Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang
berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik.
Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi pada
individu yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat di suatu sarana pelayanan
kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS).
Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan
kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan
mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan
penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan.
Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan
anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran
cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran
dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi yang tidak adekuat, lama
hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit.

1
Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa hospital malnutrition
(malnutrisi di RS) merupakan masalah yang kompleks dan dinamik. Malnutrisi pada pasien
di RS, khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap proses penyembuhan
penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan
status gizi akan mempunyai risiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat.
Semua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas
hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien
melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan pendekatan
multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim Asuhan Gizi (TAG).
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan. Sejalan dengan
dilaksanakannya program akreditasi pelayanan gizi di rumah sakit, maka diperlukan suatu
standar operasional prosedur untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Diharapkan pedoman ini dapat menjadi
acuan bagi RS ST. MADYANG untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang
berkualitas.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tujuan khusus :
1. Menyelenggarakan pelayanan gizi terstandar yang berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan pasien.
2. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan gizi di RSU. ST. MADYANG meliputi:
1. Pelayanan gizi rawat inap
2. Penyelenggaraan makanan
3. Penelitian dan pengembangan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasigizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit
2. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus
dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
3. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
5. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasaruntuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual, melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan /latar belakang
praktek pelayanan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubunganantara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna,
diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.

3
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proseskomunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisienuntuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, danperilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizisehingga pasien
dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
8. Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesanpesangizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakanuntuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap sertaperilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap
upayapeningkatan status gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukanuntuk kelompok
atau golongan masyarakat massal, dan target yangdiharapkan adalah pemahaman
perilaku aspek kesehatan dalamkehidupan sehari-hari
9. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan (body of knowledge),memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
10. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
12. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab danwewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukankegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dandietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan
unitpelaksana kesehatan lain.
13. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang
telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan perundang-undangan.
14. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau karyawan,
pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
15. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahanmakanan dan minuman.

4
16. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman,
peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.

E. Landasan Hukum
1. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-
undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik
Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit
(termasuk di dalamnya adalah pelayanan gizi) untuk mengukur mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
2. Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
3. Depertemen Kesehatan RI.Sekretariat Jenderal. Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan
Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B.
Departemen Kesehatan RI.
4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
5. Kementerian Kesehatan RI.2012. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta
6. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Jenis Tenaga yang Tenaga yang Pendidikan
No
ketenagaan dibutuhkan ada Tenaga yang ada

1 Dietisien 9 2 SKM JURUSAN GIZI , D3 Gizi

1 1 -
2 Logistik

1 - -
3 Administrasi

4 Juru Masak dan 7 2 SMA


Asisten Masak

5 Pramusaji 12 7 SMA

6
B. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jaga

JENIS KETENAGAAN
ASISTEN
NO RUANGAN
DIETISIEN LOGISTIK DAN ADM PRAMUSAJI JURU MASAK JURU
MASAK
INSTALASI GIZI,
1. 1
GEDUNG DEPAN
- 6 2 2
GEDUNG
2. 1
BELAKANG
JUMLAH 2 - 6 2 2

7
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Kerangan :

Instalasi Gizi memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :


1 Ruang penerimaan bahan makanan
Digunakan sebagai ruang penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas serta
kuantitas bahan makanan.
2 Ruang penyimpanan bahan makanan
Digunakan sebagai tempat penympanan bahan makanan kering dan basah
3 Ruang persiapan bahan makanan
Digunakan sebagai tempat memotong, menyiangi, meracik bahan makanan
sebelum diolah
4 Ruang Pengolahan
Digunakan sebagai tempat memasak bahan makanan mentah menjadi makanan
yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
5 Ruang Penyajian
Digunakan sebagai tempat menyajikan makanan ke alat makan pasien sebelum
didistribusikan
6 Ruang Pencucian Peralatan
Digunakan sebagai tempat mencuci peralatan yang telah digunakan
7 Ruang Loker Pegawai
Digunakan untuk menyimpan peralatan pegawai (tas,helm,sepatu) dan tempat
untuk mengenakan APD (sarung tangan, celemek,sepatu,tutup kepala, masker)
8 Ruang Administrasi
Digunakan oleh tenaga dietisien dan tenaga administrasi untuk menyelesaikan
tugas administrasi dan melakukan pencatatan, pelaporan berkaitan dengan jumlah,
diet dan kebutuhan bahan makanan pasien dan petugas.

