TENTANG
PANDUAN KOMITE MEDIK
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIJAH KOTA GORONTALO
No. TU :
Wadir Umum
Wadir Keuangan
Wadir Pelayanan
Diteruskan kepada
Diteruskan kepada
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIDJAH GORONTALO
Jln. Nani Wartabone No. 101, Heledulaa Selatan, Kec.Kota Timur
Kota Gorontalo Telp. (0435) 821253 – 824410 E-Mail : rsia_gtlo@yahoo.co.id
Dalam rangka percepatan kegiatan pelayanan, dan persiapam Akreditasi LARSI maka
bersama ini kami mohon kepada Bapak Direktur berkenan menerbitkan dan
memberlakukan SK Panduan Komite Medik tahun 2022, draft terlampir.
Demikian permohonan kami, atas kebijakan dan perhatiannya disampaikan terima kasih
PANDUAN
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL
STAF MEDIS
TAHUN 2022
BAB I
DEFINISI
A. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
TentangKesehatan
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 / 2008
Tentang Rekam Medis
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / 2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/ 2010
Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/ 2011
Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
8. Keputusan PB IDI 211/ 2002 Tentang Penerapan Kodeki Peraturan Konsil
Nomor 17 / 2006 Tentang Pedoman Penegakkan Disiplin Profesi Kedokteran
Manual Konsil
B. PENGERTIAN
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggaran pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat
2. Komite Medik adalah perangkat Rumah Sakit untuk menerapkan
tata kelola klinis ( clinical govermance) agar Staf Medis Rumah Sakit
terjaga profesionalisme melalui kredensial, penjagaan mutu
profesi medis dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
Komite medik merupakan organisasi non struktural yang
dibentuk di rumah sakit oleh kepala/ direktur dan bukan
merupakan wadah perwakilan dari staf medis
3. Tenaga Medis adalah Dokter dan Dokter Gigi sebagaimana
dimaksud pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Penerimaan Tenaga Medis adalah Penerimaan Tenaga Medis
baru, baik yang berasal dari Departemen Kesehatan,
Departemen Pendidikan Nasional/Fakultas Kedokteran, Honorer
maupun tenaga medis yang telah pensiun tetapi ingin
bekerja lagi sebagai dokter honorer.
5. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis
untuk menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis
(clinical previlege)
6. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang
telah memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut
7. Kewenangan klinis ( clinical privilege) adalah hak khusus
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu
periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan
klinis ( clinical appointment)
8. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan
kepala/ direktur rumah sakit kepada seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah sakit
tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.
9. Mitra bestari/ peer group adalah sekelompok staf medis
dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah
segala hal yang terkait profesi medis
BAB II
RUANG
LINGKUP
BAB III
TUJUAN
TATA LAKSANA
A. KREDENSIAL
1. Pendidikan
a. Lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi atau dari sekolah
kedokteran luar negeri dan sudah diregistrasi
b. Menyelesaikan prodi konsultan
2. Perizinan (lisensi)
a. Memilki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang
profesi
b. Memiliki izin praktik dari Dinas Kesehatan setempat yang
masih berlaku
3. Kegiatan penjagaan mutu profesi
a. Menjadi anggota organisasi yang melakukan
penilaian kompetensi bagi anggotanya
b. Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis
4. Kualifikasi personal
a. Riwayat disiplin dan etik profesi
b. Keanggotaan dalam perhirnpunan profesi yang diakui
c. Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak
terlibat penggunaan o bat terlarang dan alkohol
yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien
d. Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan
e. Memiliki asuransi proteksi profesi (Professional
Indemnity Insurance
5. Pengalaman di bidang keprofesian
a. Riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi
b. Riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien
selama menjalankan profesi
C. REKREDENSIAL
D. PROSEDUR REKREDENSIAL
Proses rekredensial lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial
awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi
setiap staf medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut.
