Anda di halaman 1dari 44

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEUNGKU
PEUKAN
Jalan Nasional Padang Meurante, Susoh 23765
Telepon/Fax : (0659) 9496021 email : rsuacehbaratdaya@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN


KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
NOMOR : TAHUN 2023

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN DAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN
RUANG RAWAT INAP ANAK UPTD RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


dan mengoptimalkan tugas dan fungsi tenaga kesehatan
di ruang rawat inap anak UPTD Rumah Sakit Umum
Daerah Teungku Peukan Aceh Barat Daya maka
diperlukan pedoman pelayanan dan pedoman
pengorganisasian sebagai dasar dalam pelaksanaan
kegiatan yang ditetapkan dengan keputusan direktur
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur
UPTD Rumah Sakit Umum Teungku Peukan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktik
Kedokteran
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan ;
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

1
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2019
Tentang Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38
tahun 2014 tentang Keperawatan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD RSUD TEUNGKU


PEUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN DAN PEDOMAN
PENGORGANISASIAN RAWAT INAP ANAK
KESATU : Keputusan Direktur UPTD Rumah Sakit Umum Daerah
Teungku Peukan Aceh Barat Daya tentang kebijakan
pelayanan rawat inap anak
KEDUA : Menyusun pedoman pelayanan ruang rawat inap anak
UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Aceh
Barat Daya sebagai dasar pelaksanaan pelayanan
KETIGA : Menyusun pedoman pengorganisasian ruang rawat inap
anak UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan
Aceh Barat Daya beserta uraian tugas, tanggung jawab dan
kewenangan klinis
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Blangpidie
Pada Tanggal : 18 September 2023
02 Rabiul Awal 1445H

Plt. Direktur,

dr. Aris Fazeriandy


Penata Tk 1
Nip :19830818 200904 1 003

2
BAB I
PENDAHULUAN

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan merupakan fokus utama setiap


Rumah Sakit yang dilakukan secara terus menerus. Peningkatan pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit merupakan upaya memperbaiki tata kerja dan tata kelola instansi
dalam melayani masyarakat. Tingkat kenyaman yang diberikan sangat mempengaruhi
baik kepuasan mauapun ketidak puasan seseorang terhadap proses pelayanan yang
diterima. maka proses pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit
hendaknya mampu menunjang kesembuhan fisik dan psikologis pasien.
Peningkatan mutu pelayanan merupakan suatu proses pengukuran derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan standar atau prinsip dengan
tindakan perbaikan yang sistematik dan berkesinambungan untuk mencapai mutu
pelayanan yang optimum atau prima sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kemampuan sumber daya yang ada. Pembangunan kesehatan periode
2020-2024 diarahkan pada meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta, terutama dengan melakukan penguatan pelayanan kesehatan dasar
( Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan
preventif, dan didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi (Primadi Oscar,
2021).
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang prima di Rumah Sakit juga di
lakukan dalam meningkatkan kesembuhan pasien anak. Artinya dengan memberikan
pelayanan yang optimal, diharapkan pasien anak yang pulang dalam keadaan sembuh
dan bahagia memiliki persentase lebih besar dari pulang dalam keadaan cacat fisik,
meninggal atau mendapat rujukan lanjutan. Pada abad ke-19 satu dari lima anak
meninggal sebelum usia 5 tahun. Sebagian besar kematian di akibatkan oleh penyakit
menular . pada saat ini beberapa penyebab kematian itu dicegahdengan
menyembuhkan penyakit saat hal itu terjadi. Sebagian besar upaya preventif tersebut
dilakukan dengan memberikan imunisasi. Selain itu, upaya promotif juga dilakukan
dengan memberikan pendidikan kepada keluarga tentang keaamanan dan perbaikan
gizi anak dengan tujuan menurunkan resiko cacat fisik pada anak.
Pelayanan kesehatan di ruang rawat inap Anak yang dilakukan sesuai standar
pelayanan sangat membantu tim medis dan paramedis sebagai pemberi jasa untuk
mencapai tujuan asuhan yang berkualitas. Sehingga evaluasi sistematis terhadap

3
semua aspek asuhan harus selalu dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas dan
mutu pelayanan. Dan keberhasilan dalam mengimplementasikan hal tersebut sangat
berpengaruh pada setiap individu pemberi jasa, usaha bersama dari semua staf serta
partisipasi dari semua anggota profesi terkait.
Pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap anak merupakan salah satu tolak
ukur pelayanan Rumah Sakit. Maka pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap
Anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan aceh Barat Daya perlu di jaga,
ditingkatkan dan dikembangkan secara integral dan berkesinambungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan, pengobatan, perawatan pasien dari semua kasus
penyakit yang terjadi.
Berdasarkan hal tersebut maka disusun Pedoman Pelayanan Ruang Rawat
Inap Anak ini sebagai dasar pedoman pelayanan dan perencanaan sumber daya
manusia yang berkaitan dengan pelayanan di Ruang Rawat Inap Anak.

A. TUJUAN PEDOMAN
1. Umum :
Sebagai dasar dalam memberikan pelayanan/ perawatan yang optimal untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian di Ruang Rawat Inap Anak Rumah
Sakit Umum Teungku Peukan.

2. Khusus :
a. Terselenggaranya pengelolaan sumber daya ketenagaan di Ruang Anak secara
kualitas dan kuantitas.
b. Terselenggaranya pelayanan/ perawatan Anak yang opt imal dan sesuai
standar untuk menurunkan angka mortalitas, morbiditas dan resiko kecacatan
pada Anak.
c. Terselenggaranya pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai
dalam memberikan pelayana dan asuhan keperawatan Anak.

B. ASPEK PELAYANAN
Memberikan pelayanan rawat inap pada pasien Anak (Usia > 28 hari-18 tahun) yang
meliputi :
1. Pemeriksaan dan terapi pengobatan oleh dokter spesialis anak sebagai Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).

4
2. Pelayanan intensif pasien diruang HCU Anak (High Care Unit)
3. Implementasi asuhan keperawatan oleh perawat.
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik.
5. Tindakan medis dan keperawatan yang bersifat diagnostik dan teurapetik.
6. Konsultasi, edukasi, dan informasi pada orang tua/keluarga oleh DPJP dan
perawat.
7. Pelayanan transfusi darah.
8. Pelayanan rujukan.
9. Perawatan dengan alat kesehatan penunjang modern
10. Pemberian pelayanan perawatan dengan penerapan proses keperawatan yang
berfokus pada aspek humanistik, holistik (bio, psiko, social, spiritual) dan caring
kepada pasien dan keluarga.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Struktur Organisasi Ruang Anak
2. Uraian Tugas SDM di Ruang Anak
3. Tata hubungan kerja
4. Pola dan kualifikasi ketenagaan Ruang Anak
5. Kegiatan Orientasi
6. Pertemuan atau rapat Ruang Anak
7. Pelaporan

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan,
6. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan,
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum,
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

5
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
10. Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38 tahun 2014
tenntang Keperawatan,
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 834/ MENKES/ SK/VII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit,

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di Ruang Anak RSUD Teungku
Peukan harus memiliki pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan dan
pengalaman kerja yang baik, serta berkomitmen terhadap waktu dan tanggung jawab.
1. Tenaga Medis
Dokter yang bekerja di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan harus
memenuhi standar kompetensi berikut:
a. Terdidik dan bersertifikasi sebagai seorang Spesialis Anak melalui program
pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan dan menggunakan sumber daya secara efisien
c. Berkomitmen tinggi terhadap kualitas pelayanan
d. Berkomitmen memberikan pelayanan 24 jam/ 7 hari baik on site maupun on
call
e. Mampu melakukan prosedur critical care,
f. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokteran
g. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan
2. Tenaga Keperawatan
Paramedis yang bertugas di Ruang Anak RSUD Teungku Peukan yang terdiri dari
perawat dan bidan harus terlatih dengan jumlah yang sesuai dengan rasio pasien
yang dirawat.

