PEDOMAN
RS HATIVE PASSO
2022
YAYASAN SANTO LUKAS KEUSKUPAN AMBOINA
RUMAH SAKIT HATIVE PASSO
Jl. Laksdya Leo Wattimena Passo – Ambon 97232, Telp/Fax ; 0911-362199;
E–mail : hativers@ymail.com, Website : rshativepasso-ambon.com
Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Hative Passo, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Gizi yang bermutu tinggi.
b. Bahwa agar pelayanan Gizi di Rumah Sakit Hative Passo dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Hative Passo sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Gizi di Rumah Sakit hative passo.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Hative passo .
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang kualitas pangan yang dikonsumsi harus
memenuhi beberapa criteria, diantaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
5. Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan & Kepmenkes Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga
6. Menurut UU RI No. 7 tentang Pangan Tahun 1996, Pasal 16 ayat (1) “ Setiap orang yang
memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai
kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran
yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia” dan ayat (3) “ Pemerintah
menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara
pebgemasan pangan tertentu yang diperdagangkan”.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tanggal 6 Februari 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret
2007 tentang Standar Profesi Gizi
9. Peraturan Menkes RI Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
12. Permenkes Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan
Makanan
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HATIVE PASSO TENTANG
PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT HATIVE PASSO
BAB I
KETETUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1) Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism
tubuh.
2) Gizi adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap dan rawat jalan, untuk
keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, mengoreksi kelainan
metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
3) Pasien Adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
BAB II
PELAYANAN GIZI
Pasal 2
4) Pelayanan Gizi adalah pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi,
diagnosis gizi,intervensi gizi meliputi perencanaan penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi dan konseling gizi serta monitoring dan evaluasi gizi
5) Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan.
6) Kegiatan Penyelenggaraan makanan di rumah sakit mulai dari perencanaan menu,
perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan
bahan makanan, distribusi dan pencatatan serta pelaporan.
Pasal 3
7) Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dilaksanakan untuk mencapai sistem pelayanan
gizi yang bermutu dan paripurna
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan .
Ditetapkan di : Ambon
PadaTanggal : 2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,diperlukan sumber
daya manusia(SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaingdengan negara lain. Kesehatan dan
gizi merupakan faktor penting karena secara langsungberpengaruh terhadap kualitas SDM disuatu
Negara, yang digambarkan melaluipertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan.
Tenaga SDM yangberkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang
baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan status gizimasyarakat
melalui upaya perbaikan gizi didalam keluarga dan pelayanan gizi padaindividu yang karena kondisi
kesehatannya harus dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS). Rumah
sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai satu sistem rujukan,Dalam rumah sakit
terdapat berbagai upaya yang ditujukan guna pemulihan penderita. Instalasi gizi merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan lainnya, Instalasi gizi dirumah sakit merupakan salah satu pelayanan non medis
rumah sakit yang berfungsi untuk mengolah dan mengatur makanan dan minuman pasien, pegawai
setiap hari, juga sebagai ruang konsultasi gizi. Masalah gizi dirumah sakit dinilai sesuai kondisi
perorangan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyembuhan.
Kecendrungan peningkatan kasus terkait gizi ( nutrition – related disease) pada semua kelompok
rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan
penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat pertumbuhanRisiko kurang
gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-
geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi
berat, lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama dan yang menjalani kemoterapi. Asupan
Energi yang tidak adekuat,lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan factor
yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit. Pengalaman dinegara maju telah
membuktikan bahwa hospital malnutrision (malnutrisi di RS) merupakan masalah yang komplek dan
dinamik. Malnutrisi pada pasien di RS,khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap proses
penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan
status gizi akan mempunyai resiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat. Semua keadaan
ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup. Untuk mengatasi
masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien melalui Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan pendekatan multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim
Asuhan Gizi (TAG)/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia Asuhan Gizi (PAG).