1. Staf medis mengajukan permohonan rekredensial pada 3 (tiga) bulan
menjelang habis masa berlakunya penugasan klinis
2. Komite medik mempelajari kewenangan klinis yang diminta
3. Rekredensial dilakukan dengan cara melihat dan mengkaji kembali dokumen
kewenangan klinisnya dengan menggunakan daftar rincian kewenangan
klinis ( delineation of clinical privilege)
4. Komite medik melakukan pertemuan dengan dihadiri oleh dokter yang
bersangkutan, kepala KSM, dan sekurang-kurangnya 3 pengurus komite
medik
Informasi atau data staf medis harus meliputi area kompetensi praktisi klinis
berikut ini:
1. Asuhan pasien - praktisi memberikan asuhan pasien dengan kasih, tepat
dan efektid untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
penyakit dan pelayanan sampai akhir hayat
2. Pengetahuan medis/ klinis - dalam ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial
serta penerapan pengetahuan ke dalam asuhan pasien dan pendidikan
orang-orang lainnya
3. Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktik menggunakan
bukti dan metode ilmiah untuk investigasi, evaluasi dan meningkatkan
praktek asuhan pasien
4. Ketrampilan hubungan antar manusia/ interpersonal dan komunikasi
-yang akan memampukan dan menjaga hubungan profesional dengan
pasien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain
5. Profesionalisme - terpancar dalam komitmen untuk secara terus-menerus
mengembangkan profesioanlisme, praktek etika, pemahaman dan
kepekaan terhadap keragaman dan sikap tanggung jawab terhadap
pasien, profesinya dan masyarakat
6. Praktek berbasis sistem melalui pemahaman terhadap konteks dan sistem
dimana pelayanan kesehatan diberikan
BAB V
DOKUMENTASI
Semua hasil kredensial didokumentasikan oleh Komite Medik dan Bagian
Organisasi serta Kepegawaian.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIJAH
KOTA GORONTALO
Jln. Nani Wartabone No. 101, Heledulaa Selatan, Kec.Kota Timur
Kota Gorontalo Telp. (0435) 821253 – 824410 E-Mail rsia_gtlo@yahoo.co.id
PANDUAN
AUDIT MEDIS
TAHUN 2022
I. DEFINISI
Dalarn Panduan Audit Medis di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadijah yang
dimaksud :
a. Umum:
1. Memberikan acuan dalarn melaksanakan audit medis dalam rangka
monitoring dan peningkatan mutu pelayanan medis di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Sitti Khadijah
b. Khusus:
1. Agar semua pihak terkait dapat melaksanakan audit medis sesuai
amanat Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
2. Sebagai acuan bagi Sub Komite Audit Medis dalarn
melakukan evaluasi pelayanan medis di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti
Khadijah
III. RUANG LINGKUP
3.1 Tujuan Audit Medis.
Audit medis sangat terkait dengan upaya peningkatan mutu dan
standarisasi, maka tujuan dilakukan audit adalah:
A. Tujuan umum :
1. Tercapaianya pelayanan medis prima di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Sitti Khadijah
B. Tujuan khusus:
1. Melakukan evaluasi mutu pelayanan medis
2. Mengetahui penerapan standar pelayanan kedokteran / kedokteran
gigi
3. Melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan medis sesuai
kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis.
Selain pengertian audit medis tersebut diatas, Komite Medik dan atau Kelompok
Staf Medis dapat menyelenggarakan kegiatan audit dalam bentuk pembahasan
kasus.
Aspek mutu pelayanan medis dirumah sakit berkaitan erat dengan masalah
medikolegal. Di masa lalu rumah sakit sering dianggap sebagai lembaga
sosial yang kebal hukum berdasarakan "doctrin of charitable immunity,
sebab menghukum rumah sakit untuk membayar ganti rugi sama artinya dengan
mengurangi asetnya, yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuannya untuk
menolong masyarkat. Namun dengan terjadinya perubahan paradigma perumah
sakitan di dunia, dimana rumah sakit merupakan institusi yang padat modal,
padat teknologi dan padat tenaga sehingga pengelolaan rumah sakit tidak bisa
semata-mata sebagai unit sosial. Maka sejak saat itu rumah sakit mulai dijadikan
sebagai subyek hukum dan sebagai target gugatan atas perilakunya yang dinilai
merugikan. Gugatan tersebut juga terjadi pada pelayanan medis. Beberapa dokter
telah digugat karena pelayanan yang diberikan tidak memuaskan pasien.
Dalam pelaksanaan audit ada yang disebut auditor, klien dan auditee.
