Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIJAH

KOTA GORONTALO
Jln. Nani Wartabone No. 101, Heledulaa Selatan, Kec.Kota Timur
Kota Gorontalo Telp. (0435) 821253 – 824410 E-Mail : rsia_gtlo@yahoo.co.id

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIDJAH KOTA GORONTALO
Nomor : 013/PDA.E/RSIA.ST.KH/SK/X/2022

TENTANG
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIDJAH KOTA GORONTALO
Bismillahirrohmanirrohim

Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah sebagai institusi
kesehatan yang bergerak di bidang kesehatan terutama terkait pelayanan
pasien harus mampu meningkatkan pelayanan yang bermutu
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah diperlukan Surat
Keputusan Direktur tentang Pelayanan dan Asuhan Pasien
c. Bahwa sesuai butir a dan b di atas perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah

Menginat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
tahun 2008 Tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438
tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290
Tahun 2010 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2052
tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 148 Tahun 2010 Tentang Ijin dan Penyeleggaraan Praktik
Perawat;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/Menkes/Per/IV/ tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052 Tahun 2011
Tentang Ijin Praktik Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Standar
Akreditas Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


SITTI KHADIDJAH KOTA GORONTALO TENTANG PELAYANAN
DAN ASUHAN PASIEN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI
KHADIDJAH KOTA GORONTALO

KESATU : Pemberlakukan Surat Keputusan Direktur tentang Pelayanan dan


Asuhan Pasien di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah sebagaimana
terlampir dalam surat keputusan ini

KEDUA : Surat Keputusan Direktur tentang Pelayanan dan Asuhan Pasien Rumah
Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah sebagaimana terlampir bersama. Surat
Keputusan ini sebagai pedoman dalam pelayanan dan asuhan pasien di
Rumah Sakit Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah

KETIGA : Surat Keputusan Direktur ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkannya
dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang
perlu penyempurnaan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetakan di : Gorontalo
Pada Tanggal : 01 Oktober 2022
Direktur;

dr. Elson Djakaria.,SpOG

Tembusan
1. Ka. Bidang Yanmed & Kabid Yanjangmed
2. Komite Medik
3. Ka. Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, MPP, UGD, OK
4. Ka. Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Laboratorium, Instalai Rekam Medis & Askes
5. Unit Terkait
6. Arsip
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah
Kota Gorontalo
Nomor : 013/PDA.E/RSIA.ST.KH/SK/X/2022
Tanggal : 01 Oktober 2022

PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN

I. Kebijakan Umum

Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo sebagai institusi kesehatan
yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan terutama pelayanan pasien harus mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Tanggungjawab Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan
dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif,
kolaborasi dan standarisasi proses untuk memastikan bahwa rencana, koordinasi dan
implementasi asuhan mendukung serta merespon setiap kebutuhan unik pasien dan target.
Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif atau rehabilitative termasuk
anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif atau kombinasinya yang berdasar atas
pengkajian awal dan pengkajian ulang pasien. Area asuhan resiko tinggi (termasuk resusitasi,
tranfusi, tranplantasi organ atau jaringan) dan asuhan untuk resiko tinggi atau kebutuhan
populasi khusus yang membutuhkan perhatian tambahan

II. Kebijakan khusus

A. Pemberian Pelayanan yang Seragam

1. Pemberian pelayanan untuk semua pasien

a. Rumah Sakit menjamin pemberian pelayanan yang seragam bagi setiap pasien
dengan kualitas asuhan yang sama dan sesuai dengan tata kelola klinis yang
berlaku di rumah sakit tanpa membeda-bedakan status ekonomi, sosial dan
budaya, agama maupun waktu pelayanan

b. Akses ketepatan pelayanan dan pengobatan tidak tergantung pada kemampuan


pasien membayar dan sumber pembiayaan

c. Akses dan ketepatan pelayanan tidak tergantung pada hari dan waktu kerja yaitu
3 shift 24 jam 7 hari (3-24-7)
d. Ketergantungan kondisi pasien menentukan sumber daya yang dialokasikan
untuk memenuhi kebutuhan pasien