8
B. Standar Fasilitas
1. Penyelenggaraan makanan
 Ruang penerimaan bahan makanan
Letak ruangan ini mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan,
ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Timbangan barang
b. Meja kantor
c. Kursi kerja
d. Keranjang
e. Troly barang
 Ruang penyimpanan bahan makanan
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
makanan basah danpenyimpanan bahan makanan kering.
 Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
 Untuk penyimpanan bahan makanan basah
 Daging, ikan, udang dan hasil olahannya -5 s/d 0ºC untuk
penyimpanan < 3 hari
 Telur, buah, sayuran, dan hasil olahannya 5 s/d 7ºC untuk
penyimpanan < 3 hari
 Untuk penyimpanan bahan makanan kering
 Beras, susu bubuk, tepung dan biji bijian 25ºC untuk penyimpanan >
1 minggu
 Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kontaminasi baik
oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
 Penyimpanan harus memprhatikan prinsip FIFO (first in first out) dan
FEFO (first expired first out) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih
dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa digunakan lebih dahulu.
 Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit langit dengan ketentuan
sebagai berikut :
 Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm
 Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm
 Jarak bahan makanan dengan langit langit: 60 cm

9
 Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di
bagian penyimpanan bahan makanan ini termasuk kartu stok bahan
makanan harus segera diisi, letakkan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti
secara kontinyu.
 Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi
perusakan oleh binatang pengerat harus segera diperbaiki.
 Ruangan penyimpanan bahan makanan memiliki fasilitas :
a. Rak penyimpanan bahan makanan
b. AC
c. Pallet
d. Keranjang sayur dan bumbu
e. Pengukur suhu
f. Timbangan
g. Container tertutup
h. Freezer
i. Lemari pendingin
 Ruang pencucian bahan makanan
 Letaknya berdekatan dengan ruang persiapan dan ruang pengolahan
 Letaknya terpisah dengan ruang pencucian peralatan
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Wastafel pencucian bahan makanan
 Ruang persiapan bahan makanan
 Ruangan ini dekat dengan ruang penyimpanan dan ruang pengolahan.
 Memiliki wastafel pencucian bahan makanan
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Pisau
b. Talenan
c. Peeler
d. Blender
e. Kipas angin
f. Kursi
g. Tempat sampah
 Ruang Pengolahan
 Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan dan tidak licin.

10
 Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang
cukup bagi ruangan, semua kabel dan pipa harus berada dalam keadaan
terbungkus atau tertanam dalam lantai atau dinding.
 Langit langit : harus tertutup, cerobong asap harus ada, jarak antara lantai
dengan langit langit harus tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan
baik.
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Kompor
b. Lemari steinleis
c. Exhaust
d. Kipas angin
e. Buku menu
f. Troly makanan
g. Tempat sampah
h. Wastafel
i. APAR
 Ruang Penyajian
 Letaknya harus berdekatan dengan ruang pengolahan
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Meja kayu
b. Penjepit makanan
c. Sendok
d. Sarung tangan plastik sekali pakai
e. AC
f. Tempat sampah
 Ruang Pencucian Peralatan
 Letaknya terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan
 Tersedia air mengalir dalam jumlah yang cukup
 Tersedia alat pembersih seperti sabun, detergen, sikat dan lap pengering yang
bersih
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Bak pencuci alat + pemanas dan air dingin
b. Rak tirisan alat stainleesteel
c. Tempat sampah