4.2 Pelaksanaan Audit Medis di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadijah
Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sitti Khadijah pelaksanan audit medis adalah
Sub Komite Mutu Profesi yang berada di bawah Komite Medik. Mengingat audit
medis sangat terkait dengan berkas rekam medis, maka pelaksana audit
medis wajib melibatkan bagian rekam medis khususnya dalam hal
pengumpulan berkas rekam medis.
Selain itu, karena audit medis merupakan peer review maka dalam
pelaksanaan audit medis wajib melibatkan Kelompok Staf Medis terkait,
dan dapat pula mengundang konsultan tamu atau organisasi profesi terkait
untuk melakukan analisa terhadap hasil audit medis dan memberikan
rekomendasi khusus.
a. Design Audit
Design audit sangat penting dan harus sudah disusun sebelum audit
dilaksanakan.
V Melakukan
analisa kasus
yang tidak
sesuai standar II
dan kriteria
Penetapan
Standar
dan
Kriteria
IV
Membandingkan
pelayanan
standar/ kriteria
dengan
pelaksanaan
III
Penetapan
Jumlah
Kasus
Mekanisme rapat audit medis sebagaimana diuraikan diatas adalah mekanisme rapat
ditingkat Komite Medik atau second party audit. Namun sebenarnya rapat audit medis
juga bisa dilakukan di tingkat Kelompok Staf Medis atau disebut dengan first party.
Pimpinan : Ketua Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi/Tim Pelaksana Audit Medis
Audit
Untuk memudahkan pelaksanaan audit, maka dapat menggunakan formulir sebagai berikut:
Contoh Formulir
FORM. AUDIT MEDIS TINGKAT SATU
(PARTY AUDIT)
SMF :..........................................................................................................................
Tanggal :..........................................................................................................................
Waktu : Jam .............................. sampai Jam ......................................................
Yang Hadir : ............ Orang (daftar hadir terlampir)
Kasus :...........................................................................................................................
Identitas pasien :.........................................................................................................................
No. RM :..........................................................................................................................
Kronologis :..........................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Masalah :
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Evaluasi :
No Uraian Sesuai Tidak Sesuai Keterangan
1 Pelaksanaan SOP kasus SOP ada / Tidak
tersebut ada
2 Diagnosis kerja
3 Rencana tindakan
(penunjang)
4 Diagnosis pasti
5 Terapi
Kesimpulan :
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Saran :
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Gorontalo,
Mengetahui
Ketua Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi Notulis
( ) (..................................)
FORM. AUDIT MEDIS TINGKAT DUA
(PARTY AUDIT)
SMF :.........................................................................................................................
Tanggal :..........................................................................................................................
Waktu : Jam .............................. sampai Jam ......................................................
Yang Hadir : ............ Orang (daftar hadir terlampir)
Kasus :..........................................................................................................................
Identitas pasien :.........................................................................................................................
No. RM :..........................................................................................................................
Kronologis
:...................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Masalah :
...................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Evaluasi :
No Uraian Sesuai Tidak Sesuai Keterangan
1 Pelaksanaan SOP kasus SOP ada / Tidak
tersebut ada
2 Diagnosis kerja
3 Rencana tindakan
(penunjang)
4 Diagnosis pasti
5 Terapi
Kesimpulan : .........................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Saran : ..........................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Gorontalo,
Mengetahui
Ketua Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi Sekretaris Komite Medik
( ) (..................................)
LAPORAN RAPAT AUDIT
Tanggal : ....................................................................................................
1. Identitas kasus :
o Diagnosis kasus : .......................................................................................
o Nama : .......................................................................................
o Umur : .......................................................................................
o Jenis Kelamin :L/P*
o No RM : .......................................................................................
2. Pembahasan :
a) Diagnosis :
URAIAN MASALAH SOP / SPM
b) Penatalaksanaan :
URAIAN MASALAH SOP / SPM
c) Kesimpulan :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
d) Saran saran :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Gorontalo,
Mengetahui
Ketua Komite Medik Sekretaris Komite Medik
( ) ( )
Cat:
Lingkari yang dianggap perlu *
LITERATUR PENYAKIT :
Kasus : .............................................................................................................
Kriteria Penyakit : .............................................................................................................
“ MUST DO “ Kriteria :
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
“SHOUD DO” Kriteria :
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
o ........................................................................................................................................
