PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang
berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik.
Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi pada
individu yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat di suatu sarana pelayanan
kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS).
Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan
kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan
mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan
penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan.
Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan
anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran
cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran
dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi yang tidak adekuat, lama
hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit.
1
Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa hospital malnutrition
(malnutrisi di RS) merupakan masalah yang kompleks dan dinamik. Malnutrisi pada pasien
di RS, khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap proses penyembuhan
penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan
status gizi akan mempunyai risiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat.
Semua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas
hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien
melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan pendekatan
multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim Asuhan Gizi (TAG).
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan. Sejalan dengan
dilaksanakannya program akreditasi pelayanan gizi di rumah sakit, maka diperlukan suatu
standar operasional prosedur untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Diharapkan pedoman ini dapat menjadi
acuan bagi RS ST. MADYANG untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang
berkualitas.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tujuan khusus :
1. Menyelenggarakan pelayanan gizi terstandar yang berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan pasien.
2. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan gizi di RSU. ST. MADYANG meliputi:
1. Pelayanan gizi rawat inap
2. Penyelenggaraan makanan
3. Penelitian dan pengembangan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasigizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit
2. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus
dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
3. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
5. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasaruntuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual, melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan /latar belakang
praktek pelayanan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubunganantara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna,
diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
3
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proseskomunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisienuntuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, danperilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizisehingga pasien
dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
8. Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesanpesangizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakanuntuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap sertaperilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap
upayapeningkatan status gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukanuntuk kelompok
atau golongan masyarakat massal, dan target yangdiharapkan adalah pemahaman
perilaku aspek kesehatan dalamkehidupan sehari-hari
9. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan (body of knowledge),memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
10. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
12. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab danwewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukankegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dandietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan
unitpelaksana kesehatan lain.
13. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang
telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan perundang-undangan.
14. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau karyawan,
pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
15. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahanmakanan dan minuman.
4
16. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman,
peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.
E. Landasan Hukum
1. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-
undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik
Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit
(termasuk di dalamnya adalah pelayanan gizi) untuk mengukur mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
2. Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
3. Depertemen Kesehatan RI.Sekretariat Jenderal. Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan
Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B.
Departemen Kesehatan RI.
4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
5. Kementerian Kesehatan RI.2012. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta
6. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1 1 -
2 Logistik
1 - -
3 Administrasi
5 Pramusaji 12 7 SMA
6
B. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jaga
JENIS KETENAGAAN
ASISTEN
NO RUANGAN
DIETISIEN LOGISTIK DAN ADM PRAMUSAJI JURU MASAK JURU
MASAK
INSTALASI GIZI,
1. 1
GEDUNG DEPAN
- 6 2 2
GEDUNG
2. 1
BELAKANG
JUMLAH 2 - 6 2 2
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Kerangan :
8
B. Standar Fasilitas
1. Penyelenggaraan makanan
Ruang penerimaan bahan makanan
Letak ruangan ini mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan,
ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Timbangan barang
b. Meja kantor
c. Kursi kerja
d. Keranjang
e. Troly barang
Ruang penyimpanan bahan makanan
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
makanan basah danpenyimpanan bahan makanan kering.
Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
Untuk penyimpanan bahan makanan basah
Daging, ikan, udang dan hasil olahannya -5 s/d 0ºC untuk
penyimpanan < 3 hari
Telur, buah, sayuran, dan hasil olahannya 5 s/d 7ºC untuk
penyimpanan < 3 hari
Untuk penyimpanan bahan makanan kering
Beras, susu bubuk, tepung dan biji bijian 25ºC untuk penyimpanan >
1 minggu
Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kontaminasi baik
oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
Penyimpanan harus memprhatikan prinsip FIFO (first in first out) dan
FEFO (first expired first out) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih
dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa digunakan lebih dahulu.
Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit langit dengan ketentuan
sebagai berikut :
Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm
Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm
Jarak bahan makanan dengan langit langit: 60 cm
9
Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di
bagian penyimpanan bahan makanan ini termasuk kartu stok bahan
makanan harus segera diisi, letakkan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti
secara kontinyu.
Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi
perusakan oleh binatang pengerat harus segera diperbaiki.
Ruangan penyimpanan bahan makanan memiliki fasilitas :
a. Rak penyimpanan bahan makanan
b. AC
c. Pallet
d. Keranjang sayur dan bumbu
e. Pengukur suhu
f. Timbangan
g. Container tertutup
h. Freezer
i. Lemari pendingin
Ruang pencucian bahan makanan
Letaknya berdekatan dengan ruang persiapan dan ruang pengolahan
Letaknya terpisah dengan ruang pencucian peralatan
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Wastafel pencucian bahan makanan
Ruang persiapan bahan makanan
Ruangan ini dekat dengan ruang penyimpanan dan ruang pengolahan.
Memiliki wastafel pencucian bahan makanan
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Pisau
b. Talenan
c. Peeler
d. Blender
e. Kipas angin
f. Kursi
g. Tempat sampah
Ruang Pengolahan
Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan dan tidak licin.
