Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KIRANA


SIDOARJO
2020
KATA PENGANTAR

Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
Karunia-Nya sehingga “Pedoman Pelayanan Gizi ” telah selesei disusun. Pedoman
Pelayanan Gizi ini disususn sebagai acuan umum pengelolahan dan pelaksanaan
prosedur kerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kirana. Pedoman ini berisi uraian
mengenai gambaran umum rumah sakit.

Kami mengharapkan agar pedoman ini dapat menjadi acuan untuk menjalankan
proses asuhan dan prooses kerja dengan mt yang baik dan dpat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi pasien, rumah sakit maupun terhadap peningkatkan kesehatan
masyarakat secara umum.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya


kepada seluruh anggota tim penyusun atas partisipasinya dan pihak-pihak yang
membantu kelancaran penyusunan pedoman ini.

2
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
“KIRANA”
Jalan Raya Ngelom No. 87 Taman Sidoarjo 61257 Telp.031-7887546, 031-7881623 Fax.031-7873010 Website: Ema

DASAR HUKUM

1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;


2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. UU Nomor 36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan;
4. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 tahun 2016, tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 971/Menkes/Per/XI/2009
Tentang Standart Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan.

3
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
“KIRANA”
Jalan Raya Ngelom No. 87 Taman Sidoarjo 61257 Telp.031-7887546, 031-7881623 Fax.031-7873010 Website:E

PERATURAN DIREKTUR

NOMOR: 199 /PER/DIR/RSIAK/ /2020

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KIRANA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan pelayanan


kesehatan yang menyeluruh dibutuhkan salah satunya
pelayanan gizi;
b. bahwa untuk memberikan pelayanan gizi yang optimal
dibutuhkan pedoman pelayanan gizi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu menetapkan Peraturan Pedoman
Pelayanan Gizi Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kirana;
Mengingat : 1. Nomor 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi
rumah Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Tenaga Gizi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41
tahun 2014 tentang Pedoman Gizi;

4
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
7. Pedoman Pelayanan gizi rumah Sakit. KEMENKES RI,
2013;
8. Pedoman Asuhan Gizi Terstandar. KEMENKES RI, 2014;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG


PEDOMAN PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK KIRANA

PERTAMA : Kebijakan Tentang penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi


Rumah Sakit Ibu dan Anak Kirana Sebagaimana terlampir dalam
Surat Keputusan ini

KEDUA : Kebijakan penyusunan pedoman pelayanan Instalasi Gizi Agar


djadikan pedoman dan acuan dalam memberikan pelayanan gizi di
Rumah Sakit ibu dan anak Kirana

KETIGA : Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.


Apabila dikemudian hari diperlukan revisi dari surat keputusan
ini, maka akan diadakan perubahan sesuai dengan keperluan

Ditetapkan di Sidoarjo
Tanggal 04 Januari 2020
Direktur

dr. Achmad
Ichbal NIP.
07116806

5
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
“KIRANA”
Jalan Raya Ngelom No. 87 Taman Sidoarjo 61257 Telp.031-7887546, 031-7881623
Fax.031-7873010 Website:www.rsiakirana.com, Email: rsiakirana@gmail.com

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DASAR HUKUM..................................................................................................iii
KEPUTUSAN.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................7
BAB II VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN
TUJAN RUMAH SAKIT.......................................................................1
A. Visi Dan Misi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kirana..................................5
B. Falsafah Rumah Sakit Ibu dan Anak Kirana...........................................6
C. Motto, Tujuan Dan Value Rumah Sakit Ibu Anak Kirana......................5
BAB III FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
DAN UPAYA KESEHATNAN............................................................16
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT...................................33

