DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEUNGKU
PEUKAN
Jalan Nasional Padang Meurante, Susoh 23765
Telepon/Fax : (0659) 9496021 email : rsuacehbaratdaya@gmail.com
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN DAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN
RUANG RAWAT INAP ANAK UPTD RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN
1
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2019
Tentang Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38
tahun 2014 tentang Keperawatan
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Blangpidie
Pada Tanggal : 18 September 2023
02 Rabiul Awal 1445H
Plt. Direktur,
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
semua aspek asuhan harus selalu dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas dan
mutu pelayanan. Dan keberhasilan dalam mengimplementasikan hal tersebut sangat
berpengaruh pada setiap individu pemberi jasa, usaha bersama dari semua staf serta
partisipasi dari semua anggota profesi terkait.
Pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap anak merupakan salah satu tolak
ukur pelayanan Rumah Sakit. Maka pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap
Anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan aceh Barat Daya perlu di jaga,
ditingkatkan dan dikembangkan secara integral dan berkesinambungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan, pengobatan, perawatan pasien dari semua kasus
penyakit yang terjadi.
Berdasarkan hal tersebut maka disusun Pedoman Pelayanan Ruang Rawat
Inap Anak ini sebagai dasar pedoman pelayanan dan perencanaan sumber daya
manusia yang berkaitan dengan pelayanan di Ruang Rawat Inap Anak.
A. TUJUAN PEDOMAN
1. Umum :
Sebagai dasar dalam memberikan pelayanan/ perawatan yang optimal untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian di Ruang Rawat Inap Anak Rumah
Sakit Umum Teungku Peukan.
2. Khusus :
a. Terselenggaranya pengelolaan sumber daya ketenagaan di Ruang Anak secara
kualitas dan kuantitas.
b. Terselenggaranya pelayanan/ perawatan Anak yang opt imal dan sesuai
standar untuk menurunkan angka mortalitas, morbiditas dan resiko kecacatan
pada Anak.
c. Terselenggaranya pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai
dalam memberikan pelayana dan asuhan keperawatan Anak.
B. ASPEK PELAYANAN
Memberikan pelayanan rawat inap pada pasien Anak (Usia > 28 hari-18 tahun) yang
meliputi :
1. Pemeriksaan dan terapi pengobatan oleh dokter spesialis anak sebagai Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
4
2. Pelayanan intensif pasien diruang HCU Anak (High Care Unit)
3. Implementasi asuhan keperawatan oleh perawat.
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik.
5. Tindakan medis dan keperawatan yang bersifat diagnostik dan teurapetik.
6. Konsultasi, edukasi, dan informasi pada orang tua/keluarga oleh DPJP dan
perawat.
7. Pelayanan transfusi darah.
8. Pelayanan rujukan.
9. Perawatan dengan alat kesehatan penunjang modern
10. Pemberian pelayanan perawatan dengan penerapan proses keperawatan yang
berfokus pada aspek humanistik, holistik (bio, psiko, social, spiritual) dan caring
kepada pasien dan keluarga.
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan,
6. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan,
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum,
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
5
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
10. Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38 tahun 2014
tenntang Keperawatan,
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 834/ MENKES/ SK/VII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit,
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN, KEAHLIAN DAN SERTIFIKASI
S1 Keperawatan +
3 Perawat Pelaksana 2 orang
Ners
Pengaturan tenaga kerja di Ruang Anak berdasarkan shift. Tenaga kerja saat ini
berjumlah 22 orang dengan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan : 1 orang
2. Perawat jaga : 17 orang
3. Perawat staf pagi : 3 orang
Tenaga kerja diruang anak bekerja dengan jadwal sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan : Senin s.d Jumat, pukul 08.00 – 16.30 WIB
2. Perawat Staf pagi : Senins.dJumat, pukul 08.00 – 16.30 WIB
3. Staf Perawat : Bekerja sesuai jadwal yang telah ditentukan
8
C. KEBUTUHAN PERAWAT RUANGAN
Kebutuhan perawat ruang Anak berdasarkan tingkat ketergantungan pasien (menurut
Douglas).