Di atas sudah disebutkan bahwa pembahasan kasus dapat dilakukan untuk kasus
kematian, kasus kesakitan, kasus langka, kasus sulit, kasus pengadilan dan lain
sebagainya. Kasus-kasus tersebut dapat berasal dari jajaran Direksi, Komite Medik atau
Sub Komite Audit Medis, Ketua Kelompok Staf Medis, tuntutan/komplain dari pasien,
pihak ketiga/asuransi dan lain sebagainya.
Mekanisme Pembahasan Kasus Diuraikan Sebagai Berikut :
1. Ketua Komite Medik dan Ketua Sub Komite Audit Medis memilih dan menetapkan
kasus berdasarkan data/kasus.
• Dalam melakukan pemilihan kasus yang akan di audit diharapkan tidak lebih dari
2 (dua) hari.
2. Ketua Komite Medik menetapkan tanggal pelaksanaan diskusi tingkat Komite dan
surat undangan yang dilaksanakan kurang dari 2 (dua) hari.
3. Ketua Komite Medik menginformasikan secara tertulis kepada Ketua Kelompok
Staf Medis kasus terkait.
• Jadual waktu kurang2 (dua) hari untuk membahas kasus tersebut pada
tingkat Kelompok Staf Medis (proses sesuai dengan sistem Kelompok Staf
Medis dan mempersiapkannya untuk pembahasan tingkat Komite Medik
4. Ketua Kelompok Staf Medis menyerahkan berkas / formulir kepada Ketua
Komite Medik 4 (empat) hari sebelum diskusi tingkat Komite Medik.
Diatas sudah diuraikan bahwa agar audit medis dapat dilaksanakan dengan baik
maka perlu standar dan kriteria dari kasus/topik yang akan di audit tersebut. Kriteria
yang ditetapkan tersebut terdiri dari kriteria wajib (must do criteria) dan kriteria tambahan
(should do criteria). Kriteria wajib adalah merupakan kriteria minimum yang absolute
dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan dan harus dipenuhi oleh
setiap dokter. Sedangkan kriteria tambahan adalah merupakan kriteria-kriteria dari
hasil riset yang dapat dibuktikan dan penting.
1. The records show that the diagnosis of angina is based on : (a) characteristic
symptoms of angina or (b) suggestive symptoms of angina with positive• investigative
findings.
2. The records show that at diagnosis the blood pressure has been recorded and the
patient examined for signs of anaemia and has a cardiac examination
3. The records show that the patient is on daily aspirin unless contraindicated
4. The records show that at least annually there has been an assessment of smoking
habit, and advice given to smokers
5. The records show that at dignosis the patien'ts blood lipids have been checked
6. The records show that at least annulaly the blood pressure has been checked
and is within normal limits
7. The records show that there is an annual assessment of symptoms
"SHOUD DO"CRITERIA"
1. The records show that at least annually regular physical activity has been discussed
with the patient
2. The records show that the body mass index is checked at diagnosis
3. The records show thatthe patien has had a resting 12 lead ECG
Indikator mutu yang dikembangkan dapat berupa indikator yang sederhana yaitu hanya
mengukur input, proses dan ouput. Indikator mutu yang terkait dengan pelaksanaan audit
medis, yang dapt dikembangkan oleh Komite Medik antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah pembahasan kasus per tahun.
2. Jumlah pelaksanaan audit medis per tahun.
3. Prosentase rekomendasi dari pembahasan kasus yang sudah dilaksanakan.
4. Prosentase rekomendasi dari hasil audit medis yang sudah dilaksanakan.
5. Prosentase penurunan medical error
Evaluasi pelaksanaan audit medis dilakukan paling lama setiap tahun. Tujuan evaluasi
dari pelaksanaan adalah agar proses audit dapat berjalan lebih baik.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan audit medis dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam akreditasi rumah sakit. Pada akreditasi rumah sakit ada kewajiban
rumah sakit untuk melakukan audit medis. Di RSIA Sitti Khadijah audit medis
dilaksanakan oleh Sub Komite Audit Medis yang berada di bawah Komite Medik.
Dalam melaksanakan tugasnya Sub Komite Audit Medis dapat mengundang dokter ahli
lain yang berasal dari dalam dan luar rumah sakit (dokter ahli lain tersebut bukan
anggota tim audit) yang relevan dengan kasus-kasus yang diteliti dan dibahas. Untuk
melaksanakan audit, harus sudah mempunyai pedoman audit dan harus meneliti dan
membahas paling sedikit 3 (tiga) kasus penting.