BAB V URAIAN JABATAN...............................................................................33

BAB VI BATASAN OPERASIONAL................................................................33

BAB VII TATA LAKSANA................................................................................34

BAB VIII PENCATATAN, PELAPORAN,

MONITORING DAN EVALUASI.....................................................................35

BAB VIII PENUTUP...........................................................................................40

6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak


dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin
meningkat dan sudah mengarah pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin
pesat laju pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Pelayanan gizi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit,


yang mana saling menunjang antar pelayanan medis dan non-medis. Pelayanan
yang terintegrasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan
angka kesembuhan pasien. Dalam pelayanan kesehatan ini dibutuhkan suatu
pedoman pelayanan yang terstruktur.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pelayanan gizi antara lain :

1. Menyelenggarakan pelayanan makanan yang bergizi dan bermutu baik untuk


pasien maupun untuk pegawai
2. Menyelenggarakan proses asuhan gizi kepada pasien rawat inap
3. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai gizi seimbang

Fungsi pelayanan gizi antara lain :

1. Mengelola logistic gizi


a. Membuat pesanan bahan makanan baik kering dan basah
b. Mengadakan pembelanjaan dan pengelolaan anggaran
c. Mengatur penyimpanan bahan makanan
d. Mengatur keluar masuknya bahan makanan sesuai prinsip FIFO (First In
Fisrt Out)
2. Penyelenggaraan makanan
a. Melakukan proses produksi (persiapan, pengolahan, distribusi)
b. Melakukan perencanaan produksi harian
3. Penyelenggaraan proses asuhan gizi

7
a. Melakukan proses skrining gizi sebagai awal proses asuhan gizi
b. Melakukan edukasi gizi kepada pasien
c. Melakukan pencatatan asuhan gizi
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Pedoman ini sebagai pedomam pelayanan gizi rumah sakit dalam melakukan
pengelolaan penyelenggaraan makanan dan asuhan gizi untuk melakukan
pelayanan kepada rawat inap dan pegawai.

D. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan gizi meliputi kegiatan berikut, yaitu :
1. Kegiatan dalam Penyelenggaraan makanan
a. Pengadaan bahan makanan
Merupakan proses dimulai dari pemesanan/pembelian bahan makanan,
menerima bahan makanan, menyimpan sesuai dengan perlakuan masing –
masing bahan demi terjaganya mutu bahan makanan.
b. Pengolahan bahan makanan
Proses pengolahan dimulai dengan kegiatan penyiapan bahan makanan
sesuai dengan perlakuan masing – masing bahan demi mengurangi angka
kontaminasi. Proses penyiapan harus dilakukan dengan baik agar proses
selanjutnya yaitu proses pemasakan dapat berjalan dengan cepat dan tepat
sehingga mutu makanan tetap terjaga.
c. Distribusi makanan matang
Makanan yang telah siap saji dipilah berdasarkan daftar pesanan. Terdapat
dua daftar pesanan, yaitu pesanan menu pasien dan pesanan menu pegawai.
Proses distribusi yang baik adalah makanan dapat sampai ke tangan pasien
maupun pegawai dengan ketepatan waktu yang akurat.
2. Kegiatan penyelenggaraan asuhan gizi
a. Skrining
Proses skrining idealnya dilakukan saat pasien baru datang atau setidaknya
sebelum 24 jam setelah pasien rawar inap. Proses skrining dilakukan
dengan melakukan pengisian form skrining (lampiran 1), dan menghitung
hasil coding kemudian mengelompokkan pasien ke dalam kelompok resiko
malnutrisi atau tidak beresiko malnutrisi. Pasien tidak dinyatakan beresiko

8
malnutrisi apabila hasil total skor ≤ 2. Sedangkan pasien yang beresiko
malnutrisi dilakukan proses asuhan gizi ulang dengan total skor ≥ 2.
b. Asuhan gizi
Dilakukan dengan mengisi form asuhan gizi (lampiran 2), sesuai ketentuan
berikut :
1) Assessment
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, antara lain
riwayat gizi, riwayat personal, hasil laboratorium, antropometri, hasil
pemeriksaan fisik, klinis, diet order dan perkiraan kebutuhan gizi
2) Diagnosis
Mengisi sesuai hasil telaah domai asupan, domain klinis, domain
perilaku/lingkungan
3) Intervensi
Memberikan preskripsi diet, dan mengadakan edukasi gizi ke pasien
4) Monitoring dan evaluasi
Menelaah respon pasien terhadap intervensi dan melakukan evaluasi
tingkat keberhasilan intervensi

