TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KILISUCI
1
hun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Te
naga Gizi;
8. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
11. Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008 tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
12. Peraturan Walikota Nomor 33 Tahun 2020 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis dan Unit Organisasi
Bersifat Khusus pada Dinas Kesehatan
13. Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2021 tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit Umum Daerah Kilisuci Kota Kediri
(Hospital By Law)
MEMUTUSKAN
2
Pembina Tk.I
NIP. 19760331 200604 2 013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi berperan penting dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan. Lebih
luas lagi ilmu gizi digunakan sebagai terapi pendukung penyembuhan penyakit.
Berbagai macam jenis penyakit bahkan sangat tergantung pada tata laksana asuhan
gizi, sebagai contoh penyakit degeneratif, penyakit kritis dan keadaan malnutrisi.
3
dibutuhkan, dan mendistribusikan sesuai jadwal, jenis penyakit dan menu yang
disediakan bervariasi berputar selama 10 hari. Makanan yang disajikan selain bernilai
gizi sesuai dengan kebutuhan pasien juga harus aman dari bahaya secara biologi, fisik
dan kimia. Pengelolaan makanan di RSUD Kilisuci Kota Kediri dilaksanakan oleh pihak
ketiga dengan tugas pokoknya adalah menyediakan makanan / diet yang diajukan oleh
Ahli Gizi.
Intervensi terapi gizi disesuaikan dengan preskripsi diet awal yang diorder oleh
dokter sesuai kondisi pasien dan penyakit yang menyertai. Setiap pasien menerima
makanan yang berbeda terdiri dari bentuk makanan, jenis diet, jumlah makanan yang
dikonsumsi, jadwal pemberian makan, makanan yang dianjurkan dan yang dibatasi
diatur dengan baik, agar dapat diterima. Bentuk makanan bisa padat, lunak, jenis diet
dan kebutuhan zat gizi tergantung pada penyakit pasien, cara pemberian secara oral.
Jadwal pemberian oral disesuaikan dengan kondisi pasien biasanya 3 kali makan utama
2 kali selingan.
Pemberian intervensi gizi pada pasien dapat berubah setiap saat disesuaikan
dengan diagnosis gizi (masalah gizi), kondisi yang ditemukan pada pasien, sehingga
preskripsi diet definitif ditetapkan berdasarkan kolaborasi antara Ahli gizi dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien. Intervensi gizi dalam asuhan gizi diberikan pada pasien
yang berisiko malnutrisi dan kondisi khusus. Pada pasien yang tidak berisiko apabila
setelah di skrining ulang dinyatakan berisiko maka pasien dibuatkan rencana terapi gizi
yaitu mendapatkan asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi, kemudian dimonitoring dan
dievaluasi pemberiaannya sampai tujuan tercapai.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan gizi yang
bermutu di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat inap
maupun rawat jalan.
b. Menyelenggarakan makanan sesuai status gizi dan kebutuhan pasien serta
aman dikonsumsi.
c. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan konseling gizi pasien beserta
keluarganya.
4
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari :
1. Skrining gizi
2. Pelayanan Asuhan gizi Rawat Jalan
3. Pelayanan gizi Rawat Inap
4. Konseling dan Edukasi Gizi
5. Penyelenggaraan Makanan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit, untuk keperluan peningkatan
kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
2. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terstruktur dalam identifikasi
masalah gizi, penyediaan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan, dan
membantu mengarahkan pola makan yang tepat sesuai dengan penyakit melalui
konseling dan edukasi gizi. Kegiatan asuhan gizi diawali dengan skrining gizi, untuk
pasien yang malnutrisi dan berisiko malnutrisi diberikan asuhan gizi sesuai dengan
proses asuhan gizi terstandar.
3. Tim Dukungan Gizi (Nutrition Support Team)/ Tim Terapi Gizi adalah sekelompok
tenaga profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter,
ahli gizi, farmasi, perawat dari setiap unit pelayanan, yang menangani pasien-
pasien khusus (berisiko tinggi malnutrisi) untuk mencapai pelayanan gizi yang
bermutu.