Berdasarkan hal tersebut, monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan melalui
program akreditasi rumah sakit meliputi:
Keberadaan Sub Komite Audit Medis, yang dibuktikan dengan
Surat Keputusan Direktur RSIA Sitti Khadijah
Pedoman audit medis
Jumlah kasus yang dilakukan audit minimal 3 (tiga) buah.
Laporan kegiatan audit medis.
Rekomendari dari hasil audit
Tindak lanjut pelaksanaan rekomendasi.
Dengan dilakukannya monitoring dan evaluasi kegiatan audit medis tersebut maka
pencatatan dan pelaporan kegiatan perlu dilakukan dengan baik. Notulen rapat, hasil
pembahasan/penelitian kasus yang di audit perlu dilakukan secara tertulis dan
dilaporkan ke Direktur RSIA Sitti Khadijah
Dalam memberikan laporan juga perlu diperhatikan konfidensial hasil audit. Pelaporan
pada Direktur tetap perlu dilakukan walaupun audit medis merupakan peer review,
karena mungkin ada hasil analisa dan rekomendasi, ada yang perlu ditindaklanjuti oleh
Direktur, berupa penambahan sarana, prasarana dan peralatan.
Audit medis merupakan hal penting yang wajib dilakukan untuk melaksanakan evaluasi
pelayanan medis. Audit medis dilaksanakan dengan mengacu pada Pedoman Audit Medis
RSIA Sitti Khadijah
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIJAH
KOTA GORONTALO
Jln. Nani Wartabone No. 101, Heledulaa Selatan, Kec.Kota Timur
Kota Gorontalo Telp. (0435) 821253 – 824410 E-Mail rsia_gtlo@yahoo.co.id
PANDUAN
ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN
Setiap staf medis dalam melaksanakan asuhan medis di rumah sakit harus
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme kedokteran kinerja profesional yang baik
sehingga dapat memperlihatkan kinerja profesi yang baik. Dengan kinerja profesional
yang baik tersebut pasien akan memperoleh asuhan medis yang aman dan efektif.
Upaya peningkatan profesionalisme staf medis dilakukan dengan melaksanakan
program pembinaan profesionalisme kedokteran dan upaya pendisiplinan berperilaku
profesional staf medis di lingkungan rumah sakit. Dalam penanganan asuhan medis
tidak jarang dijumpai kesulitan dalam pengambilan keputusan etis sehingga diperlukan
adanya suatu unit kerja yang dapat membantu memberikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan etis tersebut. Pelaksanaan keputusan subkomite etika dan
disiplin profesi di rumah sakit merupakan upaya pendisiplinan oleh komite medik
terhadap staf medis di rumah sakit yang bersangkutan sehingga pelaksanaan dan
keputusan ini tidak terkait atau tidak ada hubungannya dengan proses penegakan
disiplin profesi kedokteran di lembaga pemerintah, penegakan etika medis di
organisasi profesi, maupun penegakan hukum
Tolak ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku professional staf medis antara lain :
II. TUJUAN
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medik di rumah sakit dibentuk
dengan tujuan :
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhu syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis
(clinical care)
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medisdi rumah sakit
III. KEANGGOTAAN\
Subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri dari sekurang – kurangnya 3
(tiga) orang staf medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di
rumah sakit tersebut dan berasal disiplin ilmu yang berbeda. Pengorganisasian sub
komite etika dan disiplin profesi sekurang – kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan
anggota yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite medic
Kepala / direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme
kerja subkomite etika dan disiplin profesi berdasarkan masukan komite medis, selain
itu Kepala/direktur rumah sakit bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber
daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh ketua
subkomite etika dan disiplin profesi, panel terdiri dari 3 (tiga) orang staf medis atau
lebih dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut :
1. 1 (satu) orang dari subkomite etik dan disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu
yang berbeda dari yang diperiksa
2. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan yang
diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit, baik atas
permintaan komite medic dengan persetujuan Kepala/direktur rumah sakit atau
Kepala/direktur rumah sakit yang terlapor
Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit.
Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti ketentuan
yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi komite medic.
