Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN
Jl. Giri Kesuma Payangan Gianyar 80572 Telp. +62 (361)9088087
email: payanganhospital@gmail.com | www.payanganhospital.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN


NOMOR : 017/IV/SK-RSP/2020

TENTANG
PANDUAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN GIZI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN
Menimbang : bahwa dalam menjamin terselenggaranya pelayanan
pasien sesuai dengan kebutuhan pasien pada Rumah
Sakit Umum Payangan, maka diperlukan Panduan
Penyelengaraan Pelayanan Gizi pada Rumah Sakit
Umum Payangan;
b. bahwa agar penyelenggaraan pelayanan gizi pada
Rumah Sakit Umum Payangan dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Payangan tentang Panduan Penyelengaraan
Pelayanan Gizi pada Rumah Sakit Umum Payangan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam diktum a dan b, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Payangan;
Mengingat 1.
: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2013
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017
tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1023);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129/Menkes/SK/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
PAYANGAN TENTANG PANDUAN PENYELENGGARAAN
PELAYANAN GIZI PADA RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN
KESATU : Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Gizi pada Rumah
Sakit Umum Payangan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Payangan
Pada tanggal 20 April 2020
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN,

dr. I Gusti Ngurah Gede Putra, S.Ked.,M.Si


LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM PAYANGAN NOMOR:017/IV/SK-
RSP/2020
TENTANG PANDUAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN GIZI
RUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN GIZI


DIRUMAH SAKIT UMUM PAYANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar
pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan.
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan
melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan
berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya
kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition
related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan
khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi
dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama
pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan
menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi
berat, usia tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan
pasien yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis
untuk penyembuhan.Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama
penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak
melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme.
Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ
selama proses penyembuhan.
Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki
sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium,
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi
dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit,
merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga
yang bergerak di bidang gizi.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem
pelayanan gizi di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi
dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi
di rumah sakit.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan
gizi yang mencakup :
a. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh
(laboratorium).
b. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan.
c. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
d. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan.
e. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
f. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan penyakit
g. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
h. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet
pada klien/ pasien dan keluarga.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu
dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan
rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari
Instalasi Rawat Jalan.

D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan
kerangka konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam
pedoman pelayanan gizi
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik
rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh,
peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme,
dalam rangka pencapaian status gizi yang optimal.
2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang
dilakukan di institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi
kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien.
Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/ pasien.
3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis,
nutrisionst/dietisien, dan perawat dari setiap unit pelayanan bertugas
menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai pelayanan
paripurna yang bermutu.
4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk penyembuhan
penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta
merupakan suatu penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai
dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien serta
keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien
untuk penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk
konseling, baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari
terapi gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/
pasien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan
kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan
rencana diet dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap,
dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di
masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan
lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami
pengetahuan dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga
pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja
minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi,
kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien
rumah sakit yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi
gizi.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan
pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung
(legal aspect). Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M.
PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk menghasilkan pelayanan Gizi yang optimal, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya. Pelayanan Gizi harus dilakukan oleh Ahli Gizi. Untuk tenaga
teknis unit Gizi yang melakukan pelayanan harus di bawah supervisi Ahli
Gizi. Sedangkan untuk pelayanan Gizi berada di bawah supervisi Kepala
unit Gizi. Berikut ini adalah pola kualifikasi personil Unit Gizi RSU
Payangan:
1. Kepala Unit Pelayanan Gizi
Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penganggung jawab umum organisasi
unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian
yang berlaku. Kepala unit pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin
penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya
bertanggung jawab kepada Manajer Bidang Penunjang Medis.
Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :
a. Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi
b. Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi
c. Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian
d. Melaksanakan Pengkajian Data Kasus.
Rumah Sakit Umum Payangan saat ini berada pada kelas Tipe C, Untuk
melaksanakan tugas - tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan
gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :
a. Lulusan S1 - Gizi / Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3 Gizi.
b. Lulusan D4 - Gizi dengan Pendidikan dasar D3 Gizi
c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja
tertentu.