7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN, KEAHLIAN DAN SERTIFIKASI

No Nama Jabatan Kualifikasi Tenaga yang Tersedia


Dokter Penanggung Jawab
1 Dokter spesialis Anak 2 orang
Pasien (DPJP)

2 Kepala Ruangan D IV Kebidanan 1 orang

S1 Keperawatan +
3 Perawat Pelaksana 2 orang
Ners

4 Bidan Pelaksana D IV kebidanan 4 orang

D III Keperawatan 10 orang


5 Perawat/ Bidan Pelaksana
D III Kebidanan 5 orang

Tenaga perawat dengan sertifikasi pelatihan kompetensi Ruang Anak :


No Sertifikasi Jumlah
1 Advanced Pediatric Resuscitation Course 2 orang

Pengaturan tenaga kerja di Ruang Anak berdasarkan shift. Tenaga kerja saat ini
berjumlah 22 orang dengan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan : 1 orang
2. Perawat jaga : 17 orang
3. Perawat staf pagi : 3 orang
Tenaga kerja diruang anak bekerja dengan jadwal sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan : Senin s.d Jumat, pukul 08.00 – 16.30 WIB
2. Perawat Staf pagi : Senins.dJumat, pukul 08.00 – 16.30 WIB
3. Staf Perawat : Bekerja sesuai jadwal yang telah ditentukan

8
C. KEBUTUHAN PERAWAT RUANGAN
Kebutuhan perawat ruang Anak berdasarkan tingkat ketergantungan pasien (menurut
Douglas).
Klasifikasi
pasien
Minimal Partial Total
Shift

P 0,17 0,27 0,36


S 0,14 0,15 0,30
M 0,07 0,10 0,20

Dengan rata-rata jumlah pasien perhari diruang Anak tahun 2022, 20-30 orang pasien
dengan kapasitas tempat tidur adalah 28 tempat tidur dan 2 tempat tidur HCU Anak,
tingkat ketergantungan pasien :
1. Minimal Care adalah pasien yang dirawat bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan
bantuan.
2. Partial Care adalah pasien yang dirawat memerlukan bantuan dan pemantauan
perawat.
3. Total Care adalah pasien yang dirawat secara intensive sepenuhnya memerlukan
pemantauan khusus dan bantuan perawat diruang rawat Anak atau HCU Anak.
Maka kebutuhan tenaga perawat di ruang Anak dengan asumsi pasien total
care 4, partial care 14, dan minimal care 6 sebagaiberikut :

Shift Minimal Care Partial Care Total Care Jumlah


Pagi 0,17 x 6 = 1,02 0,27 x 14 = 3,78 0,36 x 4 = 1,44 6,24 ( 6 orang )
Sore 0,14 x 6 = 0,84 0,15 x 14 = 2,1 0,30 x 4 = 1,2 4,14 (4 orang)
Malam 0,07 x 6 = 0,42 0,10 x 14 = 1,4 0,20 x 4 = 0,8 2,62 ( 3 orang )
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 13 orang

Saat ini rasio perawat di ruang Anak belum memenuhi standar dan perawat Anak masih
dibebani oleh tugas non keperawatan dan perawatan ruang intensif yaitu ruang HCU
Anak, sehingga pertimbangan jumlah tenaga yang tersedia saat ini perlu ditambah.
9
D. PENGATURAN JAGA
Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan beroperasi
selama 24 jam sehari untuk melayani pasien rawatan dan rujukan.
Petugas bekerja sesuai dengan shift yang telah diatur oleh kepala ruangan dengan tata
tertib kerja sebagai berikut :
1. Batas keterlambatan petugas adalah 5-10 menit dengan toleransi dari mulai jadwal
shift.
2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka petugas
tersebut akan mendapat evaluasi kedisiplinan dari kepala ruangan.
3. Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan teguran tertulis.
4. Izin meninggalkan ruangan/ dinas maksimal 30 menit dalam 1 hari kerja atas
persetujuan kepala ruangan atau katim.
Pengaturan tenaga kerja diruang Anak berdasarkan shift dibawah ini :
Staf Anak jaga shift setiap hari dari Senin-Minggu
- Shift I : 07.45 – 14.00 wib
- Shift II : 14.00 – 20.00 wib
- Shift III : 20.00 – 08.00 wib

10
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG ANAK

``

G G G G F E I I J

H H H C B D I I I

Keterangan Denah :
A : Ners Station
B : Kamar Tindakan
C : SMF Anak
D : Ruang Ganti Staf
E : Kamar HCU Anak
F : Koridor Ruang Anak
G : Kamar Rawat Kelas I
H : Kamar Rawat Kelas II
I : Kamar Rawat Kelas III
J : Kamar Rawat Isolasi
: Jalur Masuk Dengan Dua Pintu
: Jalur Masuk Dengan Satu Pintu

B. STANDAR FASILITAS
11
Bangunan ruang Anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan terletak disebelah
Utara pintu masuk Rumah Sakit.
a. Dibagian depan ruang anak berhadapan dengan ruang Rawat Inap Kelas I
dewasa (Rindu D),dan samping kanan ruang dekat dengan dapur dan Instalasi
Gizi dan IPLRS, dari samping kiri berdekatan dengan mushalla Rumah Sakit
Umum Teungku Peukan.
b. Jarak antar tempat tidur kelas II adalah 1,65 meter
c. Jarak antar tempat tidur kelas III adalah 1 meter
d. Ruangan berlantai keramik
e. Dinding 2/3 bagian tertutup keramik
f. Kamar mandi berada disetiap ruangan
g. Langit-langit memakai plafon PVC
h. Wastafel tersedia di kamar tindakan
i. Kamar rawat kelas I, kelas II dan HCU Anak menggunakan pendingin AC,
sedangkan kamar kelas III menggunakan kipas angin.
j. Setiap kamar memiliki jendela belakang dan ventilasi di atas pintu masuk
k. Jendela juga terdapat di sisi timur dan barat ruang Anak.
l. Ruang HCU Anak dilengkapi dengan fasilitas alat-alat kesehatan