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk
pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari
rawat, dan menghemat biaya perawatan. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit hasil revisi, yang
tertuang didalam buku pedoman ini, merupakan penyempurnaan Buku Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit (PGRS) yang ditertibkan oleh Departemen kesehatan RI pada tahun 2013. Sejalan
dengan dilaksanakan program akreditasi pelayana gizi di rumah sakit, diharapkan pedoman ini dapat
menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang berkualitas
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a) Menyelenggarakan Asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap.
b) Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi.
c) Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya.
d) Menyelenggarakan penelitian aplikasi dibidang gizi dan dietetik sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
C. Ruang Lingkup
Pelayanan Gizi di RS Hative Passo meliputi:
1. Asuhan Gizi Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah :
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik
rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, meningkatkan kesehatan maupun
mengoreksi kelainan metabolisme dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit
diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung ( legal aspect ). Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Standar pelayanan gizi klinik tahun 2009
4. Pedoman penyelenggaraan tim terapi Gizi Rumah Sakit Th 2009
5. Pedoman Teknis Pengelolaan Makanan dan pencegahan infeksi nosokomial Di RS.
6. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2014.
BAB II
Untuk menjalankan pelayanan gizi didukung oleh tenaga profesional gizi dan tenaga penunjang gizi.
Kepala Unit Gizi bertindak sebagai koordinator palaksanaan dan pengembangan pelayanan
gizi rumah sakit dan pelayanan pendidikan serta memfasilitasi penelitian di unit gizi yang memiliki
uraian tugas sebagai berikut :
a. Memimpin dan mengelola Unit Gizi untuk pencapaian Visi dan Misi RS Hative Passo
b. Mengembangkan pelayanan Unit Gizi sehingga mampu memberikan pelayanan yang unggul
dan berperan optimal sebagai revenue center
c. Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Gizi
d. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala manajemen dan
administrasi Unit Gizi
e. Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan diet pasien
f. Membina hubungan baik intern dan ekstern RS
g. Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan gizi berjalan baik dan lancar
2. Administrasi Gizi
Administrasi Gizi adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai
berikut :
Juru Masak adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai berikut :
Juru saji adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai berikut :
Tabel 1.1
NAMA
URAIAN TUGAS KUALIFIKASI
JABATAN
B. Distribusi Ketenagaan
Berdasarkan penelitian Badan pendayagunaan sumber Daya Manusia kesehatan tahun 2012 mengenai
kebutuhan tenaga gizi dengan metode perhitungan Analisis Beban Kerja atau WISN (Work Load
Indicator Staf Need), diperoleh jumlah optimal tenaga RD dan TRD menurut kelas rumah sakit agar
dapat melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan berkualitas untuk menjamin keamanan pasien. Pada
rumah sakit yang belum memiliki tenaga gizi sesuai klasifikasi tersebut, dapat memanfaatkan tenaga
gizi yang dimiliki dengan cara bertahap melakukan peningkatan kemampuan dan pembinaan tenaga
tersebut agar memenuhi kualifikasi termaksud.
a) Kegiatan asuhan gizi
Ruang lingkup asuhan gizi meliputi asuhan gizi rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan asuhan
gizi, baik kasus umum maupun kasus – kasus khusus (seperti gangguan ginjal, diabetes,
penyakit gastrointestinal dan sebagainya serta pada sakit berat dan memerlukan dukungan
gizi), membutuhkan pengetahuan dietetic yang tinggi dan ketrampilan khusus dalam
melakukan assesmen gizi, pemberian enteral dan perhitungan parenteral serta penanganan
masalah gizi pada kondisi sakit berat.