E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2014
tentang Pedoman Gizi
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Ahli Gizi
a. Ahli gizi memenuhi persyaratan administrasi :
 Berijazah pendidikan DIII/S1 Gizi
 Terdaftar di Organisasi Profesi
 Terdaftar di Dinas Kesehatan
 Mempunyai Surat Ijin Kerja
 Sehat jasmani dan rohani
 Mampu mengkoordinasikan tim
b. Memiliki kesehatan fisik dan mental
c. Berpenampilan professional, sehat, bersih dan rapi
d. Menggunakan atribut kerja/tanda pengenal
e. Mampu melakukan kegiatan asuhan gizi
2. Tenaga Pekarya Gizi
Merupakan tenaga juru masak yang siap melayani proses pengolahan masakan
hingga proses distribusi, baik penyelenggaraan makanan pasien maupun
penyelenggaraan makanan pegawai. Berikut kualifikasi tenaga pekarya gizi :
 Pendidikan min. SMA
 Berpengalaman di bidang penyelenggaraan makanan min. 1 tahun
 Mampu bekerja secara tim
 Sehat jasmani dan rohani

10
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
JABATAN KUALIFIKASI WAKTU JUMLAH
FORMAL dan KERJA SDM
INFORMAL
Sarjana Gizi/DIII
Kepala Unit Gizi Gizi Memiliki
STRGizi, SIKGizi 1 shift 1
mengikuti
seminar ilmiah gizi
Tenaga pekarya SMk boga/sederajat
gizi 3 shift 4

C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga di unit Gizi terbagi menjadi :
Jadwal pagi : 05.00 – 12.00
Jadwal siang : 11.00 – 18.00
Jadwal masuk 09.00 – 16.00 saat jadwal tenaga pekarya gizi terdapat satu orang
libur

BAB III

11
STANDAR FASILITAS

12
Penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan dukungan sarana
dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan pedoman gizi rumah sakit yang berlaku.
Lokasi pelayanan gizi harus memiliki alur pelayanan yang jelas. Alur pelayanan yang
terdapat di dalam pelayanan gizi yaitu alur kerja tenaga gizi, alur pengelolaan alat
masak, alur makanan matang, alur bahan makanan basah dan kering, serta alur
pengelolaan piring saji.

Alur penyelenggaraan pelayanan gizi dimaksudkan untuk menghindarkan


terjadinya proses kontaminasi terhadap proses makanan maupun makanan yang sudah
matang. Alur penyelenggaraan makanan ini terkait dengan tata letak ruang (lay – out
design) yang diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pergerakan pada saat
bekerja.

A. DENAH RUANG
Denah ruang unit gizi serta alur pelayanan unit gizi, sebagai berikut :

1. Pembagian ruang unit gizi


a. Ruang bersih (ruang produksi)

13
Ruang bersih merupakan ruang yang hanya boleh dimasuki oleh tenaga
gizi. Ruang bersih terdiri dari ruang produksi, dan gudang logistic.
Dimaksudkan untuk mengurangi resiko kontaminasi dan resiko kehilangan.
b. Ruang semi bersih
Ruang semi bersih boleh dimasuki oleh tenaga gizi dan pegawai yang
memiliki kepentingan.
2. Alur pelayanan sesuai garis warna