11
d. Detergen
 Ruang Persiapan peralatan
 Letaknya berdekatan dengan ruang penyajian dan ruang pencucian peralatan
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Meja kayu
 Ruang Loker Pegawai
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Lemari
b. Meja
c. Kontainer tertutup
d. APD (sarung tangan, celemek,sepatu,tutup kepala, masker)
e. Kipas angin
 Ruang Administrasi
 Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Meja dan kursi kerja
b. Komputer dan printer
c. AC
d. Wastafel
e. WC
f. Tempat sampah

12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Gizi Rawat Inap


Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi melipui perencanaan, penyediaan
makanan, penyuluhan/edukasi, serta monitoring dan evaluasi gizi. Tujuan pelayanan
gizi rawat inap adalah memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatanya dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
 Tata laksana pelayanan gizi rawat inap
1. Skrining awal gizi dilakukan oleh perawat ruangan dan penetapan preskripsi
diet awal oleh dokter, kemudian dilanjutkan pengkajian gizi oleh dietisien.
2. Melakukan proses asuhan gizi terstandar dengan mengisi lembar Asuhan gizi
yang ada di dalam rekam medik yang meliputi asesment gizi, diagnosis gizi,
intervensi gizi dan monitoring evaluasi.
3. Mengisi lembar integrasi dengan format SOAP sesuai dengan hasil pengkajian
pasien.
4. Memberi edukasi kepada pasien kemudian mengisi lembar edukasi yang ada
dalam rekam medik.
5. Melakukan monitoring evaluasi selama pasien dirawat sesuai dengan resiko
gizi.
B. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit bertujuan menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diterima oleh konsumen guna
mencapai status gizi yang optimal
 Tata laksana penyelenggaraan makanan :
1. Perencanaan menu
Menu yang digunakan adalah menu standar, siklus menu 7 hari.
2. Pemesanan bahan makanan
Pemesanan bahan makanan berdasarkan pedoman menu, rata-rata jumlah
konsumen yang dilayani dan stok bahan makanan yang ada diruang
penyimpanan. Guna menjamin proses perencanaan dan pemesanan bahan
makanan maka dibuat :

13
- SPO perencanaan dan pemesanan bahan makanan
3. Penerimaan bahan makanan
Memeriksa, mencatat dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan
makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, untuk
menjamin proses penerimaan bahan makanan maka dibuat :
- SPO penerimaan bahan makanan
4. Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
 Penyimpanan bahan makanan
Menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas dan keamanan bahan
makanan kering dan segar di ruang penyimpanan. Untuk menjamin proses
penyimpanan bahan makanan maka dibuat :
- SPO penyimpanan bahan makanan
 Penyaluran bahan makanan
Mendistribusikan bahan makanan berdasarkan menu, standar kebutuhan
dan jumlah konsumen yang dilayani.
5. Persiapan bahan makanan
Mencuci, memotong, menyiangi, meracik sesuai dengan menu, standar resep,
standar porsi, standar bumbu dan jumlah konsumen yang dilayani. Untuk
menjamin proses persiapan bahan makanan maka dibuat :
- SPO persiapan bahan makanan
6. Pengolahan bahan makanan
Memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Untuk menjamin proses pengolahan
bahan makanan maka dibuat :
- SPO pengolahan bahan makanan
7. Penyajian makanan
Menyajikan makanan ke alat makan pasien sesuai dengan etiket diet yang telah
ditetapkan.
8. Ditribusi makanan
Penyampaian makanan ke pasien sesuai dengan etiket diet yang telah ditetapkan.
Sistem distribusi yang digunakan adalah sistem sentralisasi. Untuk menjamin
proses distribusi makanan maka dibuat – SPO penditribusian makanan
 Tata laksana pemberian makanan pasien :