1. Sumber Laporan
Notifikasi (laporan) yang berasal dari perorangan, antara lain :
1) Manajemen rumah sakit
2) Staf medis lain
3) Tenaga kesehatan lain atau tenaga non kesehatan
4) Pasien atau keluarga pasien
Notifikasi (laporan) yang berasal dari non perorangan, berasal dari :
1) Hasil konferensi kematian
2) Hasil konferensi klinis
2. Dasar Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi
Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran
disiplin profesi oleh seseorang staf medis adalah hal-hal yang menyangkut,
antara lain :
1) Kompetensi Klinis :
1. Penatalaksanaan kasus medis
2. Pelanggaran disiplin profesi
3. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan kedokteran di rumah sakit
4. Ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumah sakit yang dapat
membahayakan pasien
2) Pemeriksaan
Dilakukan oleh panel pendisiplinan profesi
Melalui proses pembuktian
Dicatat oleh petugas secretariat komite medic
Terlapor dapat didampingi oleh personil dari rumah sakit tersebut
Panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai kebutuhan
Seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi
bersifat tertutup dan pengambilan keputusan bersifat rahasia
3. Keputusan
a. Keputusan panel yang dibentuk oleh subkomite etika dan disiplin
profesi diambil berdasarkan sura terbanyak. Untuk menentukan ada
atau tidak pelanggaran disiplin profesi kedokteran di rumah sakit
b. Bilamana terlapor merasa keberatan dengan keputusan panel, maka
yang bersangkutan dapat mengajukan keberatannya dengan
memberikan bukti baru kepada subkomite etika dan disiplin profesi
yang kemudian akan membentuk panel baru. Keputusan ini bersifat
final dan dilaporkan kepada Direksi ruma sakit melalui komite medik.
1) Peringatan tertulis
1. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
2. Bekerja di bawah supervise dalam waktu tertentu oleh orang yang
mempunyai kewenangan untuk pelayanan medis tersebut
3. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege)sementara atau selamanya
2) Pelaksanaan keputusan
Keputusan subkomite etika dan disiplin profesi tentang pemberian tindakan
disiplin profesi diserahkan kepada Kepala/direktur rumah sakit oleh ketua
komite medic sebagai rekomendasi , selanjutnya Kepala/direktur rumah
sakit melakukan eksekusi.
V. DOKUMENTASI
Proses Penanganan Dugaan Pelanggaran Etik dan Disiplin Profesi Medis ini
disimpan dalam file etik dan disiplin profesi staf medis. File etik dan disiplin profesi
staf medis yang dimaksud, antara lain :
1. Surat/Nota Dinas dan Laporan Kronologis Dugaan Pelanggaran Etik dan
Disiplin Profesi Medis
2. Berkas Pendukung (Panduan Praktik Klinik, Rekam Medik bila
diperlukan)
3. Notulen rapat
4. Hasil rekomendasi kepada Direktur
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITTI KHADIJAH
KOTA GORONTALO
Jln. Nani Wartabone No. 101, Heledulaa Selatan, Kec.Kota Timur
Kota Gorontalo Telp. (0435) 821253 – 824410 E-Mail rsia_gtlo@yahoo.co.id
PANDUAN
PENETAPAN PENILAIAN PEGAWAI
EVALUASI KINERJA PROFESI DOKTER
BERKESINAMBUNGAN
(ON-GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION)
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya semua pelayanan medis di rumah sakit beserta akibatnya menjadi
tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, oleh karenanya rumah sakit harus
mengatur seluruh pelayanan medis yang dilakukan oleh staf medis sedemikian
dengan memberikan kewenangan klinis agar aman bagi pasien.
Kewenangan Klinis seorang staf medis tidak hanya didasarkan pada kredensial
terhadap kompetensi keilmuan dan ketrampilannya saja, akan tetapi juga didasarkan
pada kesehatan fisik, kesehatan mental, dan perilaku.
