Anda di halaman 1dari 37

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KILISUCI


JL. Wakhid Hasyim No. 64 Telp. (0354) 6021640
email : rsud-kilisuci@kedirikota.go.id
KEDIRI

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KILISUCI KOTA KEDIRI


NOMOR: 445 / / 419.108.12 / 2021

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KILISUCI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KILISUCI KOTA KEDIRI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Umum Daerah Kilisuci Kota Kediri, maka diperlukan peny
elenggaraan pelayanan gizi yang bermutu tinggi;
b. bahwa dalam upaya pasien harus terpenuhi kebutuhan gizinya
melalui penyediaan makanan secara reguler, variatif, aman ba
gi pasien, konsisten sesuai status gizi beserta asuhan klinisnya
dan pelayanan Gizi di RSUD Kilisuci Kota Kediri dapat terlaksa
na dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur RSUD
Kilisuci Kota Kediri sebagai landasan bagi penyelenggaraan pe
layanan Gizi di RSUD Kilisuci Kota Kediri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dal
am a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSUD
Kilisuci Kediri;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/SK/III/2008 t
entang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/
MENKES/PER/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096
tahun 2011 tentang Higiene dan Sanitasi Jasa Boga;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78
tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 ta

1
hun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Te
naga Gizi;
8. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
11. Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008 tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
12. Peraturan Walikota Nomor 33 Tahun 2020 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis dan Unit Organisasi
Bersifat Khusus pada Dinas Kesehatan
13. Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2021 tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit Umum Daerah Kilisuci Kota Kediri
(Hospital By Law)

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KILISUCI KOTA KEDIRI TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INS
TALASI GIZI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KILISUCI KOTA
KEDIRI.
KESATU : Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri sebag
aimana tercantum dalam lampiran peraturan ini;
KEDUA : Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri sebag
aimana yang dimaksud dalam diktum kedua dapat digunakan seba
gai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi;
KETIGA : Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri ini
harus dibahas sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali dan
apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada;
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Plt. DIREKTUR RSUD KILISUCI


KOTA KEDIRI,

dr. TUTIK MAHANANI UCD, MMRS

2
Pembina Tk.I
NIP. 19760331 200604 2 013

LAMPIRAN: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KILISUCI KOTA KEDIRI

NOMOR : 445 / / 419.108.12 / 2021

TANGGAL : 30 September 2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi berperan penting dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan. Lebih
luas lagi ilmu gizi digunakan sebagai terapi pendukung penyembuhan penyakit.
Berbagai macam jenis penyakit bahkan sangat tergantung pada tata laksana asuhan
gizi, sebagai contoh penyakit degeneratif, penyakit kritis dan keadaan malnutrisi.

Masalah malnutrisi pada berbagai keadaan penyakit dapat mempengaruhi


proses penyembuhan dan lama rawat. Terdapat kecenderungan peningkatan kasus
malnutrisi/penurunan status gizi pasien yang dirawat di rumah sakit (Hospital
Malnutrition) pada kelompok khusus mulai dari bayi, anak, sampai usia lanjut (usila)
sehingga dirasakan perlu adanya penatalaksanaan gizi khusus, untuk mempertahankan
dan meningkatkan status gizi yang optimal serta mempercepat penyembuhan pasien.

Untuk mengatasi terjadinya Hospital Malnutrition maka ahli gizi melakukan


asuhan gizi yang merupakan rangkaian kegiatan asesmen (pengkajian) pada pasien
yang berisiko malnutrisi setelah dilakukan skrining gizi. Ahli gizi harus memberikan
pelayanan berkualitas yaitu pemberian intervensi gizi harus benar, tepat waktu, tepat
sasaran sesuai penyakitnya dengan cara yang tepat. Untuk pemberian asuhan gizi yang
tepat, secara berurutan tahapan kegiatan yang harus dilalui yaitu dari
asesmen/pengkajian gizi (Nutrition Assesment), diagnosa Gizi (Nutrition Diagnosis),
intervensi gizi (Nutrition Intervention) yang didalamnya diuraikan mengenai rencana
terapi gizi, implementasi, edukasi dan konseling gizi. Terapi gizi yang diberikan harus
dilihat dampaknya terhadap perubahan yang terjadi pada pasien sesuai tujuan yang
hendak dicapai, oleh karena itu tahapan berikut disebut monitoring dan evaluasi. Tingkat
kemajuan pasien, respon pasien dimonitor dan dicatat dalam rekam medis seperti daya
terima makanan, keluhan makan, perubahan pemahanan/perilaku.

Pada pelaksanaan intervensi gizi, unit produksi dan distribusi makanan


berperan penting dalam menyediakan makanan sesuai diet, jumlah zat gizi yang

3
dibutuhkan, dan mendistribusikan sesuai jadwal, jenis penyakit dan menu yang
disediakan bervariasi berputar selama 10 hari. Makanan yang disajikan selain bernilai
gizi sesuai dengan kebutuhan pasien juga harus aman dari bahaya secara biologi, fisik
dan kimia. Pengelolaan makanan di RSUD Kilisuci Kota Kediri dilaksanakan oleh pihak
ketiga dengan tugas pokoknya adalah menyediakan makanan / diet yang diajukan oleh
Ahli Gizi.

Intervensi terapi gizi disesuaikan dengan preskripsi diet awal yang diorder oleh
dokter sesuai kondisi pasien dan penyakit yang menyertai. Setiap pasien menerima
makanan yang berbeda terdiri dari bentuk makanan, jenis diet, jumlah makanan yang
dikonsumsi, jadwal pemberian makan, makanan yang dianjurkan dan yang dibatasi
diatur dengan baik, agar dapat diterima. Bentuk makanan bisa padat, lunak, jenis diet
dan kebutuhan zat gizi tergantung pada penyakit pasien, cara pemberian secara oral.
Jadwal pemberian oral disesuaikan dengan kondisi pasien biasanya 3 kali makan utama
2 kali selingan.

Pemberian intervensi gizi pada pasien dapat berubah setiap saat disesuaikan
dengan diagnosis gizi (masalah gizi), kondisi yang ditemukan pada pasien, sehingga
preskripsi diet definitif ditetapkan berdasarkan kolaborasi antara Ahli gizi dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien. Intervensi gizi dalam asuhan gizi diberikan pada pasien
yang berisiko malnutrisi dan kondisi khusus. Pada pasien yang tidak berisiko apabila
setelah di skrining ulang dinyatakan berisiko maka pasien dibuatkan rencana terapi gizi
yaitu mendapatkan asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi, kemudian dimonitoring dan
dievaluasi pemberiaannya sampai tujuan tercapai.