Klasifikasi
pasien
Minimal Partial Total
Shift
Dengan rata-rata jumlah pasien perhari diruang Anak tahun 2022, 20-30 orang pasien
dengan kapasitas tempat tidur adalah 28 tempat tidur dan 2 tempat tidur HCU Anak,
tingkat ketergantungan pasien :
1. Minimal Care adalah pasien yang dirawat bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan
bantuan.
2. Partial Care adalah pasien yang dirawat memerlukan bantuan dan pemantauan
perawat.
3. Total Care adalah pasien yang dirawat secara intensive sepenuhnya memerlukan
pemantauan khusus dan bantuan perawat diruang rawat Anak atau HCU Anak.
Maka kebutuhan tenaga perawat di ruang Anak dengan asumsi pasien total
care 4, partial care 14, dan minimal care 6 sebagaiberikut :
Saat ini rasio perawat di ruang Anak belum memenuhi standar dan perawat Anak masih
dibebani oleh tugas non keperawatan dan perawatan ruang intensif yaitu ruang HCU
Anak, sehingga pertimbangan jumlah tenaga yang tersedia saat ini perlu ditambah.
9
D. PENGATURAN JAGA
Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan beroperasi
selama 24 jam sehari untuk melayani pasien rawatan dan rujukan.
Petugas bekerja sesuai dengan shift yang telah diatur oleh kepala ruangan dengan tata
tertib kerja sebagai berikut :
1. Batas keterlambatan petugas adalah 5-10 menit dengan toleransi dari mulai jadwal
shift.
2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka petugas
tersebut akan mendapat evaluasi kedisiplinan dari kepala ruangan.
3. Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan teguran tertulis.
4. Izin meninggalkan ruangan/ dinas maksimal 30 menit dalam 1 hari kerja atas
persetujuan kepala ruangan atau katim.
Pengaturan tenaga kerja diruang Anak berdasarkan shift dibawah ini :
Staf Anak jaga shift setiap hari dari Senin-Minggu
- Shift I : 07.45 – 14.00 wib
- Shift II : 14.00 – 20.00 wib
- Shift III : 20.00 – 08.00 wib
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
``
G G G G F E I I J
H H H C B D I I I
Keterangan Denah :
A : Ners Station
B : Kamar Tindakan
C : SMF Anak
D : Ruang Ganti Staf
E : Kamar HCU Anak
F : Koridor Ruang Anak
G : Kamar Rawat Kelas I
H : Kamar Rawat Kelas II
I : Kamar Rawat Kelas III
J : Kamar Rawat Isolasi
: Jalur Masuk Dengan Dua Pintu
: Jalur Masuk Dengan Satu Pintu
B. STANDAR FASILITAS
11
Bangunan ruang Anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan terletak disebelah
Utara pintu masuk Rumah Sakit.
a. Dibagian depan ruang anak berhadapan dengan ruang Rawat Inap Kelas I
dewasa (Rindu D),dan samping kanan ruang dekat dengan dapur dan Instalasi
Gizi dan IPLRS, dari samping kiri berdekatan dengan mushalla Rumah Sakit
Umum Teungku Peukan.
b. Jarak antar tempat tidur kelas II adalah 1,65 meter
c. Jarak antar tempat tidur kelas III adalah 1 meter
d. Ruangan berlantai keramik
e. Dinding 2/3 bagian tertutup keramik
f. Kamar mandi berada disetiap ruangan
g. Langit-langit memakai plafon PVC
h. Wastafel tersedia di kamar tindakan
i. Kamar rawat kelas I, kelas II dan HCU Anak menggunakan pendingin AC,
sedangkan kamar kelas III menggunakan kipas angin.
j. Setiap kamar memiliki jendela belakang dan ventilasi di atas pintu masuk
k. Jendela juga terdapat di sisi timur dan barat ruang Anak.
l. Ruang HCU Anak dilengkapi dengan fasilitas alat-alat kesehatan
12
l. Penyampaian informasi dan komunikasi yang efektif terkait kebutuhan atau
kondisi
14
panas dan dingin, lemari piring/gelas, dan perlengkapan makan minum, kamar
mandi, loker perawat dan lainnya.
