TERAPI GIZI
1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SITTI MARYAM MANADO
NOMOR : 16c/SK/DIR/RSI-SM/I/2019
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien
melalui kegiatan pemberian terapi Diet;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
2
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SITTI
MARYAM MANADO TENTANG PANDUAN TERAPI GIZI
RUMAH SAKIT ISLAM SITTI MARYAM MANADO
Ditetapkan : Manado
Pada Tanggal : 15 Januari 2019
Direktur Rumah Sakit Islam Sitti Maryam
Manado
KATA PENGANTAR
3
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Panduan Terapi Gizi di Rumah Sakit Islam Sitti
Maryam Manado ini berhasil disusun.
Panduan Terapi Gizi di Rumah Sakit Islam Sitti Maryam Manado ini merupakan
panduan bagi semua pihak yang berkaitan dengan Gizi Rumah Sakit Islam Sitti Maryam
Manado dalam tata cara pelaksanaan Gizi di Rumah Sakit Islam sitti maryam.
Dalam panduan terapi gizi ini diuraikan tentang macam pemberian terapi gizi dan
pemahamannya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Direktur Rumah Sakit
Islam Sitti Maryam manado yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
dalam pembuatan panduan ini, para pejabat struktural dan fungsional di lingkungan Rumah
sakit Islam Sitti Maryam Manado yang telah memberikan masukan dalam proses
penyusunan panduan ini, serta seliruh staf Rumah Sakit Islam Sitti Maryam Manado yang
telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada
monitoring dan sampai evaluasi panduan ini.
Tim Penyusun
4
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
ridho-Nya maka panduan masing – masing standar Akreditasi Tahun 2022 RSI Sitti
Maryam Manado yaitu;
I. Panduan Sasaran Keselamatan Pasien
II. Panduan Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien
III. Panduan Standar Manajemen Rumah Sakit
IV. Program Nasional
Telah selesai dibuat panduan ini sangatlah penting untuk membantu RS dalam menyusun
dokumen akreditasi, yang juga dalam upaya membangun sistem manajemen RS. Penyiapan
dokumen sebagai regulasi merupakan hal pokok dalam akreditasi RS, karena merupakan
acuan dalam pelaksanaan pelayanan RS.
Dalam Panduan setiap standar diatas penting untuk menjalankan operasional sistim
manajemen rumah sakit, penyiapan dokumen Akreditasi ini dijelaskan pada panduan setiap
standar sehingga memudahkan penyusunan dokumen yang harus disusun oleh setiap
standard yang disertai penjelasann penyusunannya sehingga memudahkan setiap standar
menyusun dokumen akreditasi masing-masing standard yang bersangkutan
Kepada tim penyususn panduan standar saya mengucapkan terimakasih atas jerih
payahnya, semoga panduan yng telah dibuat dapat memberikan manfaat bagi masing-
masing standar dan rumah sakit, surveior, pembimbing dan pihak-pihak lain yang terkait
satndar SNARS edisi 1 akreditasi rumah sakit. Dan seperti panduan lainnya,
membutuhkan evaluasi berkala terhadap panduan ini harus terus dilakukan sesuai
perkembangan program akreditasi rumah sakit.
Terima kasih.
DAFTAR ISI
5
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Sambutan Ketua Komisi Akreditasi Rumah Sakit................................. iv
Daftar Isi.............................................................................................. v
BAB I DEFINISI .................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................. 2
BAB III KEBIJAKAN .......................................................................... 9
BAB IV TATALAKSANA ................................................................... 11
BAB V DOKUMENTASI ..................................................................... 13
6
BAB I
DEFINISI
Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien berdasarkan
pengkajian gizi yang meliputi terapi diit, konseling gizi, dan atau pemberian makananan
khusus dalam rangka penyembuhan penyakit. Terapi gizi dilakukan oleh profesional
pemberi asuhan yang terdiri dari ahli gizi, dokter, perawat, bidan, dan tenaga profesional
lainnya. Untuk pengefektifan pelayanan terapi gizi, dilakukan pengidentifikasian pasien
berisiko malnutrisi melalui skrining gizi awal yang merupakan langkah pertama pengkajian
gizi. Tim terapi gizi merupakan tim kesehatan yang dimulai sejak pasien masuk ruang
perawatan dengan masing – masing tugasnya sesuai profesi. Dokter dalam waktu 1x24 jam
menilai subyektif, objektif, asesmen, berkaitan dengan penyakit pasien, selain itu juga
membuat rencana yang didalamnya berisi pengobatan termasuk preskripsi diit/order diit
awal yang direkomendasikan. Pertama kali pasien masuk, dilakukan skrining nutrisi awal
oleh perawat yang berisi data antropometri pasien, setelah di ruang perawatan, perawat
1x24 jam menilai asuhan keperawatan awal rawat inap yang komponen didalamnya juga
berisi skrining gizi awal dalam bentuk pengisian MST (Malnutrition Screening Tools)
untuk pasien dewasa dan geriatri, Strong Kids untuk pasien anak - anak.
