TENTANG
Menimbang
: a. Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan pelayanan gizi
perlu disusun kebijakan pelayanan gizi;
Angka Kreditnya.
MEMUTUSKAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya
manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi
yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling
menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan
faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang
yang sehat dan berstatus gizi baik. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau
secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan
sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan,
harus diperhatikan secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait dengan nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu
hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya
penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan
gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga
tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada
penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam
waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi.
Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan
darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya
sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,
yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera
kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang
disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk karena
tidak di perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus
diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet
pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah
sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang
bergerak di bidang gizi.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim
Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk
pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.
C. TUJUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan
gizi di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dam penyakit,
serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin di capai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi
yang mencakup :
a. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)
b. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anamnesis
diet dan pola makan.
c. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
d. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,
jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan.
e. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
f. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan penyakit
g. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
h. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien/
pasien dan keluarga.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang
mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:
a. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan.
b. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian
makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme pasien.
c. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet (
sistim recall dan record)
d. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan menu
sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien.
e. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi
f. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka konsep
pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap
maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,
maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan klien/ pasien.
3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrisionst/dietisien, dan perawat
dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition
care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit
baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar
klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh
nutrisionis/dietisien.
8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua)
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di
bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah
sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat
sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit
pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit
yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan masalah
gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect). Beberapa
ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M. PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
F. KERANGKA KONSEP
Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pasien Masuk Rs
Ya
Tahap Pengkajian Pasien Berisiko Dirawat ?
Masalah Gizi
Ya
Pengkajian Diet
Dukungan Gizi
Konseling Gizi
(klinik Gizi)
Masalah Penyesuaian
Gizi? Diet
Tidak
Tidak Konseling Gizi bagi
pasien Pulang
Tidak Y a
Ku nj ungan
Selesai Perlu Tindak
Lanjut Rumah
Penjelasan Kerangka Konsep
Klien / Pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua ) kategori , yaitu :
1. Pasien Rawat Inap
Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,
antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan
apakah pasien memerlukan terapi atau tidak.
C. PENGATURAN JAGA
Ruang penyimpanan
perlengkapan
Ruang pengolahan dan
penghangatan bahan makanan
3. Alur kerja
Arus kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam memproses
bahan makanan menjadi hidangan, meliputi kegiatan dan penerimaan bahan
makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi makanan.
Yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan
2. Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat dihemat
3. Bahan makanan tidak dibiarkan lama sebelum diproses
4. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak bolak balik
5. Ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin
6. Biaya produksi dapat ditekan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien yang terkait dengan instalasi gizi adalah sanitasi makanan. Sanitasi
makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebashamakan makanan dan minuman dari segala bahan
yang dapat menggannggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diprosuksi, selama proses pengolahan, penyiapan, penjualan sampai pada saat makanan
dan minuman tersebut siap dikonsumsi kepada konsumen (Direktorat Hygiene dan
Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular)
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor- faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor – faktor tersebut berasal dari
proses penanganan makanan, minuman, lingkungan, dan orangnya, sehingga makanan dan
minuman yang disediakan di rumah sakit tidak menjadi mata rantai penularan penyakit.
Tujuan Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit H. Hanafie ditujukan
untuk:
1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen
2. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan
3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan
Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan:
A. Ruang Pengolahan (Dapur)
- Tersedianya fasilitas kamar toilet khusus bagi pegawai dapur, locker
untuk menyimpan pakaian kerja dan ruang untuk ganti pakaian
- Ruang dapur harus bersih, tersedia tempat sampah sementara yang diberi
kantong plastik yang kemudian dibuang dengan plastiknya ke tempat
pengumpulan sampah di luar. Di ruangan dapur terdapat fasilitas tempat
pembuangan sampah yang tertutup.