Perlengkapan Jumlah
Monitor pasien 3 set
Suction pump 1 set
Suction pump portable 1 set
Defibillator 1 set
Lampu periksa halogen 1 buah
EKG Anak 1 set
Pulse Oxymetri 1 set
Syringe Pump 1 set
Infus Pump 4 set
X-Ray Film Viewer 1 set
Trolley Emergency 1 set
Trolley Obat 1 set
Stetoskop Anak 4 set
Stetoskop dewasa 1 set
Laringoskop 1 set
Termometer digital 2 buah
Termometer infra red 1 buah
Timbangan bayi 2 buah
Timbangan digital 2 buah
Tensi digital anak 2 set
Tensi aneroid berdiri 1 set
Tensi air raksa dewasa 1 set
Standar infus 30 buah
Trolley tindakan 2 buah
Regulator Oksigen 13 buah
Nierbeken 2 buah
Ambu bag bayi 2 set
15
Ambu bag pediatric 2 set
Ambu bag dewasa 1 set
Nebulizer ultrasonic 0 set
Nebulizer jet 0 set
Nebulizer biasa 3 set
c. Obat-obatan
d. Cairan
Peralatan Jumlah
Komputer set 2 buah
Lemari Pendingin 1 buah
AC 10 buah
Kipas angina 4 Buah
Pesawat telepon 1 buah
Tempat Sampah Medis 1 buah
Tempat Sampah Non Medis 5 buah
Savety Box 1 buah
Meja perawat 1 buah
Kursi perawat 6 buah
Lemari BHP 2 buah
Lemari File 1 buah
Lemari linen bersih 1 buah
18
Tempat linen kotor 1 buah
Gunting 2 buah
Kunci inggris 1 buah
Dispenser 2 buah
APAR 2 buah
Helmet safety 4 buah
19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
20
C. PELAYANAN RUANG HCU ANAK
Ruang rawat HCU anak dengan tujuan mendapat agar pasien mendapat
perawatan maksimal. Pasien dengan indikasi rawatan HCU adalah pasien dengan
tingkat ketergantungan kebutuhan total sehingga diperlukan pemantauan ketat secara
berkala, dan membutuhkan tindakan-tindakan medis khusus sesuai dengan kasus
yang terjadi. Beberapa aspek pengawasan pasien HCU meliputi, pengawasan tingkat
kesadaran, fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu pemantauan
minimal 4 jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien, dan keseimbangan cairan
dengan interval waktu pemantauan minimal 8 jam atau disesuaikan dengan kondisi
pasien.
21
BAB V
KOMPONEN DAN INDIKATOR MUTU
22
Tenaga Perawat/ Bidan Memiliki STR, SIPP dan SIPB
Semua perawat dan bidan yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan memiliki STR, SIPP dan SIPB.
23
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan pemeliharaan peralatan
kesehatan secara berkala.
24
Rasional :
Pelaksanaan pelayanan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
menjamin terlaksananya pelayanan berkualitas.
KriteriaStruktur:
1. Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan
2. Adanya standar asuhan keperawatan anak meliputi pengkajian awal perawat,
diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi.
3. Ada SAK minimal 10 penyakit terbanyak,
4. Ada SOP klinis yang ditetapkan oleh pimpinan,
5. Ada SOP managerial yang berisikan indikasi pasien masuk, tata tertib dan alur
pelayanan yang ditetapkan oleh pimpinan,
6. Ada model penugasan perawat yang ditetapkan (casemanagement/primer) di
7. Ada jadwal ronde keperawatan dan pertemuan dalam rangka caseconference.
KriteriaProses:
1. Memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan metode penugasan yang
ditetapkan dalam menberikan pelayanan
2. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai dengan SAK, SOP klinis dan
SOP manajerial dengan berpedoman pada etik profesi,
3. Melakukan kerjasama (kolaborasi) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan tim kesehatan lain
4. Mengadakan ronde keperawatan dan presentasi kasus (caseconference).
Kriteria Hasil :
1. Teratasinya masalah keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang
ditetapkan,
2. Adanya peningkatan kinerja perawat,
3. Ada dokumen/ catatan asuhan keperawatan tiap pasien yang mencerminkan
penerapan SAK dan SOP,
4. Ada dokumen/ catatan hasil ronde keperawatan dan conference case.
25
Rasional :
Pengkajian yang sistematis, menyeluruh, akurat, dan berkesinambungan
memudahkan perawat/ bidan ruang anak untuk merumuskan masalah yang terjadi
pada pasien dan rencana tindakan.
