebihan dapat mengontrol
nafsu makan dan menurunkan berat badan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa fruktosa yang terkandung dalam buah dapat
menurunkan sejumlah kalori dan lemak yang konsumsi sehingga
mempermudah turunnya berat badan.
Prinsip makan bagi ibu hamil berbeda dibandingkan saat sebelum
ibu memasuki usia kehamilan. Prinsip Makan untuk Ibu Hamil adalah
"PORSI SEDIKIT TAPI SERING" karena pada prinsipnya, selain makan
dalam jumlah kecil, ibu hamil harus sering makan. Ibu hamil dianjurkan
untuk tetap makan dalam jumlah kecil, dengan cara setiap 2-3 jam
berikutnya ibu makan lagi dalam jumlah kecil dengan tetap memenuhi
anjuran Menu Gizi Seimbang yang beraneka ragam sehingga ibu tidak
bosan makan. Inilah pola makan yang tepat bagi hamil, agar tetap makan
banyak sesuai dengan kebutuhan ibu dan janin setiap harinya selama
kehamilan sehingga asupan makanan maupun zat gizi dapat terpenuhi.
Ibu hamil dianjurkan makan dalam porsi kecil/sedikit, untuk memudahkan
agar tetap bisa makan meskipun mengalami mual dan muntah (T.I), serta
memberi rasa kenyang yang cukup (T.II dan T.III)
Ibu Hamil perlu mengonsumsi aneka ragam pangan yang lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak, maupun
vitamin dan mineral. karena digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan.
dan perkembangan janin dalam kandungan, serta sebagai cadangan zat
gizi selama masa menyusui usai melahirkan. Pembatasan konsumsi
garam dapat mencegah hipertensi selama kehamilan. Ibu hamil
diusahakan tidak mengalami hipertensi sehingga adanya anjuran batasan
konsumsi garam, karena hipertensi selama hamil dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan, dan meningkatkan risiko kematian janin. Karena
pada masa kehamilan, kebutuhan air meningkat agar dapat mendukung
sirkulasi janin, dan meningkatnya volume darah.
Air juga berfungsi untuk membantu mencerna makanan, mengatur
keseimbangan dalam tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Apabila ibu hamil
meminum kopi sebagai sumber utama kafein yang tidak terkontrol, akan
mengalami peningkatan buang air kecil yang akan mengakibatkan
dehidrasi atau kekurangan cairan, peningkatan tekanan darah dan
peningkatan detak jantung, yang dapat berpengaruh pada tumbuh
kembang janin. Bukan berarti ibu hamil dilarang minum kopi, tapi dibatasi
dalam batas aman, yaitu paling banyak 2 cangkir kopi per hari atau
dihindari sama sekali juga aman.
MATERI PENYULUHAN 2
ANEMIA GIZI
A.Pengertian Anemia
Anemia gizi adalah keadaan kadar hemoglobin dalam darah
yang lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu macam atau
lebih zat-zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (zat besi,
asam folat, vitamin B12, protein).

B.Penyebab Anemia
a) Pendarahan
Kehilangan zat besi pada pendarahan seperti haid yang berlebihan,
sering melahirkan, kecelakaan dan infeksi karena cacing.
b) Kekurangan gizi
Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, dan asam folat.
c) Penyakit kronik
Penyakit kronik seperti penyakit ginjal

C.Tanda dan Gejala Anemia


a) Perasaan mudah lelah, lemah, letih, lesu, lunglai (5L)
b) Mengantuk
c) Pandangan berkunang-kunang
d) Pucat pada wajah, telapak tangan, kuku, dan selaput dalam
kelopak mata serta bibir
e) Pusing atau sakit kepala

D. Akibat Anemia
a) Gangguan/ hambatan pada pertumbuhan badan dan
perkembangan otak
b) Menyebabkan gangguan kehamilan
c) Produktivitas dan aktivitas menurun
d) Mudah terkena penyakit karena imun melemah
E. Pengobatan
a) Cari dulu penyebab anemia
b) Bila penyebabnya telah diobati, penyakit anemia akan sembuh
dengan sendirinya
c) Pemberian tablet atau zat besi, apabila serius dapat pula diberikan
tranfusi/tambah darah

F. Pencegahan
a) Setiap hari memakan makanan sayuran hijau seperti bayam, katuk,
dan daun singkong.
b) Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang panjang, dan
lauk pauk seperti ayam, daging, hati, telur.
c) Minum tablet pil penambah darah.
d) Perhatikan asupan kalsium, kopi dan teh yang berlebihan. Zat-zat
ini menghalangi penyerapan zat besi.