a. Garis ungu mewakili alur kerja tenaga gizi saat tenaga gizi datang ke unit
gizi. Tenaga gizi datang melewati pintu masuk menuju ke ruang ganti untuk
berganti baju dan memakai APD, dan menuju ke ruang produksi.
b. Garis biru mewakili alur pengelolaan alat masak yang telah dipakai di ruang
produksi. Alat masak yang telah dipakai dibawa ke ruang pencucian alat
masak, dan meletakkan alat masak secara terbalik di rak alat masak.
c. Garis merah mewakili alur pengelolaan makanan matang. Makanan matang
dari ruang produksi dibawa ke ruang persiapan penyajian untuk dilakukan
wrapping dan dimasukkan ke trolley makanan kemudian dimasukkan ke lift
makanan untuk didistribusikan ke pasien.
d. Garis hijau mewakili alur pengelolaan bahan makanan basah dan kering.
Bahan makanan basah seperti sayur langsung disimpan di kulkas, untuk
bahan makanan basah seperti ayam, ikan, dll dicuci terlebih dahulu di
wastafel cuci bahan makanan kemudian disimpan di freezer. Bahan
makanan kering seperti beras, kacang – kacangan, gula, minyak goreng, dsb
langsung disimpan di gudang bahan makanan kering. Saat memulai proses
pengolahan, bahan makanan diambil dan dikirim ke ruang produksi.
e. Garis kuning mewakili alur pengelolaan piring saji. Piring saji yang kotor
diambil dari lift dan dimasukkan ke loket ruang cuci piring. Piring yang

14
telah selesai dicuci dikembalikan ke ruang persiapan penyajian dan
disimpan dengan rapi.

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang ada di unit gizi terdiri dari
1. Ruang ganti
Ruang ganti didalamnya terdapat baju ganti tenaga gizi dan APD yang dipakai
di unit gizi.
2. Ruang produksi
Ruang produksi memiliki beberapa sarana seperti kompor, kulkas penyimpanan
bumbu, rice cooker, meja preparasi dan wastafel.
3. Ruang cuci alat masak
Ruang cuci alat masak memiliki satu sink dengan rak susun yang dimaksudkan
untuk menyimpan alat masak yang telah dicuci dan dan ditiriskan
4. Ruang cuci alat saji
Ruang cuci alat saji memiliki dua sink dengan water heater
5. Ruang persiapan penyajian
Ruang persiapan penyajian terdapat meja dengan lemari penyimpanan alat saji
dan lemari buku penunjang pelayanan gizi
6. Gudang penyimpanan bahan makanan basah dan kering
Gudang penyimpanan bahan makanan kering memiliki ruang tertutup dan dan
pencahayaan yang baik agar tidak lembab. Didalamnya terdapat rak susun
untuk menyimpan bahan makanan agar tidak langsung terkena lantai, demi
menjaga mutu bahan makanan.
Bahan makanan basah disimpan di freezer dan kulkas yang tersedia di luar
gudang bahan makanan kering dan memiliki wastafel untuk pencucian bahan
makanan hewani yang akan disimpan.
7. Lift makanan
Lift makanan hanya diperuntukkan untuk makanan, untuk menghindari
kontaminasi yang tertinggal di lift. Lift langsung menuju ke ruang perawatan
pasien.

BAB IV

15
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGELOLAAN LOGISTIK
Pengelolaan persediaan gizi merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari
perencanaan, pemesanan, pengadaan/pembelian, penyimpanan, dan
pendayagunaan, serta administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan gizi.
Pengelolaan persediaan gizi dilaksanakan secara terkoordinir dan efektif
untuk menjamin mutu dan biaya. Berikut proses pengelolaan logistic gizi,
1. Pemesanan
a. Perencanaan
Perencanaan bahan sediaan adalah kegiatan untuk menentukan jenis dan
jumlah bahan logistic yang akan diadakan proses pengadaan/pembelian
sesuai dengan anggaran.
Proses perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan bahan
dengan menggunakan dasar pola konsumsi serta disesuakan dengan
anggaran yang tersedia. Hal – hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam
pengadaan bahan logistic sebagai berikut :
 Anggaran yang tersedia
 Sisa persediaan
 Kualitas bahan
 Lama masa pengadaan bahan
b. Pemesanan
Proses pemesanan yaitu proses sederhana untuk mencatat bahan logistic
yang akan dipesan ke supplier sesuai dengan jenisnya.
2. Pengadaan/pembelian
Pengadaan/pembelian merupakan kegiatan lanjutan dalam pengelolaam logistic
gizi, dimana menggunakan metode pembelian disesuaikan dengan keberadaan
supplier. Pengaadaan bahan logistic gizi yang terdiri dari bahan makanan basah,
dan bahan makanan kering, proses dilakukan pengadaan dengan metode
pembeliaan langsung ke pasar/toko. Proses pembelian ini memungkinkan
bagian pengadaan langsung memilih bahan sesuai jenis bahan, kualitas dan
harga.