1. Standar Minimal Fasilitas Pelayanan Unit Rawat anak


a. Pelayanan dirawat inap
b. Dua orang dokters spesialis anak penanggung jawab pasien
c. Asuhan keperawatan diberikan oleh tenaga perawat dan bidan
d. Ketersediaan akomodasi dan pelayanan rawat inap Anak
e. Jam visit dokter spesialis anak terjadwal
f. Dokter spesialis anak on call untuk pelaporan kasus-kasus emergensi yang
berakibat pada resiko kecacatan atau kematian
g. Edukasi dan konseling oleh dokter spesialis anak dan perawat/ bidan
penanggung jawab
h. Fasilitas rawat inap dengan teknologi sesuai standar
i. Pelaporan dan pencatatan kematian pasien >48 jam setelah masuk rawat inap
Anak
j. Pelaporan angka kejadian infeksi nosokomial di Ruang Anak
k. Tanpa biaya bagi peserta BPJS

12
l. Penyampaian informasi dan komunikasi yang efektif terkait kebutuhan atau
kondisi

2. Standar Minimal Sarana Ruang Rawat Anak


a. Ruang SMF Anak
Ruang ini terdiri dari meja, kursi, komputer, files cabinet, dan peralatan kerja
lainnya. ruangan ini digunakan ada pertemuan rapat antar DPJP Anak, atau rapat
bersama kepala ruangan, tempat DPJP menyelesaikan dokumen pengklaiman
pasien dan lain-lain.
b. Ners Stasion
Di ruangan ini terdapat; meja, kursi, telpon, papan pengumuman, komputer, troli
obat, APAR, film viewer, Tensi Digital anak, timbangan berat badan, bagan
struktur organisasi, dispenser air, troli visite dan file cabinet. Ruangan ini
digunakan sebagai tempat jaga perawat/ bidan yang sedang bertugas, menerima
pasien baru dan serah terima pasien pulang, tempat memberikan informasi,
konsultasi dan edukasi kepada orang tua/ keluarga pasien, tempat dokumentasi
catatan. Kamar Hcu Anak diposisikan berhadapan dengan ners. Station agar
pasien intensif/ high care dapat dipantau ketat secara cepat, mudah dan tepat.
c. Ruang Rawat High Care Unit (HCU) Anak
Ruang Rawat HCU Anak merupakan ruang pelayanan keperawatan pasien anak
dengan ketergantungan tinggi atau membutuhkan perawatan secara total care.
Pasien yang dirawat diruang HCU Anak juga membutuhkan pemantauan khusus
secara berkala dan pasien dengan intruksi tindakan khusus sebagai penanganan
lebih lanjut terhadap kondisi pasien. Penempatan rawatan pasien anak diruang
HCU Anak atas intruksi dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP) sebagai
pemberi intruksi, penegak diagosa medis dan pemberi terapi.
d. Ruang Tindakan dan penyimpanan alkes
Ruang tindakan sekaligus sebagai tempat penyimpanan alat-alat kesehatan ini
memiliki 2 lemari tempat penyimpanan alat kesehatan dan BMHP, wastafel, 1
kamar mandi, bed tindakan, tempat sampah infeksius dan non infeksius, safety
box dan rak bahan. Ruang tindakan juga digunakan untuk melakukan tindakan-
tindakan medis terhadap pasien dengan perawatan minimal care seperti
13
pemasangan infus dan membuka infus saat pasien sudah di ijinkan rawat jalan
oleh DPJP.

e. Ruang rawat anak kelas 1


Ruang rawat kelas 1 merupakan kamar rawatan pasien anak yang memiliki
jaminan kesehatan kelas 1, pasien dengan pembiayaan umum, dan pasien anak
kelas 2 yang bersedia membayar selisih diagnosa rawatan kelas 1. Fasilitas kamar
dengan AC, Bed pasien, Bedside kabinet, kamar mandi. Kapasitas pasien per
kamar adalah 1 orang.
f. Ruang rawat anak kelas 2
Ruang rawat anak kelas 2 disediakan untuk pasien anak dengan jaminan
kesehatan kelas 2, dan pasien dengan pembiayaan umum yang ingin dirawat
dikelas 2. Rumah Sakit menyediakan 3 kamar rawat inap kelas 2, dengan
kapasitas setiap kamar 2 orang pasien. Fasilitas berupa kamar mandi, bed pasien,
bedside kabinet untuk masing-masing bed, standar infus untuk masing-masing
pasien, dan kipas angin. Jarak antar bed pasien lebih kurang 1,5 meter.
g. Ruang rawat anak kelas 3
Ruang rawat kelas 3 merupakan ruang rawat inap pasien anak yang memiliki
jaminan kesehatan kelas 3. Ada 5 kamar rawat untuk rawatan kelas 3, dengan
kapasitas setiap kamar 3 bed. Jarak antara bed 75 cm sampai 100cm. fasilitas
untuk setiap kamar adalah kamar mandi, 2 bedside kabinet, kipas angin dan
standar infus untuk setiap pasien. Pasien yang dirawat di kelas 3 juga
ditempatkan sesuai dengan klasifikasi diagnosa medis.
h. Ruang rawat isolasi
Ruang rawat isolasi merupakan ruang pelayanan keperawatan pasien anak yang
digunakan untuk menangani pasien dengan penyakit infeksi tertentu yang
membutuhkan perawatan terpisah dari pasien lain. Dengan tujuan untuk
mengendalikan penyebaran penyakit menular dan meminimalkan risiko infeksi
nasokomial. Namun, ruang rawat isolasi yang tersedia saat ini belum memenuhi
standar ruang isolasi. Oleh karena itu, perlu penyesuaian dan perbaikan yang
signifikan agar ruang tersebut dapat memenuhi standar ruang rawat isolasi.
i. Ruang Ganti Perawat
Ruang ini dimanfaatkan untuk pantry; ruang makan minum serta istirahat
perawat yang bertugas di ruangan. Fasilitas yang tersedia yaitu dispenser air

14
panas dan dingin, lemari piring/gelas, dan perlengkapan makan minum, kamar
mandi, loker perawat dan lainnya.