Pelaksanaan pelayanan gizi di Rumah Sakit memerlukan sebuah pedoman


sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, serta menghemat biaya
perawatan. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan bagi RSUD
Kilisuci Kota Kediri untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan gizi yang
bermutu di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat inap
maupun rawat jalan.
b. Menyelenggarakan makanan sesuai status gizi dan kebutuhan pasien serta
aman dikonsumsi.
c. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan konseling gizi pasien beserta
keluarganya.

4
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari :

1. Skrining gizi
2. Pelayanan Asuhan gizi Rawat Jalan
3. Pelayanan gizi Rawat Inap
4. Konseling dan Edukasi Gizi
5. Penyelenggaraan Makanan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit, untuk keperluan peningkatan
kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
2. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terstruktur dalam identifikasi
masalah gizi, penyediaan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan, dan
membantu mengarahkan pola makan yang tepat sesuai dengan penyakit melalui
konseling dan edukasi gizi. Kegiatan asuhan gizi diawali dengan skrining gizi, untuk
pasien yang malnutrisi dan berisiko malnutrisi diberikan asuhan gizi sesuai dengan
proses asuhan gizi terstandar.
3. Tim Dukungan Gizi (Nutrition Support Team)/ Tim Terapi Gizi adalah sekelompok
tenaga profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter,
ahli gizi, farmasi, perawat dari setiap unit pelayanan, yang menangani pasien-
pasien khusus (berisiko tinggi malnutrisi) untuk mencapai pelayanan gizi yang
bermutu.
4. Skrining gizi adalah proses dari identifikasi klinik yang berhubungan dengan resiko
malnutrisi dengan tujuan untuk merencanakan terapi gizi yang sesuai. Informasi
yang dikumpulkan pada skrining gizi meliputi : umur, tinggi badan, berat badan saat
ini dan biasanya, perubahan nafsu makan, kesulitan mengunyah dan menelan
makanan, adanya mual dan muntah, atau diare. Perangkat skrining gizi antara lain
MST (Malnutrition Screening Tool) dan MUST (Malnutrisi Universal Screening
Tools).
5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien melalui kegiatan
pemberian terapi diet. Terapi diet merupakan pengaturan makan dengan tujuan
memperbaiki kondisi penyakit. Modifikasi diet dapat berupa pembatasan atau
penambahan zat gizi tertentu.
6. Penyuluhan Gizi adalah kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi untuk tujuan
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, serta perilaku sehat bagi
individu serta masyarakat rumah sakit.
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Ahli gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi.

5
8. Teknikal Ahli gizi adalah seorang ahli gizi yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik melalui pendidikan D3 Gizi, atau yang mendapat sertifikat dari
PERSAGI dan MTKI bekerja di unit pelayanan yang melaksanakan asuhan gizi.
9. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, penerimaan makanan / diet, penyimpanan, sampai dengan
pendistribusian makanan kepada pasien, serta monitoring dan evaluasi.
10. Penerimaan Makanan adalah pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang
ketepatan diet, kualitas, kuantitas makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan
yang ditetapkan.
11. Penyimpanan Sample Makanan adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga
keamanan makanan matang di lemari penyimpanan makanan matang.
12. Penyajian Makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
pasien dan jenis makanan. Distribusi makanan dilakukan secara sentralisasi
selanjutnya dibagikan kepada pasien di ruang rawat inap.
13. Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur mudah dikunyah, ditelan
dan dicerna dibanding dengan makanan biasa. Makanan pokoknya beras dibuat
bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak sedemikian rupa sehingga tidak keras
dan tidak merangsang, pemasakan tidak digoreng dan tidak pedas.
14. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dimakan orang sehat pada
umumnya. Bentuk makanan pokok biasanya nasi, lauk dan sayur beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk tekstur dan aroma normal.
15. Higiene Makanan adalah kondisi dan perlakuan untuk menjamin kebersihan dan
keamanan makanan.
16. Sanitasi Makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor kebersihan makanan,
meliputi : orang, tempat dan perlengkapan masak dan bahan makanan yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
17. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
disekitarnya

E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161 tahun 2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 tahun 2011 tentang
Higiene dan Sanitasi Jasa Boga;

6
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakiti;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tahun 2004 tentang
Perumah sakityaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit

7
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan pelayanan Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri dipimpin
oleh Koordinator Instalasi Gizi. Distribusi ketenagaan di Instalasi Gizi disesuaikan
dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada.

Pola Ketenagaan Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri

Kualifikasi Tenaga Tenaga Keterangan


Yang Yang
Nama Jabatan
Formal Informal Dibutuh Ada
kan

Koordinator D3-Gizi Seminar tata 1 1 Merangkap Pelayanan Gizi


Instalasi laksana diet Ruang Jayanegara dan
petugas distribusi makanan

Unit Pelayanan D3-Gizi Seminar 1 1 Merangkap Pelayanan Gizi


Asuhan Gizi tata laksana Ruang Kertanegara dan
diet petugas distribusi makanan

Unit D3 Gizi Seminar 1 1 Merangkap Pelayanan Gizi


Penyelenggaraan tata laksana Ruang Airlangga dan
Makanan dan diet petugas distribusi makanan
Distribusi

Pelaksana D3 Gizi Seminar Merangkap petugas


2 2
tata laksana distribusi makanan
Asuhan gizi
diet
Edukasi dan
konseling gizi

8
B. Distribusi Ketenagaan
Koordinator Instalasi Gizi membawahi unit pelayanan asuhan gizi, unit
penyelenggaraan makanan dan distribusi.

Unit pelayanan asuhan Gizi bertanggung jawab mengkoordinasikan pelaksana


asuhan gizi, konseling dan edukasi pasien beserta keluarga pasien di rawat inap
maupun rawat jalan serta penyajian makanan di ruang rawat inap. Unit
penyelenggaraan makanan dan distribusi mengkoordinir pelaksanaan pendistribusian
makanan.
Kegiatan pengawasan dan pengendalian proses penyelenggaraan pelayanan
gizi, untuk menjamin mutu pelayanan dilakukan oleh supervisor. Proses penjaminan
mutu di unit produksi dan distribusi dilaksanakan oleh unit produksi dan distribusi,
sedangkan untuk penjaminan mutu kegiatan asuhan gizi baik di rawat inap maupun
rawat jalan dilaksanakan oleh unit pelayanan asuhan gizi didampingi Koordinator
Instalasi Gizi berupa kegiatan supervisi rutin.
C. Pengaturan Jaga
Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri memberikan pelayanan selama 14 jam
dalam 7 hari. Mulai pukul 06.00 WIB pagi sampai pukul 20.00 WIB malam. Oleh karena
tidak ada hari libur, maka sistem dinas harus diatur sedemikian rupa sehingga masing-
masing karyawan memiliki waktu libur secara bergantian. Pembagian petugas diatur
menjadi dua shift, yaitu pagi dan siang. Petugas pagi sebanyak 2 orang, petugas siang
sebanyak 2 orang dan 1 orang mendapatkan libur. Adapun pembagian jam dinas di
Instalasi Gizi adalah sebagai berikut :