e. Tingkat pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah sama di seluruh rumah
sakit

f. Pasien dengan kebutuhan pelayanan keperawatan yang sama menerima asuhan


pelayanan keperawatan yang setingkat di seluruh rumah sakit
g. Praktisi / tenaga yang kompeten dalam asuhan pelayanan pasien adalah
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang terdiri dari Dokter, Perawat, Apoteker,
Fisioterapi, dan Ahli Gizi

2. Pengintegrasian Pelayanan
a. Rumah sakit menetapkan bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien
merupakan bagian dari suatu sistem yang terintegrasi dengan para
profesional di bidang pelayanan kesehatan
b. Pelayanan dan asuhan pasien dikoordinasikan dan diintegrasikan di antara
berbagai unit kerja pelayanan
c. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam
waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap, pendokumentasian dalam
bentuk SOAP (IAR) dilembar CPPT rekam medis pasien
d. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim PPA
(Clinical Team Leader)
e. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional
antara lain memakai Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA
lainnya disertai Alur Klinis terintegrasi / Clinical Pathway, dan Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi / CPPT
f. Asesmen pasien terdiri atas tiga proses utama dengan metode IAR, yaitu:
1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial,
kultur, spiritual, dan riwayat kesehatan pasien
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien
yang telah diidentifikasi
g. Rencana asuhan pasien terintegrasi dibuat dengan sasaran berdasar atas data
asesmen awal dan kebutuhan pasien dan dievaluasi secara berkala sesuai
dengan kondisi pasien, dimutakhirkan, atau direvisi oleh tim PPA
berdasarkan asesmen ulang
h. Pelaksanaan/implementasi pelayanan asuhan pasien diintegrasikan dan
dikoordinasikan di dan antar unit pelayanan.
i. Setiap perintah pengobatan, program tindakan dan pemeriksaan penunjang serta
hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan atau diskusi lain tentang kolaborasi
dicatat dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga dalam
pelaksanaan asuhan terintegrasi
k. Dalam prosesPerencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning
terintegrasi