KriteriaStruktur :
1. Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian awal pasien anak,
2. Ada format pemantauan yang baku untuk memantau kondisi pasien anak,
meliputi format pemantauan status gizi, screaning nyeri, resiko jatuh (Humpty
dumpty), pemantauan transfusi, balance cairan, pemantauan vital sign.
3. Ada petunjuk teknis pengkajian
4. Ada alat dan sarana untuk melakukan pengkajian pada pasien anak meliputi
stetoskop, timbangan berat badan, alat pengukur tinggi atau panjang badan,
termometer digital dan infrared, pengukur tekanan darah, saturasi oksigen
(oximetri), dan penlight.
KriteriaProses :
1. Melakukan pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik yang meliputi :
pemeriksaan umum (berat badan, panjang/ tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
perut), tanda-tanda vital (suhu, HR, RR, tekanan darah, saturasi oksigen),
tingkat kesadaran, status psikososial dan lainnya.
2. Melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan orang tua tentang ,
riwayat penyakit orang tua dan keluarga, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
alergi, penurunan berat badan, riwayat eliminasi, riwayat penggunaan obat-
obatan.
3. Mengumpulkan data penunjang :laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
4. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistematis,
5. Melakukan validasi data,
6. Merumuskan masalah berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan.
KriteriaHasil :
1. Adanya dokumen pengkajian keperawatan anak
2. Adanya rumusan masalah keperawatan anak
2. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis perawat/ bidan sebagai hasil
dari pengumpulan data dan masalah kesehatan yang aktual maupun resiko.
Rasional :
26
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan rencana
keperawatan dalam mencapai peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien anak.
KriteriaStruktur:
1. Perawat anak mempunyai kompetensi dalam menegakkan diagnosa
keperawatan
2. Ada daftar diagnosa keperawatan anak yang terkait dengan masalah
kesehatan
3. Ada kebijakan pimpinan penerapan standar asuhan keperawatan yang dibuat
sesuai dengan kewenangan perawat minimal 10 kasus terbanyak.
KriteriaProses :
1. Menganalisa data berdasarkan kondisi sedang, resikotinggi dan
kegawatdaruratan,
2. Membuat rumusan diagnosa yang mencakup masalah, penyebab, tanda dan
gejala (PES/PE).
KriteriaHasil:
1. Diperoleh diagnosa keperawatan yang aktual maupun resiko sesuai hasil
pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan rumusan PE/PES.
3. Diagnosa keperawatan dan masalah keperawatan didokumentasikan pada
catatan keperawatan terintegrasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan untuk menyelesai kanmasalah
kesehatan serta meningkatkan kesehatan yang terstruktur dan terorganisir dengan
melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Rasional :
Rencana tindakan dan asuhan keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan tindakan dan asuahan keperawatan yang sistematis dan efektif.
Kriteria Struktur:
1. Adanya rumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah,
2. Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil,
3. Adanya petunjuk tekni suntuk merumuskan rencana tindakan keperawatan.
27
Kriteria Proses :
1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil yaitu mempertahankan dan atau
meningkatkan status kesehatan pasien dalam, Mencegah/ mengatasi terjadinya
resiko kecacatan,
2. Menetapkan prioritasrencana keperawatan berdasarkan kebutuhan
3. Bekerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lain dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan,
4. Mendoku mentasikan rencana keperawatan.
KriteriaHasil :
1. Tersusunnya tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang memenuhi
kriteria
2. Rencana tindakan keperawatan bersifat mandiri dan kolaboratif,
3. Rencana tindakan keperawatan didokumentasikan pada catatan keperawatan.
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Perawat melaksanakantindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai
dengan lingkup dan kewenangan mencakup aspek pencegahan, pemulihan,
pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan sesuai dengan tingkat pelayanan
keperawatan.