G.Makanan yang baik dikonsumsi bagi pengidap anemia


a) Daging Merah
Daging merah kaya akan vitamin B12 yang baik pembentukan
hemoglobin. Namun akan baik jika daging merah yang dikonsumsi
tanpa lemak atau mengandung sedikit lemak. Menurut ahli,
pengidap anemia dianjurkan untuk rutin mengonsumsi daging
merah sebanyak 2-3 kali dalam satu kali.
b) Bayam
Diantara semua jenis sayuran hijau, bayam menjadi sayuran yang
paling tinggi kandungan vitaminnya. Kandungan vitamin A, vitamin
B19, vitamin C, vitamin E dan kalsium dalam bayam memiliki
banyak manfaat untuk pengidap anemia. Yang paling penting,
kandungan serat, beta karoten dan zat besi dalam bayam bisa
mencegah tubuh dari kekurangan sel darah merah.
c) Telur
Telur adalah bahan bahan makanan yang sangat mudah dicari.
Kabar baiknya, satu butir telur ternyata mengandung 1.02 miligram
zat besi. Tentunya, ini menjadi kabar baik bagi pengidap anemia.
Selain mudah didapatkan, telur tenyata ampuh mengurangi gejala
anemia. Bukan hanya zat besi, telur juga terkenal dengan
kandungan proteinnya yang tinggi serta antioksidan untuk
menangkal radikal bebas.
d) Tiram
Tiram merupakan salah satu jenis makanan laut yang efektif untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Ini karena tiram
mengandung zat besi, protein dan vitamin B12. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, zat besi dibutuhkan guna membantu
pembentukan hemoglobin. Konsumsi tiram setidaknya dua kali
dalam satu minggu.
e) Tomat
Bukan cuma sayuran hijau saja yang punya manfaat zat besi.
Buktinya tomat juga mengandung zat besi yang cukup tinggi sekitar
3,39 miligram setiap satu cangkirnya. Fakta lainnya, ternyata tomat
juga berperan meningkatkan kemampuan tubuh dalam menyerap
zat besi. Penyebabnya karena tomat banyak mengandung vitamin
C dan likopen yang bekerja efektif dalam mempercepat penyerapan
zat besi.
MATERI PENYULUHAN 3
ASI EKSKLUSIF

A. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF


Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya
meningkatkan kesehatan gizi anak sebagaimana diamanatkan oleh
Undang – Undang Dasar Tahun 1945 dan kesepakatan internasional
seperti konvensi hak anak adalah memberikan makanan yang terbaik
bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk mencapai hal tersebut ,
Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI
merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi
dan anak 0-24 bulan adalah salah satunya ASI Eksklusif.
Air Susu Ibu adalah makanan terbaik bagi bayi yan baru lahir,
baik bayi yang dilahirkan cukup bulan { matur } maupun kurang bulan {
premature }. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu
merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi untuk melawan
penyakit – penyakit yang menyerangnnya. Pada dasarnya ASI adalah
imunisasi pertama karena ASI mengandung zat kekebalan antara lain
immunoglobulin. ( edelwina dkk, 2018)
Menurut WHO tahun 2006 definisi ASI Ekslusif adalah bahwa
bayi hanya menerima ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau
makanan padat lainnya, kecuali sirup yang berisi vitamin , suplemen
mineral atau obat.
Menurut Depkes RI 2004 definisi ASI Ekklusif adalah pemberian
ASI saja tampa tambahan makanan lain pada bayi berumur 0 samapai
6 bulan.Jadi Pemberian ASI EKsklusif adalah memberikan ASI saja
bagi bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Bil di perlukan bayi
diperbolehkan minum obat – obatan , vitamin dan mineral tetes atas
saran dokter.Salah satu kunci sukses pemberian ASI Eksklusif adalah
IMD { Inisiasi Menyusui Dini } adalah tindakan segera setelah lahir,
bayi diberikan kesempatan untuk mulai menyusui sendiri dengan
meletakkan bayi menempel di dada atau di perut ibu, bayi di biarkan
merayap mencari putting, kemudian menyusu sampai puas.
B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF.
1. BAGI BAYI
 ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang mudah di cerna,
diserap, selalu bersih, segar dan aman.
 ASI Memyempurnakan pertumbuhan bayi
 ASI memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit.
 Bayi yang menyusu jarang mengalami diare, sembelit dan
alergi.
 Komposisi dan volume ASI cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi sampai usia 6 bulan.
 Sistem pencernaan bayi sampai 6 bulan belum sempurna untuk
mencerna makanan selain ASI.
2. BAGI IBU.
 Membantu mengembalikan tubuh seperti keadaan sebelum
hamil
 Menjadikan hubungan ibu dan bayi semakin dekat.
 Mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium.
 Mengurangi perdarahan setelah melahirkan mempercepat
pengecilan Rahim seperti semula.

3. BAGI KELUARGA
 Aspek ekonomi, ASI tidak perlu di beli, sehingga dana yang
seharusnya di gunakan membeli susu formula , dapat di
perlukan untuk keperluan lainya.
 Sangat praktis karena dapat di berikan di mana saja dan kapan
saja.

C. LANGKAH – LANGKAH UNTUK MENCAPAI ASI EKSKLUSIF.


1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan kiri.
2. Pompa payudara sehabis menyusui karena payudara yang
kosong akan semakin mempercepat produksi ASI.
3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari
payudara kiri ke kanan dan sebaliknya.
4. Makan makanan bergizi dan minum cairan yang cukup.
5. Minum madu juga sangat bermanfaat.
6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stress.
7. Rasa percaya diri dan dukungan dari keluarga.

D. BAGAIMANA CARA MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR.


1. Sebaiknya sebelum menyusui, ibu mencuci tangan terlebih
dahulu.
2. Ibu dan bayi harus berada dalam keadaan santai, tenang dan
nyaman.
3. Letakan kepala bayi lengkung siku ibu, telinga dan bahu bayi
terletak pada satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah.
4. Saat mulai menyusui peganglah bagian bawah payudara
dengan keempat jari dan ibu jari di letakkan di bagian atas
payudara.
5. Masukkan seluruh putting dan sebagian besar lingkaran di
sekitar putting { aerola } ke mulut bayi.
6. Dagu bayi harus melekat pada payudara ibu.

E. KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.


1. ASI merupakan makanan alamiah yang praktis, ekonomis,
memiliki komposisi zat gizi yang ideal.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi di bandingkan susu
buatan.
3. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologi
antara ibu dan anak.
4. ASI mengandung zat pelindung { anti bodi } bagi bayi selama 5
– 6 bulan pertama.
5. ASI tidak mengandung beta – laktoglobulin yang dapat
menyebabkan alergi pada anak.
F. BAHAYA DARI PEMBERIAN SUSU FORMULA.
1. Lebih mudah diare dan infeksi saluran pernapasan.
2. Lebih mudah alergi dan keadaan tidak tahan terhadap protein
susu formula .
3. Meningkatnya risiko terkena beberapa penyakit kronis.
4. Kurang ikatan kasih saying antara ibu dan bayinya.
5. Potensi berbahaya bila susu terkontaminasi atau kadarluarsa.
6. Memiliki resiko kematian lebih besar di bandingkan dengan
bayi yang mendapatkan ASI.
7. Bila susu encer, menyebabkan kekurangan gizi.
8. Memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk membeli susu dan
peralatan.
MATERI PENYULUHAN 4
PELEKATAN/CARA MENYUSUI DENGAN BAIK DAN BENAR
A. Pahami Posisi Menggendong Bayi
1. Gendong bayi dengan satu lengan
2. Letakkan kepala bayi pada bagian dalam lengkungan siku ibu
3. Tahan bokong bayi dengan telapak tangan
4. Gunakan satu tangan lagi untuk mendekap si bayi
5. Tempelkan perut bayi dengan perut ibu
6. Posisikan mulut bayi di hadapan putting ibu