2. Ahli Gizi Pelaksana


Ahli Gizi Pelaksana melaksanakan tugas mengkoordinasikan :
a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi
b. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi.
c. Pemantauan proses pelayanan
d. Pengkajian data kasus
Untuk melaksanakan tugas - tugas tersebut, maka pendidikan tenaga gizi
di Rumah Sakit Umum Payangan yang mempunyai kelas Tipe C harus
mempunyai kriteria tertentu:
a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3 Gizi.
b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3 Gizi
c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dari 3 Ahli Gizi yang ada saat ini, 1 Ahli Gizi sebagai Kepala Instalasi Gizi,
1 Ahli Gizi sebagai koordinator pelayanan rawat inap dan jalan, 1 ahli gizi
sebagai koordinator dalam pengolahan makanan. 4 tenaga sebagai juru masak.
Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit
pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
adalah sebagai berikut:

1. Tenaga untuk penyelenggaraan makanan


2. Tenaga untuk asuhan rawat jalan
3. Tenaga untuk rawat inap

C. PENGATURAN JAGA
Mengingat Rumah Sakit merupakan instansi yang melakukan
pelayanan langsung kepada masyarakat, maka diberlakukan kebijakan 6
hari kerja. Penghitungan jam kerja efektif mengacu pada Keppres No. 58
tahun 1964, Keppres No 24 tahun 1972, Keppres No. 68 tahun 1995,
dimana jumlah jam kerja formal / minggu adalah 37,5 jam.
Shift Subuh:
1) 1 Ahli Gizi pengolahan, yang tugasnya mengecek form pasien baru
yang masuk, mengecek kembali etiket diet yang sudah dibuat,
menyajikan makanan pasien utnuk makan pagi, membuat etiket
untuk makan siang, mengecek bahan untuk pengamprahan,
membuat laporan pemakaian bahan makanan basah dan kering,
membuat laporan pemakaian barang logoistik, mengecek serta,
mencatat suhu ruangan, menyajikan makanan pasien untuk makan
siang
2) 1 Pramusaji Pengolahan, yang tugasnya mengecek amprahan diet
pasien yang akan dimasak, melengkapi kekurangan bahan yang
sudah di prepare, melakukan pengolahan untuk makan pagi sesuai
amprahan diet, melakukan pengolahan untuk makan siang
A. Shift Pagi :
1) Ahli Gizi pengolahan, yang tugasnya, membuat orderan bahan
makanan, membuat laporan pasien, melakukan pengorderan bahan
logistic setiap hari selasa dan jum’at, menilai konsumsi makanan
pasien dengan metode comstock, melakukan kunjungan pasien ke
setiap ruangan, menyajikan makanan pasien, membuat buku serah
terima antar shift.
2) Ahli gizi ruangan, yang tugasnya adalah melakukan skrining /
penapisan gizi awal pada pasien rawat inap 1x24 jam, melakukan
monitoring dan evaluasi diet pasien, mengkordinasikan diet pasien
kepada ahli gizi pengolahan dan pramusaji pengolahan, melakukan
penyuluhan dan konsultasi gizi.
3) Pramusaji ruangan, yang tugasnya mengambil piring makan pasien
ke ruangan, mencuci piring pasien, membawa snack dokter,
membawa snack pasien, menyajikan makanan pasien serta
mendistribusikan makanan pasien, bersih-bersih setiap pergantian
shift.
4) Pramusaji pengolahan (prepare), melakukan prepare untuk makan
pasien siang dan makan pasien sore, membersihkan tempat
penyimpanan bahan makanan kering, basah serta alat-alat
pengolahan, meletakkan kembali bahan dan alat pada tempatnya
setelah dibersihkan, membuat laporan penggunaan bahan makanan.
B. Shift Siang :
1) Ahli Gizi, yang tugasnya membuat etiket diet makan malam,
membuat laporan pasien, menilai konsumsi makanan pasien dengan
metode comstock, penyajian makanan pasien, menyalin buku pasien,
mengecek diet dibuku perawat, membuat etiket makan untuk besok
pagi, menerima bahan makanan dari supplier, membuat buku serah
terima antar shift.
2) Pramusaji ruangan, yang tugasnya mengambil piring makan ke
ruang pasien, mencuci piring, membawa snack pasien hemodialisa,
membawa air panas ke perinatologi dan ruang rawat inap jika
diperlukan, menyajikan serta mendistribusikan makanan ke pasien,
membawa snack dokter, serta bersih-bersih setiap pergantian shift.
3) Pramusaji pengolahan (midle), yang tugasnya melakukan prepare
bahan makanan untuk makan pagi, melakukan pengolahan untuk
makan malam pasien, bersih-bersih diareal tempat masak dan
tempat penyimpanan bahan,
C. Shift Malam:
1) Pramusaji ruangan, yang tugasnya mengambil piring makan pasien
keruangan, mencuci piring, membagi konsumsi untuk karyawan jaga
malam, membawa air panas ke ruang rawat inap jika diperlukan,
menerima bahan makanan dari supplier apabila datang pada malam
hari apabila datang pada tengah malam, bersih-bersih setiap
pergantian shift, membuat buku serah terima antar shift.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI MAKANAN


