TENTANG
PEMBERLAKUAN DOKUMEN PEDOMAN ASUHAN GIZI TERSTANDAR
RUMAH SAKIT
TANDA
KETERANGAN NAMA TANGGAL
TANGAN
10 Oktober
2022
DISIAPKAN Dwi Wahyuni, A.Md. Gz
17 Oktober
DIPERIKSA dr. Dyan Santi Palupi
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya sehingga kami berhasil menyusun Buku Pedoman ASuhan Gizi
Terstandar di RS Sahabat.
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang saat ini makin
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilain
pihak rumah sakit dihadapi tantangan yang makin besar. Rumah sakit dituntut
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan
transparan kepada masyarakat, khususnya bagi jaminan keselamatan pasien
(patient safety).
Buku Pedoman Asuhan Gizi sangat penting bagi petugas yang bekerja di
instalasi gizi rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan lingkungan rumah sakit.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, dan kami
mengharapkan adanya masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari.
Buku Pedoman Asuhan Gizi tersusun atas kerjasama dan dukungan dari
berbagai pihak. Tim penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga buku ini
dapat dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik - baiknya.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.......................................................................................i
Lembar pengesahan..................................................................................ii
Kata Pengantar.........................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan...................................................................................1
BAB IV Dokumentasi..............................................................................21
iv
A. Definisi BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan gizi merupakan salah satu pelayanan yang memiliki peranan sangat
penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Bersama dengan pelayanan yang lain,
pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang sebuah rumah sakit dalam
penilaian standar akreditasi yang mengacu pada Joint Commision International (JCI).
Oleh karena itu diharapkan dengan semakin baiknya pelayanan gizi yang diberikan oleh
sebuah rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut dan
mengurangi resiko malnutrisi pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di rumah sakit tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Malnutrisi masih menduduki
angka prevalensi yang cukup tinggi, dengan laporan dari Australia dan penelitian
internasional, yaitu berkisar 40% di negara berkembang seperti Indonesia, dari beberapa
studi yang dilakukan di Jakarta (1995-1999) menunjukkan bahwa 20%-60% pasien rawat
inap di rumah sakit umum dalam kondisi malnutrisi pada saat masuk perawatan. Pada
dasarnya, setiap individu sebelum memasuki rumah sakit, telah memiliki risiko
mengalami malnutrisi (baik defisiensi maupun overnutrisi) yang belum terlihat. Untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan malnutrisi lebih lanjut perlu dilakukan manajemen
nutrisi.
1
laboratorium, antropometri, hasil pemeriksaan fisik klinis, diet order dan perkiraan
kebutuhan zat gizi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C.Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah
sakit diperlukan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut
2
Kesehatan lainnya
8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
2.2 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah suatu metoda pemecahan masalah yang
sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang
aman, efektif dan berkualitas tinggi. Asuhan gizi dilakukan oleh nutrisionis/dietisien yang
sudah mendapatkan rincian kewenangan klinis dari Direktur.
5
BAB III
TATA LAKSANA
A. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan
kelainan metabollik; hemodialisis; anak; geriatri; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka
bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi
dan kesepakatan di masing-masing rumah sakit. Metoda skrining gizi yang digunakan di
RS Sahabat adalah Malnutrition Scrining Tools (MST) untuk pasien dewasa (> 14
tahun) dan metode Strong Kids untuk pasien anak- anak (0-14 tahun).
Adapun tahapan pelayanan gizi sebagai berikut pasien yang masuk melalui IGD
(Instalasi Gawat Darurat) diukur berat badan dan tinggi badannya atau bila tidak bisa
ditimbang dilakukan pengukuran LLA ( Lingkar Lengan Atas ) untuk pasien anak – anak
usia 0 – 14 tahun diukur berat badan dan panjang badan, skrining gizi dilakukan oleh
perawat di rawat inap dalam 24 jam setelah pasien dirawat dengan menggunakan
Malnutrition Screening Tools (MST).