4. Skrining gizi adalah proses dari identifikasi klinik yang berhubungan dengan resiko
malnutrisi dengan tujuan untuk merencanakan terapi gizi yang sesuai. Informasi
yang dikumpulkan pada skrining gizi meliputi : umur, tinggi badan, berat badan saat
ini dan biasanya, perubahan nafsu makan, kesulitan mengunyah dan menelan
makanan, adanya mual dan muntah, atau diare. Perangkat skrining gizi antara lain
MST (Malnutrition Screening Tool) dan MUST (Malnutrisi Universal Screening
Tools).
5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien melalui kegiatan
pemberian terapi diet. Terapi diet merupakan pengaturan makan dengan tujuan
memperbaiki kondisi penyakit. Modifikasi diet dapat berupa pembatasan atau
penambahan zat gizi tertentu.
6. Penyuluhan Gizi adalah kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi untuk tujuan
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, serta perilaku sehat bagi
individu serta masyarakat rumah sakit.
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Ahli gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi.
5
8. Teknikal Ahli gizi adalah seorang ahli gizi yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik melalui pendidikan D3 Gizi, atau yang mendapat sertifikat dari
PERSAGI dan MTKI bekerja di unit pelayanan yang melaksanakan asuhan gizi.
9. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, penerimaan makanan / diet, penyimpanan, sampai dengan
pendistribusian makanan kepada pasien, serta monitoring dan evaluasi.
10. Penerimaan Makanan adalah pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang
ketepatan diet, kualitas, kuantitas makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan
yang ditetapkan.
11. Penyimpanan Sample Makanan adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga
keamanan makanan matang di lemari penyimpanan makanan matang.
12. Penyajian Makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
pasien dan jenis makanan. Distribusi makanan dilakukan secara sentralisasi
selanjutnya dibagikan kepada pasien di ruang rawat inap.
13. Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur mudah dikunyah, ditelan
dan dicerna dibanding dengan makanan biasa. Makanan pokoknya beras dibuat
bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak sedemikian rupa sehingga tidak keras
dan tidak merangsang, pemasakan tidak digoreng dan tidak pedas.
14. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dimakan orang sehat pada
umumnya. Bentuk makanan pokok biasanya nasi, lauk dan sayur beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk tekstur dan aroma normal.
15. Higiene Makanan adalah kondisi dan perlakuan untuk menjamin kebersihan dan
keamanan makanan.
16. Sanitasi Makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor kebersihan makanan,
meliputi : orang, tempat dan perlengkapan masak dan bahan makanan yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
17. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
disekitarnya
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
6
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakiti;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tahun 2004 tentang
Perumah sakityaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
8
B. Distribusi Ketenagaan
Koordinator Instalasi Gizi membawahi unit pelayanan asuhan gizi, unit
penyelenggaraan makanan dan distribusi.
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
10
B. ALUR INSTALASI GIZI
C. Standar Fasilitas
Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal, maka perlu
didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat jalan,
rawat inap maupun di Instalasi Pelayanan Gizi.
Fasilitas ruang dan peralatan yang tersedia di Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri
adalah sebagai berikut :
11
3. Tempat penyimpanan Makanan Basah (sampel)
a. Tersedia refrigerator dua pintu dengan suhu 1 -4 ◦C
b. Ruang penyimpanan air mineral (dus dan galon)
4. Ruang Ahli Gizi
a. Tersedia meja dan kursi
b. Tersedia peralatas tulis
c. Tersedia komputer
d. Tersedia printer
e. Tersedia papan diet
f. Tersedia dispenser
g. Tersedia pemotong kertas
h. Tersedia tempat penyimpanan hazmat lengkap
i. Tersedia refrigerator
j. Tersedia AC
k. Tersedia TV
5. Ruang / tempat arsip
a. Tersedia box arsip
6. Ruang ganti
a. Tersedia gantungan baju
b. Tersedia cermin
c. Tersedia rak sepatu
Standar fasilitas pendukung yang ada di Instalasi gizi RSUD Kilisuci antara lain adalah
sebagai berikut :
12
h. Face shield
i. Baju Kerja
j. Sepatu boot
k. Sandal komin
4. Tersedia sumber air bersih.
a. Air bersih tandon untuk kebutuhan Instalasi Gizi.
b. Pemeriksaan kekeruhan dan Ph dilakukan secara berkala oleh bagian Kesling.