B. Cara Pelekatan Mulut Bayi Pada Putting Ibu


1. Dagu menempel ke payudara ibu
2. Mulut terbuka lebar
3. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah masuk
ke dalam mulut bayi
4. Bibir atas dan bawah bayi terlipat keluar
5. Pipi bayi tidak kempot pada saat menyusu.

C. Jadwal Menyusui Bayi yang Benar


1. Bayi baru lahir sampai usia 2 minggu 8-12 kali sehari per 10-15
menit.
2. Bayi udia 2 minggu sampai 2 bulan : 7-9 kali sehari atau
sebanyak 118-150 ml setiap 3-4 jam
3. Bayi usia 2 bulan sampai 4 bulan : setiap 3-4 jam. Biasanya
mampu minum susu sekitar 118-177 ml setiap kali menyusu
4. Bayi usia 4 bulan sampai 6 bulan: 5-8 kali sehari atau setiap 4-5
jam sekali
5. Usia 6-9 bulan : 4-6 kali sehari
6. Bayi usia9-12 bulan : 3-5 kali sehari
7. Bayi usia 12 bulan-2 tahun: 3x menyusu dengan 3x MP ASI
dalam sehari
MATERI PENYULUHAN 5
MP-ASI
A. PENGERTIAN
MP-ASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang
mengandung nutrien yang diberikan kepada bayi selama periode
pemberian makanan peralihan (complementery feeding) yaitu pada
saat makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI. 1
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selain dari ASI.8 MP-ASI merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian
MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah.
Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat
pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI. 9

B. WAKTU PEMBERIAN MP-ASI


Mulai pemberian MP-ASI pada saat yang tepat sangat
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh-kembang
bayi serta merupakan periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan
keluarga. Periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan keluarga
dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning) yang merupakan
suatu proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI
secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi maupun tekstuer dan
konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh
makanan keluarga. Masa peralihan ini berlangsung antara 6 bulan
sampai 23 bulan yang merupakan masa rawan pertumbuhan anak.
Bayi mengalami perkembangan keterampilan makan bayi
seiring bertambahnya usia. Pola perkembangan keterampilan makan
bayi adalah sebagai berikut :
 0-4 bulan : menelan makanan cair (ASI) tetapi
mendorong keluar makanan yang padat
 4-6 bulan : dapat mengontrol posisi makanan
dalam mulut dan menelan makanan tanpa tersedak
 6-9 bulan : mampu makan pure, makanan lumat atau
cincang, makan memakai sendok dengan mudah
 9-12 bulan : mampu makan makanan lunak, cincang
kasar, dan mulai mencoba makan dengan tangannya sendiri
 12-23 bulan : makanan keluarga, makan sendiri, masih
dengan bantuan.10
Pemberian ASI yang tidak tepat waktu, terlalu dini diberikan
ataupun terlalu lambat dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan.
Waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah
umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum
umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut :
 Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal belum
cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang dihasilkan
oleh makanan padat.
 Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot
(neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk
mengendalikan gerak kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi,
bayi masih sulit menelan makanan dengan menggerakan makanan
dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya, karena gerakan
ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.
 Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi ,
penyakit seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).
 Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara
pengenalan makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang
berkesinambungan.
 Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan
yang berlebih di awal masa perkenalan dengan obesitas dan
peningkatan resiko timbulnya kanker, diabetes dan penyakit
jantung di usia lanjut.