16
Setelah proses pengadaan, barang datang kemudian dilakukan proses
penerimaan sesuai dengan jenis bahan dan perlakuan bahan demi menjaga mutu
dan kualitas bahan.
3. Penyimpanan
Penyimpanan bahan merupakan suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar
di Gudang bahan makanan kering dan basah. Bahan makanan kering disimpan
di dalam gudang dengan proses penyimpanan terhindar dari udara lembab,
tidak langsung terkena lantai, serta ruangan mendapat pencahayaan
matahari/terukur kelembabannya. Bahan makanan basah disimpan sesuai
dengan perlakuan masing – masing bahan, seperti sayur, ikan, tahu, dll,
memiliki jenis perlakuan penyimpanan yang berbeda.
Tujuan proses penyimpanan ini adalah tersedianya bahan makanan yang siap
digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan
B. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. Penyiapan bahan makanan
Penyiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik,
dsb) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu, dan
jumlah pasien/konsumen yang dilayani.
Proses penyiapan bahan makanan hewani, nabati, dan sayur mendapat
perlakuan yang berbeda, dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi silang.
2. Pengolahan bahan makanan
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak)
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas,
dana man untuk dikonsumsi.
Tujuan pengolahan adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi resiko kehilangan zat – zat gizi bahan makanan
b. Meningkatkan nilai cerna
c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan
d. Bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh

17
Durasi yang dibutuhkan untuk mengolah masing – masing bahan berbeda,
tergantung tekstur dan tingkat kematangan yang dibutuhkan masing – masing
bahan. Durasi pengolahan yang tepat sangat penting, hal ini bertujuan untuk,
a. Menjaga kualitas gizi, bahan makanan yang terlalu lama diolah dapat
kehilangan satu atau lebih kandungan zat gizinya
b. Menjaga tekstur, bahan makanan yang terlalu lama diolah dapat berubah
tekstur, seperti terlalu empuk, terlalu lembek, keras.
c. Menjaga rasa, bahan makanan yang terlalu lama diolah dapat berubah rasa
menjadi, pahit, langu, dll
3. Distribusi makanan
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan
sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen yang dilayani.
Tujuan dari proses distribusi ini yaitu pasien/konsumen mendapat makanan
sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Proses distribusi disesuaikan dengan kuantitas yang dilayani. Terdapat 3 sistem
distribusi makanan di rumah sakit, antara lain :
a. Distribusi makanan yang dipusatkan (sentralisasi)
Makanan dibagi dan disajikan dalam alat saji di ruang produksi makanan.
b. Distribusi makanan yang tidak dipusatkan (desentralisasi)
Makanan pasien dibawa ke ruang perawatan pasien dalam jumlah besar,
kemudian dipersiaapkan ulang dan disajikan dalam alat saji pasien sesuai
dietnya.
c. Distribusi makanan kombinasi
Dilakukan dengan cara sebagian makanan ditempatkan langsung ke dalam
alat saji pasien sejak dari tempat produksi dan sebagian lagi dimasukkan
ke dalam wadah besar yang distribusinya dilaksanakan setelah sampai di
ruang perawatan.
Distribusi yang efektif dilakukan di unit gizi RSIA KIRANA adalah proses
distribusi makanan sentralisasi. Proses distribusi di ruangan perawatan
dilakukan dengan menempelkan etiket makan dan mengantarkan makanan ke
pasien dengan mencocokkan identitas pasien dengan etiket yang tertera