b) Pelaksanaan kegiatan asuhan gizi
a. Melakukan proses asuhan gizi terstandar termasuk intervensi konseling gizi
b. Mengikuti ronde tim kesehatan dan memberikan arahan mengenai intervensi gizi pasien
rawat inap
c. Mengumpulkan, menyusun dan menggunakan materi dalam memberikan edukasi gizi
d. Interprestasi dan menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan asuhan gizi
c) Kegiatan manajemen/administrasi pelayanan gizi atau system pelayanan makanan Ruang
lingkup administrasi pelayanan gizi atau system pelayanan makanan meliputi operasional dan
manajemen intervensi asuhan gizi dalam menyediakan makanan sesuai kebutuhan gizi yang
optimal dan berkualitas melalui pengelolaan system pelayanan makanan Pelaksanaan kegiatan
administrasi pelayanan makanan :
a. Merencanakan, mengontrol dan mengevaluasi pelayanan makanan
b. Mengelola sumber dana dan sumber daya lainnya
c. Menetapkan standar sanitasi, keselamatan dan keamanan
d. Merencanakan dan mengembangkan menu
e. Menyusun spesifikasi untuk pengadaan makanan dan peralatan
f. Memantau dan mengevaluasi penerimaan pasien/klien terhadap pelayanan makanan
g. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengawasan mutu makanan
h. Merencanakan dan menentukan tata letak ruang pengolahan makanan dan kebutuhan
peralatan
i. Menerapkan hasil studi/penelitian untuk mengembangkan operasional, efisiensi dan
kualitas system pelayanan makanan
Kegiatan penelitian gizi
Penelitian dapat dilakukan pada semua kegiatan pelayanan gizi rumah sakit yang bertujuan untuk
memecahkan masalah dalam pelayanan gizi serta meningkatkan dan mengembangkan inovasi serta
kualitas pelayanan gizi. Pelaksanakan kegiatan ini berupa perencanaan, investigasi, interprestasi,
evaluasi penelitian.Penelitian gizi yang berkaiatan dengan medis dapat juga dilakukan bersama – sama
tenaga kesehatan lain dengan peran sebagai pengumpul data, pengarah dalam intervensi yang
diberikan, dan sebagai sumber data.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja Dilingkungan Kementrian Kesehatan, di Rumah Sakit
Hative Passo membutuhkan tenaga gizi sebagai berikut :
1. Ka. Instalasi Gizi 1 0rang
2. Tenaga Ahli Gizi 1 0rang
3. Ka. Dapur 1 0rang
4. Tenaga Tukang Masak , persiapan, penyajian 3 0rang
5. Tenaga Distribusi Makanan ke Pasien 2 0rang
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan kerja di Instalasi Gizi dibagi menjadi 3 (tiga) shif yaitu
1. Dinas pagi
2. Dinas sore
3. Dinas Subuh
D. Pelatihan
Pembinaan Tenaga Gizi
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan memberikan pelatihan
bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti symposium/seminar yang bertujuan
untuk member, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas,
disiplin, sikap,dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu, sesuai dengan jenjang
dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
1. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan system pengawasan melekat, melalui
perangkat atau instrumen atau formulir penilaian secara berkala. Sistem evaluasi yang dipakai
di RS Hative Passo adalah berupa formulir Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
Tujuan evaluasi tersebut adalah : sebagai salah satu bagian dalam promosi pegawai yang
bersangkutan, penghargaan, peningkatan pendidikan, rotasi tugas, mutasi pegawai atau
sebagai pemberian sangsi.
2. Pendidikan Dan Pelatihan Berjenjang dan Berlanjutan Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga gizi adalah :
a. Peningkatan kinerja
b. Peningkatan pengetahuan dan wawasan ilmiah terkini
c. Peningkatan ketrampilan
d. Perubahan sikap dan prilaku yang positif terhadap pekerjaan Peningkatan jenjang pendidikan
bagi petugas atau tenaga pelaksana gizi rumah sakit perlu dipertimbangkan sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan keilmuan yang terkait dengan peningkatan pelayanan gizi. Jenis
pendidikan dan pelatihan benjenjang dan berlanjut (diklatjangjut) meliputi bentuk diklat
formal dan diklat non formal.
a. Orientasi tugas
Tujuan : Mempersiapkan calon pegawai dalam mengenal lingkungan tempat bekerja, system
yang ada di unit pelayanan gizi, serta tugas-tugas yang akan diembannya. Dengan demikian
diharapkan pegawai baru akan menghayati hal-hal yang akan dihadapi termasuk kaitan tugas
dengan tujuan unit pelayann gizi. Setiap pegawai baru di unit pelayanan gizi mengikuti
program orientasi pekerjaan
b. Materi dalam program orientasi bagi pelaksanaan dimasing-masing unit Instalasi Gizi adalah :
- Organisasi dan tugas pokok unit pelayanan gizi
- Administrasi dan pergudangan bahan makanan
- Perencanaan
- Produksi yang mencakup pengolahan dan penyaluran makanan
- Pelayanan gizi Ruang Rawat Inap
- Penyuluhan dan konsultasi diet
- Penilaian dan pengembanagan gizi terapan
c. Kursus-kursus
Tujuan : Mempersiapkan pegawai untuk menjadi tenaga professional yang handal sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan, baik lingkungan pekerjaan
maupun lingkungan keilmuan, disamping itu agar dapat mengubah prilaku positif yang dapat
meningkatkan citra pelayanan gizi di RS Hative Passo
d. Simposium, seminar, dan sejenisnya
Tujuan : Meningkatkan kapasitas dan wawasan keilmuan pegawai agar menjadi tenaga yang
lebih professional sehingga mampu meningkatkan kinerja pelayanan gizi, juga dapat
mempengaruhi jenjang karier mereka. Kegiatan ini bisa dilakukan di institusi sendiri atau
mengirim tenaga jika kegiatan diluar institusi.
e. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan system pengawasan melekat, melalui berbagai
perangkat atau instrument evaluasi, atau formulir penilaian secara berkala. Tujuan evaluasi
tersebut antara lain sebagai salah satu bagian dalam promosi pegawai yang bersangkutan, jasa
pelayanan, penghargaan, peningkatan pendidikan, rotasi tugas, mutasi pegawai atau sebagai
pemberian sanksi
f. Pendidikan dan pelatihan formal Pendidikan dan pelatihan formal ini adalah pendidikan yang
berkesinambungan, yang menunjang keprofesian serta kedudukan dan jabatan, baik fungsional
maupun structural
BAB III
A. DENAH DAPUR
Ruang
Penyajian
Loket
G
kering
Pengolahan
Makanan
Gudang
kering
R
Ganti
A. Fasilitas
Instalasi Gizi memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :
Ruang Penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Digunakan sebagai penerimaan bahan makanan yang didalamnya memiliki fasilitas :
a. Chiller
b. Lemari bahan kering
c. Kulkas pendingin
Ruang persiapan bahan makanan
Digunakan sebagai tempat persiapan bahan makanan, pengolahan dan pencucian bahan makanan yang
didalamnya memiliki fasilitas :
a. Meja distribusi
b. Water heater
c. Bak cuci ganda
d. Lemari makan gantung
e. Lemari alat-alat
f. Kerata makan berpemanas/tidak berpemanas
g. Panic
h. Wajan
i. Alat pengaduk dan penggoreng
j. Alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok,dll)
k. Blender
l. Oven listrik
m. Tempat sampah
Ruang fasilitas pegawai
Digunakan untuk tempat ganti pakaian pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil
yang didalamnya memiliki fasilitas :
a. Lemari pakaian
b. Meja dan kursi makan
c. Matras tidur
Ruang pengawas
Diperlukan untuk pengawas/kepala unit melakukan kegiatannya yang didalamnya memiliki fasilitas :
a. Meja dan kursi kerja
b. Computer dan CPU
c. Kipas angin
d. Telepon
BAB IV
Gambar 2
Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi Di Rawat Jalan
Rawat Jalan
Poliklinik
Konseling Gizi
Oleh Dietisien
Gambar 3.
Proses Asuhan Gizi Di Rumah Sakit
Pasien Masuk
Skrining Gizi
Diet normal
(Standar) STOP
c) Intervensi Gizi Terdapat dua komponen intervensi yaitu perencanaan intervensi dan implementasi.
- Perencanaan Intervensi Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya(Problem), rancang
strategi intervensi berdasarklan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila penyebab tidak
dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk mengerangi gejala/tanda (sign dan
symptom) tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari intervensi ini adalah tujuan
yang terukur, preskripsi diet dan stategi pelaksanaan (implementasi).
- Perencanaan intervensi meliputi :
1 Penetapan tujuan intervensi
2 Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
- Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energy dan
zat gizi individual, jenis diet, jenis makanan, komposisi zat gizi, frekuensi makan
- Perhitungan kebutuhan gizi Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien atau
klien atas dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakinya.
- Jenis diet Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan makanan
yang berdasarkan pesaanan/order diet awal dari dokter jaga/penanggung jawab pelayanan
(DPJP). Dietesien bersama tim atau secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan
diagnosis gizi. Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan diet order maka diet tersebut
diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet tidak sesuai akan dilakukan
usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih dahulu bersama (DPJP).
- Modifikasi diet Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi ; meningkatkan/menurukan nilai
energy ; menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi ;
membatasi jenis atau kandungan makana tertentu ; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein,
lemak, KH, cairan dan zat gizi lain) ; mengubah jumlah, frekuensi makan dan rute makan.
Mkanan di rumah sakit umumnya berbentuk makanan biasa, lunak, saring dan cair.
- Jadwal pemberian diet
- Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau perenteral
d). Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait.
Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas ; apa, dimana, kapan, dan bagaimana
intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut
dapat menunjukkan respon pasien dan perlu atau tidanya modifikasi intervensi gizi. Untuk
kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu
pemberian makanan atau zat gizi; edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap
kelompok mempunyai terminologinya masing – masing.
7. Prinsip Handling
Setiap penanganan makanan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh dengan menggunakan
sarung tangan sekali pakai, bertujuan mencegah pencemaran dari tubuh serta member penampilan
yang sopan, baik dan rapi.
D. Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guna
menghadapi tantangan dan masalah gizi terapan yang komplek, Ciri suatu penelitian adalah proses
yang berjalan terus menerus dan selalu mencari, sehingga hasilnya selalu mutakhir
1. Tujuan
Tujuan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah untuk mencapai kualitas pelayanan gizi
rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dibidang pelayanan gizi, penyelenggaraan
makanan rumah sakit, penyuluhan dan konsultasi gizi. Hasil penelitian dan pengembangan gizi terapan
berguna sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori, tatalaksana
atau standar pelyanan gizi rumah sakit.
2. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah pelayanan gizi di ruang rawat inap dan rawat jalan, penyelenggaraan makanan
rumah sakit, penyuluhan dan konsultasi gizi.
3. Mekanisme Kegiatan
a. Menyusun proposal penelitian
Untuk melaksanakan penelitian pengembangan gizi terapan, diperlukan proposal penelitian yang berisi
judul penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan referensi, hipotesa, metode, personalia,
biaya dan waktu.
b. Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
c. Menyusun laporan penelitian
Pada umumnya laporan berisikan judul penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan
referensi, hipotesa, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
4. Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan
Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan aspek mandiri, kerjasama dengan unit lain
dan instalasi terkait, baik didalam maupun diluar unit pelayanan gizi dan luar rumah sakit
a. Pelayanan Gizi Rawat Jalan dan rawat Inap
1) Penelitian
a) Daya terima pasien terhadap makanan rumah sakit
b) Tugas – tugas gizi
c) Pengembangan mutu sumber daya manusia
b. Pengembangan Gizi
Berbagai standar yang dapat dikembangkan diantaranya adalah ; standar terapi diet; standar
ketenagaan; standar sarana prasarana termasuk informasi dan teknologi (IT) dan software perhitungan
zat gizi; Standar prosedur operasional dan sebagainya Standar sarana dan prasarana yang dapat
dikembangkan misalnya food model, alat antropometri dan lain –lain Program komputerisasi
pelayanan gizi/perangkat lunak misalnya ; konseling gizi;analisis bahan makanan; analisis kebutuhan
zat gizi dll
E. Penyelenggaraan Makanan
1) Penelitian
Beberapa contoh topic penelitian antara lain
a) Standar porsi hidangan
b) Penerimaan terhadap hidangan tertentu
c) Daya terima pasien terhadap makanan rumah sakit
d) Spesifikasi bahan makanan
e) Pola menu standar rumah sakit
f) Standar formula makanan enteral
g) Kebisingan Peralatan dapur
h) Analisis beban kerja
2) Pengembangan
Kegiatan pengembangan pada penyelenggaraan makanan dapat dilakukan pada aspek sumber daya
manusia, standar sarana prasarana dan penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai teknik
pengolahan makanan
a) Berbagai standar yang dapat dikembangkan adalah standar resep; standar porsi; standar bumbu;
stnadar formula/makanan enteral dll
b) Standar sarana dan prasarana yang dapat diekembangkan antara lain kebisingan peralatan besar
didapur; standar kereta makan; standar alat pengolahan; standar alat distribusi makanan dll
c) Program komputerisasi/perangkat lunak penyelenggaraan makanan antara lain pencatatan dan
pelaporan dll
d) Teknologi proses pengolahan makanan ; seni kuliner Mekanisme kegiatan disusun berdasarkan
urutan dan prioritas yang dianggap penting, sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi dimasing –
masing rumah sakit
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Logistik Gizi yaitu gudang pengadaan bahan makanan yang system kerjanya dari penentuan
kebutuhan, pemesanan, pengecekan, penyimpanan hingga penyaluran bahan makanan ke masing-
masing bagian.
B. Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan mutu dan jumlah yang tepat sesuai dengan
perencanaan, menghemat waktu dan biaya pada saat pembelian.