Shift Pagi : Pukul 06.00 - 13.00 WIB (6 hari kerja)


Shift Siang : Pukul 13.00 - 20.00 WIB (6 hari kerja)

9
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Produksi Gizi

10
B. ALUR INSTALASI GIZI

RUANG CUCI ALAT


RUANG PENERIMAAN GUDANG PENYIMPANAN BASAH
DAN BAHAN
BAHAN MAKANAN DAN
MAKANAN MENTAH GUDANG PENYIMPANAN KERING
PERSIAPAN
GUDANG PENYIMPANAN ALAT

RUANG PRODUKSI DENGAN


TEMPAT KOMPOR TERPUSAT
SERTA DILENGKAPI EXHAUSTER
TROLI BERSIH RUANG PEMORSIAN
SENTRAL
DAPUR CAIR

TROLI KOTOR RUANG PENCUCIAN


ALAT MAKANAN PASIEN

C. Standar Fasilitas
Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal, maka perlu
didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat jalan,
rawat inap maupun di Instalasi Pelayanan Gizi.

Fasilitas ruang dan peralatan yang tersedia di Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri
adalah sebagai berikut :

1. Ruang / tempat penerimaan makanan.


a. Meja tulis
b. Kereta pengangkut makanan
2. Ruang / tempat persiapan makanan
a. Meja kayu dan kursi
b. Tempat sampah tertutup

11
3. Tempat penyimpanan Makanan Basah (sampel)
a. Tersedia refrigerator dua pintu dengan suhu 1 -4 ◦C
b. Ruang penyimpanan air mineral (dus dan galon)
4. Ruang Ahli Gizi
a. Tersedia meja dan kursi
b. Tersedia peralatas tulis
c. Tersedia komputer
d. Tersedia printer
e. Tersedia papan diet
f. Tersedia dispenser
g. Tersedia pemotong kertas
h. Tersedia tempat penyimpanan hazmat lengkap
i. Tersedia refrigerator
j. Tersedia AC
k. Tersedia TV
5. Ruang / tempat arsip
a. Tersedia box arsip
6. Ruang ganti
a. Tersedia gantungan baju
b. Tersedia cermin
c. Tersedia rak sepatu

Standar fasilitas pendukung yang ada di Instalasi gizi RSUD Kilisuci antara lain adalah
sebagai berikut :

1. Fasilitas / peralatan untuk edukasi konseling gizi/ penyuluhan diet.


a. Daftar bahan makan penukar.
b. Leaflet (makanan anak sehat, makan bayi sehat, diabetes melitus, jantung, lambung,
rendah garam, rendah kolesterol, rendah lemak, rendah protein, rendah purin, TKTP,
dislipidemia, batu ginjal).
c. Form asuhan gizi pasien.
d. Buku Penuntun/Pedoman Konseling Gizi.
e. Tempat mencuci tangan
2. Fasilitas distribusi.
a. Tersedia food trolley tertutup untuk distribusi makanan setiap ruangan
3. Tersedia Alat pelindung diri.
a. Hazmat
b. Sarung tangan medis
c. Sarung tangan non medis
d. Celemek plastik
e. Topi / penutup kepala.
f. Masker medis
g. Masker N95

12
h. Face shield
i. Baju Kerja
j. Sepatu boot
k. Sandal komin
4. Tersedia sumber air bersih.
a. Air bersih tandon untuk kebutuhan Instalasi Gizi.
b. Pemeriksaan kekeruhan dan Ph dilakukan secara berkala oleh bagian Kesling.
5. Tersedia sumber listrik yang baik dan aman, voltage yang stabil dan dapat dimonitor.
a. Sumber listrik
b. Intensitas cahaya minimal 200 lux.
6. Penerangan dan ventilasi cukup
a. Tersedianya penerangan (lampu) disetiap bagian dalam dan luar gedung Instalasi Gizi.
b. Tersedia sarana ventilasi untuk membantu sirkulasi dan ventilasi ruangan.

Tersedia inventarisasi peralatan yang digunakan di Instalasi Gizi yang dikelompokkan


sesuai dengan ruang / tempat peralatan tersebut tersedia.

13
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tatalaksana kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Gizi terdiri dari 4 cakupan pelayanan
dengan mekanisme kerja sebagai berikut :

A. Tata Laksana Pengadaan Dan Distribusi Makanan


1. Penetapan Peraturan Pemberian Makanan di Rumah Sakit ( PPMRs)
a. Penetapan peraturan pemberian makanan Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit sebagai salah satu acuan dalam memberikan pelayanan gizi pada
pasien
b. Unit produksi memberikan makanan kepada pasien dalam penyelenggaraan
makan di rumah sakit sesuai dengan PGRS yang memuat standar pemberian
makanan pasien berdasarkan jenis diet dan bentuk makanan yang diberikan untuk
pasien dewasa maupun pasien anak.
c. Penyusunan penentuan pemberian makanan rumah sakit berdasarkan kebijakan
Rumah Sakit, macam konsumen yang dilayani, Angka Kecukupan Gizi yang
mutakhir dan kebutuhan gizi diet khusus, standar makanan sehari makanan biasa
dan diet khusus, penentuan menu dan pola makan, penetapan kelas perawatan,
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku.
2. Menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet
a. Standar makanan adalah susunan macam/contoh bahan makanan serta
jumlahnya (berat kotor) yang digunakan sebagai standar dalam sistem
penyelenggaraan makanan, disesuaikan dengan dana yang tersedia dan
kecukupan gizi.
b. Tujuannya adalah tercapainya kecukupan gizi yang selaras dengan dana yang
tersedia. Besar kecilnya dana yang tersedia akan mempengaruhi standar
makanan, namun demikian Instalasi gizi bertanggung-jawab terhadap tercapainya
kecukupan gizi minimal.
c. Langkah – langkah menyusun standar makanan :
1) Menetapkan standar kecukupan gizi
2) Menetapkan standar makanan berdasarkan nilai gizi, anggaran dan
mengonversikan bahan makanan dalam berat bersih.
3) Menetapkan standar makanan berdasarkan distribusi makanan sehari.
3. Menyusun menu makanan
a. Untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien berdasarkan bentuk dan jenis diet maka
Unit produksi makanan menerapkan pedoman menu pasien dengan siklus 10 hari.
b. Siklus menu disusun berdasarkan pola makan 3x sehari yang terdiri dari makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah dengan menganut pada kaidah
gizi seimbang. Diperhitungkan pula variasi makanan, standar porsi dan standar