5. Tersedia sumber listrik yang baik dan aman, voltage yang stabil dan dapat dimonitor.
a. Sumber listrik
b. Intensitas cahaya minimal 200 lux.
6. Penerangan dan ventilasi cukup
a. Tersedianya penerangan (lampu) disetiap bagian dalam dan luar gedung Instalasi Gizi.
b. Tersedia sarana ventilasi untuk membantu sirkulasi dan ventilasi ruangan.
13
BAB IV
Tatalaksana kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Gizi terdiri dari 4 cakupan pelayanan
dengan mekanisme kerja sebagai berikut :
14
resep. Dalam penyusunan menu makan pagi, siang dan malam terdapat macam
variasi menu sehingga diharapkan tidak membosankan pasien.
c. Penyusunan siklus menu 10 (sepuluh) hari untuk pasien dengan menu standar
sama.
4. Melakukan Pengadaan Makanan Matang
Kegiatan pengadaan makanan matang meliputi penetapan spesifikasi porsi makanan,
perhitungan, harga makanan, pemesanan dan survey pasar.
a. Penerimaan makanan.
Penerimaan makanan adalah kegiatan penerimaan makanan berdasarkan
spesifikasi yang telah ditentukan yang siap dikonsumsi, berkualitas dan aman.
15
b. Distribusi makanan.
Distribusi makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan bagi pasien.
16
Proses Asuhan Gizi Terintegrasi Di RSUD Kilisuci Kota Kediri
Pasien Masuk
Rawat Inap
Tidak Berisiko Malnutrisi
c. ASESMEN GIZI
17
Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji data terkait gizi
yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Pasien baru
yang berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus dikunjungi oleh Ahli gizi.
1) Data antropometri untuk menentukan status gizi : BB, TB, apabila pasien
tidak dapat ditimbang diukur dengan LILA. Kemudian menginterpretasikan
status gizi berdasarkan IMT atau LILA. Apabila pasien pernah menimbang BB
sebelumnya dapat ditanyakan BB biasanya untuk melihat
penurunan/peningkatan BB.
2) Data laboratorium yang terkait gizi : albumin, gula darah, hemoglobin, ureum,
kreatinin dan data laboratorium lain yang terkait.
3) Data klinis/fisik gizi yang berhubungan dengan defisiensi gizi ; kondisi kulit,
mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak, fungsi menelan,
mengunyah, menghisap, mual, muntah, kembung, diare, konstipasi, tanda-
tanda vital : Suhu, Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah dan data lain yang
berkaitan.
4) Data riwayat diet : Alergi makanan, ketidaksukaan makanan, kesukaan
makanan, pantangan makanan, pola makan, asupan zat gizi sehari
( makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, snack, minuman ),
pengalaman diet/konseling diet.
5) Riwayat personal : riwayat penyakit pasien dan keluarga, tingkat sosial
ekonomi, aktivitas fisik, kebiasaan minum obat/jamu, pengobatan alternatif
dan data lain yang berkaitan.
Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis penyakit yang biasanya lebih
spesifik. Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi pasien dan
penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya Ahli gizi membuat
perencanaan intervensi (terapi gizi) dan implementasi pemberian makanan yang
sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi DPJP. Tahapan kunjungan
awal adalah :
18
5) Apabila preskripsi diet dari dokter dirasa kurang sesuai, ahli gizi akan
mengusulkan perubahan diet, jumlah dan cara makan.
6) Hasil asesmen gizi ditulis dalam formulir Catatan Asuhan Gizi.