3. Standar Minimal Prasarana/ Alat Kesehatan di Ruang Anak


a. PeralatanMedis

Perlengkapan Jumlah
Monitor pasien 3 set
Suction pump 1 set
Suction pump portable 1 set
Defibillator 1 set
Lampu periksa halogen 1 buah
EKG Anak 1 set
Pulse Oxymetri 1 set
Syringe Pump 1 set
Infus Pump 4 set
X-Ray Film Viewer 1 set
Trolley Emergency 1 set
Trolley Obat 1 set
Stetoskop Anak 4 set
Stetoskop dewasa 1 set
Laringoskop 1 set
Termometer digital 2 buah
Termometer infra red 1 buah
Timbangan bayi 2 buah
Timbangan digital 2 buah
Tensi digital anak 2 set
Tensi aneroid berdiri 1 set
Tensi air raksa dewasa 1 set
Standar infus 30 buah
Trolley tindakan 2 buah
Regulator Oksigen 13 buah
Nierbeken 2 buah
Ambu bag bayi 2 set

15
Ambu bag pediatric 2 set
Ambu bag dewasa 1 set
Nebulizer ultrasonic 0 set
Nebulizer jet 0 set
Nebulizer biasa 3 set

b. Bahan Habis Pakai

Bahan Habis Pakai Stok Minimal


Nasal canul bayi 5 buah
Nasal kanul anak 5 buah
Nasal kanul dewasa 5 buah
Sungkup kanul bayi 5 buah
Sungkup kanul anak 5 buah
Sungkup kanul dewasa 5 buah
Sungkup nebul anak 5 buah
Infuse set mikro 5 buah
Infuse set makro 3 buah
Blood set 2 buah
Spuit 1 cc 10 buah
Spuit 3 cc 10 buah
Spuit 5 cc 10 buah
Spuit 10 cc 10 buah
Spuit 20 cc 2 buah
Spuit 50 cc 1 buah
Abocath No 26 5 buah
Abocath No 24 5 buah
Abbocat No 22 2 buah
OGT No 8 fr 100cm 2 buah
OGT No 5 2 buah
Glove steril 3 pasang
Glove clean 1 box
Masker petugas 1 box
Alcohol swab 1 box
16
Kassa 1 box
Extention tube 2 buah
Suction Tube No 6 2 buah
Suction tube No 8 2 buah
Three way 3 buah
Instopper 3 Buah
ETT No 3 2 buah
ETT No 3,5 2 buah
Penlight 2 buah

c. Obat-obatan

Obat-obatan Stok Minimal


Efedrin HCL 2 ampul
Furosemid 5 ampul
Asam Traneksamat 2 ampul
Phenitoin 3 ampul
Ventolin nebul 5 flacon
Flexotide nebul 5 flacon
Dobutamin 3 ampul
Heparin Natrium 1 vial
Ephinefrin HCL 5 ampul
Metamizol 3 ampul
Dopamin HCL 2 ampul
Kalsium Glukonat 2 ampul
Dexamethason 5 ampul
Diazepam 5 ampul
Ranitidine 5 ampul
Ceftriaxone 5 vial
Gentamicin 5 ampul
Amphicilin 4 Vial
Paracetamol tablet 5 Tablet
Paracetamol syrup 2 botol
17
Paracetamol drip 2 flash
Metronidazole drip 2 flash

d. Cairan

Cairan Stok Minimal


D 5 % 1/2 NS 5 kolf
D5% 3 kolf
D 10 % 3 kolf
NaCl 0,9 % 100 cc 5 kolf
NaCl 0,9 % 500 cc 3 kolf
RL 5 kolf
D 5 % ¼ NS 5 kolf
Tridex 27 A 5 kolf
Tridex 27 B 5 kolf
Aquabides 1000 cc 2 kolf
Aquabides 25 cc 5 flakon

e. Peralatan Non Medis

Peralatan Jumlah
Komputer set 2 buah
Lemari Pendingin 1 buah
AC 10 buah
Kipas angina 4 Buah
Pesawat telepon 1 buah
Tempat Sampah Medis 1 buah
Tempat Sampah Non Medis 5 buah
Savety Box 1 buah
Meja perawat 1 buah
Kursi perawat 6 buah
Lemari BHP 2 buah
Lemari File 1 buah
Lemari linen bersih 1 buah

18
Tempat linen kotor 1 buah
Gunting 2 buah
Kunci inggris 1 buah
Dispenser 2 buah
APAR 2 buah
Helmet safety 4 buah

19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. JENIS PELAYANAN RAWAT INAP ANAK


Jenis pelayanan di ruang rawat inap anak yaitu:
1. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter spesialis
2. Perawatan sesuai dengan standart asuhan keperawatan secara berkala
3. Edukasi pasien dan keluarga oleh perawat dan dokter
4. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
5. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis
6. Pemeriksaan penunjang yang diagnostik
7. Tindakan medis yang bersifat diagnostik dan terapeutik
8. Pemberian obat – obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar intruksi dokter
spesialis
9. Pelayanan tranfusi darah
10. Pemberian surat rujukan
11. Penggunaan peralatan kesehatan yang tersedia.

B. PELAYANAN RAWAT INAP ANAK


Pasien yang masuk ke ruang rawat inap anak merupakan pasien terusan dari
Instalasi Gawat Darurat dan atau Poli Klinik anak. Pasien sebelumnya telah
mendapat penanganan awal dari pihak IGD dan atau Poli klinik hingga kondisi stabil
dan telah mendapat penanganan awal serta mendapat keputusan indikasi rawat inap.
Pasien yang masuk ke rawat inap anak juga merupakan pasien dengan kasus tertentu
selain pasien dengan indikasi Bedah. Namun ada sebagian pasien ruang anak harus
mendapat konsulan spesialis bedah sebagai indikasi rawat gabung.
Pasien anak yang di rawat di ruang anak dengan kebutuhan perawatan dan
ketergantungan minimal, partial hingga total care. Untuk kondisi yang mebutuhkan
pemantauan lebih dan intensive, pasien akan mendapat perawatan diruang HCU
Anak.

20
C. PELAYANAN RUANG HCU ANAK
Ruang rawat HCU anak dengan tujuan mendapat agar pasien mendapat
perawatan maksimal. Pasien dengan indikasi rawatan HCU adalah pasien dengan
tingkat ketergantungan kebutuhan total sehingga diperlukan pemantauan ketat secara
berkala, dan membutuhkan tindakan-tindakan medis khusus sesuai dengan kasus
yang terjadi. Beberapa aspek pengawasan pasien HCU meliputi, pengawasan tingkat
kesadaran, fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu pemantauan
minimal 4 jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien, dan keseimbangan cairan
dengan interval waktu pemantauan minimal 8 jam atau disesuaikan dengan kondisi
pasien.

21
BAB V
KOMPONEN DAN INDIKATOR MUTU

A. STANDAR PERENCANAAN PELAYANAN KEPERAWATAN RUANG ANAK


1. Ketenagaan
Perencanaan tenaga perawat pada setiap tingkat pelayanan mengacu pada
fungsi unit pelayanan, tingkat ketergantungan pasien, beban kerja, metode
penugasan serta kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan.
Tenaga perawat yang sesuai kualifikasi, mendukung terwujudnya pelayanan
keperawatan anak yang berkualitas, efisien dan efektif.
Kriteria Struktur:
Dasar kualifikasi perawat yang bertugas di unit pelayanan sesuai tingkat
pelayanan :
 Kepala ruangan
1) Ners dengan pengalaman klinik minimal 3 tahun di lingkup
pelayanan keperawatan anak
2) D3 Keperawatan dengan pengalaman klinik minimal 5 tahun di
lingkup pelayanan keperawatan anak.
3) Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan sertifikat :
- Kompetensi perawat pelaksana
- Manajemen pelayanan keperawatan intensif.

