Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KENCONG
Alamat : Jl. Kartini No. 216. Kencong Telp. (0336) 321 145
Kode Pos. 68167

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KENCONG


NOMOR :445/ 077 /311.36/2023

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PUSKESMAS KENCONG

KEPALA UPTD PUSKESMAS KENCONG,

Menimbang : a. bahwa untuk mencapai hasil Pelayanan Klinis yang optimal


dan sesuai harapan pasien, perlu adanya kesinambungan
pelayanan;
b. bahwa untuk menjamin hasil Pelayanan Klinis yang optimal
dan kesinambungan pelayanan perlu ditetapkan kebijakan
mengenai Kebijakan Pelayanan Klinis;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b,
perlu menetapkan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kencong tentang Kebijakan Pelayanan Klinis;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023


tentang Kesehatan;
2. Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 17 Tahun 2023
tentang Penetapan Berakhirnya Status Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Pusat Kesehatan Masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 47
Tahun 2018 tentang Pelayanan Gawat Darurat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26
11 Tahun 2020 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
. Pusat Kesehatan Masyarakat;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
12 Kesehatan di Kabupaten/Kota;
. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
13 Tingkat Pertama;
. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/165/2023 tentang Standar Akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat;
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor
14 HK.02.02/D/4871/2023 tentang Instrumen Survei Akreditasi
. Pusat Kesehatan Masyarakat.

15
.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KENCONG


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD
PUSKESMAS KENCONG.
PERTAMA : Menentukan prosedur yang jelas untuk menyusun
Kebijakan Pelayanan Klinis jika diperlukan penanganan
secara tim sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

KEDUA : Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan ini maka Surat


Keputusan Kepala UPT. Puskesmas Kencong nomer :
445/ 077 /311.36/2021 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis Di Unit UPT. Puskesmas Kencong tidak berlaku
lagi.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka
akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jember
Pada Tanggal : 14 Agustus 2023

KEPALA UPTD PUSKESMAS KENCONG

dr. Erlina Hadi


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 19641201 200312 2 001
Lampiran I : Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Kencong tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis Di
UPTD Puskesmas Kencong
Nomor : 445/ 077 /311.36/2023
Tanggal : 14 Agustus 2023

A. SRINING VISUAL PASIEN RAWAT JALAN


1. Petugas skrining menerima pasien
2. Petugas skrining menyiapkan form skrining
3. Petugas skrining melakukan pengamatan kondisi umum pasien
4. Petugas skrining melakukan pengamatan pada pasien dengan kondisi yang
membahayakan diri / lingkungan (penyakit menular / sangat infeksius /
Airbone dan pasine dengan gangguan kejiwaan)
5. Petugas skrining melakukan pengamatan pada pasien dengan resiko jatuh
dan pasien diberi tanda gelang kuning
6. Petugas skrining melakukan pengamatan pada pasien dengan rentang usia
balita < 2 tahun dan lansia > 65 tahun
7. Petugas skrining melakukan pengamatan pada pasien dengan gangguang
fungsi organ (Pendengaran, penglihatan, dan wicara)
8. Petugas skrining melakukan pengamatan pada pasien dengan privasi
tertentu (Pejabat, pemuka agama, dan pensiunan UPTD Puskesmas
Kencong)
9. Petugas skrining melakukan pengamatan pada pasien dengan hambatan
penggunaan bahasa
10.Petugas skrining mengarahkan pasien menuju tujuan yang sesuai dengan
hasil skrining visual pasien.

B. PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN


1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi kriteria.
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi
sebagai berikut: nama pasien, nama kepala keluarga, tanggal lahir/umur pasien,
jenis kelamin, agama, alamat/tempat tinggal pasien, pendidikan, pekerjaan
pasien, pembiayaan, nomer KTP, nomer BPJS jika mempunyai, nomor telepon,
dan nomor rekam medis.
5. Setiap pengguna layanan yang datang diminta persetujuan umum pada saat
datang pertama kali.
6. Koordinasi dan komunikasi pendaftaran dengan unit kerja yang lain.
7. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis pelayanan,alur dan proses
pendaftaran,alur dan proses pelayanan,rujukan,dan ketersediaan tempat tidur
untuk puskesmas perawatan/rawat inap,jadwal pelayanan dan informasi tentang
kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat
pendaftaran.
8. Hak dan kewajiban pengguna layanan, dan keluarga harus diperhatikan pada
keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
Hak Pasien meliputi :
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal sebaik-baiknya sesuai dengan
standar profesi kedokteran
b. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan medis
yang akan dilakukan dokter/perawat
c. Hak atas rahasia kedokteran/data penyakit, status, diagnosa dan lain-lain
d. Hak untuk memberikan persetujuan / menolak atas tindakan medis yang akan
dilakukan pada pasien
e. Hak untuk menghentikan pengobatan
f. Hak untuk mencari pendapat ke dua/pendapat dari dokter lain
g. Hak atas isi rekam medis/data medis
h. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis
i. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang
dikenakan / dokumen pembayaran/bon dan lain-lain

Kewajiban Pasien meliputi :


a. Semua pelayanan melalui loket pendaftaran kecuali gawat darurat
b. Membawa kartu berobat, KTP, identitas lain yang berlaku ( untuk pertama kali
berkunjung)
c. Membawa kartu BPJS bagi peserta JKN
d. Mengikuti alur pelayanan di Puskesmas
e. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
kepada petugas kesehatan di puskesmas
9. Ibu hamil,balita,Kendala fisik,bahasa, dan budaya,serta penghalang lain,yang
menimbulkan hambatan wajib diantisipasi dan ditindak lanjuti
10. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi perlu diterapkan protokol kesehatan
C. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN DAN PEMBERI ASUHAN
1. Skrining dilakukan sejak awal penerimaan pasien
2. Proses kajian pasien dilaksanaakn secara berkesinambungan dan dinamis
3. Kajian pasien dilakukan dengan cara pengumpulan data dan informasi tentang
kondisi fisik, psikologis, status sosial dan riwayat penyakit, analisis data,
informasi dan diagnosa untuk membuat rencana asuhan.
4. Dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan untuk mengetahui
perkembangan kondisi kesehatan.
5. Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan dan kebidananan dan
disiplin lain, meliputi : status fisik/neurologis/mental, psikososiospiritual, ekonomi,
riwayat kesehatan, riwayat alergi, assesment nyeri, assesment jatuh, assesment
fungsional, assesment risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan.
6. Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh tenaga
profesional yang kompeten.
7. Proses kajian dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim kesehatan
antar profesi yang saling berkoordinasi dalam penyusunan rencana asuhan
terpadu.
8. Dalam menyusun rencana asuhan pasien atau keluarga diberikan hak dalam
mengambil keputusan dan bekerjasama.
9. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian dengan memperhatikan
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta memperhatikan nilai-nilai
budaya dan mencakup komunikasi, informasi, edukasi pada pasien dan keluarga
dan rencana asuhan bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien.
10. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang untuk melakukan
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu kepada perawat, bidan, atau
tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain secara tertulis. Jika tenaga medis
tidak berada ditempat atau keterbatasan tenaga medis.
11. Pada kondisi tertentu perlu penanganan secara terpadu antara tenaga medis dan
tenaga kesehatan lainnya meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan
gizi, dan asuhan kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
12. Pasien atau keluarga mendapatkan penyuluhan dan edukasi terkait dengan
penyakit dan kebutuhan klinis pasien dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
D. PELAYANAN GAWAT DARURAT
1. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase.
2. Penanganan pasien ditangani sesuai sistem prioritas triase.
3. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk.
4. Deteksi dini tanda dan gejala penyakit menular dilakukan dalam penanganan
pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera.

E. PELAYANAN ANESTESI LOKAL


1. Tindakan anestesi lokal dilakukan dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat
inap, terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi, pelayanan persalinan,
dan keluarga berencana,pelayanan tersebut sesuai dengan standart dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ser.ta kebijakan dan prosedur
yang berlaku dipuskesmas
2. Kebijakan dan prosedur meliputi penyusunan rencana termasuk identifikasi,
dokumentasi, inform consent, kompetensi petugas, ketersediaan dan
penggunaan peralatan, tata laksana dan bantuan hidup dasar.