18
C. PELAYANAN ASUHAN GIZI
1. Proses Skrining Gizi
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak
beresiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainan metabolic, hemodialysis, anak, geriatric,
kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk RS. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat, dan disesuaikan
dengan kondisi dan kesepakatan di masing – masing RS.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah –
langkah proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi. Pasien dengan status
gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi diberikan diet normal. Proses
skrining gizi ini dilakukan dengan mengisi form skrining gizi.
2. Proses Asuhan gizi
Proses asuhan gizi terstandar dilakukan pada pasien yang beresiko kurang
gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan
penyakit tertentu.
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, antara lain
riwayat gizi, riwayat personal, hasil laboratorium, antropometri, hasil
pemeriksaan fisik, klinis, diet order dan perkiraan kebutuhan gizi kemudian
disimpulkan dalam diagnose gizi yang ditulis dalam buku asuhan gizi.
Setelah dilakukan diagnose gizi kemudian dilakukan intervensi gizi dengan
pemesanan menu ke bagian gizi.
Intervensi gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi
 Perencanaan intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya
(Problem), rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab
masalahnya (Etiologi) atau apabila penyebab tidak dapat diintervensi

19
maka intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala/tanda (Sign &
Symptom). Perencanaan intervensi meliputi :
Penetapan tujuan intervensi.
Preskripsi diet yang didalamnya terdapat perhitungan kebutuhan gizi,
jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur makanan
diberikan secara oral, enteral atau parenteral.
 Implementasi intervensi
Merupakan bagian kegiatan intervensi gizi dimana ahli gizi
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien
dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait.
Monitoring dan evaluasi gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah
kegiatan monitoring dan evaluasi gizi :
 Monitor perkembangan
Kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien yang bertujuan
untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh pasien
maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan
antara lain :
Mengecek pemahaman dan ketaatan diet
pasien Mengecek asupan makan pasien
Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan preskripsi
diet
Menentukan apakan status gizi pasien tetap/berubah
Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negative
Mengumpulkan infomasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien
 Mengukur hasil
Kegiatan mengukur perkembangan yang terjadi sebagai respon
terhadap intervensi gizi.
 Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan diatas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu:
Dampak perilaku dan lingkungan

20
Dampak asupan makanan dan zat gizi
Dampak terhadap tanda dan gejala fisik
Dampak terhadap kualitas hidup pasien
Pencatatan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi.
Terdapat berbagai cara dalam dokumentasi antara lain Subjective
Objective Assessment Planning (SOAP) dan Assesment Diagnosis
Intervensi Monitoring & Evaluasi (ADIME).

21
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Sistem yang dibuat agar pelayanan gizi pasien lebih aman yang meliputi
pencatatan, wawancara, dan konfirmasi ulang. Sasaran keselamatan pasien yang
berkaitan dengan pelayanan gizi antara lain, ketepatan identifikasi pasien,
ketepatan pencatatan, ketepatan pemberian diet, peningkatan komunikasi efektif,
proses pengolahan makanan yang tidak sesuai standar.

Resiko keselamatan pasien adalah resiko yang dapat diderita oleh pasien atau
tindakan/pelayanan yang didapat di rumah sakit dapat berupa resiko :

a. Kesalahan pemberian diet, terdiri dari : kesalahan pencatatan, kesalahan


distribusi
b. Proses pengolahan yang tidak sesuai standar, makanan yang kurang
matang, berubah rasa
c. Wawancara yang kurang mendalam, ketidaktauan akan resiko alergi
makanan pasien
d. Kebersihan makanan yang kurang terjaga
Selain pasien, sasaran keselamatan juga dibutuhkan oleh tenaga gizi, oleh
karena itu pemakaian APD dibutuhkan untuk melindungi tenaga gizi dan pasien.
APD yang digunakan di unit gizi, adalah sarung tangan (bagi tenaga gizi yang
melakukan penyiapan bahan makanan dan saat memegang makanan matang),
masker, apron, dan alas kaki yang tidak licin. Tujuan penggunaan APD :
a. Melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas.
b. Melindungi petugas dari mikroorganisme yang ada pada pasien.