 Ratio Perawat dan pasien


Rasio perawat setiap tugas jaga (shift) mengacu pada standard Douglas.
 Pengembangan Tenaga Perawat
Pengembangan tenaga perawat melalui program pengembangan In house
training, Inservice education dan pendidikan formal serta uji kompetensi.
 Data dan Informasi
Tersedia data dan informasi di semua tingkat pelayanan tentang kapasitas
tempat tidur, beban kerja , dan tata ruang,

22
 Tenaga Perawat/ Bidan Memiliki STR, SIPP dan SIPB
Semua perawat dan bidan yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan memiliki STR, SIPP dan SIPB.

2. Sarana, Prasarana Dan Peralatan


Pengelolaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik yang tepat, di
setiap tingkat mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Kesesuaiansarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik, menjamin
pelayanan keperawatan yang berkualitas, efisien dan efektif.
KriteriaStruktur:
1. Adanya kebijakan pimpinan yang mengatur sarana, prasarana, alat
kesehatan dan logistik dalam pelayanan
2. Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik
sesuai dengan tingkat pelayanan
3. Adanya mekanisme/ alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan
peralatan dan logistik di setiap tingkat pelayanan
4. Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan sarana kesehatan dan
logistik yang sesuai standard
5. Adanyatenaga yang bertanggung jawab dalam melakukan pemeliharaan dan
tersedianya jadwal pemeliharaan secara berkala.
KriteriaProses :
1. Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana, peralatankesehatan dan
logistik berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan di pelayanan
keperawatan
2. Menjadi tim teknis dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan
dan logistik.
3. Melaksanakan pemantauan terhadap pemeliharaan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan dan uji fungsi (kalibrasi) secara teratur dan berkala
KriteriaHasil:
1. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik siap pakai
sesuai kebutuhan.
2. Dokumen inventaris sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik

23
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan pemeliharaan peralatan
kesehatan secara berkala.

B. STANDAR PENGORGANISASIAN PELAYANAN KEPERAWATAN


Pengorganisasian pelayanan keperawatan mendukung tercapainya mutu pelayanan
yang optimal.
Rasional :
Pengorganisasian yang baik di setiap tingkat pelayanan dan tim yang solid menjamin
kesinambungan pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Kriteria Struktur:
1. Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang pelayanan keperawatan
2. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja
3. Adanya pedoman penetapan uraian tugas, tanggung jawab serta kewenangan
perawat pengelola dan pelaksana dalam memberikan pelayan.
Kriteria Proses:
1. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggungjawab dan kewenangan
perawat
2. Melakukan koordinasi dengan anggota tim kesehatan lain
3. Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan
4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan.
KriteriaHasil:
1. Setiap perawat dan bidan yang memberikan pelayanan keperawatan mempunyai
uraian tugas, tanggungjawab dan kewenangan tertulis.
2. Adanya peningkatan kecepatan pelayanan (response time).
3. Terlaksananya koordinasi dengan anggota tim keperawatan dan anggota tim
kesehatan lain.

C. STANDAR PELAKSANAAN PELAYANAN KEPERAWATAN ANAK


Pelayanan yang diberikan pada pasien anak dan keluarga mencakup perawatan masa
sakit, proses penyembuhan, perbaikan, dan menjaga kebutuhan psikososiospiritual
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

24
Rasional :
Pelaksanaan pelayanan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
menjamin terlaksananya pelayanan berkualitas.
KriteriaStruktur:
1. Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan
2. Adanya standar asuhan keperawatan anak meliputi pengkajian awal perawat,
diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi.
3. Ada SAK minimal 10 penyakit terbanyak,
4. Ada SOP klinis yang ditetapkan oleh pimpinan,
5. Ada SOP managerial yang berisikan indikasi pasien masuk, tata tertib dan alur
pelayanan yang ditetapkan oleh pimpinan,
6. Ada model penugasan perawat yang ditetapkan (casemanagement/primer) di
7. Ada jadwal ronde keperawatan dan pertemuan dalam rangka caseconference.
KriteriaProses:
1. Memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan metode penugasan yang
ditetapkan dalam menberikan pelayanan
2. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai dengan SAK, SOP klinis dan
SOP manajerial dengan berpedoman pada etik profesi,
3. Melakukan kerjasama (kolaborasi) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan tim kesehatan lain
4. Mengadakan ronde keperawatan dan presentasi kasus (caseconference).
Kriteria Hasil :
1. Teratasinya masalah keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang
ditetapkan,
2. Adanya peningkatan kinerja perawat,
3. Ada dokumen/ catatan asuhan keperawatan tiap pasien yang mencerminkan
penerapan SAK dan SOP,
4. Ada dokumen/ catatan hasil ronde keperawatan dan conference case.

D. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Proses pengumpulan data pasien anak secara sistematik, menyeluruh, akurat, dan
berkesinambungan.

25
Rasional :
Pengkajian yang sistematis, menyeluruh, akurat, dan berkesinambungan
memudahkan perawat/ bidan ruang anak untuk merumuskan masalah yang terjadi
pada pasien dan rencana tindakan.
KriteriaStruktur :
1. Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian awal pasien anak,
2. Ada format pemantauan yang baku untuk memantau kondisi pasien anak,
meliputi format pemantauan status gizi, screaning nyeri, resiko jatuh (Humpty
dumpty), pemantauan transfusi, balance cairan, pemantauan vital sign.
3. Ada petunjuk teknis pengkajian
4. Ada alat dan sarana untuk melakukan pengkajian pada pasien anak meliputi
stetoskop, timbangan berat badan, alat pengukur tinggi atau panjang badan,
termometer digital dan infrared, pengukur tekanan darah, saturasi oksigen
(oximetri), dan penlight.
KriteriaProses :
1. Melakukan pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik yang meliputi :
pemeriksaan umum (berat badan, panjang/ tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
perut), tanda-tanda vital (suhu, HR, RR, tekanan darah, saturasi oksigen),
tingkat kesadaran, status psikososial dan lainnya.
2. Melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan orang tua tentang ,
riwayat penyakit orang tua dan keluarga, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
alergi, penurunan berat badan, riwayat eliminasi, riwayat penggunaan obat-
obatan.
3. Mengumpulkan data penunjang :laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
4. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistematis,
5. Melakukan validasi data,
6. Merumuskan masalah berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan.
KriteriaHasil :
1. Adanya dokumen pengkajian keperawatan anak
2. Adanya rumusan masalah keperawatan anak
2. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis perawat/ bidan sebagai hasil
dari pengumpulan data dan masalah kesehatan yang aktual maupun resiko.
Rasional :

26
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan rencana
keperawatan dalam mencapai peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien anak.
KriteriaStruktur:
1. Perawat anak mempunyai kompetensi dalam menegakkan diagnosa
keperawatan
2. Ada daftar diagnosa keperawatan anak yang terkait dengan masalah
kesehatan
3. Ada kebijakan pimpinan penerapan standar asuhan keperawatan yang dibuat
sesuai dengan kewenangan perawat minimal 10 kasus terbanyak.
KriteriaProses :
1. Menganalisa data berdasarkan kondisi sedang, resikotinggi dan
kegawatdaruratan,
2. Membuat rumusan diagnosa yang mencakup masalah, penyebab, tanda dan
gejala (PES/PE).
KriteriaHasil:
1. Diperoleh diagnosa keperawatan yang aktual maupun resiko sesuai hasil
pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan rumusan PE/PES.
3. Diagnosa keperawatan dan masalah keperawatan didokumentasikan pada
catatan keperawatan terintegrasi.