14
resep. Dalam penyusunan menu makan pagi, siang dan malam terdapat macam
variasi menu sehingga diharapkan tidak membosankan pasien.
c. Penyusunan siklus menu 10 (sepuluh) hari untuk pasien dengan menu standar
sama.
4. Melakukan Pengadaan Makanan Matang
Kegiatan pengadaan makanan matang meliputi penetapan spesifikasi porsi makanan,
perhitungan, harga makanan, pemesanan dan survey pasar.

a. Menetapkan spesifikasi porsi makanan sesuai dengan ukuran, bentuk,


penampilan dan kualitas bahan makanan.
b. Survey pasar dilakukan untuk mencari informasi mengenai harga makanan
matang yang ada di pasaran, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai
dasar perencanaan anggaran.
c. Pemesanan makanan/order makanan makanan disesuaikan dengan pedoman
menu, jumlah pasien yang dilayani.
1) Pemesanan makanan matang pasien pada rekanan dilakukan tiap hari
2) Pemesanan snack pasien pada rekanan kue dilakukan tiap hari dengan
menyerahkan jadwal snack 1 bulan.
d. Pembelian makanan matang dilakukan oleh rekanan yang sudah ditunjuk Rumah
Sakit sesuai dengan harga pasar.
5. Melakukan Penerimaan Makanan matang
a. Makanan yang datang diperiksa sesuai permintaan dan spesifikasi.
b. Apabila makanan yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi, macam, kualitas
dan kuantitas maka makanan tersebut dikembalikan pada rekanan dan diganti
pada hari tersebut
6. Melakukan Penyimpanan Makanan Matang
Penyimpanan makanan matang adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga
keamanan makanan matang di lemari penyimpanan makanan, sesuai kaidah yang
berlaku.

a. Penyimpanan bahan makanan dikelompokkan sesuai dengan tanggal.


b. Mengontrol suhu penyimpanan bahan makanan
1) Bahan makanan matang disusun beraturan, diberi tanggal dan jam
penerimaan.
2) Bahan makanan matang disimpan sesuai suhu penyimpanan :
a) Penyimpanan segar (Fresh Cooling) makanan matang disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu 1-4 ◦C .
c. Penyimpanan air mineral dicatat dalam kartu stock.
7. Mengelola penerimaan dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap sesuai dengan
kebutuhan

a. Penerimaan makanan.
Penerimaan makanan adalah kegiatan penerimaan makanan berdasarkan
spesifikasi yang telah ditentukan yang siap dikonsumsi, berkualitas dan aman.

15
b. Distribusi makanan.
Distribusi makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan bagi pasien.

1) Pendistribusian makanan pasien dilakukan oleh petugas distribusi sesuai


dengan menu, diet, jumlah dan waktu yang sudah ditentukan.
2) Makanan di distribusikan ke pasien sesuai dengan jam makan yang telah di
tentukan. Jam makan pasien adalah sbb :
 Makan Pagi : 06.00 – 07.00
 Makan Siang : 11.00 – 12.00
 Makan Malam : 16.00 – 17.00
8. Tata Laksana Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap

a. SKRINING STATUS NUTRISI


1) Kegiatan assesmen awal salah satunya adalah skrining status nutrisi pada
pasien dewasa rawat inap dilakukan oleh perawat di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) dengan kriteria pada
pasien berisiko malnutrisi (jika skor ≥ 2) dan pasien tidak berisiko malnutrisi
dan atau dengan kondisi khusus antara lain : pasien dengan cedera otak
berat, hemodialisis, sirosis hepatis, diabetes mellitus, geriatri, kanker dengan
kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis
dan sebagainya.
2) Kegiatan skrining status nutrisi pada pasien anak rawat inap dilakukan oleh
perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) menggunakan metode The
Screening Tool for Risk Of Impaired Nutritional Status and Growth
(STRONGkids). Anak termasuk pasien berisiko malnutrisi jika skor
STRONGkids ≥ 2 dan atau dengan kondisi khusus antara lain diare kronis
(lebih 2 minggu), (tersangka) Penyakit Jantung Bawaan, (tersangka) HIV,
(tersangka) kanker, penyakit hati kronik, penyakit ginjal kronik, TB Paru, luka
bakar luas, kelainan anatomis mulut yang menyebabkan kesulitan makan
(bibir sumbing), trauma, kelainan metabolic bawaan, retardasi mental,
kelambatan perkembangan, rencana/ pasca operasi mayor (misal laparatomi,
torakotomi), terpasang stoma. Skrining status nutrisi pada anak bertujuan
untuk mengetahui masalah gizi pasien dan penyebabnya.
3) Bila hasil skrining status nutrisi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
proses asuhan gizi terstandar oleh Ahli Gizi.
4) Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukan reasessmen setelah 7 hari. Jika hasil reasessmen pasien berisiko
malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar.

16
Proses Asuhan Gizi Terintegrasi Di RSUD Kilisuci Kota Kediri

Pasien Masuk
Rawat Inap
Tidak Berisiko Malnutrisi

Assesmen awal gizi7 hari Preskripsi Gizi Awal Integrasi Pelayanan


Reasessmen setelah
(Form assesmen awal (Order Gizi) (Care Plan)
Berisiko
keperawatan) DPJP/Perawat/Ahli Gizi Dokter & PPA
Malnutrisi

Order Gizi Pelayanan Makanan


(Ahli Gizi) (Unit Penyelenggaran
& Distribusi)

Assesmen giz lanjut Diagnosa Gizi Rencana Monev respon gizi


(Form asuhan gizi & (Form asuhan gizi Intervensi Gizi (Form asuhan gizi
CPPT) & CPPT) (Form asuhan gizi & CPPT)
& CPPT)

b. PRESKRIPSI DIET/ ORDER DIET


1) Preskripsi diet/ order diet awal adalah pemesanan diet pasien yang ditulis
oleh DPJP/Perawat/Ahli Gizi dalam waktu 1 x 24 jam terdiri dari bentuk
makanan dan jenis diet.
2) Pasien dengan kondisi khusus dicantumkan anjuran kebutuhan energi dan
atau zat gizi lain.
3) Perskripsi diet definitif/lanjutan ditetapkan oleh Dokter bekerjasama dengan
Ahli gizi dalam menentukan bentuk makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal
dan jenis diet yang lebih tepat sesuai dengan kondisi pasien.
4) Preskripsi diet lanjutan dituliskan kembali dalam dokumen medik oleh Dokter
dan Ahli Gizi.
5) Dalam kondisi tertentu Ahli Gizi dapat menetapkan preskripsi diet awal dan
mengusulkan perubahan diet, penambahan preskripsi diet lanjutan. Ahli Gizi
akan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan Dokter dan perawat.

c. ASESMEN GIZI

17
Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji data terkait gizi
yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Pasien baru
yang berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus dikunjungi oleh Ahli gizi.