- Bangunan:
a. Pintu – pintu tempat ruang persiapan dan masak harus dibuat membuka/
menutup sendiri dan dilengkapi peralatan anti lalat seperti kasa, tirai dan
pintu.
b. Fasilitas cuci tangan:
- Terletak di luar ruang ganti pakaian, wc/ kamar mandi
- Tersedia air mengalir
- Tersedia sabun dan kain lap pengering
- Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat, antikarat dan
permukaan halus
c. Saluran limbah pengolahan makanan harus aman dari binatang
d. Sarana dan perlatan untuk pelaksanaan sanitasi makanan
- Air bersih
Tersedianya air bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan
memenuhi syarat, berikut ini upaya yang dapat diterapkan :
a. Menggunakan air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Air harus bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan.
b. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan
atau air minum. Air yang digunakan memasak atau mencuci bahan
makanan harus memenuhi bahan baku air minum.
B. Hygiene peralatan
- Alat pengangkut makanan harus tertutup sempurna, dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya halus dan mudah dibersihkan
- Rak – rak penyimpanan bahan makanan/ makanan harus mudah dipindah-
pindahkan dengan menggunakan roda- roda penggerak untuk kepentingan proses
pembersihan.
- Gunakan perlatan yang mudah dibersihkan, seperti dari bahan stainless steel.
- Peralatan yang kontak dengan makanan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan
2. Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat asam/ basa atau garam
– garaman yang lazim ditemui
3. Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan
misalnya timah hitam, tembaga, seng dll.
4. Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup
C. Hygiene penjamah makanan
Kebersihan diri dan kesehatan penjamah makanan merupakan kunsi kebersihan
dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat, karena penjamah makanan juga
merupakan salah satu vektor yang dapat mencemari bahan pangan baik berupa cemaran
fisik, kimia maupun biologis. Upaya yang dapat dilakukan dengan penerapan prinsip
– prinsip personal hygiene:
- Mengetahui sumber cemaran dari tubuh
1. Sumber cemaran tubuh manusia yaitu tangan, rambut, mulut, hidung, telinga,
organ pembuangan
2. Sumber cemaran lain yaitu luka terbuka/ koreng, bisul, nanah, ketombe dll
3. Sumber cemaran karena perilaku yaitu tangan kotor, batuk, bersin,
menyisir rambut dekat makanan, perhiasan yang dipakai.
- Menerapkan perilaku – perilaku untuk mencegah pencemaran
1. Tidak menderita penyakit menular
2. Menjaga kebersihan diri seperti mandi dan sikat gigi secara teratur
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang makanan, setelah
keluar dari WC, setelah meracik bahan mentah, setelah
mengerjakan pekerjaan lain seperti bersalaman, memegang uang,
memegang barang lain, dll.
4. Berperilaku baik saat menjamah makanan seperti tidak
menggaruk, tidak merokok, tidak memegang makanan secara
langsung, tidak makan saat bekerja, menutup mulut ketika batuk
atau bersin.
D. Pengawasan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan
Pengawasan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan meliputi:
1. Penjamah makanan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan usap dubur/
kulit secara berkala
2. Bahan makanan dan makanan dilakukan pemeriksaan kualitas melalui berbagai
uji, pest conntrol serta penilaian makanan melalui metode HACCP
3. Peralatan dengan melakukan uji sanitasi peralatan misalnya uji usap meja kerja
dan peralatan makan.
4. Lingkungan dengan melakukan uji sanitasi lingkungan misalnya uji
sanitasi dinding dan lantai.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
2. TUJUAN
Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat
keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan
:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/
psikis, keracunan, infeksi dan penularan
h) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
i) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
j) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang
k) Mencegah terkena aliran listrik
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan
agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar,
peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang
diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang
ditetapkan. Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama.
Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan
administratif, sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian
bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan
berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan
kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen. Evaluasi
ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan
yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui
penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun
membuat rencana program yang baru.
B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data
dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah
sakit maupun untuk pengambilan keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.
a) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
• Formulir pemesanan bahan makanan harian.
• Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi gizi
pada hari itu.
• Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan makan
basah dan bahan makanan kering.
• Pencatatan data permintaan makanan pasien berdasarkan permintaan dari
ruangan perawatan.
• Pencatatan pemakaian dan stock bahan makanan.
PENUTUP
kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik. Pelayanan gizi yang
dilaksanakan di rumah sakit tentunya akan disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (GPRS) ,meru[akan bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit dan cara menyeluruh merupakan salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) bertujuan untuk memberikan acuan
yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah
sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu,
dalam mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan gizi yang
holistik.