DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KENCONG
Alamat : Jl. Kartini No. 216. Kencong Telp. (0336) 321 145
Kode Pos. 68167
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PUSKESMAS KENCONG
15
.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jember
Pada Tanggal : 14 Agustus 2023
F. PELAYANAN GIZI
1. Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien (klien)
berdasarkan pengkajian gizi meliputi terapi diit, konseling gizi dan pemberian
makanan khusus.
2. Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pasien membutuhkan asupan
makanan dan gizi yang memadahi.
3. Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan status gizi dan
kebutuhan pasien.
4. Penyediaan bahan, penyiapan, penyimpanan, penanganan makanan harus
dimonitor untuk memastikan keamanan dan meminimalkan resiko kontaminasi
dan pembusukan.
5. Setiap pasien harus mengkonsumsi makanan sesuai dengan standart angka
kecukupan gizi.
6. Terapi gizi kepada pasien dengan resiko gangguan gizi diberikan secara reguler
sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan hasil penilaian status gizi dan
PAGT
7. Terapi gizi rawat inap harus dicatat dan didokumentasikan dalam rekam medis.
8. Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam menyediakan makanan sesuai
dengan kebutuhan pasien dan rencana asuhan dari petugas kesehatan yang
kompeten.
H. RUJUKAN
1. Pengguna layanan yang tidak dapat di layani di Puskesmas, maka perlu di rujuk
ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan berdasarkan
kebutuhan pengguna layanan.
2. Dokter atau petugas yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses rujukan;
3. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang menentukan diagnosa
4. Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan standart prosedur
operasional (SPO)
5. Menentukan rumah sakit rujukan dan memastikan bahwa rumah sakit rujukan
dapat menerima pasien.
6. Pengguna layanan atau keluarga mempunyai hak untuk memperoleh informasi
tentang rencana rujukan meliputi alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang di tuju,
termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya jika ada, sehingga pengguna
layanan atau keluarga dapat memutuskan fasilitas mana yang di pilih, serta
kapan rujukan harus di lakukan.
7. Untuk pasien gawat darurat didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien,diantar dengan menggunakan
ambulan dan selama diperjalanan dilakukan pemantauan / observasi kemudian
diserah terimakan oleh petugas ( petugas dan ambulan menunggu di IGD
sampai pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah sakit rujukan )
8. Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu(spesialis)
pemberi pelayanan kesehatan tingkat I ( puskesmas ) dapat merujuk lngsung
kerumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi;
9. Dokter atau petugas setelah melakukan pemeriksaan mencatat hasil
pemeriksaan direkam medis pasien;
10. Dokter atau petugas menjelaskan/memberikan formulir persetujuan rujukan pada
keluarga pasien
11. Dokter atau petugas membuat resume medis rangkap 2, lembar pertama berisi
resume medis dan lembar rujuk balik yang dikirim ketempat rujukan bersama
pasien yang bersangkutan, lembar kedua merupakan arsip ke puskesmas dan di
simpan direkan medis
12. Dokter atau petugas menghubungi rumah sakit yang dituju dengan
menggunakan sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien ( SBAR )
13. Untuk pasien yang dirujuk kerumah sakit mendapatkan rujukan balik dari rumah
sakit rujukan
14. Dokter memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh rumah sakit
yang terakhir merawat pasien tersebut
15. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau
kondisi klinis pasien sampai sembuh
16. Dokter meneliti isi surat balasan rujukan dari rumah sakit dan mencatat informasi
tersebut kedalam rekam medis pasien; kemudian melakukan monitoring rujuk
balik.
H. REKAM MEDIS
1. Rekam medis berbentuk manual maupun elektronik.
2. Standarisasi terminologi, definisi, kosa kata dan penamaan, memfasilitasi
pembandingan kata dan informasi didalam maupun diluar puskesmas termasuk
FKRTL.
3. Singkatan dan simbol juga distandarisasi yang boleh digunakan dan tidak boleh
digunakan
4. Kelengkapan isi rekam medis di perlukan untuk menjamin kesinambungan
pelayanan, memantau kemajuan respon pengguna layanan terhadap asuhan
yang di berikan. Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur kelengkapan
rekam medis.
5. Dokter,perawat,bidan dan petugas pemberi asuhan yang lain bersama-sama
menyepakati isi rekam medis sesuai dengan kebutuhan informasi yang perlu ada
dalam pelaksanaan asuhan pengguna layanan.