F. PELAYANAN GIZI
1. Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien (klien)
berdasarkan pengkajian gizi meliputi terapi diit, konseling gizi dan pemberian
makanan khusus.
2. Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pasien membutuhkan asupan
makanan dan gizi yang memadahi.
3. Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan status gizi dan
kebutuhan pasien.
4. Penyediaan bahan, penyiapan, penyimpanan, penanganan makanan harus
dimonitor untuk memastikan keamanan dan meminimalkan resiko kontaminasi
dan pembusukan.
5. Setiap pasien harus mengkonsumsi makanan sesuai dengan standart angka
kecukupan gizi.
6. Terapi gizi kepada pasien dengan resiko gangguan gizi diberikan secara reguler
sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan hasil penilaian status gizi dan
PAGT
7. Terapi gizi rawat inap harus dicatat dan didokumentasikan dalam rekam medis.
8. Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam menyediakan makanan sesuai
dengan kebutuhan pasien dan rencana asuhan dari petugas kesehatan yang
kompeten.

G. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN


1. Kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut menjamin
pelayanan yang berkesinambungan
2. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun
rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga meliputi instruksi saat
pemulangan dan tidak lanjut dirumah.
3. Pemulangan pasien dilakukan berdasarkan kriteria pemulangan.
4. Resume pasien pulang tercantum dalam rekam medis yang berisi gambaran
pasien selama rawat inap.
5. Informasi resume medis pasien pulang diberikan kepada pasien/keluarga pada
saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas kesehatan dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan.
6. Resume medis berisi identitas pasein,diagnosa masuk dan indikasi pasien
dirawat,ringkasan hasil pemeriksaan fisisk dan penunjang diagnosis
akhir,pengobatan dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan.
7. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang berisi data umum
pasien,anamnesa,pemeriksaan,terapi,tindakan dan atau anjuran.

H. RUJUKAN
1. Pengguna layanan yang tidak dapat di layani di Puskesmas, maka perlu di rujuk
ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan berdasarkan
kebutuhan pengguna layanan.
2. Dokter atau petugas yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses rujukan;
3. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang menentukan diagnosa
4. Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan standart prosedur
operasional (SPO)
5. Menentukan rumah sakit rujukan dan memastikan bahwa rumah sakit rujukan
dapat menerima pasien.
6. Pengguna layanan atau keluarga mempunyai hak untuk memperoleh informasi
tentang rencana rujukan meliputi alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang di tuju,
termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya jika ada, sehingga pengguna
layanan atau keluarga dapat memutuskan fasilitas mana yang di pilih, serta
kapan rujukan harus di lakukan.
7. Untuk pasien gawat darurat didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien,diantar dengan menggunakan
ambulan dan selama diperjalanan dilakukan pemantauan / observasi kemudian
diserah terimakan oleh petugas ( petugas dan ambulan menunggu di IGD
sampai pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah sakit rujukan )
8. Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu(spesialis)
pemberi pelayanan kesehatan tingkat I ( puskesmas ) dapat merujuk lngsung
kerumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi;
9. Dokter atau petugas setelah melakukan pemeriksaan mencatat hasil
pemeriksaan direkam medis pasien;
10. Dokter atau petugas menjelaskan/memberikan formulir persetujuan rujukan pada
keluarga pasien
11. Dokter atau petugas membuat resume medis rangkap 2, lembar pertama berisi
resume medis dan lembar rujuk balik yang dikirim ketempat rujukan bersama
pasien yang bersangkutan, lembar kedua merupakan arsip ke puskesmas dan di
simpan direkan medis
12. Dokter atau petugas menghubungi rumah sakit yang dituju dengan
menggunakan sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien ( SBAR )
13. Untuk pasien yang dirujuk kerumah sakit mendapatkan rujukan balik dari rumah
sakit rujukan
14. Dokter memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh rumah sakit
yang terakhir merawat pasien tersebut
15. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau
kondisi klinis pasien sampai sembuh
16. Dokter meneliti isi surat balasan rujukan dari rumah sakit dan mencatat informasi
tersebut kedalam rekam medis pasien; kemudian melakukan monitoring rujuk
balik.