B. TUJUAN
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan pasien di unit rawat inap rumah sakit
agar tercapai pelayanan gizi yang optimal

22
C. PELAKSANAAN

Secara umum,manajemen resiko di bidang pengelolaan makanan meliputi :

1. Tenaga gizi ( ahli gizi dan tenaga pekarya ) menggunakan alat pelindung diri
(APD) pada saat proses pengolahan demi menjaga personal hygien,
diantaranya:
a. Masker
b. Apron
c. Sarung tangan, dipakai saat penyiapan bahan makanan dan saat memegang
makanan matang
d. Desinfektan pencuci tangan
2. Prosedur keselamatan
a. Prosedur identifikasi pasien terkait etiket makan dalam distribusi makanan
b. Prosedur sterilisasi alat saji mencegah penularan penyakit infeksi
c. Prosedur penyimpanan penyimpanan bahan makanan dan makanan matang
d. Prosedur penyimpanan bahan makanan sisa
e. Prosedur hygiene dan sanitasi

23
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Sistem yang dibuat agar pelayanan gizi pasien lebih aman yang meliputi
peggunaan APD dan dibuatnya standar prosedur operasional penggunaan alat.
Sasaran keselamatan kerja yang berkaitan dengan pelayanan gizi antara lain,
perlindungan dari kecelakaan kerja dan resiko terinfeksi penyakit.

Resiko keselamatan kerja adalah resiko yang dapat diderita oleh pegawai atau
tenaga kesehatan yang didapat di rumah sakit dapat berupa resiko :

a. Keteledoran dalam penggunaan alat, seperti : teriris pisau, tersetrum saat


menggunakan alat listrik
b. Ketidaksiapan dalam menghadapi kondisi khusus, seperti : kebocoran gas
LPG, kebakaran kecil
c. Tertular virus/bakteri dari alat saji pasien
Demi menjalankan program keselamatan kerja, oleh karena itu pemakaian
APD dibutuhkan untuk melindungi tenaga gizi dan pasien. APD yang digunakan
di unit gizi, adalah sarung tangan (bagi tenaga gizi yang melakukan penyiapan
bahan makanan dan saat memegang makanan matang), masker, apron, dan alas
kaki yang tidak licin. Selain itu tersedia APAR di ruangan gizi. Tujuan
penggunaan APD :
a. Melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas.
b. Melindungi petugas dari mikroorganisme yang ada pada pasien.

B. TUJUAN
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit gizi rumah sakit agar
tercapai pelayanan gizi yang dapat berjalan aman dan optimal
C. PELAKSANAAN

Secara umum,manajemen resiko di bidang pengelolaan makanan meliputi :

1. Tenaga gizi ( ahli gizi dan tenaga pekarya ) menggunakan alat pelindung diri
(APD) pada saat proses pengolahan demi menjaga personal hygien,
diantaranya:

24
a. Masker
b. Apron
c. Sarung tangan, dipakai saat penyiapan bahan makanan dan saat memegang
makanan matang
d. Desinfektan pencuci tangan
e. Selain itu tersedia APAR di ruangan gizi
2. Prosedur keselamatan
a. Prosedur penggunaan APD
b. Prosedur sterilisasi alat saji mencegah penularan penyakit infeksi
c. Prosedur cuci tangan
d. Prosedur hygiene dan sanitasi

25
BAB VII
PENUTUP

Pedoman pelayanan gizi ini pada hakekatnya merupakan acuan segenap pemberi
pelayanan gizi baik ahli gizimaupun tenaga pekarya gizi dalam memberikan pelayanan
yang baik dan melindungi pasien dari pelayanan yang tidak profesional serta merupakan
acuan dalam monitoring serta evaluasi pelayanan gizi dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan.

Dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan pedoman pelayanan gizi di rumah


sakit diperlukan komitmen, kerjasama dan koordinasi yang lebih baik antara internal Unit
Gizi maupun eksternal yang berkaitan.

26

Anda mungkin juga menyukai