Data yang dikumpulkan meliputi :

1) Data antropometri untuk menentukan status gizi : BB, TB, apabila pasien
tidak dapat ditimbang diukur dengan LILA. Kemudian menginterpretasikan
status gizi berdasarkan IMT atau LILA. Apabila pasien pernah menimbang BB
sebelumnya dapat ditanyakan BB biasanya untuk melihat
penurunan/peningkatan BB.
2) Data laboratorium yang terkait gizi : albumin, gula darah, hemoglobin, ureum,
kreatinin dan data laboratorium lain yang terkait.
3) Data klinis/fisik gizi yang berhubungan dengan defisiensi gizi ; kondisi kulit,
mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak, fungsi menelan,
mengunyah, menghisap, mual, muntah, kembung, diare, konstipasi, tanda-
tanda vital : Suhu, Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah dan data lain yang
berkaitan.
4) Data riwayat diet : Alergi makanan, ketidaksukaan makanan, kesukaan
makanan, pantangan makanan, pola makan, asupan zat gizi sehari
( makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, snack, minuman ),
pengalaman diet/konseling diet.
5) Riwayat personal : riwayat penyakit pasien dan keluarga, tingkat sosial
ekonomi, aktivitas fisik, kebiasaan minum obat/jamu, pengobatan alternatif
dan data lain yang berkaitan.
Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis penyakit yang biasanya lebih
spesifik. Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi pasien dan
penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya Ahli gizi membuat
perencanaan intervensi (terapi gizi) dan implementasi pemberian makanan yang
sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi DPJP. Tahapan kunjungan
awal adalah :

1) Ahli gizi mendapat informasi mengenai adanya pasien baru berdasarkan


laporan perawat/buku laporan keperawatan, daftar makanan pasien rawat
inap;
2) Ahli gizi mengunjungi semua pasien baru dan melihat dokumen medik untuk
mengetahui risiko malnutrisi dan kondisi khusus serta preskripsi diet;
3) Ahli gizi melakukan anamnesa terkait gizi pada pasien berisiko malnutrisi
maupun tidak berisiko malnutrisi. Data yang dikumpulkan meliputi ;
antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi serta riwayat personal dan mengkaji
data-data untuk menentukan dignosis gizi/masalah gizi.
4) Selanjutnya Ahli gizi membuat rencana intervensi gizi/ pemberian suplemen
makanan sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet Dokter.

18
5) Apabila preskripsi diet dari dokter dirasa kurang sesuai, ahli gizi akan
mengusulkan perubahan diet, jumlah dan cara makan.
6) Hasil asesmen gizi ditulis dalam formulir Catatan Asuhan Gizi.
7) Pasien yang berisiko malnutrisi hasil assesmen gizi juga didokumentasikan
kedalam form asuhan gizi yang terdapat dalam rekam medis pasien
8) Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Ahli gizi akan
melakukan monitoring evaluasi dan asesmen ulang gizi untuk mengevaluasi
efektifitas intervensi gizi.

d. DIAGNOSIS GIZI
Penentuan diagnosa gizi adalah kegiatan identifikasi masalah
gizi/diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen gizi yang ditulis dengan format
kalimat yang terdiri dari problem, etiologi dan tanda/gejala. Dianosis gizi
merupakan langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan
intervensi gizi. Diagnosis gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah gizi yang
aktual/terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat. Langkah-langkah
penentuan diagnosis gizi adalah :

1) Ahli gizi melakukan pengumpulan data terkait gizi (data antropometri,


biokoimia, klinis/fisik, riwayat gizi dan riwayat personal);
2) Ahli gizi menghitung kebutuhan gizi pasien;
3) Ahli gizi melakukan pengkajian gizi dengan cara menbandingkan data yang
didapat dengan standar dan anjuran zat gizi sesuai kondisi penyakit pasien;
4) Kesenjangan yang timbul merupakan Diagnosis Gizi/Problem Gizi;
5) Ahli gizi menganalisis penyebab masalah berdasarkan hasil Pengkajian Gizi
yang telah dilakukan;
6) Ahli gizi menentukan tanda dan gejala berdasarkan pengkajian yang
dilakukan;
7) Ahli gizi menuliskan Diagnosis gizi dengan format sebagai berikut : Problem
(P), Etiologi (E), Sign/Simptom (S) yang biasa disingkat PES;
8) Diagnosis/Problem Gizi dapat dikelompokkan menjadi 3 Domain Intake
(Asupan), Domain klinis/Fisik dan Domain Perilaku;
9) Berdasarkan Diagnosis Gizi dibuat tujuan dan target intervensi yang terukur.

e. INTERVENSI GIZI
Intervensi Gizi adalah serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitan dengan
penggunaan bahan makanan untuk menanggulangi masalah gizi. Intervensi gizi
merupakan tindakan yang terencana secara khusus dengan tujuan untuk
mengatasi/menanggulangi masalah gizi terkait perilaku makan, kondisi lingkungan
atau status kesehatan pasien. Selama pemberian intervensi Ahli gizi bekerjasama
dengan pasien dan keluarga. Komponen intervensi adalah perencanaan terapi
gizi, implementasi/pemberian diet, edukasi dan konseling gizi.

19
Ahli gizi harus menetapkan tujuan intervensi gizi. Intervensi gizi
mempertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter penanggung jawab pasien
yang baru masuk. Selanjutnya Ahli gizi merencanakan terapi gizi berdasarkan
masalah gizi pasien, berupa merencanakan kebutuhan gizi, bentuk makanan,
jadwal, frekuensi pemberian makan sesuai kondisi penyakit dan kemampuan
makan pasien.

Ahli gizi berkolaborasi dan berkomunikasi dengan Dokter mengenai


preskripsi diet definitif terutama apabila terdapat ketidaksesuaian antara preskripsi
diet dari Dokter dengan perencanaan diet yang dibuat oleh Ahli gizi. Implementasi
pemberian diet pada pasien rawat inap dapat berupa intervensi pemberian
makanan baik oral, enteral maupun parenteral. Dalam hal implementasi ini Ahli
gizi berkolaborasi dengan unit produksi dan distribusi makanan.