14
1 Petugas gizi menerima laporan daftar pasien dari bagian keperawatan atau ruang
rawat inap berupa daftar diet pasien.
2 Dietisien memasukkan laporan kedalam buku jumlah pasien.
3 Dietisien mencatat dibuku pencatatan sesuai (tanggal masuk, ruang atau kelas,
nama pasien, diagnosa diet pasien) dan dietisien membuat etiket diet
4 Dietisien mencatat jumlah pasien kedalam formulir permintaan bahan makanan
pasien dan petugas.
5 Petugas gizi mempersiapkan bahan makanan dan snack untuk pasien dan
petugas
6 Jam makan pasien :
Sarapan pagi : 06.00 – 07.00 WITA
Snack pagi : 09.00 – 09.30 WITA
Makan siang : 11.00 – 12.00WITA
Makan sore : 17.00 – 18.00 WITA
7 Juru masak memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai dengan
standar menu dan standar diet.
8 Setelah makanan matang diletakan dalam wadah bersih
9 Petugas gizi memeriksa kelayakan kondisi fisik dan kebersihan makanan.
10 Menguji rasa makanan sesuai standar resep.
11 Petugas gizi menyajikan makanan ke alat makan pasien sesuai dengan etiket
diet yang telah dibuat
12 Pramusaji mengantar makanan keruang perawatan sesuai dengan formulir daftar
diet pasien untuk didistribusikan.
13 Satu jam kemudian pramusaji mengambil peralatan makan pasien

C. Penelitian Dan Pengembangan Gizi


Penelitian dan pengembangan gizi bertujuan untuk mencapai kualitas pelayanan
gizi rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna di bidang pelayanan gizi,
penyelenggaraan makanan, penyuluhan, konsultasi, konseling dan rujukan gizi sesuai
kemampuan institusi. Hasil penelitian dan pengembangan gizi berguna sebagai bahan
masukan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori dan standar pelayanan
gizi rumah sakit.
Sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan gizi adalah pelyanan gizi diruang
rawat inap dan rawat jalan, penyelenggaraan makanan, penyuluhan, dan konseling gizi.

15
Mekanisme kegiatan :
1. Menyusun proposal penelitian
Untuk melaksanakan penelitian pengembangan gizi diperlukan proposal penelitian
yang berisi judul penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan referensi,
hipotesa, metode, biaya dan waktu
2. Melaksanakan penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
3. Menyusun laporan penelitian
Berisikan judul, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka, dan referensi, hipotesa,
metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.

16
BAB V
LOGISTIK

Keperluan logistik di instalasi gizi meliputi :