3. Metode Pemberian Instruksi


a. Rumah Sakit menetapkan tata cara pemberian instruksi, yaitu instruksi
diberikan hanya oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang kompeten
dan berwenang dalam mekanisme komunikasi efektif.
b. Permintaan pemeriksaan diagnostik imajing dan pemeriksaan laboratorium
klinik berdasar indikasi klinis / rasional
c. Pemeriksaan radiologi dan laboratorium menggunakan formulir
pemeriksaan yang ditulis dan ditandatangani oleh DPJP atau oleh dokter
jaga atas perintah DPJP yang terdokumentasi dalam rekam medis pasien,
kecuali dalam kondisi emergensi
d. Pendelegasian penulisan pemeriksaan penunjang oleh dokter jaga dan
perawat melalui mekanisme komunikasi efektif dengan menggunakan
sistem S-BAR yang akan diverifikasi oleh DPJP
e. Untuk perintah pengobatan, program tindakan, pemeriksaan laboratorium,
radiologi melalui telepon/komunikasi lisan dilakukan verifikasi dengan
mencatat, membaca, dan mengkonfirmasikan ulang (CABAK) dan harus
tertulis dalam catatan terintegrasi (CPPT)
f. Proses penyampaian atau laporan pesan dalam kondisi tidak gawat darurat
melalui media elektronik diperkenankan, jika dalam waktu 1 jam DPJP
tidak menjawab, maka petugas harus telepon
B. Pelayanan Pasien Risiko Tinggi dan Penyediaan Pelayanan Risiko Tinggi
1. Rumah Sakit menetapkan proses identifikasi pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi sesuai dengan populasi pasien serta penetapan
risiko tambahan yang mungkin berpengaruh pada pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi
2. Pasien yang digolongkan risiko tinggi diidentifikasi oleh rumah sakit
meliputi:
a. Pasien emergensi
b. Pasien dengan penyakit menular
c. Pasien koma
d. Pasien dengan alat bantu hidup dasar
e. Pasien“ immuno-suppressed”
f. Pasien dialisis
g. Pasien dengan restrain:
h. Pasien dengan risiko bunuh diri
i. Pasien yang menerima kemoterapi
j. Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak dan pasien berisiko tindak
kekerasan atau di terlantarkan; dan
k. Pasien resiko tinggi lainnya
3. Penyedia Pelayanan Risiko tinggi di Rumah Sakit meliputi :
a. Pelayanan pasien dengan penyakit menular dengan atau tanpa
immunosupressed
b. Pelayanan pasien yang menerima dialisis
c. Pelayanan pasien yang menerima kemoterapi
d. Pelayanan pasien yang menerima radioterapi
e. Penggunaan alat pengekang(restraint)
f. Pelayanan risiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan
pelayanan radiologi intervensi)
4. Pelayanan Early Warning System dan Pelayanan Resusitasi
a. Rumah sakit menetapkan pelaksanaan kewaspadaan dini dalam
pengelolaan pasien (Early Warning System/EWS)
b. Semua staf klinis harus mampu mendeteksi perburukan kondisi
pasien dan mampu melakukan tindakan
c. Pelaksanaan proses Early Warning System di dokumentasikan atau
dicatat dalam rekam medis dengan menggunakan form EWS
d. Rumah Sakit menetapkan pelayanan resusitasi yang tersedia dan
diberikan selama 24 jam setiap hari di seluruh area rumah sakit, serta
peralatan medis untuk resusitasi dan obat untuk bantuan hidup dasar
terstandar sesuai kebutuhan pasien
e. Di seluruh rumah sakit bantuan hidup dasar diberikan segera saat
dikenali henti jantung-paru dan tindak lanjut diberikan kurang dari 5
menit
f. Pelayanan resusitasi dilakukan oleh tim yang terlatih dan kompeten
g. Semua karyawan Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah
Kota Gorontalo diberikan pelatihan pelayanan bantuan hidup
dasar/lanjut sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti
Khadidjah Kota Gorontalo
5. Pelayanan Darah dan Produk Darah
a. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo
menetapkan penyelenggaraan pelayanan darah dan menjamin
pelayanan yang diberikan sesuai peraturan perundang-undangan dan
standar pelayanan.
b. Panduan klinis dan prosedur disusun dan diterapkan untuk pelayanan