Setelah dilakukan penilaian skrining gizi awal oleh perawat, perawat menetukan
skor skrining awal. Pada dewasa dan geriatri, apabila hasil MST adalah ≥ 2 maka,
dilakukan skrining gizi lanjut oleh ahli gizi. Pada anak - anak, apabila hasil skrining Strong
Kid berada di kategori resiko sedang sampai tinggi, maka ahli gizi melakukan asuhan gizi.
Pada orang dewasa, jika pasien tidak bisa dilakukan penimbangan berat badan dan tinggi
badan, maka digunakan alternatif skrining gizi lanjut menggunakan SGA (Subject Global
Assessment). Hasil skrining gizi lanjut diinterpretasikan menjadi berisiko rendah, risiko
menengah, dan risiko tinggi. Jika pasien berisiko rendah, maka dilakukan asesmen ulang
gizi setiap 7 hari, jika pasien berisiko menengah, maka dilakukan monitoring asupan
selama tiga hari, jika selama tiga hari tidak ada peningkatan asupan, dilanjutkan pengkajian
dan dilakukan asesmen gizi ulang setiap 7 hari, dan jika hasil skrining pasien berisiko
tinggi, maka dilakukan asuhan gizi terintegrasi bersama ahli gizi, dokter, perawat, dan
tenaga kesehatan terkait untuk memperbaiki masalah gizi pasien. Pada pasien geriatri, jika
skor berisiko malnutrisi, maka dilakukan monitoring asupan selama tiga hari, jika selama
tiga hari tidak ada peningkatan asupan, dilanjutkan pengkajian dan dilakukan asesmen gizi
ulang setiap 7 hari. Jika hasil skrining pasien berisiko tinggi, maka dilakukan asuhan gizi
terintegrasi bersama ahli gizi, dokter, perawat, dan tenaga kesehatan terkait untuk
memperbaiki masalah gizi pasien.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
Kegiatan skrining gizi pada pasien dewasa rawat inap menggunakan MST
(Malnutrition Screening Tools) untuk pasien dewasa dan geriatri, Strong Kid untuk pasien
anak - anak. Proses asuhan gizi pada pasien rawat inap ditunjukkan pada bagan 2.1.
Pasien Maasuk
2
b. Pasien dengan risiko sedang malnutrisi, asesmen ulang dilakukan setiap 3hari
dan bila asupan nutrisi cukup asesmen dilakukan selang 7 hari.
c. Pasien dengan risiko ringan malnutrisi, dilakukan skrining kembali setelah 7 hari
rawat dan apabila ada perubahan risiko maka dilakukanasesmen sesuai dengan
kondisi terkini.
Ahli Gizi melakukan asuhan gizi terintegrasi yang melibatkan PPA didalamnya.
Dokter memberikan preskripsi diit awal, kemudian ahli gizi menginterpretasikan dalam
bentuk menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi dan zat gizi pasien, serta diit
yang sedang dijalankan.
1. Ahli Gizi melakukan anamnesa atau pengkajian gizi. Anamnesa dikelompokkan dalam
lima kategori yaitu :
Meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola makan,diit saat ini. Gambaran
asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis
riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran kebiasaan makan /pola
makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan.
a. Data biokimia
b. Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.
c. Pengukuran antropometri
3
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri yang
dilakukan pada pasien adalah menggunakan ukuran antropometri berat badan dan tinggi
badan. Pada pasien yang tidak dapat diukur tinggi badan, dapat dilakukan pengukuran
tinggi lutut, kemudian dilakukan perhitungan tinggi badan estimasi. Selain itu, pengukuran
antropometri juga dapat dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Penilaian status gizi dilakukan dengan perhitungan IMT. Pada pengukuran berat badan
harus menggunakan timbangan yang terkalibrasi. Pengukuran BB sebaiknya
memperhatikan ada tidaknya oedema. Berat badan sebaiknya juga dibandingkan dengan
berat badan ideal pasien atau berat badan sebelum sakit. Penentuan risiko malnutrisi pada
pasien yang tidak diketahui antropometrinya, dapat dilakukan dengan penilaian SGA
(Subject Global Assessment).
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Contoh
pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain : edema, ascites, masa otot yang hilang, kondisi
gigi, kesulitan mengunyah, kesulitan menelan.
e. Riwayat personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu: riwayat obat – obatan yang digunakan,
sosial budaya (sosio ekonomi, akses terhadap pelayanan kesehatan, riwayat penyakit, data
umum pasien (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan).