1. Barang dan , seperti peralatan, ATK, barang habis pakai dipenuhi melalui bagian
logistik.

Penanggung jawab
Intalasi Gizi
logistik

Gambar Alur Permintaan Barang Bahan Non Medis dan Non Bahan Makanan

DAFTAR BAHAN MAKANAN, PERALATAN DAN ATK

NO BAHAN MAKANAN PERALATAN ATK& Barang


Habis Pakai
1 Beras Bayam Kompor mata 2 Bolpoint

2 Ayam Buncis Kompor cor Spidol

3 Udang Kacang Polong Panci set Plastik klip

4 Sosis Jagung wajan Buku album

5 Rolade Kentang Baskom steinlesteel Steples

6 Ikan banjar Kacang panjang Baskom silver Stepler

7 Ikan belado buncis Cangkir Mistar

8 Ikan ekor kuning Kacang hijau Piring ceper Map plastik

9 Ikan cakalang Kol Talenan Map kertas

10 Ikan lajang Ketimun Pisau Kertas

11 Abon Labu siam Sodet Paper clips

12 Telur Labu kuning Rice cooker Box File

13 Laksa Mixer Binder clips

14 Tahu Laksa Blender Tissu

17
15 Tempe Sawi putih Timbangan Kotak makanan

16 Daun sup Sawi hijau Penjepit makanan Plastik klip

17 Daun bawang Oyong Baki Plastik makanan

18 Daun jeruk Toge Plato + tutup Plastik wrap

19 Lombok besar Tomat Alat makan VIP Plastik mika

Sarung tangan
Lombok kecil Wortel
20 Peeler plasik

21 Kunyit mentah Gula merah Termos

22 Kelapa Gula pasir Kontainer tertutup

23 lengkuas Agar agar Keranjang

24 Sereh Nutrijel Oven

25 Jahe Minyak kelapa Microwave

26 Asam Teh Teflon

27 Bawang merah Mie instan

28 Bawang putih Beras hitam HandWhisk

29 Bawang bombay Mentega

30 Daun salam Susu kental manis

31 Jintan

32 Kemiri

33 Ketumbar Susu entrasol aktif

34 Kunyit bubuk

35 Cuka susu bubuk

36 Garam kasar

37 Garam halus

18
38 Kacang tanah

39 Krupuk kentang Apel

40 Kecap Jeruk ponkam

41 merica Pisang kecil

42 Saos lombok Pisang ambon

43 Saos tomat

44 Terasi Pepaya

45 Terigu Pir

46 Tepung beras Semangka

47 Tepung bumbu Anggur

48 Tepung kanji

49

2. Barang alkes dipenuhi melalui bagian logistik farmasi.

Gambar Alur Permintaan Barang Alkes

Adapun barang medis tersebut :


1. Masker
2. Handscoon non steril
3. Sabun pencuci tangan
4. Antiseptic Hand Scrub

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang
dilakukan melalui assasmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Di Rumah AT, kegiatan ini dilakukan melalui monitoring indikator
mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait dengan pelaksanaan patient
safety, tindakan preventif, tindakan korektif.
1) Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu pelayanan
rumah sakit dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan,
Pedoman Mutu Pelayanan unit gizi secara rinci ada pada BAB VIII Pengendalian
Mutu. Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patient safety secara rinci
dapat dilihat pada format indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu

20
pelayanan. Indikator tersebut merupakam milik unit kerja, ditentukan periode
pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian
yang tidak diinginkan pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen
seperti diatur pada tindakan preventif.
2) Tindakan Preventif
Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tindakan preventif dilakukan melalui pencegahan kejadian tidak diinginkan.
3) Tindakan Korektif
Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko Tindakan Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan
dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi.
Hasil inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya tindakan koreksi.

21
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) gizi merupakan bagian dari
pengelolaan gizi secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi
petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas
lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi,
perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan
secara baik menurut pelayanan gizi yang benar.
1) Petugas di Instalasi gizi
Pengamanan kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan penyajian makanan. Untuk
mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk gizi yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan gizi.
Kepala instalasi gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
K3 gizi. Dalam pelaksanaannya kepala instalasi gizi dapat menunjuk seorang
petugas atau membentuk tim K3 gizi.
Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau
pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja

22
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mencegah terkena aliran listrik
n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

2) Kesehatan Petugas gizi


Pada setiap calon petugas gizi harus dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap
termasuk foto toraks.
Keadaan kesehatan petugas gizi harus memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan di gizi.
Untuk menjamin kesehatan para petugas gizi harus dilakukan hal – hal sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian imunisasi
Setiap petugas gizi harus mempunyai program imunisasi
Vaksinasi yang diberikan :
 Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas gizi
c. Pemantauan Kesehatan
Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setiap petugas
harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan
diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan
laboratorium.

23
Bila petugas gizi sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang
penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3 gizi harus
melapor pada kepala instalasi gizi tentang kemungkinan terjadinya pajanan
yang diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.

3) Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur.
c. Menggunakan serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah
dijangkau.
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana

4) Pengamanan pada keadaan darurat


a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
d. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar gizi
e. Sistem informasi darurat
f. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi
yang mudah dicapai
h. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali
i. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi di ruang instalasi gizi

5) Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal – hal berikut :


a. Mencegah kecelakaan di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan,
misalnya :
- Menggunakan alat pembuka pet/bungkus bahan makanan menurut cara
yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada
tempat kearah bagian alat yang tajam.