darah serta produk darah.
c. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo
bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Gorontalo
dalam hal penyediaaan darah atau produk darah sehingga darah atau
produk darah yang diberikan kepasien harus berasal dari PMI (Palang
Merah Indonesia)
d. Kerjasama antara Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah
Kota Gorontalo dengan PMI dituangkan dalam perjanjian kerjasama
tertulis (MOU).
e. Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-perundangan meliputi:
1. Pemberian persetujuan (informed consent)
2. Pengadaan darah
3. Identifikasi pasien
4. Pemberian darah
5. Monitoring pasien
6. Identifikasi dan respons terhadap reaksi transfusi
f. Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan
produk darah serta melakukan monitoring dan evaluasi
6. Pelayanan Pasien Koma dan Menggunakan Peralatan Bantu Hidup
Tidak semua pasien koma memerlukan alat bantu hidup dasar. Setiap
pasien koma dan pasien yang membutuhkan alat bantu hidup (ventilator)
diberikan penanganan di ruang HCU. Dan jika HCU penuh maka diberikan
penanganan awal sesuai kebutuhan pasien untuk kemudian dirujuk ke
fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan pasien
7. Pelayanan Pasien Penyakit Menular dan Immunosuppressed
a. Rumah Sakit menetapkan pemisahan antara pasien dengan penyakit
menular dan yang rentan karena immunosupressed
b. Pemberian label pada rekam medis pasien yang sudah tegak
didiagnosa infeksi, yaitu penyakit menular dan pasien dengan
immunosupressed
c. Tata laksana pasien yang memerlukan perawatan di ruang isolasi
harus mengikuti kaidah-kaidah pencegahan dan pengendalian infeksi
yang berlaku di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota
Gorontalo
d. Pasien dengan penyakit menular akan dilakukan perawatan di
ruangan isolasi atau kohort, jika penuh dilakukan perawatan di kamar/
ruang sendiri (single room)
e. Pasien suspek atau sudah didiagnosis infeksi dengan kebijakan isolasi
/ penanganan khusus secara nasional seperti TB MDR atau Flu
Burung, dan pasien dengan suspek HIV-AIDS stadium lanjut
langsung dirujuk di rumah sakit yang telah ditetapkan menjadi rumah
sakit rujukan
f. Pembersihan ruangan, pengelolaan linen, dan sampah di ruangan
isolasi harus mengikuti kaidah-kaidah pencegahan dan pengendalian
infeksi yang berlaku di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah
Kota Gorontalo
8. Pelayanan Pasien dengan Restraint
Asesmen awal dan asesmen ulang pada populasi pasien dengan risiko
kekerasan dan risiko tinggi lainnya termasuk pasien risiko bunuh diri akan
diberi stempel “RESTI” berwarna merah, kecuali pasien neonatal dan
maternal yang sudah memiliki asesmen khusus.
a. Rumah Sakit menetapkan pelayanan penggunaan alat penghalang /
restraint
b. Pengambilan keputusan untuk pengaplikasian restraint di
informasikan dengan pasien, keluarga dan Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP), kecuali pada kondisi emergensi
c. Kewenangan untuk membuat keputusan mengenai penggunaan
restraint adalah Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
d. Untuk menentukan perlu atau tidaknya menggunakan restraint,
diperlukan suatu asesmen pada setiap individu secara komprehensif
untuk menentukan kebutuhan akan restraint berikut jenis yang dipilih
9. Pelayanan Pasien Populasi Khusus
a. Rumah sakit memberikan pelayanan khusus terhadap pasien usia
lanjut, cacat, anak, serta populasi yang berisiko disiksa dan risiko
tinggi lainnya termasuk pasien dengan risiko bunuh diri
b. Rumah sakit memfasilitasi asuhan pasien yang lemah, lanjut usia
dengan ketergantungan bantuan dan lanjut usia tidak mandiri
c. Rumah sakit memfasilitasi kebutuhan asuhan pasien anak dan anak
dengan ketergantungan
d. Pasien yang dicurigai risiko kekerasan dilakukan asesmen risiko dan
identifikasi kebutuhan pelayanannya