1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kepada pasien, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan
untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik, sesuai dengan diet dan
jumlah yang dibutuhkan oleh pasien.
3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan
unit gizi, atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem penyelenggaraan
makanan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Payangan adalah sistem
swakelola yaitu pada penyelenggaraan makanan rumah sakit dengan system
swakelola, unit gizi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh
kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam system swakelola seluruh
sumber daya yang di perlukan ( tenaga, dana, metoda, sarana dan
prasarana) di sediakan oleh pihak rumah sakit.
a. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan
Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan meliputi :
1) Perencanaan Menu
Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang
akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan
kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi
pelayanan yang ada di rumah sakit , misalnya siklus menu 11 hari
2) Pemesanan dan Menu
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) berdasarkan
siklus menu dan rata- rata jumlah konsumen atau pasien yang
dilayani. Tujuannya adalah agar tersedianya menu sesuai standar
atau spesifikasi yang ditetapkan.
b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Adapun persyaratan Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
adalah sebagai berikut :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan makanan
rumah sakit
2) Adanya siklus menu
3) Adanya form permintaan menu
4) Tersedianya dana
Sehingga untuk melakukan pemesanan menu harus mempunyai
langkah- langkah sebagai berikut :
1) Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk
esok hari dengan cara : standar porsi dalam berat kotor/bersih x
jumlah psien.
2) Hasil perhitungan ditulis ke form pengorderan bahan makanan
3) Form pengorderan bahan makanan di konfirmasi kepada supplier
4) Supplier akan langsung mengirimkan bahan makanan ke instalasi
gizi
4. Pendistribusian Makanan
Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang
dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus). Tujuannya agar
konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Agar pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut
standar penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
b. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
c. Adanya peraturan pengambilan makanan
d. Adanya bon permintaan makanan.
e. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan
konsumen.
f. Tersedianya peralatan makanan
g. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
h. Tersedianya tenaga pramusaji.
i. Adanya jadwal pendistribusian makanan.
Adapun sistem penyaluran makanan di Rumah Sakit Umum Payangan
adalah sietem sentralisasi maksudnya adalah makanan pasien dibagikan
dan disajikan dalam alat makan di dapur penyajian.
B. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
Pengertian asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga
evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar
memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan gizi pasien rawat inap
merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi :
1. Pengkajian status gizi.
2. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.
3. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara
pemberian makanan.
4. Konseling dan penyuluhan gizi.
5. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

C. PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI


a) Pengertian
a. Penyuluhan adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan
gizi yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta prilaku positif pasien dan
lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi.
b. Konsultasi gizi adalah serangkaian kegiatan komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh ahli gizi untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap dan prilaku pasien dalam mengenali
dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa
yang akan dilakukannya.
b) Tujuan
a. Memberikan pengetahuan tambahan tentang deskripsi diet sesuai
penyakit
b. Meningkatkan derajat kesehatan melalui pengaturan diet

D. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI TERAPAN


1. Pengertian
Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah gizi
terapan yang kompleks. Ciri suatu penelitian adalah proses yang berjalan
terus menerus dan selalu mencari, sehingga hasilnya selalu mutakhir.
2. Tujuan
Tujuan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah untuk
mencapai kualitas pelayanan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan
berhasil guna dibidang pelayanan gizi, penyelenggaraan makanan rumah
sakit, penyuluhan, konsultasi, konseling dan rujukan gizi sesuai
kemampuan institusi.
3. Ruang Lingkup Pengembangan
a) Pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap
1) Penelitian
 Daya terima makanan diruang perawatan
 Kepatuhan diet, efektivitas konsultasi pada pasien rawat jalan
 Status gizi berbagai macam penyakit diruang rawat jalan dan
rawat inap
 Asupan makanan pasien dengan berbagai kasus penyakit
 Skrining gizi
2) Pengembangan Gizi
Berbagai standar yang dapat dikembangkan adalah:
 Standar asuhan gizi
 Standar skrining gizi
 Standar terapi diet
 Formulir pemantauan asuhan gizi
 Food model
 Formulir asupan makanan
 Alat antropometri
b) Penyelenggaraan makanan
1) Penelitian
 Standar porsi hidangan
 Penerimaan terhadap hidangan tertentu
 Higine dan sanitasi makanan
 Selektif menu berkaitan dengan kepuasan pasien / konsumen
 Daya terima makanan diruang perawatan
2) Pengembangan
 Standar resep
 Standar porsi
 Standar bumbu
 Standar troli makan
 Standar alat penyajian makanan
 Standar kebersihan lingkunga
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan
pasien dirumah sakit menjadi lebih aman dengan cara menjaga hygiene dan
sanitasi makanan. Hygiene adalah upaya kesehatan preventif yang menitik
beratkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu. Sedangkan Sanitasi
Makanan adalah merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik
beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan .

B. TUJUAN
1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
pasien.
2. Menurunnya terjadinya resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan melalui makanan.
3. Terwujudnya prilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan.

