Anda di halaman 1dari 14

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA AINI BATAM NOMOR :

/DIR-RSMA/BTM/SK/IV/2023
TENTANG

PANDUAN KRITERIA RISIKO NUTRISIONAL


DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA AINI BATAM

Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Mutiara Aini,
makadiperlukan penyelenggaraan tentang kriteria risiko nutrisional;
2. Bahwa agar pelaksanaan skrining nyeri di Rumah Sakit Mutiara Aini dapat terlaksana
denganbaik, perlu adanya kebijakan Rumah Sakit Mutiara Aini;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud didalam a dan b, maka perlu
ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Mutiara Aini

Mengingat :
1. Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
3. Undang Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA AINI BATAM
TENTANG PANDUAN KRITERIA RISIKO NUTRISIONAL

Kedua : Panduan tentang kriteria risiko nutrisional


Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kriteria risiko nutrisional yang
dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Mutiara Aini
Keempat : Dalam melaksanakan tugasnya tim bertanggungjawab langsung kepada Direktur
Rumah Sakit Mutiara Aini Batam
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan dapat ditinjau ulang apabila di kelak
kemudian hari terdapat kekeliruan

Ditetapkan di : Batam
Pada Tanggal : Agustus 2022
Oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Aini

dr. Hj. Elvi


Sukma Nik.
101.001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya telah tersusun
buku Panduan Tentang Kriteria Risiko Nutrisional Rumah Sakit Mutiara Aini Batam.
Buku Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
melakukan Kriteria Risiko Nutrisional.
Dalam Panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana dalam melaksanakan
Kriteria Risiko Nutrisional Rumah Sakit Mutiara Aini Batam.
Kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang mungkin belum tertampung dalam
buku panduan ini, dengan kata lain bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritikan yang
membangun dan saran-saran dari berbagai pihak guna perbaikan dimasa mendatang.

Ditetapkan di : Batam
Pada Tanggal : 08 April 2023 Oleh
Direktur RSIA Mutiara Aini

dr. Hj. Elvi Sukma


Nik. 101.001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB 1 DEFINISI……………………………………………………………………………. 2
BAB II RUANG LINGKUP.................................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA ...................................................................................................... 5
BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................................................... 9
PANDUAN TENTANG KRITERIA RISIKO
NUTRISIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2003).
Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu
kegiatan yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnose gizi, intervensi gizi
meliputi perencenaan, penyediaan makanan, penyuluhan/ edukasi dan
konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi. Tujuan kegiatan pelayanan
gizi rawat inap adalah memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap
agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi. (Depkes RI, 2013).
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur
yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
adalah pendekatan sistimatik dalam memberikan pelayanan yang berkualitas,
melalui serangkaian aktifitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Proses
asuhan gizi terstandar merupakan struktur dan kerangka yang konsisten yang
digunakan untuk memberikan asuhan gizi dan menunjukkan bagaimana asuhan
gizi dilakukan.
Tujuan asuhan gizi ruang rawat inap adalah memberikan pelayanan gizi
kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai
kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta menanamkan dan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehat pada pasien rawat inap
melalui kebiasaan makan dan minum yang sesuai anjuran dietnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi di Rumah Sakit Mutiara Aini Batam
dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan
dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di Rumah Sakit Mutiara Aini
Batam
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pelayanan Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap
b. Terlaksananya pelayanan Asuhan Gizi di Ruang Rawat Jalan
c. Terlaksananya kegiatan penyuluhan gizi dan promosi kesehatan Rumah
Sakit Mutiara Aini Batam
d. Teklaksananya penelitian dan pengembangan gizi terapan untuk
meningkatkan mutu pelayanan
e. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan semua kegiatan
f. Meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan gizi di Rumah
Sakit Mutiara Aini Batam
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit


Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien
semakin buruk, hal ini akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh,
karena diet yang sudah diupayakan penyelenggaraannya oleh petugas tidak
bisa optimal (PGRS, 2003).

B. Alur Proses Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap.


1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan asuhan gizi ruang rawat inap diawali dengan
melakukan skrining gizi atau penapisan oleh ahli gizi/ Dietisien dan
penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh Dokter. Skrining gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/ klien yang berisiko, tidak berisiko
malnutrisi atau dalam kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud
adalah kondisi dimana pasien mengalami kelainan metabolik, hemodialisis,
bayi, anak, geriatrik, kanker dengan kemoterapi, luka bakar, pasien dengan
imunitas menurun, infeksi, sakit kritis, dan lain sebagainya.
Skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk rumah sakit. Metode skrining gizi yang digunakan sebaiknya
dilakukan dengan waktu yang singkat, cepat, dan disesuaikan dengan
kondisi pasien. Metode skrining gizi yang digunakan adalah modifikasi dari
Malnutrition Skrining Tools untuk dewasa dan skrining STRONG-kids
untuk anak.