C. Pelaksana
Pelaksana di logistic Gizi adalah Petugas Gudang
D. Penentuan Kebutuhan
a. Kebutuhan Bahan Makanan Basah
Menentukan kebutuhan bahan makanan basah dilakukan setiap hari dengan menggunakan
Formulir Pemesanan bahan Makanan Basah ( Formulir Terlampir ).
b. Kebutuhan Bahan Makanan Kering.
melakukan Kebutuhan Bahan Maknan Kering dilakukan setiap hari dengan ]menggunakan
Formulir Pemesanan Bahan Maknan Kering
E. Pemesanan Bahan Makanan
Formulir pemesanan bahan makanan kering dan basah dibuat rangkap dua (2) kemudian satu diberikan
pada rekanan dan satu lagi sebagai arsip.
F. Penerimaan Bahan Makanan
Bahan yang telah diterima harus berdasarkan jumlah pesanan dan standar spesifikasi bahan makanan
yang telah ditetapkan (Standar sfesifikasi bahan makanan terlampir).Kemudian petugas gudang akan
membuat pencatatan dan mengisi form kontrol.
G. Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan yang telah diterima dan diperiksa, disimpan ke tempat penyimpanan masing-masing
menurut jenis bahan makanan dan suhu tertentu.
H. Penyaluran Bahan Makanan
Petugas gudang menyalurkan bahan makanan sesuai dengan permintaan bahan makanan dari masing-
masing bagian
a) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%
b) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
c) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu + 100C
d) Suhu
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) gizi merupakan bagian dari pengelolaan gizi secara
keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan penyajian
makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan
pasien, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke
petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu
adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan tingkatannya, mempunyai
sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO,
serta mengontrol bahan makanan secara baik menurut pelayanan gizi yang benar.
1) Petugas / Tim K3 gizi
Pengamanan kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap petugas terutama
yang berhubungan langsung dengan penyajian makanan. Untuk mengkoordinasikan,
menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk gizi
yang melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim
fungsional keamanan gizi.
Kepala gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 gizi.
Dalam pelaksanaannya kepala gizi dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk tim K3
gizi.
Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau pelaksanaan K3
yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Member perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mencegah terkena aliran listrik
n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
Setiap tim gizi sebaiknya membuat pokok – pokok K3 gizi yang penting dan ditempatkan di lokasi
yang mudah dibaca oleh setiap petugas gizi.
2) Kesehatan Petugas gizi
Pada setiap calon petugas gizi harus dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap termasuk foto
toraks.
Keadaan kesehatan petugas gizi harus memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan di
gizi.
Untuk menjamin kesehatan para petugas gizi harus dilakukan hal – hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian imunisasi
Setiap petugas gizi harus mempunyai program imunisasi, terutama bagi petugas yang bekerja di gizi
tingkat keamanan biologis 2,3 dan 4.
Vaksinasi yang diberikan :
Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas gizi
c. Pemantauan Kesehatan
Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setiap petugas harus mempunyai Kartu
Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit.
Minimal setiap tahun dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.
Bila petugas gizi sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang penyakitnya maka petugas
yang bertanggung jawab terhadap K3 gizi harus melapor pada kepala unit gizi tentang kemungkinan
terjadinya pajanan yang diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.
3) Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak
dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
C. Penanganan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang berbahaya
bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya
agar tidak menimbulkan dampak negatif.
a. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah
secara kontinue.
b. Penampungan
Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkan pada tempat yang
pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang dengan landfill,
namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara
menggunakan kantong berkode ( umumnya menggunakan kode warna ). Namun penggunaan kode
tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain
yang mungkin juga menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan linen
terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.
d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah
Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Agar upaya peningkatan mutu di RS Hative Passo dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu
pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap mutu.
Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,
informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan
input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksiprofesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen ( Pasien
/ Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
B. Upaya Peningkatan Mutu
Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan RS
Hative Passo secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Upaya ini
dilakukan melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai dengan target mutu gizi dan kepuasan
pelanggan dapat meningkat.
Fungsi dari pengendalian mutu adalah
1. Mengawasi setiap tahapan proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
BAB IX
PENUTUP
Pedoman organisasi Unit Gizi yang sudah kita susun bersama, hendaknya menjadi dasar setiap
SDM di Unit Gizi khususnya dan SDM RS Hative Passo dan menjalankan organisasi demi tercapainya
kinerja yang optimal.
Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan Organisasi
ini akan kita revisi bila diperlukan.