Rasional :
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mempercepat kesembuhan,
mencegah munculnya permasalahan baru serta mempertahankan dan
mengembalikan status kesehatan sesuai dengan tingkat pelayanan keperawan.
KriteriaStruktur:
1. Ada rencana tindakan berdasarkan prioritas,
2. Ada standar asuhan keperawatan pada neonatus,
3. Ada Standar Operasional Prosedur ,
4. Tersedia format tindakan keperawatan,
5. Ada informed consent,
6. Ada kebijakan rumah sakit tentang pendelegasian tindakan medis,
7. Ada perawat yang kompeten dalam melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai tingkat pelayanan .
Kriteria Proses :
1. Melakukan tindakan keperawatan sesuai standar operasional prosedur yang
telah ditentukan
28
2. Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan keperawatan,
3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan respon pasien,
4. Mengutamakan prinsip keselamatan pasien (patient safety), privacy dan
ekonomis.
5. Menerapkan prinsip kewaspadaan baku (universal precaution).
6. Melibatkan keluarga dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan
7. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
1. Keluarga berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
2. Tindakan keperawatan meminimalkan kejadian komplikasi dan situasi yang
mengancam kehidupan, serta resiko pulang dengan cacat fisik.
3. Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing
order),
4. Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respons
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengacu pada kriteria hasil.
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan dan asuhan
keperawatan.
KriteriaStruktur:
1. Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
2. Adanya catatan perkembangan pasien
KriteriaProses :
1. Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang
diberikan (evaluasi proses),
2. Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan
tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil)
3. Melakukan evaluasi dengan melibatkan keluarga dan tim kesehatan
lainnya,
4. Menggunakan peralatan yang tepat dalam melakukan evaluasi,
5. Melakukan revisi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan, jika
tidak ada perbaikan pada pasien,
29
6. Mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan
(evaluasi hasil).
Kriteria Hasil :
1. Ada hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP
2. Ada respon positif dari orang tua dan keluarga terhadap hasil yang dicapai
3. Ada perubahan status kesehatan pasien ke arah pemulihan
30
2. Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah,
3. Adanya dokumen bimbingan teknis dan manajerial terhadap perawat,
4. Ada dokumen penanganan masalah etik profesi.
31
1. Persentase infeksi nosokomial menurun,
2. Persentase kejadian cedera menurun
3. Persentase kejadian sentinel menurun,
4. Persentase kepuasan pelanggan meningkat terhadap pelayanan,
5. Ada hasil penelitian keperawatan.
BAB VI
LOGISTIK
A. TUJUAN
Tujuan dari pengadaan logistik adalah untuk menunjang operasional harian agar
dapat berjalan dengan lancar demi keamanan dan keselamatan pasien dan petugas.
C. PERENCANAAN
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan dengan jenis barang. Untuk
permintaan barang/obat yang bersifat urgen diluar perencanaan pengadaan barang
tahunan yang diajukan oleh unit, maka dapat diajukan melalui telaah staf kebagian
keperawatan. Permintaan barang melalui telaah staf oleh keperawatan akan
diteruskan ke direktur untuk mendapatkan disposisi kebagian penunjang dan
program.
32
Barang dengan permintaan untuk POP menggunakan form KKO (Kartu Kontrol
Obat) dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan pelanggan dan langsung dikirim
kebagian farmasi rawat inap. Perencanaan amprahan BHP dan ATK dilakukan setiap
minggu untuk menganalisa kebutuhan ruangan.
D. PENGGUNAAN
Penggunaan barang disesuaikan dengan kebutuhan. Agar tidak terjadi
kerusakan, staff harus memelihara alat/ barang dengan sebaik mungkin. Barang
harus dilakukan perawatan harian, pengecekan berkala oleh petugas elektromedik
dan jadwal kalibrasi. Penggunaan barang harus efektif dan efisien. Seluruh staff
memiliki tanggung jawab terhadap alat/ barang yang ada di area kerjanya.
Penggunaan logistik harian juga disesuaikan dengan kebutuhan untuk meringankan
cost rawatan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Umum Teungku Peukan. Efisiensi
penggunaan logistik harian menjadi tanggung jawab semua staf dibawah
pengawasan penanggung jawab logistik dan kepala ruangan.