7
Bila dari hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi,
maka dilakukan pengkajian/ assessment gizi dan dilanjutkan dengan
langkah – langkah proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien. Pasien
dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi dianjurkan dilakukan
skrining ulang setelah dirawat 1 minggu. Jika hasil skrining ulang pasien
beresiko malnutrisi maka dilakukan asuhan gizi terstandar. Pasien yang
mengalami sakit kritis atau kasus sulit yang beresiko mengalami gangguan
gizi tingkat berat, akan lebih baik bila ditangani oleh tim kesehatan.
1. Proses Asuhan Gizi Terstandart (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui

8
serangkaian kegiatan mulai dari Assesment/ pengkajian gizi, Diagnosis gizi,
Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi. Proses asuhan gizi terstandar
dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami kurang
gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu. Langkah PAGT terdiri
dari :
a. Pengkajian Gizi/ Nutrition Assesment
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (yang dicatat
dan berhubungan dengan gizi). Pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5
kategori yaitu :
1) Pengukuran antropometri
2) Data biokimia
3) Pemeriksaan fisik klinis
4) Anamnesis riwayat gizi
5) Riwayat personal
 Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Pengukuran tinggi badan (TB)
b. Berat badan (BB)
c. Panjang badan (PB)
d. Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur
e. Lingkar lengan atas (LILA)
f. Tebal lipatan kulit (skinfold)
g. Lingkar kepala
h. Lingkar dada
i. Lingkar pinggang
j. Lingkar pinggang

9
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa
ukuran tersebut diatas, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
rasio BB menurut TB.
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi
status gizi pada bayi, anak, dan remaja adalah pertumbuhan.
Pertumbuhan ini dapat diukur melalui pengukuran antropometri
yaitu berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lainnya yang
kemudian dibandingkan dengan standar.

 Biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik
dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium
yang terkait dengan masalah gizi harus selaras dengan data
asesmen gizi lainnya, seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk
penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Di
samping itu proses penyakit, tindakan pengobatan, prosedur dan
status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi,
sehingga hal tersebut perlu dipertimbangkan.

 Pemeriksaan Fisik/ Klinis


Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan
fisik terkait dengan masalah gizi merupakan kombinasi dari tanda –
tanda vital dan antropometri yang dikumpulkan dari catatan medik
pasien.

10
 Anamnesis Riwayat Gizi

Anamnesis riwayat gizi merupakan data meliputi asupan makanan


termasuk komposisi, pola makan, diet, dan data lain yang terkait.
Anamnesis riwayat gizi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kebiasaan
makan pasien. Sedangkan cara kuantitatif digunakan untuk
mendapatkan gambaran asupan zat gizi melalui food recall selama
24 jam. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk pada
DKBM.
 Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat – obatan
atau suplemen yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit
pasien dan data umum pasien.
b. Diagnosis Gizi/ Nutrition Diagnosis
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan hubungan antara
data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilih
masalah gizi yang spesifik dan menentukan masalah gizi secara singkat
dan jelas menggunakan terminologi sesuai dengan standart rumah sakit.
Pernyataan diagnosis gizi menggunakan PES (Problem Etiologi Sign
Symptom). Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu NI
(Domain Intake), NC (Domain Klinis), dan NB (Domain Perilaku
/lingkungan).
2. Intervensi Gizi/ Nutrition Intervention
Intervensi gizi yang dilakukan meliputi :
a. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Menetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya,

11
penyebab, gejala dan tanda, kemudian tentukan pula jadwal frekuensi
asuhan. Perencanaan intervensi meliputi, penetapan tujuan intervensi dan
preskripsi diet. Preskripsi diet secara singkat menggambarkan
rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi, jenis diet,
modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur makanan atau
pemberian makan.
b. Implementasi Intervensi
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan
lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan
jelas apa, dimana, kapan, dan bagaimana intervensi itu dilakukan.
Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, agar dapat
menunjukkan respon pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi
gizi.
3. Monitoring Evaluasi/ Nutrition Monitoring and Evaluation
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk mengetahui
respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga
langkah monitoring dan evaliasi gizi :
a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/ pasien
yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah sesuai dengan
yang diharapkan
b. Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang harus diukur adalah berdasarkan tanda dan gejala dari
diagnosisis gizi.
c. Evaluasi hasil
Berdasarkan tahapan diatas, didapatkan 4 jenis hasil

12
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makan dan zat gizi.
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi dari berbagai sumber
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait dengan gizi yaitu,
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia, dan
parameter pemeriksaan fisik/ klinis
4) Dampak pada pasien/ klien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya

13
14

Anda mungkin juga menyukai