H. REKAM MEDIS
1. Rekam medis berbentuk manual maupun elektronik.
2. Standarisasi terminologi, definisi, kosa kata dan penamaan, memfasilitasi
pembandingan kata dan informasi didalam maupun diluar puskesmas termasuk
FKRTL.
3. Singkatan dan simbol juga distandarisasi yang boleh digunakan dan tidak boleh
digunakan
4. Kelengkapan isi rekam medis di perlukan untuk menjamin kesinambungan
pelayanan, memantau kemajuan respon pengguna layanan terhadap asuhan
yang di berikan. Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur kelengkapan
rekam medis.
5. Dokter,perawat,bidan dan petugas pemberi asuhan yang lain bersama-sama
menyepakati isi rekam medis sesuai dengan kebutuhan informasi yang perlu ada
dalam pelaksanaan asuhan pengguna layanan.
6. Penyelenggaraan rekam medis dilakukan secara berurutan dan sejak pasien
masuk sampai pulang, dirujuk atau meninggal. Meliputi : registrasi pasien,
pendistribusian rekam medis, isi rekam medis dan pengisisn informasi klinis,
pengolahan data dan pengkodean,klaim pembiayaan,penyimpanan rekam
medis, penjamin mutu, pelepasan informasi kesehatan, pemusnahan rekam
medis.
7. Rekam medis diisi oleh setiap dokter, dokter gigi, dan atau tenaga kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan perseorangan.
8. Apabila terdapat lebih dari satu tenaga dokter, dokter gigi dan atau tenaga
kesehatan dalam satu fasilitas kesehatan, maka rekam medis di buat secara
terintegrasi.
9. rekam medis harus dicatat secara lengkap dan jelas dengan mencantumkan
nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokte gigi dan/atau tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan secara berurutan sesuai waktu pelayanan dan
sesuai dengan kompetensi lulusannya.
10. Efek obat, efek samping obat dan kejadian alergi ditindaklanjuti serta
didokumentasikan dalam rekam medis;
11. catatan rekam medis meliputi nama, waktu dan tanda tangan dokter
gigi,dan/atau tenaga kesehatan yang memberikan pelayana secara berurutan
sesuai waktu pelayanan.
12. kesalahan dalam pencatatan rekam medis,dokter,dokter gigi, dan / atau tenaga
kesehatan lain dapat melakukan koreksi dengan cara mencoret 1(satu) garis
tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan, diparaf dan diberi tanggal.
13. isi rekam medis rawat jalan meliputi identitas pasien,nomor rekam medis, nomor
telepon, pembiayaan,nomor bpjs, tanggal dan waktu, riwayat alergi, riwayat sakit
dan kesehatan, riwayat psikososial dan ekonomi, pemeriksaan fisik, riwayat
kehamilan,persalinan dan nifas,riwayat KB, riwayat gonekologi, pemeriksaan
ekstra oral dan intra oral, pemeriksaan oklusi,odontrogram,diagnosa, rencana
layanan dan tindakan layanan
14. pengguna layanan rawat inap atau perawatan 1 (satu) hari isi rekam medis rawat
jalan ditambah dengan lembar monitoring rujukan sebelum masuk ruang rawat
inap, surat rujukan untuk pengguna layanan rujukan,catatan perjalan perawatan
pengguna layanan mulai dari dirawat inap sampai pengguna layanan pulang.
15. isi rekam medis gawat darurat meliputi : identitas pasien, tanggal pelayanan,
nomor telepon, nomor bpjs ,jam datang dan jam pelayanan, kedatangan, trauma,
triase, survey primer resusitasi dan stabilisasi, retriase,tidak lanjut, survei
sekunder ditambah dengan identitas nomor kontak penggantar pengguna
layanan dan sarana transportasi yang digunakan untuk mengantar pengguna
layanan.
16. Resume medis pengguna layanan terdiri dari : identitas pengguna layanan,
diagnosa masuk dan indikasi pengguna layanan dirawat, ringkasan hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang,diagnosis akhir,pengobatan dan rencana tindak
lanjut pelayanan kesehatan. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi
yang memberikan pelayanan kesehatan
17. Resume medis diberikan kepada pengguna layanan saat pulang dari rawat inap
terdiri dari : data umum pengguna layanan, anamnesis( riwayat penyakit dan
riwayat pengobatan ),pemeriksaan, terapi,tindakan dan atau anjuran.
18. Koreksi dan penambahan data rekam medis dilakukan sesuai ketentuan
peraturan per undang –undangan
19. Berkas rekam medis klinis pengguna layanan, serta data dan informasi lainnya
disimpan (retensi) untuk jangka waktu yang cukup dan mematuhi peraturan dan
perundang –undangan yang berlaku.
20. Kebijakan tentang penyimpanan(retensi) konsisten dengan kerahasiaan dan
keamanan informasi, ketika periode retensi yang ditetapkan terpenuhi, maka
berkas rekam medis klinis dan catatan lain serta informasi dapat dimusnakan
dengan semestinya kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis.