3. Perencanaan Keperawatan
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan untuk menyelesai kanmasalah
kesehatan serta meningkatkan kesehatan yang terstruktur dan terorganisir dengan
melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Rasional :
Rencana tindakan dan asuhan keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan tindakan dan asuahan keperawatan yang sistematis dan efektif.
Kriteria Struktur:
1. Adanya rumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah,
2. Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil,
3. Adanya petunjuk tekni suntuk merumuskan rencana tindakan keperawatan.

27
Kriteria Proses :
1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil yaitu mempertahankan dan atau
meningkatkan status kesehatan pasien dalam, Mencegah/ mengatasi terjadinya
resiko kecacatan,
2. Menetapkan prioritasrencana keperawatan berdasarkan kebutuhan
3. Bekerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lain dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan,
4. Mendoku mentasikan rencana keperawatan.
KriteriaHasil :
1. Tersusunnya tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang memenuhi
kriteria
2. Rencana tindakan keperawatan bersifat mandiri dan kolaboratif,
3. Rencana tindakan keperawatan didokumentasikan pada catatan keperawatan.
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Perawat melaksanakantindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai
dengan lingkup dan kewenangan mencakup aspek pencegahan, pemulihan,
pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan sesuai dengan tingkat pelayanan
keperawatan.
Rasional :
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mempercepat kesembuhan,
mencegah munculnya permasalahan baru serta mempertahankan dan
mengembalikan status kesehatan sesuai dengan tingkat pelayanan keperawan.
KriteriaStruktur:
1. Ada rencana tindakan berdasarkan prioritas,
2. Ada standar asuhan keperawatan pada neonatus,
3. Ada Standar Operasional Prosedur ,
4. Tersedia format tindakan keperawatan,
5. Ada informed consent,
6. Ada kebijakan rumah sakit tentang pendelegasian tindakan medis,
7. Ada perawat yang kompeten dalam melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai tingkat pelayanan .
Kriteria Proses :
1. Melakukan tindakan keperawatan sesuai standar operasional prosedur yang
telah ditentukan

28
2. Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan keperawatan,
3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan respon pasien,
4. Mengutamakan prinsip keselamatan pasien (patient safety), privacy dan
ekonomis.
5. Menerapkan prinsip kewaspadaan baku (universal precaution).
6. Melibatkan keluarga dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan
7. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
1. Keluarga berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
2. Tindakan keperawatan meminimalkan kejadian komplikasi dan situasi yang
mengancam kehidupan, serta resiko pulang dengan cacat fisik.
3. Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing
order),
4. Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respons
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengacu pada kriteria hasil.
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan dan asuhan
keperawatan.
KriteriaStruktur:
1. Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
2. Adanya catatan perkembangan pasien
KriteriaProses :
1. Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang
diberikan (evaluasi proses),
2. Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan
tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil)
3. Melakukan evaluasi dengan melibatkan keluarga dan tim kesehatan
lainnya,
4. Menggunakan peralatan yang tepat dalam melakukan evaluasi,
5. Melakukan revisi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan, jika
tidak ada perbaikan pada pasien,

29
6. Mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan
(evaluasi hasil).
Kriteria Hasil :
1. Ada hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP
2. Ada respon positif dari orang tua dan keluarga terhadap hasil yang dicapai
3. Ada perubahan status kesehatan pasien ke arah pemulihan

E. STANDAR PEMBINAAN PELAYANAN KEPERAWATAN


Pembinaan pelayanan keperawata meliputi pembinaan terhadap asuhan
keperawatan dan manajemen keperawatan neonatus yang berkesinambungan
dilakukan secara berkala.
Rasional :
Pembinaan pelayanan keperawatan dapat meningkatkan profesionalisme perawat/
bidan sehingga menjamin tercapainya pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Kriteria Struktur:
1. Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang pembinaan klinis dan
manajerial pelayanan keperawatan,
2. Adanya kebijakan tentang pemberlakuan pedoman etik profesi perawat dan bidan,
3. Adanya sistem bimbingan teknis pelayanan keperawatan,
4. Adanya sistem reward & punishment bagi perawat dan bidan dalam memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan level kompetensinya.
KriteriaProses :
1. Merencanakan program bimbingan teknis dan manajerial keperawatan berkala,
2. Merencanakan peningkatan kemampuan teknis berkelanjutan bagi perawat di
setiap unit pelayanan,
3. Melaksanakan bimbingan teknis dan manajerial sesuai rencana,
4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan,
5. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja secara periodik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
6. Memberikan respon dari hasil bimbingan,
7. Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan,
8. Melaksanakan pembinaan masalah etik profesi.
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan kinerja yang dibuktikan dengan dokumen kinerja perawat ,

30
2. Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah,
3. Adanya dokumen bimbingan teknis dan manajerial terhadap perawat,
4. Ada dokumen penanganan masalah etik profesi.

F. STANDAR PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN


Pemantauan, penilaian pelayanan/ asuhan keperawatan serta tindak lanjutnya yang
dilakukan secara terus menerus untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
Rasional :
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan, peningkatan
status kesehatan, proses penyembuhan dan pemulihan yang optiman serta kepuasan
pelanggan.
Kriteria Struktur:
1. Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang program
keselamatanpasien (Patient safety) dan pengendalian mutu pelayanan
2. Adanyaindikatorkinerjaklinis dan manajerial di pelayanankeperawatanneonatus,
3. Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam program pengendalian mutu
pelayanan kesehatan di sarana kesehatan,
4. Ada kebijakan tentang program penelitian keperawatan.
Kriteria Proses :
1. Menyusun rencana program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di setiap
tingkat pelayanan,
2. Menyusun instrumen pemantauan dan penilaiansesuai dengan standar yang telah
ditetapkan,
3. Melaksanakan upaya keselamatan pasien: Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), kejadian sentinel dan pengendalian mutu antara
lain :pencegahan dan pengendalian infeksinosokomial, survei kepuasaan
pelanggan,
4. Menganalisis dan menginterprestasikan data berbasis bukti (evidencebased) untuk
peningkatan mutu pelayanan
5. Mendokumentasikan upaya keselamatan pasien dan pengendalian mutu,
6. Menyusun program perbaikan dan tindak lanjut pelayan,
7. Melaksanakan penelitian pelayanan keperawatan.
Kriteria Hasil :

31
1. Persentase infeksi nosokomial menurun,
2. Persentase kejadian cedera menurun
3. Persentase kejadian sentinel menurun,
4. Persentase kepuasan pelanggan meningkat terhadap pelayanan,
5. Ada hasil penelitian keperawatan.
BAB VI
LOGISTIK

Pengelolaan logistik meliputi perencanaan, pemesanan, penerimaan, dan


penyimpanan. Ruang anak mempunyai permintaan rutin dari Permintaan Obat Pasien
(POP), di mana POP dilakukan setiap hari tergantung terapi obat yang diberikan oleh
DPJP. Selain obat, Bahan Habis Pakai (BHP) dan stationary/ ATK juga bagian dari
logistik ruangan yang secara rutin diamprah sekali dalam sepekan oleh petugas
penanggung jawab logistik ruangan.