Konseling gizi diberikan kepada pasien rawat inap saat dirawat dan
sebelum pulang atau saat kontrol di rawat jalan. Konseling gizi diberikan pada
pasien yang memerlukan diet khusus, yang berisiko malnutrisi, sudah malnutrisi
atau dengan kondisi khusus seperti pasien geriatri, pasien dengan penurunan
imunitas, pasien dengan keganasan, pasien dengan gangguan metabolik DM,
pasien stroke, pasien sirosis hepatis dll. Selain edukasi mengenai pembatasan
diet pasien juga mendapat edukasi mengenai keamanan makanan pasien
(penyimpanan makanan, risiko kontaminasi).

f. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring adalah kegiatan memantau tanda dan gejala dari masalah gizi
(asupan gizi dan berat badan) setelah mendapat intervensi gizi. Evaluasi adalah
menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan pada pasien dengan masalah
gizi.
Tujuan dilakukan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui respon
pasien terhadap intervensi, tingkat kemajuan pasien dan tingkat keberhasilannya
dimonitor dan dicatat dalam lembar monitoring evaluasi dan asesmen ulang gizi.
Langkah –langkah kegiatan monitoring evaluasi gizi dan asesmen ulang gizi :

1) Monitor perkembangan pasien yaitu mengamati perkembangan kondisi


pasien yang bertujuan untuk melihat hasil, respon pasien terhadap intervensi
gizi. Ahli gizi :
a) Memantau asupan makan pasien dan menganalisa daya terima makan
pasien.
b) Mencatat dan merespon keluhan makan pasien.
c) Mengecek perubahan pemahaman/perilaku makan pasien

2) Mengevaluasi hasil dan melakukan asesmen ulang gizi :


a) Riwayat gizi : untuk mengevaluasi asupan makanan, minuman,
suplemen, enteral, sudah/ belum memenuhi target dan mengevaluasi

20
asupan kalori dan zat gizi, asupan cairan pasien sudah/ belum terpenuhi
kebutuhan gizinya.
b) Biokimia terkait gizi : mengevaluasi hasil laboratorium terbaru pasien
yang terkait dengan gizi.
c) Antropometri yaitu pengukuran BB, perubahan BB, penentuan IMT dan
status gizi. Apabila tidak dapat ditimbang BB dapat menggunakan
pengukuran LILA.
d) Fisik-klinis terkait Gizi yaitu mengevaluasi tanda-tanda vital ( suhu, nadi,
pernafasan, tensi darah), mengevaluasi nafsu makan, gastrointestinal
( mual, muntah)

3) Hasil pemantauan :
a) Ada perbaikan berarti intervensi yang diberikan berhasil.
b) Apabila hasil pemantauan tidak menunjukkan perbaikan bahkan
perburukan berarti intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi
untuk mencapai kebutuhan pasien. Ahli gizi kembali melakukan
pengkajian gizi ( re-assessment) bila diperlukan. Setelah penilaian gizi
ulang dilakukan, maka proses selanjutnya sesuai dengan proses asuhan
gizi terstandar. Hal ini terus berulang sampai tujuan tercapai.

9. Tata Laksana Konseling dan Edukasi Gizi Pasien/keluarga


Pemberian diet yang tepat merupakan salah satu upaya untuk mempercepat
proses penyembuhan dan mencapai status gizi optimal. Konseling gizi diberikan oleh
Ahli gizi, akan membantu pasien untuk mengenali masalah kesehatan terkait dengan
gizi, memahami penyebab terjadinya masalah gizi dan membantu pasien
memecahkan masalahnya dan dibantu keluarga pasien sehingga terjadi perubahan
perilaku untuk dapat menerapkan rencana diet yang ditetapkan.

a. Konseling dan Edukasi Gizi Pasien/Keluarga Rawat Inap


Kegiatan edukasi dan konseling gizi kepada pasien dewasa atau anak dan
keluarga yang mendapatkan diet tertentu selama dirawat ataupun sebelum pulang
dari rumah sakit dengan menggunakan brosur/leaflet diet yang ditulis oleh Ahli
gizi. Tujuan diberikan konseling dan edukasi gizi adalah untuk memberikan
pengetahuan dan membantu pasien dalam melaksanakan diet sesuai penyakit
dan kebutuhannya selama dirawat dan di rumah setelah pulang rawat. Langkah –
langkah konseling dan edukasi gizi rawat inap antara lain :

1) Ahli gizi membaca dokumen medik untuk mengetahui kondisi pasien dan
preskripsi diet pasien yang dibuat oleh Dokter.
2) Ahli gizi memberikan edukasi dan konseling sesuai masalah yang didapat
dari hasil pengkajian gizi.
3) Edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan jenis
diet yang dibutuhkan dan alat peraga food model.

21
4) Edukasi dan konseling dilakukan di ruang rawat inap dan mengikutsertakan
keluarga.
5) Ahli gizi menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan kebutuhan
gizi pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis, jumlah (porsi) bahan
makanan sehari menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain
yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan
pasien.
6) Ahli gizi memotivasi pasien untuk menjalankan anjuran diet.
7) Selain memberikan edukasi tentang diet yang dijalani, ahli gizi juga
memberikan edukasi mengenai keamanan makanan pasien meliputi
penyimpanan makanan, risiko kontaminasi dari makanan yang disimpan.
8) Ahli gizi memberikan edukasi dan konseling gizi ulang pada saat pasien akan
pulang dari rawat inap dengan media leaflet/brosur diet sesuai jenis diet yang
harus dijalani saat di rumah.
9) Ahli gizi menganjurkan pasien untuk konsultasi ulang ke ruang layanan gizi
rawat jalan pada saat kontrol.
10) Pencatatan hasil konseling gizi ditulis pada formulir Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi dan formulir Edukasi Terintegrasi dan dimasukkan ke
dalam rekam medis pasien.
11) Pasien menandatangani formulir apabila sudah mendapatkan
edukasi/konseling gizi.

b. Edukasi Gizi bagi Pasien yang Membawa Makanan dari Luar Rumah Sakit serta
Penyimpanan Makanan selama Di Rumah Sakit.
Penjelasan yang diberikan kepada pasien apabila ingin membawa makanan dari
luar rumah sakit yaitu penjelasan mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan kepada pasien sehubungan dengan diet serta penyakitnya. Tujuannya
adalah untuk memberikan kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk
menukar makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah sakit,
tanpa menyalahi jumlah/takaran, jenis makanan, bentuk, dan prinsip diet serta
memperhatikan higiene makanan. Langkah – langkahnya antara lain :

1) Pada saat kunjungan awal pasien baru, Ahli gizi menginformasikan apabila
pasien ingin mendapat makanan/membawa makanan dari luar rumah sakit
agar menginformasikan kepada Ahli gizi jenis makanan yang akan diberikan
kepada pasien.
2) Ahli gizi akan menilai makanan yang dibawa dari luar, apakah dapat diberikan
kepada pasien.

3) Ahli gizi memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai makanan


yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi sesuai dengan prinsip diet, bahan

22
makanan penukar dan higiene makanan serta tetap memotivasi untuk
memprioritaskan makanan dari rumah sakit.
4) Ahli Gizi memberikan edukasi kepada pasien beserta keluarga mengenai tata
cara penyimpanan makanan dan risiko kontaminasi.