C. LANGKAH PENTING DALAM MEWUJUDKAN HYGIENE DAN SANITASI


1. Hygiene dan sanitasi makanan
a. Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan
suhu hidangan (panas atau dingin)
b. Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang
dipersiapkan lebih awal
c. Memasak tepat waktu dan suhu
d. Dilakukan oleh pegawai/penjamah makanan yang sehat mulia
penerimaan hingga distribusi
e. Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan
f. Menghindari kontaminasi silang makanan melalui orang (tangan), alat
makan dan alat dapur
g. Bersihkan semua alat/tempat setelah digunakan.
2. Hygiene tenaga penjamah makanan
a. Mengetahui sumber cemaran dari tubuh
1) Sumber cemaran dari tubuh manusia yaitu: tangan, rambut,
mulut, telinga, dubur, organ kemaluan. Cara menjaga kebersihan
diri adalah:
a) Mandi secara teratur dengan sabun dan air bersih dengan cara
baik dan benar
b) Menyikat gigi dengan pasta gigi dan sikat gigi, sebelum tidur,
bangun tidur, dan sehabis mandi
c) Berpakaian yang bersih dan rapi
d) Membiasakan diri selalu membersihkan lubang hidung, lubang
telinga dan kuku secara rutin. Kuku selalu pendek agar mudah
dibersihkan.
e) Membuang kotoran ditempat yang baik sesuai dengan
persyaratan kesehatan, setelah buang air besar maupun kecil
selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.
f) Menjaga kebersihan kulit dari bahan-bahan kosmetik yang
tidak perlu.
2) Sumber cemaran lain yang penting yaitu luka terbuka/koreng,
bisul/nanah dan ketombe/kotoran lain dari rambut. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam upaya pengamanan makanan yaitu:
a) Luka teriris segera ditutup dengan plester tahan air.
b) Koreng atau bisul tahap dini ditutup dengan plester tahan air.
c) Rambut ditutup dengan penutup kepala yang menutup bagian
depan sehingga tidak terurai.
3) Sumber cemaran karena prilaku yaitu tangan yang kotor, batuk,
bersin atau percikan ludah, menyisir rambut dekat makanan,
perhiasan yang dipakai.
4) Sumber cemaran karena ketidaktahuan. Ketidaktahuan dapat
terjadi karena pengetahuan yang rendah dan kesadarannya pun
rendah. Hal tersebut menyebabkan terjadi penyalahgunaan bahan
makanan yang dapat menimbulkan bahaya seperti:
a) Pemakaian bahan palsu
b) Pemakaian bahan pangan rusak/rendah kualitasnya
c) Tidak bisa membedakan bahan pangan dan bukan bahan
pangan
d) Tidak bisa membedakan jenis pewarna yang aman untuk
bahan makanan
b. Menerapkan prilaku-prilaku untuk mencegah pencemaran, seperti
berikut:
1) Kondisi kesehatan: tidak menderita penyakit mudah menular
(batuk, pilek, influenza, diare), penyakit menular lainnya.
2) Menjaga kebersihan diri: mandi teratur dengan sabun dan air
bersih, menggosok gigi secara teratur paling sedikit dua kali dalam
sehari (setelah makan dan sebelum tidur), membiasakan
membersihkan lubang hidung, lubang telinga, mencuci
rambut/keramas secara rutin dua kali dalam seminggu, kuku
dipotong pendek, kuku tidak dicat/kutek, bebas luka.
3) Kebiasaan mencuci tangan: sebelum menjamah atau memegang
makanan, sebelum memegang peralatan makanan, setelah keluar
dari WC atau kamar kecil, setelah meracik bahan mentah, setelah
mengerjakan pekerjaan lain.
4) Perilaku penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayanan
penanganan makanan: tidak menggaruk-garuk rambut, lubang
hidung, atau sela-sela jari, tidak merokok, menutup mulut saat
bersin atau batuk, tidak meludah sembarangan diruang
pengolahan makanan, tidak menyisir rambut sembarangan, tidak
memegang, mengambil, memindahkan, dan mencicipi makanan
langsung dengan tangan.
5) Penampilan penjamah makanan: selalu bersih dan rapi, memakai
celemek, memakai tutup kepala, memakai alas kaki yang tidak
licin, tidak memakai perhiasan, memakai sarung tangan jika
diperlukan.
3. Hygiene peralatan pengolahan makanan
Upaya untuk menghindari pencemaran pangan dari peralatan yang
kotor, lakukan hal-hal berikut:
a. Gunakanlah peraltan yang mudah dibersihkan. Peraltan yang terbuat
dari stainless steel umumnya mudah dibersihkan.
b. Bersihkan permukaan meja tempat pengolahan pangan dengan
deterjen/sabun dan air bersih dengan benar.
c. Bersihkan semua peralatan termasuk pisau, sendok, panci, piring
setelah dipakai dengan menggunakan deterjen/sabun dan air panas.
d. Letakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap kebawah.
Bilas kembali peralatan dengan air bersih sebelum mulai memasak.
4. Sanitasi air dan lingkungan
Bahan baku termasuk air dan es dapat terkontaminasi oleh mikroba
pathogen dan bahan kimia berbahaya. Lingkungan yang kotor dapat
menjadi sumber bahaya yang mencemari pangan. Berikut upaya sanitasi
air dan lingkungan yang dapat diterapkan:
a. Menggunakan air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
beras. Air harus bebas dari mikroba, dan bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan.
b. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih
dan atau air minum. Air yang akan digunakan untuk memasak atau
mencuci bahan pangan harus memenuhi persyaratan bahan baku air
minum.
c. Air yang disimpan dalam ember harus selalu bertutup , jangan
dikotori dengan mencelupkan tangan. Gunakan gayung bertangkai
panjang untuk mengeluarkan air dari ember /wadah air.
d. Menjaga kebersihan ketika memasak sehingga tidak ada peluang
untuk pertumbuhan mikroba.
e. Menjaga dapur dan tempat pengelolaan makanan agar bebas dari
tikus, kecoa, lalat, serangga, dan hewan lain.
f. Tutup tempat sampah ( terpisah antara sampah kering dan sampah
basah) dengan rapat agar tidak dihinggapi lalat dan tidak
meninggalkan bau busuk serta buanglah sampah secara teratur di
tempat pembuangan sampah sementara (TPS).
g. Membersihkan lantai dan dinding secara teratur
h. Pastikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) berfungsi dengan
baik
i. Sediakan tempat cuci tangan yang memenuhi syarat
BAB V
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.