A. TUJUAN
Tujuan dari pengadaan logistik adalah untuk menunjang operasional harian agar
dapat berjalan dengan lancar demi keamanan dan keselamatan pasien dan petugas.

B. TATA LAKSANA LOGISTIK


Ketersediaan logistik tidak hanya menjadi tanggung jawab PJ logistik tetapi
juga tanggung jawab seluruh staff yang bertugas. Hal-hal yang harus diperhatikan
oleh setiap staff adalah pergerakan dari setiap barang yang ada dengan cara
melakukan evaluasi penggunaan setiap hari. Pengawasan dilakukan oleh kepala
ruangan, dan jika terjadi ketidak seimbangan antara barang masuk dan keluar
dilakukan penelusuran terhadap hal tersebut. Setiap bulannya dilakukan analisa
pemakaian barang.

C. PERENCANAAN
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan dengan jenis barang. Untuk
permintaan barang/obat yang bersifat urgen diluar perencanaan pengadaan barang
tahunan yang diajukan oleh unit, maka dapat diajukan melalui telaah staf kebagian
keperawatan. Permintaan barang melalui telaah staf oleh keperawatan akan
diteruskan ke direktur untuk mendapatkan disposisi kebagian penunjang dan
program.

32
Barang dengan permintaan untuk POP menggunakan form KKO (Kartu Kontrol
Obat) dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan pelanggan dan langsung dikirim
kebagian farmasi rawat inap. Perencanaan amprahan BHP dan ATK dilakukan setiap
minggu untuk menganalisa kebutuhan ruangan.

D. PENGGUNAAN
Penggunaan barang disesuaikan dengan kebutuhan. Agar tidak terjadi
kerusakan, staff harus memelihara alat/ barang dengan sebaik mungkin. Barang
harus dilakukan perawatan harian, pengecekan berkala oleh petugas elektromedik
dan jadwal kalibrasi. Penggunaan barang harus efektif dan efisien. Seluruh staff
memiliki tanggung jawab terhadap alat/ barang yang ada di area kerjanya.
Penggunaan logistik harian juga disesuaikan dengan kebutuhan untuk meringankan
cost rawatan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Umum Teungku Peukan. Efisiensi
penggunaan logistik harian menjadi tanggung jawab semua staf dibawah
pengawasan penanggung jawab logistik dan kepala ruangan.

E. PENARIKAN
Jika terjadi kerusakan alat/ barang dilakukan proses pengajuan work order dan
jika barang tersebu tidak dapat diperbaiki dan harus diganti maka dilakukan mutasi/
pengembalian barang ke unit penanggung jawab barang Rumah Sakit Umum
Teungku Peukan. Untuk obat yang kadaluarsa dilakukan proses return kebagian
farmasi, sementara BHP yang kadaluarsa dikembalikan kebagian gudang logistik.
Pengecekan tanggal kadaluarsa obat dan BHP dilakukan secara rutin oleh
penanggung jawab logistik ruangan. Pengembalian obat, BHP, dan barang
dilengkapi dengan berita acara tertulis dan disetujui oleh penanggung jawab ruangan
terkait.

33
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen resiko,identifikasi, dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimlakan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cedera yabg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
Tujuan dari keselamatan pasien yaitu terciptanya budaya keselamatan pasien
serta tercapainya International Patient Savety Goals.

B. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


1. 7 (tujuh) Langkah Keselamatan Pasien
Tujuh langkah keselamatan pasien merupakan panduan komprehensif menuju
keselamatan pasien yang dilaksanakan secara menyeluruh oleh RSUD Teungku
Peukan yaitu :
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung staf untuk memiliki komitmen dan fokus pada
keselamatan pasien di rumah sakit
c. Mengintegrasikan manajemen resiko
d. Mengembangkan sistem pelaporan di rumah sakit
e. Mengembangkan komunikasi terbuka dengan pasien
f. Mempelajari dan membagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien
2. 7 (tujuh) Standar Keselamatan Pasien
a. Hak pasien

34
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insiden
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
3. International Patient Safety Goals
6 (enam) SasaranKeselamatanPasien
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
1) Bagaimana melakukan Identifikasi Pasien
Diawali dengan memperkenalkan diri perawat dan mengajukan
pertanyaan terbuka dengan menanyakan nama lengkap dan tanggal
lahir sambil mencocokkan dengan gelang identitas pasien. Gelang

35
identitas pasien minimal berisi nama lengkap, tanggallahir dan nomor
Rekam Medik pasien.
2) Kapan dilakukan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan setiap akan melakukan :
- Prosedur pemberian obat
- Pemberian darah dan produk darah
- Pengambilan spesimen
- Prosedur tindakan medis/operasi
3) Identifikasi pasien yang tidak memungkinkan memakai gelang nama
Pasien yang tidak memungkinkan memakai gelang identitas (pasien luka
bakar, pasien psikiatri yang tidakkooperatif, pasien dengan multi trauma)
proses identifikasi dilakukan dengan mencocokkan wajah pasien dengan
foto pasien di status rekam medik.
4) Jenis Gelang Identitas
- Gelang Pink : Pasien dengan jenis kelamin perempuan
- GelangBiru : Pasien dengan jenis kelamin laki-laki
- GelangKuning : Resiko tinggi jatuh
- Gelang Merah : Alergi Obat
- GelangHijau : Alergi Latex
- GelangUngu : DNR (Do Not Resuscitate)/tidak diresusitasi
- Gelang Abu-abu : Terpasang implant radioaktif
- GelangPutih : Sex ambigu
b. Komunikasi yang Efektif
1) Mekanisme Komunikasi Efektif
- Komunikasi efektif dilakukan dengan cara penerapan teknik SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) dan TBak
(Tulis, Baca Kembali, Konfirmasi)
2) Kapan SBAR dan Tbak digunakan
SBAR digunakan saat menyampaikan kondisi pasien :
- Serah terima pasien / hand over antara shift jaga
- Pada saat menitipkan pasien
- Saat konsul kondisi pasien
- Saat melaporkan kondisi kritis pasien
Teknik Tbak digunakan saat :