23
BAB V

LOGISTIK

A. Pengertian
Manajemen pelayanan logistik dan pergudangan Instalasi Gizi merupakan
penyelenggaraan pengurusan makanan matang dan air mineral untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan gizi di rumah sakit atau institusi secara teratur dalam kurun waktu
tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat
dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai. Maksudnya
dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan kebutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi.

C. Syarat Managemen Logistik


1. Sirkulasi pengeluaran barang berdasar metode FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out) yaitu air mineral yang disimpan terlebih dahulu dan yang
mendekati masa kadarluwarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
2. Fasilitas penyimpanan terstandar ( bersih dan suhu sesuai )
3. Stok bahan makanan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan makanan tetap terjamin
5. Adanya sistem pencatatan.

D. Kegiatan Logistik Instalasi Gizi


1. Pemesanan Makanan Matang
Adalah penyusunan permintaan ( order ) makanan matang berdasarkan menu
atau pedoman menu dan jumlah pasien yang dilayani dengan memperhitungkan
kondisi dan kebutuhan diet pasien. Tujuannya adalah tersedianya daftar pesanan
makanan matang sesuai dengan standar atau spesifikasi yang ditetapkan Instalasi Gizi
RSUD Kilisuci Kota Kediri.
a) Bahan Kering
1) Penanggung jawab Logistik air mineral Instalasi Gizi melihat persediaan air
mineral secara fisik

24
2) Apabila persediaan air mineral menipis maka penanggung jawab logistik
mengajukan permintaan air mineral yang dibutuhkan.
3) Penanggung jawab logistik menyerahkan lembar pemesanan air mineral
kepada unit penyelenggaraan makananan matang untuk diverifikasi.
4) Lembar pemesanan air mineral yang sudah disetujui diserahkan kepada
pihak pihak rekanan oleh penanggung jawab logistik.
b) Penerimaan makanan matang
Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat dan melaporkan makanan
matang yang diperiksa kualitas dan kuantitas makanan matang yang diterima
sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan oleh RSUD Kilisuci
Kota Kediri dengan rekanan yang bersangkutan.
Adapun prinsip dalam penerimaan makanan matang di RSUD Kilisuci Kota
Kediri :
1) Jumlah
Makanan matang yang diterima harus sama dengan jumlah makanan matang
yang tertulis dalam lembar pemesanan makanan matang.
2) Mutu
Makanan matang yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi makanan
matang di RSUD Kilisuci Kota Kediri.
Apabila terjadi ketidaksesuaian baik dari segi jumlah, mutu pihak RSUD
Kilisuci Kota Kediri berhak untuk mengembalikan makanan tersebut untuk
ditukar oleh rekanan sesuai dengan standar RSUD Kilisuci Kota Kediri. Setiap
ketidaksesuaian pada saat penerimaan makanan matang, maka penanggung
jawab Logistik Gizi menghubungi rekanan untuk segera mengganti makanan
matang yang tidak sesuai pada hari itu juga.
Cara penerimaan yang terdapat di RSUD Kilisuci Kota Kediri yaitu secara
konvensional yang memperhitungkan baik kualitas maupun kuantitas.
1) Prosedur dalam penerimaan makanan matang meliputi :
i. Rekanan mengirimkan makanan matang sesuai dengan lembar
pemesanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
ii. Penanggung jawab logistik gizi menerima, memeriksa jumlah atau jenis
makanan matang yang diterimanya, serta mencocokkan dengan lembar
pemesanan.
iii. Penanggung jawab logistik gizi mencatat semua makanan matang yang
telah diterima dalam buku penerimaan.
2) Prosedur dalam penerimaan air mineral meliputi :
i. Rekanan mengirimkan air mineral sesuai dengan lembar pemesanan
yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
ii. Penanggung jawab logistik gizi (Gudang kering) menerima, memeriksa
jumlah, mengecek kondisi barang serta mencocokkan dengan lembar
pemesanan dan spesifikasi air mineral yang telah dibuat dan disepakati.

25
iii. Penanggung jawab logistik menyimpan air mineral di Gudang kering
dengan menggunakan system FIFO
iv. Penanggung jawab logistic meminta tanda tangan kepada pihak rekanan
sebagai bukti penerimaan barang
2. Penyimpanan sampel makanan yang disajikan
Suatu kegiatan yang bertujuan sebagai bahan bukti dalam pengajuan complain
intoksikasi dari pasien. Prosedur pelaksanaannya adalah :

a. Makanan yang disajikan dikemas dalam porsi kecil


b. Diberi label tanggal dan jam penyimpanan
c. Disimpan didalam kulkas selama 3x24 jam
d. Dibuang selama tidak ada intoksikasi dari ruang rawat inap
3. Pengawasan dan Pengendalian Distribusi Makanan
Suatu kegiatan yang mengawasi proses distribusi makanan pasien sehingga
tidak terjadi kesalahan diet dan keterlambatan jam makan pasien di ruang rawat inap.
Ahli gizi yang bertugas pada shift tersebut bertanggung jawab penuh untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian distrbusi makanan.

26
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas Rumah
Sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di Rumah
Sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C.Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, kepada pihak rumah sakit
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.

27
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien, maka standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang baik merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien Rumah Sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
dan kejadian tidak diharapkan.

D. Sasaran Keselamatan Pasien Di Instalasi Gizi RSUD Kilisuci Kota Kediri


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien pada saat
pasien akan diberikan asuhan gizi, dan mendapatkan makanan sesuai dengan jenis
diet yang telah ditentukan.
2. Ketepatan diet pasien
Kesesuaian jenis diet antara yang telah ditentukan oleh dokter atau ahli gizi dengan
diet yang disajikan pada saat jam makan.
3. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
Ketepatan penyediaan makanan pada pasien sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan (makanan diberikan tidak terlambat diberikan)

28
4. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang
sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

29
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang No 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya


kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja


b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :

a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus


b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

30
A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi
Perawatan Intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
4. Semua petugas di Instalasi Gizi harus menggunakan apron, penutup kepala dan
pelindung kaki (sandal/ sepatu boot) sebelum masuk ke dapur. Selain petugas instalasi
gizi yang masuk ke dapur harus menggunakan APD. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kontaminasi yang dapat mencemari makanan, sehingga makanan aman
untuk dikonsumsi oleh pasien. Petugas dalam mengolah makanan harus
menggunakan masker atau tidak diperkenankan untuk berbicara dengan petugas
pengolah yang lain.

C. Alat pelindung kerja


1. Baju kerja, celemek terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak dipakai,
sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja.
2. Topi yang dipakai adalah topi dissposible. Bila sudah selesai dipakai bisa langsung
dibuang
3. Menggunakan alas kaki yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur.
4. Menggunakan cempal atau serbet pada tempatnya.