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :
Domain intake berisi masalah aktual yang berhubungan dengan asupan Energi, zat
gizi, cairan, substansi bioaktif dan makanan baik melalui oral maupun parenteral dan
enteral. Contoh : Inadekuate oral intake (P) berkaitan dengan adanya nyeri telan (E)
ditandai dengan asupan harian kurang dari 40% kebutuhan (S)
b. Domain Klinis
4
Domain klinis berisi masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ. Contoh : Kelebihan intake cairan (P) berkaitan dengan adanya kelainan
ginjal pada pasien (E) ditandai dengan adanya oedem dan nilai Albumin rendah (S)
Domain perilaku atau lingkungan berisi masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku, lingkungan fisik dan akses keamanan makanan.Contoh : Kurangnya
pengetahuan tentang makanan dan gizi(P) berkaitan dengan mendapat informasi yang salah
dari lingkungannya mengenai anjuran diit yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih
makanan/bahan makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai
anjuran (S).
a. Perencanaan intervensi
Meliputi penetapan tujuan intervensi (penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai
dan ditentukan waktunya), preskripsi diit yang menggambarkan rekomendasi mengenai
kebutuhan energi, zat gizi individual, jenis diit, bentuk makanan, komposisi zat gizi dan
frekuensi makan.
2) Jenis Diit
Dokter penanggung jawab pasien akan membuatkan preskripsi diit pasien. Ahli
Gizi akan menetapkan jenis diit berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis diit yang
ditentukan sudah sesuai dengan preskripsi diit dari dokter maka diit tersebut
diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diit. Bila jenis diit tidak sesuai
akan dilakukan usulan perubahan jenis diit dengan mendiskusikan dengan dokter
penanggung jawab pasien.
3) Modifikasi Diit
Modifikasi Diit merupakan perubahan/modifikasi dari diit yang diberikan oleh
dokter. Perubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi, meningkatkan
atau menurunkan energi dan zat gizi, ataupun jenis makanan yang diberikan
kepada pasien sesuai diitnya. Ahli Gizi mempunyai wewenang untuk melakukan
5
modifikasi diit dengan melakukan konsultasi dengan dokter penanggung jawab
pasien, misalnya saat awal masuk dokter memberikan diit lunak, tetapi ternyata
pasien masih kesulitan untuk makan bubur kasar, maka dilakukan modifikasi
bentuk dan konsistensi makanan sesuai kondisi pasien, modifikasi diit tersebut
dikonfirmasi oleh ahli gizi ke dokter penanggung jawab pasien.
b. Mengukur hasil
Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan / perubahan yang terjadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur
berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
6
c. Evaluasi hasil
1. Berdasarkan tahapan kegiatan diatas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi.
2. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan
atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman,
suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
4. Dampak terhadap pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.
Pada kasus - kasus pasien di UPI, tetap dilakukan asuhan gizi meskipun MST
pasien kurang dari 2. Ahli gizi melakukan skrining gizi lanjut dan melakukan asuhan gizi.
Pada pasien UPI yang diberikan diit melalui oral, maka harus dilakukan recall asupan
pasien 1x24 jam setiap hari sampai target asupan tercapai. Pada pasien UPI yang diberikan
diit melalui sonde, dilakukan monitoring asupan dan perubahan diit.
Makanan untuk pasien dapat dipesan oleh perawat ketika pasien sudah berada di
ruang rawat inap. Alur pemesanan diit adalah sebagai berikut:
2. Perawat ruangan melakukan pemesanan diit sesuai preskripsi diit DPJP yang telah
disesuaikan dengan kondisi pasien, perawat juga memasukkan diagnosa medis pasien.
Pemesanan diit ini disebut dengan login gizi
4. Ahli Gizi menterjemahkan diit ke dalam bentuk makanan pasien dan dicetak dalam
bentuk etiket makan pasien
7
5. Petugas gizi memorsi makanan sesuai dengan jenis makanan yang sudah tercetak di
etiket makan
a. Untuk pasien baru yang masih dalam periode waktu penyediaan makanan diberikan
menu umum
diberikan : roti (untuk diet bebas), bubur instan (untuk diet saring) dan susu (untuk diet
cair)
8
BAB III
KEBIJAKAN
1. Skrining gizi, merupakan tahap awal pelayanan gizi rawat inap yang dilakukan oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal oleh DPJP.
2. Skrining dilakukan pada setiap pasien baru dalam kurun waktu 1x24 jam setelah pasien
masuk rumah sakit oleh perawat
3. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien atau klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
4. Metode Skrining gizi awal yang digunakan di Mitra Keluarga Kenjeran dibagi menjadi 2
, yaitu :
a. Assesmen /pengkajian gizi dilakukan pada setiap pasien rawat inap yang dikelompokkan
dalam 5 kategori, yaitu :
3. Pengukuran antropometri
5. Riwayat personal.
b. Diagnosis gizi, adalah langkah untuk mencari pola dan hubungan antar data yang
terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Dan penulisan diagnosa gizi terstruktur
dengan konsep PES (Problem Etiologi dan Signs/Symptoms).