C. Pemberian Makanan dan Terapi Nutrisi


1. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo
menetapkan pelayanan gizi dan terapi gizi terintegrasi
2. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo
menyediakan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien dan makanan
disiapkan dan disimpan untuk mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan
3. Berbagai pilihan makanan atau terapi nutrisi yang sesuai untuk kondisi,
perawatan, dan kebutuhan pasien tersedia dan disediakan tepat waktu
4. Sebelum pasien rawat inap diberi makanan, terdapat instruksi pemberian
makanan dalam rekam medis pasien yang didasarkan pada status gizi dan
kebutuhan pasien Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota
Gorontalo Instalasi gizi melaksanakan distribusi makanan tepat waktu
sesuai dengan kebutuhan
5. Jika keluarga membawa makanan dari luar untuk pasien, ahli gizi
memberikan edukasi tentang mengenai batasan batasan diet pasien dan
penyimpanan yang baik untuk mencegah kontaminasi
6. Pemberian terapi gizi terintegrasi (rencana, pemberian dan evaluasi) pada
pasien risiko gizi
7. Pemantauan dan evaluasi terapi gizi dicatat direkam medik pasien dalam
bentuk ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi)
D. Pengelolaan Nyeri
1. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo
menetapkan pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri / manajemen nyeri
2. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo memiliki proses
untuk melakukan skrining, pengkajian dan tata laksana nyeri
3. Setiap pasien yang berobat atau dirawat di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti
Khadidjah Kota Gorontalo harus dilakukan asesmen nyeri
4. Dokter atau perawat yang melakukan asesmen nyeri menggunakan metode
yang sesuai dengan umur dan kondisi pasien
5. Informasi mengenai kemungkinan adanya nyeri dan pilihan tata laksananya
diberikan kepada pasien yang menerima terapi / prosedur / pemeriksaan
terencana yang sudah dapat diprediksi menimbulkan rasa nyeri
6. Setiap pasien yang dirawat dilakukan monitoring dan evaluasi nyeri 24 jam
7. Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang pengelolaan nyeri sesuai
dengan latar belakang agama, budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh
pasien dan keluarga
8. Hasil penilaian skor nyeri, intervensi dan edukasi yang dilakukan kepada
pasien harus didokumentasikan dalam catatan terintegrasi
9. Staf Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo
mendapatkan pelatihan mengenai cara melakukan edukasi bagi pengelolaan
nyeri
E. Pelayanan Menjelang Akhir Khayat
1. Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadidjah Kota Gorontalo menerapkan
pengkajian pasien menjelang akhir kehidupan dan dapat dilakukan
pengkajian ulang sampai pasien memasuki fase akhir kehidupannya
2. Skrining dilakukan pada pasien yang diputuskan dengan harapan hidup
yang kecil
3. Rumah sakit memberikan pelayanan pasien dalam tahap terminal dengan
memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga serta mengoptimalkan
kenyamanan dan martabat pasien yang didokumentasikan dalam rekam
medis
4. Asuhan menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap kebutuhan
psikososial, emosional, kultural dan spiritual pasien dan keluarganya
5. Pelayanan pasien dalam tahap terminal memperhatikan upaya mengatasi
nyeri, gejala, kondisi, dan kebutuhan kesehatan hasil asesmen
6. Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan asuhan
termasuk keputusan Do Not Resucitate (DNR)

F. Jenis Pelayanan yang Tidak Bisa Dilayani


1. Dalam pelayanan operasionalnya Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti
Khadidjah Kota Gorontalo berusaha untuk bisa melayani semua kebutuhan
(penyakit) pasien, namun dengan keterbatasan fasilitas yang dimilikinya,
ada beberapa jenis pelayanan yang Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti
Khadidjah Kota Gorontalo belum bisa melayaninya untuk sekarang ini.
2. Adapun pelayanan yang belum bisa dilakukan Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Sitti Khadidjah Kota Gorontalo meliputi :
a. Penunjang/Alat yang tidak dimiliki , antara lain :
1. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
2. CT Scan (Computed Tomography Scanner)
3. ECT ( Electro Convulsive Therapy)
4. Bronchoscopy
5. Laboratorium Patologi Anatomi
6. Hemodialisa (cuci darah)
7. Kemoterapi
8. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Litotripsy)
9. Radiologi
b. Pelayanan yang tidak dimiliki, antara lain :
1. Pasien dengan penyakit menular seperti pasien dengan TB MDR
(Tuberculosis Multi Drug Resistance), Flu Burung, SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome)
2. Pasien dengan gagal ginjal yang membutuhkan alat hemodialisa
3. Pasien keganasan (cancer) yang membutuhkan terapi kemoterapi

Ditetakan di : Gorontalo
Pada Tanggal : 01 Oktober 2022
Direktur;

dr. Elson Djakaria.,SpOG

Anda mungkin juga menyukai