10
Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang
cukup bagi ruangan, semua kabel dan pipa harus berada dalam keadaan
terbungkus atau tertanam dalam lantai atau dinding.
Langit langit : harus tertutup, cerobong asap harus ada, jarak antara lantai
dengan langit langit harus tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan
baik.
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Kompor
b. Lemari steinleis
c. Exhaust
d. Kipas angin
e. Buku menu
f. Troly makanan
g. Tempat sampah
h. Wastafel
i. APAR
Ruang Penyajian
Letaknya harus berdekatan dengan ruang pengolahan
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Meja kayu
b. Penjepit makanan
c. Sendok
d. Sarung tangan plastik sekali pakai
e. AC
f. Tempat sampah
Ruang Pencucian Peralatan
Letaknya terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan
Tersedia air mengalir dalam jumlah yang cukup
Tersedia alat pembersih seperti sabun, detergen, sikat dan lap pengering yang
bersih
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Bak pencuci alat + pemanas dan air dingin
b. Rak tirisan alat stainleesteel
c. Tempat sampah
11
d. Detergen
Ruang Persiapan peralatan
Letaknya berdekatan dengan ruang penyajian dan ruang pencucian peralatan
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Meja kayu
Ruang Loker Pegawai
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Lemari
b. Meja
c. Kontainer tertutup
d. APD (sarung tangan, celemek,sepatu,tutup kepala, masker)
e. Kipas angin
Ruang Administrasi
Ruangan ini memiliki fasilitas :
a. Meja dan kursi kerja
b. Komputer dan printer
c. AC
d. Wastafel
e. WC
f. Tempat sampah
12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
13
- SPO perencanaan dan pemesanan bahan makanan
3. Penerimaan bahan makanan
Memeriksa, mencatat dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan
makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, untuk
menjamin proses penerimaan bahan makanan maka dibuat :
- SPO penerimaan bahan makanan
4. Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
Penyimpanan bahan makanan
Menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas dan keamanan bahan
makanan kering dan segar di ruang penyimpanan. Untuk menjamin proses
penyimpanan bahan makanan maka dibuat :
- SPO penyimpanan bahan makanan
Penyaluran bahan makanan
Mendistribusikan bahan makanan berdasarkan menu, standar kebutuhan
dan jumlah konsumen yang dilayani.
5. Persiapan bahan makanan
Mencuci, memotong, menyiangi, meracik sesuai dengan menu, standar resep,
standar porsi, standar bumbu dan jumlah konsumen yang dilayani. Untuk
menjamin proses persiapan bahan makanan maka dibuat :
- SPO persiapan bahan makanan
6. Pengolahan bahan makanan
Memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Untuk menjamin proses pengolahan
bahan makanan maka dibuat :
- SPO pengolahan bahan makanan
7. Penyajian makanan
Menyajikan makanan ke alat makan pasien sesuai dengan etiket diet yang telah
ditetapkan.
8. Ditribusi makanan
Penyampaian makanan ke pasien sesuai dengan etiket diet yang telah ditetapkan.
Sistem distribusi yang digunakan adalah sistem sentralisasi. Untuk menjamin
proses distribusi makanan maka dibuat – SPO penditribusian makanan
Tata laksana pemberian makanan pasien :
14
1 Petugas gizi menerima laporan daftar pasien dari bagian keperawatan atau ruang
rawat inap berupa daftar diet pasien.
2 Dietisien memasukkan laporan kedalam buku jumlah pasien.
3 Dietisien mencatat dibuku pencatatan sesuai (tanggal masuk, ruang atau kelas,
nama pasien, diagnosa diet pasien) dan dietisien membuat etiket diet
4 Dietisien mencatat jumlah pasien kedalam formulir permintaan bahan makanan
pasien dan petugas.
5 Petugas gizi mempersiapkan bahan makanan dan snack untuk pasien dan
petugas
6 Jam makan pasien :
Sarapan pagi : 06.00 – 07.00 WITA
Snack pagi : 09.00 – 09.30 WITA
Makan siang : 11.00 – 12.00WITA
Makan sore : 17.00 – 18.00 WITA
7 Juru masak memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai dengan
standar menu dan standar diet.
8 Setelah makanan matang diletakan dalam wadah bersih
9 Petugas gizi memeriksa kelayakan kondisi fisik dan kebersihan makanan.
10 Menguji rasa makanan sesuai standar resep.
11 Petugas gizi menyajikan makanan ke alat makan pasien sesuai dengan etiket
diet yang telah dibuat
12 Pramusaji mengantar makanan keruang perawatan sesuai dengan formulir daftar
diet pasien untuk didistribusikan.