C. PEMBERIAN MP-ASI
Pada Global Strategy for Infant ang Young Child Feeding
dinyatakan bahwa MP-ASI harus memenuhi syarat berikut :
 Tepat waktu (Timely) : MP-ASI mulai diberikan saat
kebutuhan energi dan nutrien melebihi yang didapat dari ASI
 Adekuat (Adequate) : MP-ASI harus mengandung cukup
energi, protein, dan mikronutrien
 Aman (Safe) : Penyimpanan, penyiapan dan sewaktu
diberikan, MP-ASI harus higienis.
 Tepat cara pemberian (Properly) : MP-ASI diberikan sejalan
dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan bayi
serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia
bayi.
GSIYFC mengeluarkan prinsip tentang pemberian MP-ASI pada bayi
dengan ASI:
1. Berikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan,
selanjutnya tambahkan MP-ASI mulai usia 6 bulan (180 hari)
sementara ASI diteruskan.
2. Lanjutkan ASI on demand sampai usia 2 tahun atau lebih
3. Lakukan responsive feeding dengan menerapkan prinsip
asuhan psikososial
4. Terapkan perilaku hidup bersih dan higienis serta
penanganan makanan yang baik dan tepat
5. Mulai pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah
sedikit, bertahap dinaiikkan sesuai usia bayi, sementara ASI
tetap sering diberikan
6. Bertahap konsisten dan variasi ditambah sesuai kebutuhan
dan kemampuan bayi
7. Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan
dengan bertambahnya usia bayi
8. Berikan variasi makanan yang kaya akan nutrien untuk
memastikan bahwa seluruh kebutuhan nutrien terpenuhi
9. Gunakan MP-ASI yang diperkaya vitamin-mineral atau
berikan preparat vitamin-mineral bila perlu.
10. Tambahkan asupan cairan saat anak sakit, termasuk lebih
sering menyusu, dan dorong anak untuk makan makanan
lunak dan yang disukainya. Setelah sembuh, beri makan
lebih sering dan dorong anak makan lebih banyak.1
Bayi akan memberikan tanda bahwa dirinya siap menerima
makanan selain ASI. Kita harus mengenali tanda tersebut agar dapat
memberikan MP-ASI tepat waktu dan sesuai perkembangan
keterampilan makannya. Ciri-ciri bayi yang siap mendapat MP-ASI
adalah sebagai berikut :
a. Kesiapan fisik :
o Refleks ekstrusi telah sangat berkurang atau sudah
menghilang
o Keterampilan oromotor :
Dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair
menjadi menelan makanan yang lebih kental dan padat.
Memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian
belakang mulut.
o Mampu menahan kepala tetap tegak
o Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu
menjaga keseimbangan badan ketika tangannta meraih
benda di dekatnya
b. Kesiapan psikologis :
Bayi kanan memperlihatkan perilaku makan lanjut :
o Dari reflektif ke imitatif
o Lebih mandiri dan eksploratif
o Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan keinginan
makan dengan cara membuka mulutnya, rasa lapar
dengan memajukan tubuhnya ke depan/ ke arah
makanan, tidak berminat atau kenyang dengan menarik
tubuh ke belakang/menjauh
Tabel 1. Tanda bayi lapar atau kenyang
Lapar Kenyang
 Riang/antusias sewaktu  Memalingkan muka/ menutup
didudukkan di kursi makannya mulut ketika melihat sendok
 Gerakan menghisap atau berisi makanan
mencecapkan bibir  Menutup mulut dengan
 Membuka mulut ketika melihat tangannya
sendok/makanan  Rewel atau menangis karena
 Memasukkan tangan ke dalam terus diberi makan
mulut  Tertidur
 Menangis atau rewel karena
ingin makan
 Mencondongkan tubuh ke arah
makanan atau berusaha
menjangkaunya