36
- Perawat mendapatkan instruksi verbal secara langsung ataupun via
telpon dimana dokter pemberi instruksi tidak menuliskan instruksinya
di CPPT
3) Cara melakukan TBak
- T : Tulis. Perawat penerima pesan menuliskan instruksi yang diterima
- Ba : Baca. Perawat penerima pesan membacakan kembali apa yang
ditulis tersebut
- K : Konfirmasi. Konfirmasi dengan cara menanyakan kembali
benar/ tidaknya instruksi yang diberikan. Dokter pemberi
instruksi membubuhkan tandatangan di stempel konfirmasi di
CPPT dalam waktu 24 jam.
4) Teknik SBAR
S : Situation
- Perkenalan (Identitas diri dan dari unit mana)
- Identifikasi pasien dengan menyebutkan nama dan alasan
dilaporkan
- Berikan informasi kondisi rawatan
- Asuhan keperawatan yang diberikan
- Diagnosa keperawatan yang baru muncul, teratasi sebagian dan
sudah teratasi berdasarkan prioritas masalah

B : Background

- Jelaskan alasan pasien masuk


- Informasikan riwayat kesehatan/riwayat ibu bayi
- Berikan informasi latar belakang pasien :
 Diagnosa masuk
 Tanggal masuk
 Prosedur utama
 Riwayat pengobatan dan terapi sekarang (pemasangan alat
invasif, dan obat – obatan termasuk cairan infus yang
digunakan)
 Alergi (riwayat dan temuan)
 Hasil lab yang berhubungan dan pemeriksaan penunjang
lainnya saat masuk.
37
A : Assessment
- Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti
tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status
restrain, risikojatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi, nilai lab dan pemeriksaan penunjang terbaru lainnya.
- Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
- Kesan klinis pasien
R : Recommendation
- Jelaskan apa yang diperlukan, spesifik kepada kebutuhan kondisi
pasien terkini
- Berikan saran atau masukan
- Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk instruksi
lanjutan, discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.

c. Peningkatan Keamanan Pemakaian Obat yang Perlu Diwaspadai (High


Alert)
Obat High Alert yaitu obat yang berisiko tinggi menyebabkan bahaya
bermakna pada pasien jika digunakan secara tidak tepat. Prinsip 7 benar
sebagai acuan pemberian obat :BenarP asien, Benar Obat, Benar Dosis,
Benar Waktu, Benar Cara Pemberian (Rute), Benar Dokumentasi Dan
Benar Informasi
d. Keamanan Operasi (Tepat Pasien, Tepat Prosedur, dan Tepat Lokasi)
e. Pengurangan Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
Hand Hygiene :
1) Hands Wash (CuciTangan) menggunakan air mengalir dan
menggunakan sabun antiseptic selama 40 – 60 detik.
2) Handsrub yaitu cuci tangan dengan anti septik berbasis alcohol selama
20 – 30 detik
5 MOMEN HAND HYGIENE
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Setelah kontak dengan pasien
3) Sebelum melakukan tindakan aseptic
4) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

38
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
f. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
1) Cara Menilai Resiko Jatuh Pada Neonatus
2) Penilaian dilakukan pada saat initial assessment rawatinap yang
dilakukan oleh perawat dan diketahui oleh dokter. Sebagian besar
pasien Anak dianggap beresiko tinggi jatuh. Penilaian resiko jatuh
pada Anak digunakan Humpty Dumpty Scale.
3) Teknik Humpty Dumpty pada Anak

4) PengkajianResikoJatuh Pada Bayi

39
C. PELAPORAN INSIDEN, ANALISA, DAN SOLUSI
Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) merupakan hal yang sangat penting
dalam program peningkatan keselamatan pasien. Pelaporan insiden dapat membantu
menemukan dan menyelesaikan masalah dengan mengaplikasikan metode problem
solving sebagai sebuah pembelajaran. Pelaporan atas kejadian yang dapat berupa:
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
2. Kejadian Tidak Cidera (KTC),
3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan
4. Keadaan Potensial Cidera (KPC)
Kejadian diatas dapat terjadi pada pasien/ pengunjung/ karyawan, kerusakan alat
medis, kerusakan sistem utilitas (air, listrik), masalah keamanan dan masalah
penanganan bahan berbahaya & beracun (B3), untuk dilakukan analisis penyebab,
rekomendasi, solusi, dan bisa dijadikan pembelajaran untuk kemudian hari.
Pada pelaksanaannya bila terjadi insiden keselamatan pasien mengikuti alur
penanganan insiden keselamatan. Setiap terjadi insiden staff harus membuat laporan
insiden yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan action plan. Laporan insiden
dikirim ke unit manajemen risiko serta dilaporkan juga kepada kepala unit kemudian
diteruskan ke kepala perawatan.

40
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan peningkatan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan penyakit dan kecelakaa nakibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Indikator keselamatan kerja yaitu, keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan,
pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan mental karyawan.

B. TUJUAN
Menurut mangkunegara (2011:162) bahwa tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif
mungkin
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

C. RUANG LINGKUP
1. Lingkungan kerja; lantai tidak licin
2. Cukup pencahayaan
3. Peralatan siap pakai, dilakukan tes fungsi sebelum menggunakan peralatan
41
4. Fasilitas terkait tersedia, misalnya safety box untuk membuang jarum atau benda
tajam bekas pakai
5. Terdapat APD yang sesuai
6. Tidak terpapar infeksi airborne misalnya menggunakan masker jika batuk atau pilek

D. PROSEDUR
1. Prosedur pemakaian APD
2. Prosedur penggunaan APAR dan penanggulangan kebakaran
3. Prosedur penanggulangan bencana
4. Prosedur pelaporan Incident Report
5. Prosedur penanganan tumpahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

42
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

A. PENGERTIAN
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

B. INDIKATOR MUTU
Indikator mutu pelayanan
1. Kepatuhan kebersihan tangan
2. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
3. Kepatuhan Identifikasi Pasien
4. Waktu tanggap operasi seksio sesaria emergensi
5. Waktu tunggu rawat jalan
6. Penundaan operasi elektif
7. Kepatuhan waktu visite dokter
8. Pelaporan hasil kritis laboratorium
9. Kepatuhan penggunaan formularium nasional
10. Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway)
11. Kepatuhan upaya pencegahan resiko pasien jatuh
12. Kecepatan waktu tanggap komplain
13. Kepuasan pasien

43
BAB X
PENUTUP

Pedoman pelayanan ruang anak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan ini diharapkan
dapat menjadi pedoman dasar bagi seluruh staf yang bekerja di ruang anak baik staf lama
maupun staf yang baru bergabung sehingga terwujudnya peningkatan pelayanan kesehatan
secara signifikan kepada pasien dan keluarga.
Bagi staf yang baru, pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran
pekerjaan yang akan dilakukan sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan kompetensi dan standar yang telah ada.
Demikian Pedoman Pelayanan Ruang Rawat Inap Anak ini disusun dengan tujuan
agar operasional pelayanan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Pedoman ini dapat dilakukan revisi sesuai kebutuhan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.

44

Anda mungkin juga menyukai