13 Satu jam kemudian pramusaji mengambil peralatan makan pasien
15
Mekanisme kegiatan :
1. Menyusun proposal penelitian
Untuk melaksanakan penelitian pengembangan gizi diperlukan proposal penelitian
yang berisi judul penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan referensi,
hipotesa, metode, biaya dan waktu
2. Melaksanakan penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
3. Menyusun laporan penelitian
Berisikan judul, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka, dan referensi, hipotesa,
metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
16
BAB V
LOGISTIK
Penanggung jawab
Intalasi Gizi
logistik
Gambar Alur Permintaan Barang Bahan Non Medis dan Non Bahan Makanan
17
15 Tempe Sawi putih Timbangan Kotak makanan
Sarung tangan
Lombok kecil Wortel
20 Peeler plasik
31 Jintan
32 Kemiri
34 Kunyit bubuk
36 Garam kasar
37 Garam halus
18
38 Kacang tanah
43 Saos tomat
44 Terasi Pepaya
45 Terigu Pir
48 Tepung kanji
49
19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
20
pelayanan. Indikator tersebut merupakam milik unit kerja, ditentukan periode
pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian
yang tidak diinginkan pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen
seperti diatur pada tindakan preventif.
2) Tindakan Preventif
Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tindakan preventif dilakukan melalui pencegahan kejadian tidak diinginkan.
3) Tindakan Korektif
Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko Tindakan Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan
dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi.
Hasil inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya tindakan koreksi.
21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) gizi merupakan bagian dari
pengelolaan gizi secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi
petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas
lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi,
perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan
secara baik menurut pelayanan gizi yang benar.
1) Petugas di Instalasi gizi
Pengamanan kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan penyajian makanan. Untuk
mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk gizi yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan gizi.
Kepala instalasi gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
K3 gizi. Dalam pelaksanaannya kepala instalasi gizi dapat menunjuk seorang
petugas atau membentuk tim K3 gizi.
Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau
pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
22
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mencegah terkena aliran listrik
n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
23
Bila petugas gizi sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang
penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3 gizi harus
melapor pada kepala instalasi gizi tentang kemungkinan terjadinya pajanan
yang diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.
3) Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur.
c. Menggunakan serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah
dijangkau.
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
24
- Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
- Pergunakan tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
- Tidak diperkenankan merokok di seluruh ruangan di instalasi gizi.
- Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan
- Tidak mengangkut barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda
- Tidak mengangkut barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
- Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan
dan penyimpanan.
b. Mencegah kecelakaan di ruang persiapan ,pengolahan, dan pada saat distribusi
makanan, misalnya:
- Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik misalnya
gunakan pisau, golok parutan kelapa yang baik dan tidak bercakap-cakap
selama menggunakan alat tersebut
- Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan makanan
- Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya
- Bersihkan mesin sesuai petunjuk dan matikan mesin jika tidak digunakan
- Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
- Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan
mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya
- Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
- Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi
porsi yang ditetapkan
- Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya
- Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
- Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh
- Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur
- Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng
25
B. Penanganan Kecelakaan di Instalasi Gizi
Kecelakaan yang paling sering terjadi di gizi disebabkan oleh lantai yang licin.
Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi
mengenai cara bekerja di ruang persiapan makanan. Selain itu, harus pula disediakan
peralatan untuk menangani keadaan tersebut seperti :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
C. Penanganan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas
yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
a. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan
volume limbah secara kontinue.
b. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa
dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah
infeksius dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah
26
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode
warna). Namun penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak
sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin juga
menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan linen
terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.
d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah
Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang
jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.
27
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Agar upaya peningkatan mutu di RSU ST. MADYANG Palopo dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar
upaya peningkatan mutu pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (komitmen) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
28
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(Pasien / Masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen ( pasien / masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
B. Upaya Peningkatan Mutu
Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan RSU AT Palopo secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai
dengan target mutu gizi dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.
Fungsi dari pengendalian mutu adalah :
1) Mengawasi setiap tahapan proses
2) Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3) Menghasilkan pelayanan yang bermutu
29
C. Indikator Pengendalian mutu
Indikator pengendalian mutu di Instalasi Gizi adalah sebagai berikut :
1. Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan gizi
Definisi Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga ahli gizi yang
Operasional mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi
Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang bekerja di instalasi gizi
Denominator 1
Sumber data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala Instalasi gizi
Pengumpul data
30
3. Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
Judul Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
Dimensi mutu Efektivitas, akses, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan instalasi gizi
Definisi Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien adalah
Operasional ketepatan penyediaan makanan pada pasien sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang disurvei yang mendapat
makanan tepat waktu dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvei
Sumber data Survei
Standar ≥90%
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi rawat inap
31
5. Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Judul Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Dimensi mutu Waktu Tunggu
Efektivitas Pelayanan Obat Racikan
dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya efektivitas dan efisiensi pelayanan gizi
Definisi Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak
Operasional dimakan oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi
rumah sakit)
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 13 bulan
Jumlah kumulatif porsi sisa makanan pasien yang disurvei
Numerator
dalam satu bulan
Denominator Jumlah porsi makanan pasien yang disurvei dalam satu bulan
Sumber data Survei
Standar ≤ 20 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi rawat inap
Jawab
6. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan gizi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi
32
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan Instalasi Gizi yang sudah disusun bersama, hendaknya menjadi
dasar setiap SDM di Instalasi Gizi khususnya dan SDM RS ST. MADYANG Palopo dan
menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.
Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan ini
dapat direvisi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
33