24
- Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
- Pergunakan tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
- Tidak diperkenankan merokok di seluruh ruangan di instalasi gizi.
- Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan
- Tidak mengangkut barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda
- Tidak mengangkut barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
- Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan
dan penyimpanan.
b. Mencegah kecelakaan di ruang persiapan ,pengolahan, dan pada saat distribusi
makanan, misalnya:
- Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik misalnya
gunakan pisau, golok parutan kelapa yang baik dan tidak bercakap-cakap
selama menggunakan alat tersebut
- Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan makanan
- Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya
- Bersihkan mesin sesuai petunjuk dan matikan mesin jika tidak digunakan
- Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
- Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan
mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya
- Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
- Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi
porsi yang ditetapkan
- Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya
- Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
- Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh
- Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur
- Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng

25
B. Penanganan Kecelakaan di Instalasi Gizi
Kecelakaan yang paling sering terjadi di gizi disebabkan oleh lantai yang licin.
Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi
mengenai cara bekerja di ruang persiapan makanan. Selain itu, harus pula disediakan
peralatan untuk menangani keadaan tersebut seperti :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana

C. Penanganan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas
yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
a. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan
volume limbah secara kontinue.
b. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa
dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah
infeksius dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah

26
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode
warna). Namun penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak
sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin juga
menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan linen
terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.
d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah
Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang
jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.

27
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di RSU ST. MADYANG Palopo dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar
upaya peningkatan mutu pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (komitmen) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya

28
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(Pasien / Masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen ( pasien / masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
B. Upaya Peningkatan Mutu
Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan RSU AT Palopo secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai
dengan target mutu gizi dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.
Fungsi dari pengendalian mutu adalah :
1) Mengawasi setiap tahapan proses
2) Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3) Menghasilkan pelayanan yang bermutu

29
C. Indikator Pengendalian mutu
Indikator pengendalian mutu di Instalasi Gizi adalah sebagai berikut :
1. Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan gizi
Definisi Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga ahli gizi yang
Operasional mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi
Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang bekerja di instalasi gizi
Denominator 1
Sumber data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala Instalasi gizi
Pengumpul data

2. Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Gizi


Judul Ketersediaan Fasilitas dan Peralatan Pelayanan Gizi
Dimensi mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan gizi
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan Gizi adalah ruang, mesin,
dan peralatan yang harus tersedia untuk pelayanan gizi sesuai
dengan persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
pengumpulan data
Periode analisis Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan gizi
Denominator 1
Sumber data Inventaris Instalasi gizi
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
Pengumpul data

30
3. Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
Judul Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
Dimensi mutu Efektivitas, akses, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan instalasi gizi
Definisi Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien adalah
Operasional ketepatan penyediaan makanan pada pasien sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan
Frekuensi 1 bulan

Pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang disurvei yang mendapat
makanan tepat waktu dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvei
Sumber data Survei
Standar ≥90%
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi rawat inap

4. Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet


Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet
Dimensi mutu Efektivitas, akses, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi pelayanan instalasi
gizi
Definisi Operasional Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan dalam
memberikan jenis diet
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data

Periode analisis 3 bulan


Numerator Jumlah pemberian makan yang disurvei dikurangi jumlah
pemberian makanan yang salah diet
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam satu bulan
Sumber data Survei
Standar 100 %
Penanggung Jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi rawat inap

31
5. Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Judul Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Dimensi mutu Waktu Tunggu
Efektivitas Pelayanan Obat Racikan
dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya efektivitas dan efisiensi pelayanan gizi
Definisi Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak
Operasional dimakan oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi
rumah sakit)
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 13 bulan
Jumlah kumulatif porsi sisa makanan pasien yang disurvei
Numerator
dalam satu bulan
Denominator Jumlah porsi makanan pasien yang disurvei dalam satu bulan
Sumber data Survei
Standar ≤ 20 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi rawat inap

Jawab
6. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan gizi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi

32
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan Instalasi Gizi yang sudah disusun bersama, hendaknya menjadi
dasar setiap SDM di Instalasi Gizi khususnya dan SDM RS ST. MADYANG Palopo dan
menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.
Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan ini
dapat direvisi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

33

Anda mungkin juga menyukai