6. Penyelenggaraan rekam medis dilakukan secara berurutan dan sejak pasien
masuk sampai pulang, dirujuk atau meninggal. Meliputi : registrasi pasien,
pendistribusian rekam medis, isi rekam medis dan pengisisn informasi klinis,
pengolahan data dan pengkodean,klaim pembiayaan,penyimpanan rekam
medis, penjamin mutu, pelepasan informasi kesehatan, pemusnahan rekam
medis.
7. Rekam medis diisi oleh setiap dokter, dokter gigi, dan atau tenaga kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan perseorangan.
8. Apabila terdapat lebih dari satu tenaga dokter, dokter gigi dan atau tenaga
kesehatan dalam satu fasilitas kesehatan, maka rekam medis di buat secara
terintegrasi.
9. rekam medis harus dicatat secara lengkap dan jelas dengan mencantumkan
nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokte gigi dan/atau tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan secara berurutan sesuai waktu pelayanan dan
sesuai dengan kompetensi lulusannya.
10. Efek obat, efek samping obat dan kejadian alergi ditindaklanjuti serta
didokumentasikan dalam rekam medis;
11. catatan rekam medis meliputi nama, waktu dan tanda tangan dokter
gigi,dan/atau tenaga kesehatan yang memberikan pelayana secara berurutan
sesuai waktu pelayanan.
12. kesalahan dalam pencatatan rekam medis,dokter,dokter gigi, dan / atau tenaga
kesehatan lain dapat melakukan koreksi dengan cara mencoret 1(satu) garis
tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan, diparaf dan diberi tanggal.
13. isi rekam medis rawat jalan meliputi identitas pasien,nomor rekam medis, nomor
telepon, pembiayaan,nomor bpjs, tanggal dan waktu, riwayat alergi, riwayat sakit
dan kesehatan, riwayat psikososial dan ekonomi, pemeriksaan fisik, riwayat
kehamilan,persalinan dan nifas,riwayat KB, riwayat gonekologi, pemeriksaan
ekstra oral dan intra oral, pemeriksaan oklusi,odontrogram,diagnosa, rencana
layanan dan tindakan layanan
14. pengguna layanan rawat inap atau perawatan 1 (satu) hari isi rekam medis rawat
jalan ditambah dengan lembar monitoring rujukan sebelum masuk ruang rawat
inap, surat rujukan untuk pengguna layanan rujukan,catatan perjalan perawatan
pengguna layanan mulai dari dirawat inap sampai pengguna layanan pulang.
15. isi rekam medis gawat darurat meliputi : identitas pasien, tanggal pelayanan,
nomor telepon, nomor bpjs ,jam datang dan jam pelayanan, kedatangan, trauma,
triase, survey primer resusitasi dan stabilisasi, retriase,tidak lanjut, survei
sekunder ditambah dengan identitas nomor kontak penggantar pengguna
layanan dan sarana transportasi yang digunakan untuk mengantar pengguna
layanan.
16. Resume medis pengguna layanan terdiri dari : identitas pengguna layanan,
diagnosa masuk dan indikasi pengguna layanan dirawat, ringkasan hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang,diagnosis akhir,pengobatan dan rencana tindak
lanjut pelayanan kesehatan. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi
yang memberikan pelayanan kesehatan
17. Resume medis diberikan kepada pengguna layanan saat pulang dari rawat inap
terdiri dari : data umum pengguna layanan, anamnesis( riwayat penyakit dan
riwayat pengobatan ),pemeriksaan, terapi,tindakan dan atau anjuran.
18. Koreksi dan penambahan data rekam medis dilakukan sesuai ketentuan
peraturan per undang –undangan
19. Berkas rekam medis klinis pengguna layanan, serta data dan informasi lainnya
disimpan (retensi) untuk jangka waktu yang cukup dan mematuhi peraturan dan
perundang –undangan yang berlaku.
20. Kebijakan tentang penyimpanan(retensi) konsisten dengan kerahasiaan dan
keamanan informasi, ketika periode retensi yang ditetapkan terpenuhi, maka
berkas rekam medis klinis dan catatan lain serta informasi dapat dimusnakan
dengan semestinya kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis.