B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/ psikis, keracunan, infeksi dan penularan
8. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
10. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang
11. Mencegah terkena aliran listrik

C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA PEGAWAI DALAM PROSES


PENYELENGGARAAN.
1. Pengendalian teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan
b. Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur dari
bahan- bahan kontruksi yang memenuhi syarat.

c. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan


yang praktis
d. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
e. Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan.
5. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinu agar peralatan
tetap dalam kondisi yang layak dipakai
6. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau


perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika
pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan
pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua
kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna,
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja,
pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

TUJUAN
Tujuan pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dirumah sakit,
ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi
dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi
dirumah sakit adalah:
1. Mengawasi setiap tahap proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
4. Meningkatkan efisiensi pelayanan
5. Meningkatkan kepuasan pelanggan
6. Menurunkan keluhan pelanggan / unit kerja terkait

INDIKATOR MUTU PELAYANAN


Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur
mutu pelayanan gizi adalah:
1. Indikator berdasarkan kegawatan
a. Kejadian sentinel (sentinel event) merupakan indikator untuk
mengukur suatu kejadian tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, misalnya: kejadian
keracunan makanan, adanya benda asing dalam makanan, pasien
menerima diet yang salah.
b. Rated Based merupakan indikator untuk mengukur proses
pelayanan pasien atau keluaran dengan standar yang diharapkan
dapat berkisar 0-100%, misalnya % pasien yang diare atau kurang
gizi karena mendapat dukungan enteral, % diet yang dipesan sesuai
dengan preskripsi.
2. Indikator berdasarkan pelayanan yang diberikan
a. Indikator proses merupakan indikator yang mengukur elemen
pelayanan yang disediakan oleh institusi yang bersangkutan,
misalnya % pasien beresiko gizi yang mendapat asesmen gizi, %
makanan yang tidak dimakan, % pasien yang diasesmen gizi dan
ditindak lanjuti dengan asuhan gizi oleh dietetion dalam waktu 24
jam setelah masuk rumah sakit.
b. Indikator struktur merupakan indikator yang menilai ketersediaan
dan penggunaan fasilitas, peralatan, kualifikasi professional, struktur
organisasi yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan,
misalnya % penilaian dan evaluasi status gizi oleh ahli gizi, % hygiene
sanitasi dan keselamtan kerja sesuai standar.
c. Indikator outcome merupakan indikator untuk menilai keberhasilan
intervensi gizi yang diberikan. Indikator ini paling sulit dibuat tetapi
paling berguna dalam menjelaskan efektifitas pelayanan gizi. Agar
benar-benar berguna maka, indikator ini haruslah berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan gizi, misalnya % pasien obesitas
yang turun berat badannya 2kg/bulan setelah konsultasi gizi.
3. Indikator yang mencirikan arah dari penampilan
a. Indikator yang diinginkan merupakan indikator untuk menilai
penampilan yang diinginkan mendekati 100%. Dalam pelayanan gizi
dan dietetik, banyak kondisi yang memerlukan kepatuhan sampai
mendekati 100%, misalnya dokumentasi asuhan gizi lengkap, akurat
dan relevan, kunjungan awal dietesien pada pasien baru 24-48 jam
setelah pasien masuk rumah sakit, memberikan konseling gizi pada
pasien yang berdiet.
b. Indikator yang tidak diharapkan, yaitu indikator untuk menilai suatu
kondisi yang kadang-kadang tidak diharapkan. Ambang batas untuk
indikator dibuat 0% sebagai upaya agar kondisi tersebut tidak terjadi,
misalnya keluhan pasien rawat inap terhadap kesalahan pemberian
diet, tidak ada etiket/barcode identitas pasien (nama, tanggal lahir,
no rekam medis)