31
5. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah
yang cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya.
6. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
7. Tersedia alat alat obat P3K.

32
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar kegiatan


pelayanan gizi terlaksana sesuai rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Monitoring bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan
yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki dan juga bertujuan untuk membina
pegawai yang disiplin, jujur dan berwibawa.
Evaluasi pelayanan gizi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen yang
bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan rencana dan
kebijakan yang telah disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui
penilaian dapat memperbaiki rencana yang lalu bila diperlukan atau membuat rencana program
yang baru
Sasaran monitoring dan evaluasi pelayanan gizi adalah semua dokumen pelaksanaan
kegiatan asuhan gizi di ruang rawat inap, rawat jalan. Dalam upaya meningkatkan mutu asuhan
gizi maka pada pelaksanaan semua kegiatan Asuhan Gizi harus dilakukan pencatatan dan
pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan
pengolahan data kegiatan dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi
penilaian kegiatan maupun untuk pengambilan keputusan. Pencatatan dilakukan pada setiap
langkah kegiatan yang dilakukan. Pelaporan dilakukan secara berkala sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit ( bulanan/triwulan/tahunan).

A. Bentuk-Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian


1. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
1) Buku laporan pasien rawat inap.
2) Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
b. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap
1) Daftar makanan pasien IRNA berisi nama pasien, ruang/kelas, diet dan dibuat
tiap hari untuk rekapitulasi order diet.
2) Formulir permintaan makan pasien baru, pembatalan makanan untuk pasien
pulang dan perubahan diet.
3) Formulir permintaan makan
c. Pencatatan dan pelaporan Asuhan Gizi rawat inap
1) Pencatatan data pasien tentang diet, perkembangan diet dan catatan
makanan yang dihabiskan di lembar catatatan perkembangan pasien
terintegrasi dan lembar asuhan gizi di dalam rekam medis pasien.
2) Pencatatan data pelayanan gizi ruang rawat inap
3) Pencatatan ketepatan diet pasien dan sisa makanan pasien

33
4) Pencatatan kejadian Hospital malnutrition
5) Laporan harian, bulanan, triwulan, dan tahunan kegiatan asuhan gizi
B. Sistem Pengendalian Efektif
Sistem pengendalian efektif meliputi :

1. Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung kepada
atasan.
2. Terfokus pada titik strategis. Sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-
orang yang dikendalikan.
3. Obyektif dan menyeluruh. Sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang
yang dikendalikan.
4. Fleksibel. Sistem harus dibuat mudah sehingga mudah diterapkan.
5. Secara ekonomis realistis. Untung rugi pengendalian harus diperhitungkan secara
realistis.
6. Secara organisasi harus realistis. Jika sistem tidak realistik standar yang ditetapkan
terlalu tinggi, maka bawahan cenderung membuat laporan bias.
7. Akurat dan tepat yaitu sistem yang dihasilkan harus benar.
8. Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu tertentu, sehingga dapat
dilakukan koreksi bila diperlukan.
9. Sistem harus dapat diterima oleh semua karyawan.

C. Monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan makanan


1. Monitoring ketepatan diet/porsi dilakukan satu kali dalam seminggu dengan metode
sampling.
2. Monitoring mutu makanan dengan metode organoleptik dilakukan setiap hari.
3. Monitoring lemari pendingin dilakukan 2x sehari yaitu pada saat datang dan pada saat
pulang suhu dicatat.
4. Monitoring kebersihan ruangan

D. Indikator Mutu Pelayanan Gizi di RSUD Kilisuci Kota Kediri


Perspektif Indikator Target

PELAYANAN %ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien ≥ 90%

% sisa makan yang tidak termakan oleh psien ≤ 20%

% tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet 100%

E. Contoh Indikator Mutu Pelayanan Gizi


1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien

34
Judul Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien

Dimensi mutu Efektifitas, akses, kenyamanan

Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan instalasi gizi

Definisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien adalah ket
epatan penyediaan makanan, pada pasien sesuai dengan jadwa
l yang telah ditentukan.

Frekuensi pengumpul 1 bulan


an data

Periode analisis 3 bulan

Numerator Jumlah pasien rawat inap yang disurvei yang mendapat makana
n tepat waktu dalam satu bulan.

Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvei

Sumber data Survey

Standar >90%

Penanggung jawab Koordinator Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap

2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien

Judul Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien

Dimensi mutu Efektifitas dan efisien

Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan instalasi gizi

Definisi operasional Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak di
makan oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi rumah
sakit)

Frekuensi pengumpul 1 bulan


an data

Periode analisis 3 bulan

Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan dari pasien yang disurvey

Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan

Sumber data Survey

35
Standar >20%

Penanggung jawab Koordinator Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap

3. Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet


Judul Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet

Dimensi mutu Keamanan, efisien

Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi pelayanan instalasi gizi

Definisi operasion Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan dalam memberi
al kan jenis diet.

Frekuensi pengum 1 bulan


pulan data

Periode analisis 3 bulan

Numerator Jumlah pemberian makanan yang disurvey dikurangi jumlah pemberia


n makanan yang salah diet.

Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan

Sumber data Survey

Standar 100%

Penanggung jawa Koordinator Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap


b

36
BAB IX

PENUTUP

Pelayanan Gizi Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan yang
terbaru yaitu mengacu Standar Internasional dan profesional. Pelayanan gizi merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
agar status gizi optimal sesuai dengan penyakit pasien. Kegiatan pelayanan gizi di RSUD
Kilisuci Kota Kediri adalah asuhan gizi pada pasien rawat jalan, pengadaan makanan datang
serta penelitian dan pengembangan gizi terapan.

Pedoman Pelayanan gizi di RSUD Kilisuci Kota Kediri bertujuan untuk memberikan
acuan tenaga gizi dan informasi bagi Tim Kesehatan sehingga jelas dan profesional dalam
mengelola pasien terkait gizi pasien, khususnya asuhan gizi oleh ahli gizi. Pedoman ini juga
bermanfaat dalam menginplementasikan proses asuhan gizi rumah sakit terstandar serta alur
pasien sejak masuk sampai dengan monitoring dan evaluasi kemajuan intervensi gizi yang
diberikan sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit.

Pedoman Pelayanan Gizi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan pelayanan gizi yang
diselenggarakan di RSUD Kilisuci Kota Kediri. Dengan ini, diharapkan pelayanan gizi yang
diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan
Rumah Sakit.

Ditetapkan di : K E D I R I

Pada tanggal : 30 September 2021

Plt. DIREKTUR RSUD KILISUCI

KOTA KEDIRI

dr. TUTIK MAHANANI UCD., MMRS

Pembina Tk. I

NIP. 19760331 200604 2 013

37

Anda mungkin juga menyukai