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/asesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi
terstandar oleh nutrisionis/dietisien. Bagi pasien dengan status gizi baik dan pasien resiko
malnutrisi ringan dan sedang, maka cukup dilakukan pemantauan oleh perawat ruangan
bekerjasama dengan DPJP, dan bila pasien malnutrisi berat maka asesmen gizi dilakukan
oleh Nutrisionis/Dietisien. Bagi pasien dengan status gizi baik evaluasi dapat dilakukan
setelah 7 hari rawat. Pasien dengan resiko malnutrisi berat dimonitor dan dievaluasi setiap
hari kemudian dilakukan assesmen ulang setelah 3 hari.
6
Skrining awal dilakukan oleh perawat dengan menggunakan IMT ( Indeks Masa
Tubuh ) dan pengukuran LiLA untuk pasien dewasa yang tidak bisa ditimbang serta
pasien anak-anak usia 0 sampai 14 tahun. Skrining dengan metode Malnutrition
Screening Tool (MST) bertujuan untuk mengidentifikasi dan menata laksana pasien
dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau obesitas. Untuk pasien anak (0-14
tahun) menggunakan metode Strong-Kids.
Klasifikasi IMT
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥30
7
Pengukuran alternatif:
√ Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan
bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan
tabel dibawah ini .
8
3) Langkah 3: nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita
pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien
sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan
makanan > 5 hari, diberikan skor 2
4) Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk
menilai adanya risiko malnutrisi :
a) Skor 0 = risiko rendah
b) Skor 1 = risiko sedang
c) Skor ≥ 2 = risiko tinggi/berat
5) Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi
keperawatan berikut ini :
a) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu),
pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75
(tiap tahun).
b) Risiko sedang
Observasi:
– Catat asupan makanan selama 3 hari
– Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
(tiap 2-3 bulan).
– Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan
peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program
pemberian nutrisi secara teratur
c) Risiko tinggi
Tatalaksana:
– Rujuk ke ahli gizi
– Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
– Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di
rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan),
masyarakat umum (tiap bulan).
d) Untuk semua kategori:
Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan
jenis makanan
Catat kategori risiko malnutrisi
9
Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak.
Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan
dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Umur yang digunakan pada standar ini
merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari
maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak umur 0-24
bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri,
maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi
Badan (TB) digunakan pada anak umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur
di atas 24 bulan diukur dengan posisi terlentang, hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan
0,7 cm.
2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggibadan anak
berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau
sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering
sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi.
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak sesuai
terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi
lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya
10
disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang
telah lama terjadi (kronis).
4) Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan
kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U
dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U
lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U
>+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut.
Skrining gizi awal pada pasien anak (0-12 tahun) dilakukan langkah-langkah
asesmen gizi pada anak:
1. Menilai kondisi pasien apakah pasien sesuai indeks antropometri. Apabila anak usia <5 tahun
dengan indeks >= - 2SD maka skor 0, apabila anak usia >= 5 tahun dengan indeks < - 2SD
maka skor 2.
11
2. Menilai penurunan berat badan selama satu bulan terakhir secara objektif atau subjektif.
Apabila ya diberikan skor2, apabila tidak diberikan skor 0.
3. Menanyakan apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut :
c. Menanyakan apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien beresiko
mengalami malnutrisi atau perlu perawatan HCU , jika iya diberi skor 2
d. Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah tersebut untuk menilai adanya resiko
malnutrisi. Jika didapatkan skor 0, pasien tidak beresiko malnutrisi. Jika skor ≥ 1 pasien
beresikomalnutrisi, dan akan dilakukan skrining gizi lanjut.
e. Catat pada form skrining gizi awal pada pasien anak.
12
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (Nutrition Care Process/NC) dilakukan pada
pasien yang beresiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus
dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang
(siklus) sebagai berikut :
Langkah PAGT terdiri dari :
Pasien Masuk
1. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen/pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1.1. Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data
kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan
ketersediaan makanan di lingkungan klien.
Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan
makanan. Anamnesis secara kuantitatif dilakukan untuk
13
mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui “recall” makanan 24 jam dengan
alat bantu “food model”. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada
daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.
— Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90o terhadap siku, dengan
lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu
(akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.
— Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar
lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel
terlalu ketat
— LLA < 23,5 cm = perkiraan IMT < 20 kg/m2
— LLA > 32 cm = perkiraan IMT > 30 kg/m2
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status gizi pada
bayi, anak dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat digambarkan
melalui pengukuran antropometri seperti berat badan, panjang
14
badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan beberapa pengukuran lainnya. Hasil pengukuran
ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pasien rawat
inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan menggunakan timbangan yang
akurat/terkalibrasi dengan baik. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
diantaranya kegemukan dan edema. BB pasien dicatat pada saat pasien masuk dirawat
dan dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal 7 hari.
1.4. Pemeriksaan Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik
terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital dan antropometri yang dapat
dikumpulkan dari catatan medik pasien serta wawancara. Contoh beberapa data
pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot
yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk, dan lain sebagainya.
1.5. Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen
yang sering dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit, dan data umum pasien.
a. Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi
b. Sosial Budaya
Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan
pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial.
c. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan
sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi, riwayat penyakit
keluarga, status kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitif seperti pada pasien
stroke.
d. Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan
2. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi
15
yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi
dan Signs/Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu :
2.1. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi,
zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral
dan enteral.
Contoh : Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari 40%
kebutuhan (S)
2.2. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ. Contoh : Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan (E) kurangnya
dukungan keluarga ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)
2.3. Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.
Contoh : kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan dengan
mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang
dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan yang tidak dianjurkan dan
aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S).
3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu :
3.1. Perencanaan Intervensi, meliputi penetapan tujuan intervensi, preskripsi diet,
jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian makanan dan jalur makanan.
Kebutuhan energi usia > 5 tahun = 1000 + (100 x usia dalam tahun)
Perempuan: 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
16
Keterangan: BB = berat badan kg, TB = tinggi badan dalam cm, U = umur dalam tahun
Contoh : pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan berat badan 65 kg dengan tinggi 175 cm. Maka
kebutuhan energi pasien tersebut 66+(13,7x65)+5x175)- (6,8x50)x1,1x1,3 = 2133
kalori.
4) Jenis diet yang diterapkan di RS Sahabat yaitu nasi biasa (NB), nasi tim (NT),
bubur kasar (BK), bubur halus (BH), diet rendah garam (RG), diet diabetes
mellitus (DM),diet rendah protein (RP), diet rendah purin (RPur), diet rendah
garam rendah lemak kolesterol (RGRL), diet cair sonde. Sedangkan
modifikasi diet yang diterapkan di RS Sahabat antara lain:
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekuranganinsulin baik absolut maupun relative. Prinsip diet diabetes mellitus yakni 3 J
(TEPAT JADWAL,JENIS DAN JUMLAH)
17
6. Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak
diperbolehkan Pengguaan gula alternative dalam jumlah terbatas
7. Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan mengutamakan serat larut
air yang terdapat di dalam sayur dan buah
8. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur 3000 mg/hari
9. Cukup vitamin dan mineral
B. Diet rendah garam adalah diet yang diberikan kepada pasien dengan keadaan hipertensi.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah seseorang diatas normal. Tekanan darah
normal orang dewasa biasanya mencapai rata-rata 120/80, (100/60) sampai 140/85 mmhg.
18
9. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah500+750 ml
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi.
Diet rendah garam rendah lemak adalah pembatasan konsumsi makanan tinggi lemak / kolestrol. Diet
ini diberikan kepada pasien dislipidemia, stroke, jantung, ataupun kepada pasien dengan kadar
kolestrol total, kolestrol LDL, kadar trigliserida serta penurunan kadar kolestrol HDL.
19
yang sama (keseragaman), intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian
makanan atau zat gizi; edukasi gizi; konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap
kelompok mempunyai terminologinya masing-masing
20
BAB IV
DOKUMENTASI
21