E. PENARIKAN
Jika terjadi kerusakan alat/ barang dilakukan proses pengajuan work order dan
jika barang tersebu tidak dapat diperbaiki dan harus diganti maka dilakukan mutasi/
pengembalian barang ke unit penanggung jawab barang Rumah Sakit Umum
Teungku Peukan. Untuk obat yang kadaluarsa dilakukan proses return kebagian
farmasi, sementara BHP yang kadaluarsa dikembalikan kebagian gudang logistik.
Pengecekan tanggal kadaluarsa obat dan BHP dilakukan secara rutin oleh
penanggung jawab logistik ruangan. Pengembalian obat, BHP, dan barang
dilengkapi dengan berita acara tertulis dan disetujui oleh penanggung jawab ruangan
terkait.
33
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen resiko,identifikasi, dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimlakan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cedera yabg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
Tujuan dari keselamatan pasien yaitu terciptanya budaya keselamatan pasien
serta tercapainya International Patient Savety Goals.
34
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insiden
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
3. International Patient Safety Goals
6 (enam) SasaranKeselamatanPasien
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
1) Bagaimana melakukan Identifikasi Pasien
Diawali dengan memperkenalkan diri perawat dan mengajukan
pertanyaan terbuka dengan menanyakan nama lengkap dan tanggal
lahir sambil mencocokkan dengan gelang identitas pasien. Gelang
35
identitas pasien minimal berisi nama lengkap, tanggallahir dan nomor
Rekam Medik pasien.
2) Kapan dilakukan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan setiap akan melakukan :
- Prosedur pemberian obat
- Pemberian darah dan produk darah
- Pengambilan spesimen
- Prosedur tindakan medis/operasi
3) Identifikasi pasien yang tidak memungkinkan memakai gelang nama
Pasien yang tidak memungkinkan memakai gelang identitas (pasien luka
bakar, pasien psikiatri yang tidakkooperatif, pasien dengan multi trauma)
proses identifikasi dilakukan dengan mencocokkan wajah pasien dengan
foto pasien di status rekam medik.
4) Jenis Gelang Identitas
- Gelang Pink : Pasien dengan jenis kelamin perempuan
- GelangBiru : Pasien dengan jenis kelamin laki-laki
- GelangKuning : Resiko tinggi jatuh
- Gelang Merah : Alergi Obat
- GelangHijau : Alergi Latex
- GelangUngu : DNR (Do Not Resuscitate)/tidak diresusitasi
- Gelang Abu-abu : Terpasang implant radioaktif
- GelangPutih : Sex ambigu
b. Komunikasi yang Efektif
1) Mekanisme Komunikasi Efektif
- Komunikasi efektif dilakukan dengan cara penerapan teknik SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) dan TBak
(Tulis, Baca Kembali, Konfirmasi)
2) Kapan SBAR dan Tbak digunakan
SBAR digunakan saat menyampaikan kondisi pasien :
- Serah terima pasien / hand over antara shift jaga
- Pada saat menitipkan pasien
- Saat konsul kondisi pasien
- Saat melaporkan kondisi kritis pasien
Teknik Tbak digunakan saat :
36
- Perawat mendapatkan instruksi verbal secara langsung ataupun via
telpon dimana dokter pemberi instruksi tidak menuliskan instruksinya
di CPPT
3) Cara melakukan TBak
- T : Tulis. Perawat penerima pesan menuliskan instruksi yang diterima
- Ba : Baca. Perawat penerima pesan membacakan kembali apa yang
ditulis tersebut
- K : Konfirmasi. Konfirmasi dengan cara menanyakan kembali
benar/ tidaknya instruksi yang diberikan. Dokter pemberi
instruksi membubuhkan tandatangan di stempel konfirmasi di
CPPT dalam waktu 24 jam.