Pengenalan tekstur dan konsistensi makanan harus secara bertahap,


demikian pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengenalan MP-ASI :
 Uji makanan pertama kali : tepung beras yang diperkaya zat
besi merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan
pertama yang diberikan kepada bayi
 Sebaiknya mulai diberikan 1-2 sendok teh saja, sesudah
bayi minum sejumlah ASI atau formula, kecuali bila selalu
menolak maka diberikan sebelumnya
Pemberian MP-ASI dimulai dengan tekstur yang lembut/halus
dan konsistensi yang encer, selanjutnya secara bertahap tekstur dan
konsistensinya ditingkatkan menjadi makin kental sampai padat dan
kasar. Mulai dengan jumlah sedikit (1-2 sdt) pada saat pengenalan
makanan dan kemudian ditingkatkan sampai jumlah yang sesuai usia.
Kenalkan satu-persatu jenis makanan sebelum diberikan berupa
campuran dengan jarak 203 hari (4-7 hari bila terdapat riwayat alergi)
agar bayi dapat mengenali rasa dan aroma setiap jenis makanan
baru. Makanan baru sebaiknya diberikan pada pagi hari agar ada
cukup waktu bila ada reaksi simpang. Cuci semua peralatan sebelum
digunakan.

Tabel 2. Pedoman pemberian makan pada bayi/anak usia 6-23 bulan


yang mendapat ASI
Umur Tekstur Frekuensi Jumlah rata-
rata/kali makan
6-8 Mulai dengan bubur 2-3x/hari, ASI tetap Mulai dengan 2-3
bulan halus,lembut, cukup sering diberikan. sdm/kali
kental, dilanjutkan Tergantung nafsu diringkatkan
bertahap menjadi lebih makannya, dapat bertahap sampai
kasar diberikan 1-2x selingan ½ mangkok (=125
ml)
9-11 Makanan yang 3-4x/hari, ASI tetap ½ mangkok
bulan dicincang halus atau diberikan. Tergantung (=125ml)
disaring kasar, nafsu makannya, dapat
ditingkatkan semakin diberikan 1-2x selingan
kasar sampai
makanan biasa
dipegang/diambil
dengan tanagn
12-23 Makanan keluarga, 3-4xhari. ASI tetap ¾ sampai 1
bulan bila perlu masih diberikan. Tergantung mangkok (175-
dicincang atau disaring nafsu makannya, dapat 250ml)
kasar diberikan 1-2x selingan
F. Sarana, Media dan Waktu
a. Sarana yang digunakan
 Ruangan
 Meja
 Kursi
b. Media yang digunakan
 Lembar balik
 Leaflet
c. Waktu
- Hari/Tanggal : Selasa, 20 September 2022
- Jam : 09:00-10.00 WITA
- Tempat : Ruang Perawatan Nifas RSUD Kota
Makassar

G. Evaluasi Pemahaman
1. Apa itu gizi seimbang pada ibu hamil?
2. Apa Penyebab dan akibat terjadinya anemia gizi pada ibu
hamil?
3. Bagaimana cara pencegahan anemia gizi pada ibu hamil
4. Apa manfaat ASI Ekslusif bagi ibu dan anak?
5. Bagaimana cara pelekatan/menyusui dengan baik dan
benar?
6. Kapan MP-ASI diberikan pada anak dan bagaimana tekstur
dan jenis makanan yang diberikan pada tiap bulannya?
DAFTAR PUSTAKA

Hindawi-International Journal of Pediatrics.


https://www.hindari.com./journals/ilpedi/20. Diakses pada tanggal,
19 September 2022.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/posisi-


dan-pelekatan-menyusui-dan-menyusu-yang-benar. Diakses pada
tanggal, 19 September 2022.

Himpunan Mahasiswa Jurusan Gizi, 2O21 Lembar balik ASI Eksklusif


Kemenkes 2O1O, Buku Pegangan Kader Pendamping Keluarga Sadar
Gizi.

Kemenkes RI tahun 2O11, Pelatihan Konseling MP- ASI

Edelwina dkk, 2018, Pengetahuan Ibu Mengenai Manfaat Asi Pada Bayi,.

Departemen Kesehatan RI. Peranan Dokter Dalam Peningkatan


Penggunaan ASI. 2004

Modul 2 Pemberian makanan bayi pada keadaan darurat,

Departemen Kesehata RI. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). 2000

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan


Pendamping ASI Susu Ibu (MP-ASI Lokal). 2006

Anda mungkin juga menyukai