DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN
Jl. Giri Kesuma Payangan Gianyar 80572 Telp. +62 (361)9088087
email: payanganhospital@gmail.com | www.payanganhospital.com
TENTANG
PANDUAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN GIZI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
PAYANGAN TENTANG PANDUAN PENYELENGGARAAN
PELAYANAN GIZI PADA RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN
KESATU : Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Gizi pada Rumah
Sakit Umum Payangan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Payangan
Pada tanggal 20 April 2020
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar
pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan.
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan
melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan
berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya
kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition
related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan
khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi
dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama
pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan
menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi
berat, usia tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan
pasien yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis
untuk penyembuhan.Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama
penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak
melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme.
Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ
selama proses penyembuhan.
Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki
sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium,
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi
dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit,
merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga
yang bergerak di bidang gizi.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem
pelayanan gizi di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi
dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi
di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan
gizi yang mencakup :
a. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh
(laboratorium).
b. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan.
c. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
d. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan.
e. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
f. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan penyakit
g. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
h. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet
pada klien/ pasien dan keluarga.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan
kerangka konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam
pedoman pelayanan gizi
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik
rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh,
peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme,
dalam rangka pencapaian status gizi yang optimal.
2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang
dilakukan di institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi
kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien.
Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/ pasien.
3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis,
nutrisionst/dietisien, dan perawat dari setiap unit pelayanan bertugas
menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai pelayanan
paripurna yang bermutu.
4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk penyembuhan
penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta
merupakan suatu penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai
dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien serta
keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien
untuk penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk
konseling, baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari
terapi gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/
pasien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan
kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan
rencana diet dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap,
dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di
masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan
lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami
pengetahuan dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga
pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja
minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi,
kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien
rumah sakit yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi
gizi.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan
pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung
(legal aspect). Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M.
PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dari 3 Ahli Gizi yang ada saat ini, 1 Ahli Gizi sebagai Kepala Instalasi Gizi,
1 Ahli Gizi sebagai koordinator pelayanan rawat inap dan jalan, 1 ahli gizi
sebagai koordinator dalam pengolahan makanan. 4 tenaga sebagai juru masak.
Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit
pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
adalah sebagai berikut:
C. PENGATURAN JAGA
Mengingat Rumah Sakit merupakan instansi yang melakukan
pelayanan langsung kepada masyarakat, maka diberlakukan kebijakan 6
hari kerja. Penghitungan jam kerja efektif mengacu pada Keppres No. 58
tahun 1964, Keppres No 24 tahun 1972, Keppres No. 68 tahun 1995,
dimana jumlah jam kerja formal / minggu adalah 37,5 jam.
Shift Subuh:
1) 1 Ahli Gizi pengolahan, yang tugasnya mengecek form pasien baru
yang masuk, mengecek kembali etiket diet yang sudah dibuat,
menyajikan makanan pasien utnuk makan pagi, membuat etiket
untuk makan siang, mengecek bahan untuk pengamprahan,
membuat laporan pemakaian bahan makanan basah dan kering,
membuat laporan pemakaian barang logoistik, mengecek serta,
mencatat suhu ruangan, menyajikan makanan pasien untuk makan
siang
2) 1 Pramusaji Pengolahan, yang tugasnya mengecek amprahan diet
pasien yang akan dimasak, melengkapi kekurangan bahan yang
sudah di prepare, melakukan pengolahan untuk makan pagi sesuai
amprahan diet, melakukan pengolahan untuk makan siang
A. Shift Pagi :
1) Ahli Gizi pengolahan, yang tugasnya, membuat orderan bahan
makanan, membuat laporan pasien, melakukan pengorderan bahan
logistic setiap hari selasa dan jum’at, menilai konsumsi makanan
pasien dengan metode comstock, melakukan kunjungan pasien ke
setiap ruangan, menyajikan makanan pasien, membuat buku serah
terima antar shift.
2) Ahli gizi ruangan, yang tugasnya adalah melakukan skrining /
penapisan gizi awal pada pasien rawat inap 1x24 jam, melakukan
monitoring dan evaluasi diet pasien, mengkordinasikan diet pasien
kepada ahli gizi pengolahan dan pramusaji pengolahan, melakukan
penyuluhan dan konsultasi gizi.
3) Pramusaji ruangan, yang tugasnya mengambil piring makan pasien
ke ruangan, mencuci piring pasien, membawa snack dokter,
membawa snack pasien, menyajikan makanan pasien serta
mendistribusikan makanan pasien, bersih-bersih setiap pergantian
shift.
4) Pramusaji pengolahan (prepare), melakukan prepare untuk makan
pasien siang dan makan pasien sore, membersihkan tempat
penyimpanan bahan makanan kering, basah serta alat-alat
pengolahan, meletakkan kembali bahan dan alat pada tempatnya
setelah dibersihkan, membuat laporan penggunaan bahan makanan.
B. Shift Siang :
1) Ahli Gizi, yang tugasnya membuat etiket diet makan malam,
membuat laporan pasien, menilai konsumsi makanan pasien dengan
metode comstock, penyajian makanan pasien, menyalin buku pasien,
mengecek diet dibuku perawat, membuat etiket makan untuk besok
pagi, menerima bahan makanan dari supplier, membuat buku serah
terima antar shift.
2) Pramusaji ruangan, yang tugasnya mengambil piring makan ke
ruang pasien, mencuci piring, membawa snack pasien hemodialisa,
membawa air panas ke perinatologi dan ruang rawat inap jika
diperlukan, menyajikan serta mendistribusikan makanan ke pasien,
membawa snack dokter, serta bersih-bersih setiap pergantian shift.
3) Pramusaji pengolahan (midle), yang tugasnya melakukan prepare
bahan makanan untuk makan pagi, melakukan pengolahan untuk
makan malam pasien, bersih-bersih diareal tempat masak dan
tempat penyimpanan bahan,
C. Shift Malam:
1) Pramusaji ruangan, yang tugasnya mengambil piring makan pasien
keruangan, mencuci piring, membagi konsumsi untuk karyawan jaga
malam, membawa air panas ke ruang rawat inap jika diperlukan,
menerima bahan makanan dari supplier apabila datang pada malam
hari apabila datang pada tengah malam, bersih-bersih setiap
pergantian shift, membuat buku serah terima antar shift.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan
pasien dirumah sakit menjadi lebih aman dengan cara menjaga hygiene dan
sanitasi makanan. Hygiene adalah upaya kesehatan preventif yang menitik
beratkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu. Sedangkan Sanitasi
Makanan adalah merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik
beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan .
B. TUJUAN
1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
pasien.
2. Menurunnya terjadinya resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan melalui makanan.
3. Terwujudnya prilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan.
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/ psikis, keracunan, infeksi dan penularan
8. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
10. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang
11. Mencegah terkena aliran listrik
TUJUAN
Tujuan pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dirumah sakit,
ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi
dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi
dirumah sakit adalah:
1. Mengawasi setiap tahap proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
4. Meningkatkan efisiensi pelayanan
5. Meningkatkan kepuasan pelanggan
6. Menurunkan keluhan pelanggan / unit kerja terkait