7) Pasien yang berisiko malnutrisi hasil assesmen gizi juga didokumentasikan
kedalam form asuhan gizi yang terdapat dalam rekam medis pasien
8) Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Ahli gizi akan
melakukan monitoring evaluasi dan asesmen ulang gizi untuk mengevaluasi
efektifitas intervensi gizi.
d. DIAGNOSIS GIZI
Penentuan diagnosa gizi adalah kegiatan identifikasi masalah
gizi/diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen gizi yang ditulis dengan format
kalimat yang terdiri dari problem, etiologi dan tanda/gejala. Dianosis gizi
merupakan langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan
intervensi gizi. Diagnosis gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah gizi yang
aktual/terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat. Langkah-langkah
penentuan diagnosis gizi adalah :
e. INTERVENSI GIZI
Intervensi Gizi adalah serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitan dengan
penggunaan bahan makanan untuk menanggulangi masalah gizi. Intervensi gizi
merupakan tindakan yang terencana secara khusus dengan tujuan untuk
mengatasi/menanggulangi masalah gizi terkait perilaku makan, kondisi lingkungan
atau status kesehatan pasien. Selama pemberian intervensi Ahli gizi bekerjasama
dengan pasien dan keluarga. Komponen intervensi adalah perencanaan terapi
gizi, implementasi/pemberian diet, edukasi dan konseling gizi.
19
Ahli gizi harus menetapkan tujuan intervensi gizi. Intervensi gizi
mempertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter penanggung jawab pasien
yang baru masuk. Selanjutnya Ahli gizi merencanakan terapi gizi berdasarkan
masalah gizi pasien, berupa merencanakan kebutuhan gizi, bentuk makanan,
jadwal, frekuensi pemberian makan sesuai kondisi penyakit dan kemampuan
makan pasien.
Konseling gizi diberikan kepada pasien rawat inap saat dirawat dan
sebelum pulang atau saat kontrol di rawat jalan. Konseling gizi diberikan pada
pasien yang memerlukan diet khusus, yang berisiko malnutrisi, sudah malnutrisi
atau dengan kondisi khusus seperti pasien geriatri, pasien dengan penurunan
imunitas, pasien dengan keganasan, pasien dengan gangguan metabolik DM,
pasien stroke, pasien sirosis hepatis dll. Selain edukasi mengenai pembatasan
diet pasien juga mendapat edukasi mengenai keamanan makanan pasien
(penyimpanan makanan, risiko kontaminasi).
20
asupan kalori dan zat gizi, asupan cairan pasien sudah/ belum terpenuhi
kebutuhan gizinya.
b) Biokimia terkait gizi : mengevaluasi hasil laboratorium terbaru pasien
yang terkait dengan gizi.
c) Antropometri yaitu pengukuran BB, perubahan BB, penentuan IMT dan
status gizi. Apabila tidak dapat ditimbang BB dapat menggunakan
pengukuran LILA.
d) Fisik-klinis terkait Gizi yaitu mengevaluasi tanda-tanda vital ( suhu, nadi,
pernafasan, tensi darah), mengevaluasi nafsu makan, gastrointestinal
( mual, muntah)
3) Hasil pemantauan :
a) Ada perbaikan berarti intervensi yang diberikan berhasil.
b) Apabila hasil pemantauan tidak menunjukkan perbaikan bahkan
perburukan berarti intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi
untuk mencapai kebutuhan pasien. Ahli gizi kembali melakukan
pengkajian gizi ( re-assessment) bila diperlukan. Setelah penilaian gizi
ulang dilakukan, maka proses selanjutnya sesuai dengan proses asuhan
gizi terstandar. Hal ini terus berulang sampai tujuan tercapai.
1) Ahli gizi membaca dokumen medik untuk mengetahui kondisi pasien dan
preskripsi diet pasien yang dibuat oleh Dokter.
2) Ahli gizi memberikan edukasi dan konseling sesuai masalah yang didapat
dari hasil pengkajian gizi.
3) Edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan jenis
diet yang dibutuhkan dan alat peraga food model.
21
4) Edukasi dan konseling dilakukan di ruang rawat inap dan mengikutsertakan
keluarga.
5) Ahli gizi menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan kebutuhan
gizi pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis, jumlah (porsi) bahan
makanan sehari menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain
yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan
pasien.
6) Ahli gizi memotivasi pasien untuk menjalankan anjuran diet.
7) Selain memberikan edukasi tentang diet yang dijalani, ahli gizi juga
memberikan edukasi mengenai keamanan makanan pasien meliputi
penyimpanan makanan, risiko kontaminasi dari makanan yang disimpan.