1. Perencanaan Intervensi
2. Implementasi Intervensi.
9
3) Evaluasi hasil, terdapat 4 jenis hasil, yaitu :
d. Dampak terhadap pasien/ klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas
hidupnya
7. Semua pasien dengan lama rawat inap 7 hari, dilakukan assemen ulang gizi, jika lama
rawat inap lebih dari 7 hari, maka dilakukan assesmen ulang gizi setiap 7 hari
berikutnya.
9. Asuhan gizi pasien harus diintegrasikan antar PPA, yaitu dokter, ahli gizi, dan perawat.
10. Pelayanan makanan untuk pasien diluar jam ditentukan sebagai berikut :
a. Untuk pasien baru yang masih dalam periode waktu penyediaan makanan diberikan
menu umum
b. Untuk pasien baru yang diluar periode waktu penyediaan makanan diberikan : roti
(untuk diet bebas), bubur instan (untuk diet saring) dan susu (untuk diet cair)
10
BAB IV
TATALAKSANA
2. Ahli Gizi melakukan anamnesa pada pasien baru serta melakukan assesmen gizi lanjut
(sesuai panduan skrining gizi). Hasil anamnesa ditulis di CPPT dengan format ADIME
(lihat gambar 1).
11
3. DPJP menuliskan diit pasien diform terintegrasi (lihat gambar 2) yang kemudian
perawat melakukan permintaan makan pasien baru kemudian di berikan kepada ahli
gizi.
4. Setiap pasien baru diberikan preskripsi diit oleh dokter, yang kemudian disampaikan ke
bagian Gizi dengan menggunakan bon makanan pasien.
5. Dari preskripsi diit awal kemudian dikaji oleh Ahli Gizi disesuaikan dengan hasil lab
pasien, kebutuhan energi dan zat gizi pasien, serta riwayat makan pasien. Pengkajian
dilakukan dengan cara melakukan anamnesa gizi.
5. Ahli gizi memasukkan diit pasien yang telah ditetapkan dokter Langkah – langkah
memasukkan diit pasien adalah sebagai berikut :
6. Petugas gizi menata etiket makan pasien dinampan sesuai kelas perawatan
7. Petugas gizi menggunakan APD secara lengkap saat pemorsian makanan,yang meliputi
sarung tangan plastik, masker dan penutup kepala (bagi petugas gizi yang tidak
berjilbab)
a. Melakukan cek ketepatan menu makan yang disajikan dengan diit pasien
11. Saat melakukan distribusi makan pasien, petugas gizi melakukan identifikasi pasien
pada pasien baru. Sedangkan pasien yang rawat inap > 2 haridilakukan kesesuaian
etiket makan dengan gelang nama pasien.
12. Monitoring dan evaluasi asupan makan, hasil laboratorium, perubahan status gizi
dituliskan di form asuhan gizi pasien terstandar dan diletakkan di DMP pasien.
12
BAB V
DOKUMENTASI
13
Gambar 2. Formulir Permintaan Makanan Pasien
14
Gambar 2. Preskripsi Diit oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien
Ruang Rawat :
Tanggal :
Kelas
NO I II III
Jenis Makanan Ket
B A D B A D B A D
1. Biasa
2. Lunak
3. Saring
Makanan enteral RS
4.
Makanan enteral luar RS
5 T.kalori/T.Protein TKTP
6 Diabetes Militus (DM)
7 DM Rendah Protein (DM RP)
8 DM Rendah Kalium
9 Hati
10 Jantung
11 Lambung
12 Rendah Kolesterol(RK)
13 Rendah Garam (RG)
14 Rendah Kalori
Rendah Kalsium
15
Rendah lemak
16 Rendah Protein
17 RP Rendah Lemak
18 Rendah Purin
19 Rendah Sisa
20 TKTPRG
21 Hiperemesis
22 Preklamsi
23 II.MAKANAN BAYI
24 Pendamping ASI (0-3 bln)
Buah/Biskuit ()-4 bln)
25
Makanan Lumat (4-6 bln)
26 Makanan Lembik 96-12 bln)
27 Anti Diare/preda
28 Puasa(puasa cuti)
Jumlah
Dietisen Penanggung Jawab
( )
15
Gambar 5. Sticker Identifikasi Pasien pada Pemberian Snack
16
ETIKET DIET PASIEN
Tanggal :
Nama Diet :
Kelas / Kamar :
Ahli Gizi
17