Untuk menguji kualitas pelayanan medis yang diberikan oleh staf medis perlu
dilakukan evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan atau ON-GOING
PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION (OPPE)
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
• Meningkatkan kualitas pelayanan medis yang diberikan oleh staf medis
2. Tujuan Khusus :
• Evaluasi Praktik Profesional Staf Medis Berkesinambungan (OPPE) bertujuan
untuk mendapatkan informasi kinerja terkini dari seorang dokter secara
menyeluruh dan informatif atau dengan kata lain Evaluasi kinerja dokter
secara berkesinambungan sangat bermanfaat dalam :
a. Proses monitoring kompetensi
b. Mengidentifikasi area kemajuan kinerja individu
c. Sebagai data obyektif untuk melanjutkan kewenangan klinis
• Terciptanya peningkatan mutu pelayanan staf medis melalui:
a. Menggunakan proses sistematik untuk mengevaluasi dan
mengkonfirmasi kompetensi klinis terkini dokter di RSIA Sitti Khadijah
III. PENGERTIAN
1. Evaluasi Kinerja Profesi Dokter Berkesinambungan (OPPE)
• Evaluasi Kinerja Profesi Dokter Berkesinambungan (OPPE) adalah
ringkasan data yang dikumpulkan secara berkelanjutan dengan tujuan
mengkaji kompetensi klinis dokter dan perilaku profesionalnya
2. Kompetensi Umum
• Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang dimilki, dihayati dan dikuasai oleh staf medis setelah mempelajari suatu
pembelajaran, menamatkan suatu program pelatihan.
3. Staf Medis
• Staf Medis adalah dokter dan dokter gigi yang bekerja sebagai staf
fungsional dan memberikan pelayanan langsung terhadap pasien di RSIA Sitti
Khadijah
IV. KEGIATAN
1. Evaluasi Kinerja Profesi Dokter Berkesinambungan (OPPE)
a. Screening
1) Sub komite mutu profesi akan melakukan review retrospektif
menggunakan kriteria skrining staf medis yang telah disetujui
2) Tiap orang (pasien/ keluarganya, staf medis, profesi kesehatan lain,
atau staf RS) dapat melaporkan tiap permasalahan yang ada yang
berkaitan dengan kinerja profesi dokter
3) Bila data tersebut benar, formulir feedback diberikan kepada
pimpinan RS
b. lndikator yang dinilai
1) Kuantitas berbobot nilai 40 %
A. Aktivitas klinik yang dilakukan oleh DPJP dengan sistem skoring
Kasus pasien rawat inap, Pasien rawat jalan, IGD dapat pula
meliputi Jumlah pasien (rawat jalan dan rawat inap) regular
maupun pavilium per DPJP
2) Kualitas berbobot nilai 30 %
A. Patient care (Perawatan pasien)
a. Dokter diharapkan dalam merawat pasien dengan
penuh ketulusan, kejelasan dan efektif dengan tujuan
peningkatan kesehatan, pencegahan sakit, mengobati
penyakit dan perawatan masa-masa akhir (end of the life)
b. Termasuk didalamnya keterampilan klinis dokter
c. Staf Medis berusaha mewujudkan kemampuan klinis
tersebut, dan hal ini menyangkut outcome pasien dan
proses klinis spesifik
d. Proses klinis yang dilakukan diketahui oleh klinisi yang lain
e. Sumber data dapat berupa : Data SIMRS
B. Kompetensi SDM
a. Dokter diharapkan menjalankan tugas sesuai area
kompetensi mandiri penugasan klinik
b. Sumber data dapat berupa :
• Data area kewenangan klinis
• Data SIMRS
C. Practice-based learning and improvement
a. Dokter diharapkan menggunakan bukti dan metodologi
berbasis ilmiah dalam melakukan evaluasi praktek klinis
b. Sumber data dapat berupa :
• Medical staf peer review dan rekomendasi
• Sertifikat
• Evidence based continued medical education (CME)
D. Kemampuan interpersonal dan komunikasi
a. Dokter diharapkan dapat menunjukan kemampuan
komunikasi dan interpersonal yang membantu mereka
dalam menjaga hubungan profesional dengan pasien,
keluarga dan staf medis lain.
b. Sumber data dapat berupa :
• Komplain pasien
• Survey kepuasan pasien
• Telepon pada staff manajemen
• Rekomendasi atasan
E. Praktek berbasis system
a. Dokter diharapkan dapat menunjukkan pemahaman
mengenai pelayanan kesehatan yang dilakukan dan dimilki
rumah sakit, dan kemampuan untuk melakukan
pemahaman tersebut untuk meningkatkan dan
mengoptimalkan pelayanan ksehatan.