4) Teknik SBAR
S : Situation
- Perkenalan (Identitas diri dan dari unit mana)
- Identifikasi pasien dengan menyebutkan nama dan alasan
dilaporkan
- Berikan informasi kondisi rawatan
- Asuhan keperawatan yang diberikan
- Diagnosa keperawatan yang baru muncul, teratasi sebagian dan
sudah teratasi berdasarkan prioritas masalah
B : Background
38
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
f. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
1) Cara Menilai Resiko Jatuh Pada Neonatus
2) Penilaian dilakukan pada saat initial assessment rawatinap yang
dilakukan oleh perawat dan diketahui oleh dokter. Sebagian besar
pasien Anak dianggap beresiko tinggi jatuh. Penilaian resiko jatuh
pada Anak digunakan Humpty Dumpty Scale.
3) Teknik Humpty Dumpty pada Anak
39
C. PELAPORAN INSIDEN, ANALISA, DAN SOLUSI
Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) merupakan hal yang sangat penting
dalam program peningkatan keselamatan pasien. Pelaporan insiden dapat membantu
menemukan dan menyelesaikan masalah dengan mengaplikasikan metode problem
solving sebagai sebuah pembelajaran. Pelaporan atas kejadian yang dapat berupa:
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
2. Kejadian Tidak Cidera (KTC),
3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan
4. Keadaan Potensial Cidera (KPC)
Kejadian diatas dapat terjadi pada pasien/ pengunjung/ karyawan, kerusakan alat
medis, kerusakan sistem utilitas (air, listrik), masalah keamanan dan masalah
penanganan bahan berbahaya & beracun (B3), untuk dilakukan analisis penyebab,
rekomendasi, solusi, dan bisa dijadikan pembelajaran untuk kemudian hari.
Pada pelaksanaannya bila terjadi insiden keselamatan pasien mengikuti alur
penanganan insiden keselamatan. Setiap terjadi insiden staff harus membuat laporan
insiden yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan action plan. Laporan insiden
dikirim ke unit manajemen risiko serta dilaporkan juga kepada kepala unit kemudian
diteruskan ke kepala perawatan.
40
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan peningkatan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan penyakit dan kecelakaa nakibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Indikator keselamatan kerja yaitu, keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan,
pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan mental karyawan.
B. TUJUAN
Menurut mangkunegara (2011:162) bahwa tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif
mungkin
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
C. RUANG LINGKUP
1. Lingkungan kerja; lantai tidak licin
2. Cukup pencahayaan
3. Peralatan siap pakai, dilakukan tes fungsi sebelum menggunakan peralatan
41
4. Fasilitas terkait tersedia, misalnya safety box untuk membuang jarum atau benda
tajam bekas pakai
5. Terdapat APD yang sesuai
6. Tidak terpapar infeksi airborne misalnya menggunakan masker jika batuk atau pilek
D. PROSEDUR
1. Prosedur pemakaian APD
2. Prosedur penggunaan APAR dan penanggulangan kebakaran
3. Prosedur penanggulangan bencana
4. Prosedur pelaporan Incident Report
5. Prosedur penanganan tumpahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
42
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGERTIAN
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
B. INDIKATOR MUTU
Indikator mutu pelayanan
1. Kepatuhan kebersihan tangan
2. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
3. Kepatuhan Identifikasi Pasien
4. Waktu tanggap operasi seksio sesaria emergensi
5. Waktu tunggu rawat jalan
6. Penundaan operasi elektif
7. Kepatuhan waktu visite dokter
8. Pelaporan hasil kritis laboratorium
9. Kepatuhan penggunaan formularium nasional
10. Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway)
11. Kepatuhan upaya pencegahan resiko pasien jatuh
12. Kecepatan waktu tanggap komplain
13. Kepuasan pasien
43
BAB X
PENUTUP
Pedoman pelayanan ruang anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan ini diharapkan
dapat menjadi pedoman dasar bagi seluruh staf yang bekerja di ruang anak baik staf lama
maupun staf yang baru bergabung sehingga terwujudnya peningkatan pelayanan kesehatan
secara signifikan kepada pasien dan keluarga.
Bagi staf yang baru, pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran
pekerjaan yang akan dilakukan sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan kompetensi dan standar yang telah ada.
Demikian Pedoman Pelayanan Ruang Rawat Inap Anak ini disusun dengan tujuan
agar operasional pelayanan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Pedoman ini dapat dilakukan revisi sesuai kebutuhan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
44