Metode evaluasi pengendalian mutu antara lain :


a. Audit (Pengawasan) dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah
sudah sesuai standar
b. Review (penilaian) dilakukan terhadap penilaian yang telah diberikan,
penggunaan sumber daya, penulisan diet pasien
c. Survei dilakukan untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan
kuisioner

BENTUK BENTUK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan
data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam
jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian
kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan
keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
1) Formulir pemesanan bahan makanan harian.
2) Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang
instalasi gizi pada hari itu.
3) Pencatatan sisa bahan makanan (harian / bulanan), meliputi
bahan makan basah dan bahan makanan kering.
4) Pencatatan data permintaan / pesanan bahan makanan
berdasarkan bon - bon pemesanan dari masing- masing.
b. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan
1) Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi
(berisi pesan- pesan yang penting)
2) Buku laporan pasien baru / yang berdiet khusus.
3) Buku laporan pasien baru makanan biasa
c. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi
Gizi.
1) Membuat kartu inventaris peralatan masak.
2) Membuat kartu inventaris peralatan makan
3) Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk simpan pinjam)
4) Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.
5) Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
6) Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
d. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
1) Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan
harian selama 1 kali putaran menu
2) Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk
yang akan datang selama triwulan / tahunan.
3) Rekapitulasi tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan
4) Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari
dalam satu kali putaran menu
5) Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
6) Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan
e. Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap.
1) Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk
catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
2) Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
3) Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
4) Formulir perubahan diet
5) Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.
f. Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang Penyuluhan Dan Konsultasi
Gizi/ Poliklinik Gizi.
1) Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis
diet, antropometri)
2) Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
3) Formulis anemnesis.
4) Formulir frekwensi makan
5) Formulir status pasien.
6) Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Rumah Sakit, laporan pada pasien rawat jalan dan
rawat inap). Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman
kemudian disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan
Gizi untuk dimanfaatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan
rumah sakit.
2. Pengawas Standar Porsi
a. Untuk bahan makanan pengawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan.
b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan
bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat
ukur lain yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.
c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis
hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong.
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan
kontainer/panci yang standar dan bentuk sama.
e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap (tidak berubah-ubah) harus
digunakan standar porsi dan standar resep.
INDIKATOR KEBERHASILAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT.
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat
gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia
tubuh (laboratorium)
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anemnesis diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Terwujudnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
BAB VII
PENUTUP

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


kesehatan dan kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik.
Pelayanan gizi yang dilaksanakan di rumah sakit tentunya akan disesuaikan
dengan perkembangan jaman.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) ,merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan cara menyeluruh merupakan
salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) bertujuan untuk
memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien
sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, dalam
mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan gizi
yang holistik

Anda mungkin juga menyukai