8) Ahli gizi memberikan edukasi dan konseling gizi ulang pada saat pasien akan
pulang dari rawat inap dengan media leaflet/brosur diet sesuai jenis diet yang
harus dijalani saat di rumah.
9) Ahli gizi menganjurkan pasien untuk konsultasi ulang ke ruang layanan gizi
rawat jalan pada saat kontrol.
10) Pencatatan hasil konseling gizi ditulis pada formulir Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi dan formulir Edukasi Terintegrasi dan dimasukkan ke
dalam rekam medis pasien.
11) Pasien menandatangani formulir apabila sudah mendapatkan
edukasi/konseling gizi.
b. Edukasi Gizi bagi Pasien yang Membawa Makanan dari Luar Rumah Sakit serta
Penyimpanan Makanan selama Di Rumah Sakit.
Penjelasan yang diberikan kepada pasien apabila ingin membawa makanan dari
luar rumah sakit yaitu penjelasan mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan kepada pasien sehubungan dengan diet serta penyakitnya. Tujuannya
adalah untuk memberikan kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk
menukar makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah sakit,
tanpa menyalahi jumlah/takaran, jenis makanan, bentuk, dan prinsip diet serta
memperhatikan higiene makanan. Langkah – langkahnya antara lain :
1) Pada saat kunjungan awal pasien baru, Ahli gizi menginformasikan apabila
pasien ingin mendapat makanan/membawa makanan dari luar rumah sakit
agar menginformasikan kepada Ahli gizi jenis makanan yang akan diberikan
kepada pasien.
2) Ahli gizi akan menilai makanan yang dibawa dari luar, apakah dapat diberikan
kepada pasien.
22
makanan penukar dan higiene makanan serta tetap memotivasi untuk
memprioritaskan makanan dari rumah sakit.
4) Ahli Gizi memberikan edukasi kepada pasien beserta keluarga mengenai tata
cara penyimpanan makanan dan risiko kontaminasi.
23
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Manajemen pelayanan logistik dan pergudangan Instalasi Gizi merupakan
penyelenggaraan pengurusan makanan matang dan air mineral untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan gizi di rumah sakit atau institusi secara teratur dalam kurun waktu
tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin.
B. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat
dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai. Maksudnya
dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan kebutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi.
24
2) Apabila persediaan air mineral menipis maka penanggung jawab logistik
mengajukan permintaan air mineral yang dibutuhkan.
3) Penanggung jawab logistik menyerahkan lembar pemesanan air mineral
kepada unit penyelenggaraan makananan matang untuk diverifikasi.
4) Lembar pemesanan air mineral yang sudah disetujui diserahkan kepada
pihak pihak rekanan oleh penanggung jawab logistik.
b) Penerimaan makanan matang
Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat dan melaporkan makanan
matang yang diperiksa kualitas dan kuantitas makanan matang yang diterima
sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan oleh RSUD Kilisuci
Kota Kediri dengan rekanan yang bersangkutan.
Adapun prinsip dalam penerimaan makanan matang di RSUD Kilisuci Kota
Kediri :
1) Jumlah
Makanan matang yang diterima harus sama dengan jumlah makanan matang
yang tertulis dalam lembar pemesanan makanan matang.
2) Mutu
Makanan matang yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi makanan
matang di RSUD Kilisuci Kota Kediri.
Apabila terjadi ketidaksesuaian baik dari segi jumlah, mutu pihak RSUD
Kilisuci Kota Kediri berhak untuk mengembalikan makanan tersebut untuk
ditukar oleh rekanan sesuai dengan standar RSUD Kilisuci Kota Kediri. Setiap
ketidaksesuaian pada saat penerimaan makanan matang, maka penanggung
jawab Logistik Gizi menghubungi rekanan untuk segera mengganti makanan
matang yang tidak sesuai pada hari itu juga.
Cara penerimaan yang terdapat di RSUD Kilisuci Kota Kediri yaitu secara
konvensional yang memperhitungkan baik kualitas maupun kuantitas.