I. PELAYANAN LABORATORIUM
1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan puskesmas meliputi :
a. pemeriksaan hematologi ( darah lengkap, hemoglobin, hitung leukosit, hitung
jenis leukosit, hitung eritrosit, hitung trombosit, hematokrit, golongan darah
A/B/O/AB malaria )
b. Kimia darah ( glukosa puasa, glukosa 2 jam pp, glukosa sewaktu, kolesterol,
asam urat, SGOT/ SGPT, ureum, creatinin )
c. Serologi ( hbsag, hiv , sipilis, widal, RPR)
d. Preparat mikro biologi : preparat bta/tcm
e. Urine lengkap, hcg
2. Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan oleh petugas yang kompeten yaitu
analisa kesehatan dan petugas dengan minimal lulusan d3 analis dan telah
mendapat pelatihan diklat pranata laboratorium kesehatan, Hasil pemeriksaan
harus di interpertasi oleh petugas yang terlatih
3. Hasil pemeriksaan harus di interpretasikan oleh petugas yang terlatih.
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap tiap jenis pemeriksaan harus dipandu
dengan adanya kebijakan dan prosedur mulai dari :
a. jenis jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan kemampuan puskesmas
b. waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c. pemeriksaan laboratorium yang beresiko tinggi
d. proses permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan
penyimpanan hasil pemeriksaan kepada pihak yang membutuhkan,
pemeriksaan sampai penyerahan hasil, serta pengelolaan limbah medis,
bahan berbahaya dan beracun ( B3 ).
e. Pelayanan pemeriksaan diluar jam kerja pada puskesmas rawat inap atau
puskesmas yang menyediakan pelayanan diluar jam kerja.
f. Proses pemeriksaan laboratorium.
g. Kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan laboratorium.
h. Penggunaan alat pelindung diri.
i. Pengelolaan reagen.
5. Untuk pemeriksaan kasus beresiko tinggi maka semua pasien diberlakukan
sama
6. Petugas pemeriksaan laboratorium wajib menggunakan apd
7. Bahan bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut
ketentuan yang berlaku.
8. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan harus dikelola sebagai limbah
infeksius.
9. Reagensia dan bahan- bahan lain yang selalu harus ada untuk pelayanan
laboratorium bagi pasien harus diidentifikasi dan dtetapkan.
10. Reagensia yang harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat
dan suhu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Ketersediaan reagensia wajib dievaluasi secara periodik dan penyimpanan
semua reagensia untuk memastikan akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.
12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
13. Laporan hasil pemeriksaan harus dilengkapi dengan nilai normal dan rentang
nilai rujukan untuk setiap pemeriksaan yang dilaksanakan. Nilai normal dan
rentang nilai rujukan harus dalam catatan klinis, sebagai bagian dari laporan atau
dalam dokumen terpisah.
14. Hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan dalam kerangka waktu berdasarakan
kebutuhan pasien, pelayanan yang ditawarkan dan kebutuhan petugas memberi
pelayanan klinik. Pemeriksaan pada gawat darurat dan diluar jam kerja serta
pada akhir minggu termasuk dalam kentuan ini.
15. Hasil pemeriksaan yang cyto (urgent), seperti dari unit gawat darurat diberikan
perhatian khusus. Sebagai tambahan, bila pelayanan laboratorium dilakukan
bekerjasama dengan pihak luar, laporan hasil pemeriksaan juga harus tepat
waktu sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan atau yang tercantum dalam
kontrak, serta dilengkapi dengan rentang nilai normal. Dan jika terjadi perubahan
metode atau peralatan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau
perubahan terkait dengan perkembangan teknologi harus dievaluasi dan direvisi
terhadap ketentuan rentang nilai pemeriksaan laboratorium.
16. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan mutu
internal dan pebaikan mutu eksternal. Pemantapan mutu dilakukan sesuai
dengan jenis dan ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
17. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas
dan keselamatan pasien.
18. Uji silang dalam kegiatan untuk menilai mutu dan kesesuaian hasil pemeriksaan
secara periodik dan berkesinambungan dengan mengirimkan sample yang sama
kelaboratorium lain/rujukan.
19. Jika pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan oleh puskesmas karena
keterbatasan kemampuan maka dapat dilakukan rujukan pemeriksaan
laboratorium yang dipandu dengan prosedur yang jelas.
20. Resiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasikan dan ditindak lanjuti.
21. Ada prosedur rujukan spesimen dan pasien, jika pemeriksaan laboratorium tidak
dapat dilakukan dipuskesmas.
Ditetapkan di : Jember
Pada Tanggal : 16 Januari 2023