b. Sumber data dapat berupa :
• Outcomes, lama perawatan
• lndeks dan rerata mortalitas
• Faktor-faktor komplikasi
F. Profesionalisme
a. Dokter diharapkan dapat menunjukkan tingkah laku mereka
yang berkomitmen untuk melakukan peningkatan
profesionalisme, praktikal etik dan toleransi terhadap
keberagaman (ras, budaya, gender, agama, etnis, preferens
seksual, bahaya, mentalitas dan disabilitas fisik) juga dapat
mempertanggungjawabkan perilaku mereka pada pasien,
profesi mereka dan lingkungan.
b. Sumber data dapat berupa :
• Survey kepuasan pasien
• Komplain
• Surat/ telefon kepada staff admin
• Rekomendasi atasan
• Aktivitas CME
3) Perilaku berbobot nilai 30 %
A. Kehadiran yang dimaksud adalah berada di lingkungan / di
tempat kerja 37,5 jam dalam seminggu (150 jam/sebulan)
B. Orientasi Pelayanan yang dimaksud adalah dapat
menyelesaikan tugas pelayanan sebaik-baiknya dengan sikap
sopan dan sangat memuaskan baik untuk pelayanan internal
maupun eksternal organisasi
C. lntegritas yang dimaksud adalah dapat melaksanakan tugas
bersifat jujur, ikhlas dan tidak pernah menyalahgunakan
wewenangnya serta berani menanggung resiko dari tindakan
yang dilakukan
D. Komitmen yang dimaksud adalah berusaha dengan sungguh-
sungguh menegakkan ideologi negara pancasila, UUD Negara
RI Thun 1945, NKRI,Bhineka Tunggal lka dan rencana-rencana
pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan
kepentingan kedinasan dari pada kepentingan pribadi dan/ atau
golongan sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya
sebagai unsur aparatur negara, terhadap organisasi tempat
dimana ia bekerja
E. Disiplin mentaati peraturan perundang-undangan dan/atau
peraturan kedinasan yang berlaku dengan rasa tanggung
jawab dan selalu mentaati ketentuan jam kerja serta mampu
menyimpan dan/ atau memelihara barang-barang milik negara
yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya
F. Kerjasama mampu bekerja sama dengan rekan kerja, atasan,
bawahan baik di dalam maupun di luar organisasi serta
menghargai dan menerima pendapat orang lain, bersedia
menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi
keputusan bersama
V. METODE
1. Penanggung Jawab kegiatan OPPE
Kepala KSM bertanggung jawab pada proses evaluasi tiap pemohon yang
berada pada unit kerja mereka.
Sub komite mutu bertanggung jawab pada kepatuhan proses
monitoring tersebut. Yang didapatkan dari laporan dokter secara teratur,
dan juga semua hal atau permasalahan yang dialami akibat implementasi
kebijakan ini.
Sub komite mutu profesi bertanggung jawab pada analisa dan feed back
kegiatan OPPE
2. Metode dan Cara
Evaluasi Kinerja Staf Medis Berkesinambungan dilakukan secara
berkelanjutan tiap 1 Tahun sekali
Pengukuran OPPE meliputi 6 area kompetensi umum
Periode evaluasi meliputi periode Januari - Desember.
Data yang dikumpulkan bulan Januari - Desember dievaluasi secara
bertahap
Metode pengumpulan data didapatkan dari kuesioner, SIM RS, PPI dan
Tim Keselamatan Pasien RS
VI. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI
OPPE
1. Seluruh proses dilakukan dan dilaporkan 1 tahun sekali kepada komite medic
untuk dilakukan evaluasi, dilakukan secara bertahap, dilaporkan ke direktur
dan KSM, sebagai bahan laporan.
2. Kelompok staf medis melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan secara terus
menerus berupa 6 area evaluasi, yang dipilih oleh masing-masing staf medis,
dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme staf medis.
3. Data tersebut dimasukan di file staf medis untuk re-evaluasi saat reappointment
(re-kredensial).
4. Komite Medis akan memberikan feedback tiap 6 bulan sekali kepada KSM
terhadap kinerja profesi dokter yang telah dilakukan dengan tembusan pada
Direktur.
5. KSM selanjutnya memberikan rekomendasi terhadap temuan yang didapatkan
komite medis.