1) Prosedur dalam penerimaan makanan matang meliputi :
i. Rekanan mengirimkan makanan matang sesuai dengan lembar
pemesanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
ii. Penanggung jawab logistik gizi menerima, memeriksa jumlah atau jenis
makanan matang yang diterimanya, serta mencocokkan dengan lembar
pemesanan.
iii. Penanggung jawab logistik gizi mencatat semua makanan matang yang
telah diterima dalam buku penerimaan.
2) Prosedur dalam penerimaan air mineral meliputi :
i. Rekanan mengirimkan air mineral sesuai dengan lembar pemesanan
yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
ii. Penanggung jawab logistik gizi (Gudang kering) menerima, memeriksa
jumlah, mengecek kondisi barang serta mencocokkan dengan lembar
pemesanan dan spesifikasi air mineral yang telah dibuat dan disepakati.
25
iii. Penanggung jawab logistik menyimpan air mineral di Gudang kering
dengan menggunakan system FIFO
iv. Penanggung jawab logistic meminta tanda tangan kepada pihak rekanan
sebagai bukti penerimaan barang
2. Penyimpanan sampel makanan yang disajikan
Suatu kegiatan yang bertujuan sebagai bahan bukti dalam pengajuan complain
intoksikasi dari pasien. Prosedur pelaksanaannya adalah :
26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas Rumah
Sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di Rumah
Sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
27
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien, maka standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang baik merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien Rumah Sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
dan kejadian tidak diharapkan.
28
4. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang
sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
30
A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.
31
5. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah
yang cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya.
6. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
7. Tersedia alat alat obat P3K.
32
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
33
4) Pencatatan kejadian Hospital malnutrition
5) Laporan harian, bulanan, triwulan, dan tahunan kegiatan asuhan gizi
B. Sistem Pengendalian Efektif
Sistem pengendalian efektif meliputi :
1. Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung kepada
atasan.
2. Terfokus pada titik strategis. Sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-
orang yang dikendalikan.
3. Obyektif dan menyeluruh. Sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang
yang dikendalikan.
4. Fleksibel. Sistem harus dibuat mudah sehingga mudah diterapkan.
5. Secara ekonomis realistis. Untung rugi pengendalian harus diperhitungkan secara
realistis.
6. Secara organisasi harus realistis. Jika sistem tidak realistik standar yang ditetapkan
terlalu tinggi, maka bawahan cenderung membuat laporan bias.
7. Akurat dan tepat yaitu sistem yang dihasilkan harus benar.
8. Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu tertentu, sehingga dapat
dilakukan koreksi bila diperlukan.
9. Sistem harus dapat diterima oleh semua karyawan.
34
Judul Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
Definisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien adalah ket
epatan penyediaan makanan, pada pasien sesuai dengan jadwa
l yang telah ditentukan.
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang disurvei yang mendapat makana
n tepat waktu dalam satu bulan.
Standar >90%
Definisi operasional Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak di
makan oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi rumah
sakit)
Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan dari pasien yang disurvey
35
Standar >20%
Definisi operasion Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan dalam memberi
al kan jenis diet.
Standar 100%
36
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan Gizi Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan yang
terbaru yaitu mengacu Standar Internasional dan profesional. Pelayanan gizi merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
agar status gizi optimal sesuai dengan penyakit pasien. Kegiatan pelayanan gizi di RSUD
Kilisuci Kota Kediri adalah asuhan gizi pada pasien rawat jalan, pengadaan makanan datang
serta penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Pedoman Pelayanan gizi di RSUD Kilisuci Kota Kediri bertujuan untuk memberikan
acuan tenaga gizi dan informasi bagi Tim Kesehatan sehingga jelas dan profesional dalam
mengelola pasien terkait gizi pasien, khususnya asuhan gizi oleh ahli gizi. Pedoman ini juga
bermanfaat dalam menginplementasikan proses asuhan gizi rumah sakit terstandar serta alur
pasien sejak masuk sampai dengan monitoring dan evaluasi kemajuan intervensi gizi yang
diberikan sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan pelayanan gizi yang
diselenggarakan di RSUD Kilisuci Kota Kediri. Dengan ini, diharapkan pelayanan gizi yang
diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan
Rumah Sakit.
Ditetapkan di : K E D I R I
KOTA KEDIRI
Pembina Tk. I
37