I. PELAYANAN LABORATORIUM
1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan puskesmas meliputi :
a. pemeriksaan hematologi ( darah lengkap, hemoglobin, hitung leukosit, hitung
jenis leukosit, hitung eritrosit, hitung trombosit, hematokrit, golongan darah
A/B/O/AB malaria )
b. Kimia darah ( glukosa puasa, glukosa 2 jam pp, glukosa sewaktu, kolesterol,
asam urat, SGOT/ SGPT, ureum, creatinin )
c. Serologi ( hbsag, hiv , sipilis, widal, RPR)
d. Preparat mikro biologi : preparat bta/tcm
e. Urine lengkap, hcg
2. Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan oleh petugas yang kompeten yaitu
analisa kesehatan dan petugas dengan minimal lulusan d3 analis dan telah
mendapat pelatihan diklat pranata laboratorium kesehatan, Hasil pemeriksaan
harus di interpertasi oleh petugas yang terlatih
3. Hasil pemeriksaan harus di interpretasikan oleh petugas yang terlatih.
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap tiap jenis pemeriksaan harus dipandu
dengan adanya kebijakan dan prosedur mulai dari :
a. jenis jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan kemampuan puskesmas
b. waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c. pemeriksaan laboratorium yang beresiko tinggi
d. proses permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan
penyimpanan hasil pemeriksaan kepada pihak yang membutuhkan,
pemeriksaan sampai penyerahan hasil, serta pengelolaan limbah medis,
bahan berbahaya dan beracun ( B3 ).
e. Pelayanan pemeriksaan diluar jam kerja pada puskesmas rawat inap atau
puskesmas yang menyediakan pelayanan diluar jam kerja.
f. Proses pemeriksaan laboratorium.
g. Kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan laboratorium.
h. Penggunaan alat pelindung diri.
i. Pengelolaan reagen.
5. Untuk pemeriksaan kasus beresiko tinggi maka semua pasien diberlakukan
sama
6. Petugas pemeriksaan laboratorium wajib menggunakan apd
7. Bahan bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut
ketentuan yang berlaku.
8. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan harus dikelola sebagai limbah
infeksius.
9. Reagensia dan bahan- bahan lain yang selalu harus ada untuk pelayanan
laboratorium bagi pasien harus diidentifikasi dan dtetapkan.
10. Reagensia yang harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat
dan suhu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Ketersediaan reagensia wajib dievaluasi secara periodik dan penyimpanan
semua reagensia untuk memastikan akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.
12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
13. Laporan hasil pemeriksaan harus dilengkapi dengan nilai normal dan rentang
nilai rujukan untuk setiap pemeriksaan yang dilaksanakan. Nilai normal dan
rentang nilai rujukan harus dalam catatan klinis, sebagai bagian dari laporan atau
dalam dokumen terpisah.
14. Hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan dalam kerangka waktu berdasarakan
kebutuhan pasien, pelayanan yang ditawarkan dan kebutuhan petugas memberi
pelayanan klinik. Pemeriksaan pada gawat darurat dan diluar jam kerja serta
pada akhir minggu termasuk dalam kentuan ini.
15. Hasil pemeriksaan yang cyto (urgent), seperti dari unit gawat darurat diberikan
perhatian khusus. Sebagai tambahan, bila pelayanan laboratorium dilakukan
bekerjasama dengan pihak luar, laporan hasil pemeriksaan juga harus tepat
waktu sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan atau yang tercantum dalam
kontrak, serta dilengkapi dengan rentang nilai normal. Dan jika terjadi perubahan
metode atau peralatan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau
perubahan terkait dengan perkembangan teknologi harus dievaluasi dan direvisi
terhadap ketentuan rentang nilai pemeriksaan laboratorium.
16. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan mutu
internal dan pebaikan mutu eksternal. Pemantapan mutu dilakukan sesuai
dengan jenis dan ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
17. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas
dan keselamatan pasien.
18. Uji silang dalam kegiatan untuk menilai mutu dan kesesuaian hasil pemeriksaan
secara periodik dan berkesinambungan dengan mengirimkan sample yang sama
kelaboratorium lain/rujukan.
19. Jika pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan oleh puskesmas karena
keterbatasan kemampuan maka dapat dilakukan rujukan pemeriksaan
laboratorium yang dipandu dengan prosedur yang jelas.
20. Resiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasikan dan ditindak lanjuti.
21. Ada prosedur rujukan spesimen dan pasien, jika pemeriksaan laboratorium tidak
dapat dilakukan dipuskesmas.

J. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEFARMASIAN


1. Penyediaan sediaan farmasi dan BMHP yang menjamin ketersediaan bagi
keperluan puskesmas harus mengikuti Standar Prosedur Operasional
Penyediaan Obat yang menjamin ketersediaan obat untuk Puskesmas.
2. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai terdiri dari
perencanaan kebutuhan obat dan BMHP, permintaan obat dan BMHP,
penerimaan obat dan BMHP, penyimpanan obat dan BMHP, pendistribusian obat
dan BMHP, pengendalian obat dan BMHP, pencatatan, pemantauan dan
evaluasi pengelolaan obat dan BMHP.
3. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas terdiri dari pengkajian resep dan
penyerahan obat, pemberian informasi obat (PIO), konseling, rekonsiliasi, visite
pasien ( khusus puskesmas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO),
pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat.
4. Formularium puskesmas merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
tersedia di Puskesmas, jika terdapat kekosongan obat dokter berhak
memberikan resep luar kepada pasien.
5. Pelayanan farmasi untuk program rujuk balik (PRB) dilakukan dengan apotek
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
6. Apabila terjadi kehabisan obat karena keterlambatan pengiriman, kurangnya stok
nasional atau sebab lain yang tidak dapat di antisipasi dalam pengendalian
inventaris yang normal, perlu diatur suatu proses untuk mengingatkan
kekurangan obat dan saran untuk penggantinya kepada para dokter / dokter gigi.
7. Persyaratan penyimpanan obat:
a. Petugas menerima obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten dengan memeriksa
kesesuaian jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik obat
b. Petugas menyusun obat dalam rak obat secara alfabetis pada setiap bentuk
sediaan
c. Petugas mengendalikan obat menggunakan penyimpanan sistem FIFO dan
FEFO
d. Petugas menyimpan narkotika dan psikotropika ke dalam lemari khusus
e. Petugas menyimpan sediaan cair dengan dipisahkan dari sediaan padat
f. Petugas melakukan pencatatan dan pengeluaran obat menggunakan Kartu
Stok sebagai kartu kendali persediaan obat
g. Petugas obat membuat laporan persediaan melalui LPLPO setiap bulan
h. Petugas obat melaporkan LPLPO kepada kepala puskesmas dan Instalasi
Farmasi Kabupaten untuk memenuhi permintaan obat sesuai kebutuhan yang
telah direncanakan di Puskesmas.
8. Persyaratan petugas yang berhak memberi resep bagi pengguna layanan di
UPTD Puskesmas Kencong, antara lain:
a. Dokter umum yang telah memiliki izin praktek dokter di UPTD Puskesmas
Kencong
b. Dokter gigi yang telah memiliki izin praktek dokter gigi di UPTD Puskesmas
Kencong
c. Perawat umum yang telah memiliki izin praktek keperawatan di UPTD
Puskesmas Kencong
d. Perawat gigi yang telah memiliki izin praktek perawat gigi di UPTDPuskesmas
Kencong
e. Bidan yang telah memiliki izin praktek bidan di UPTD Puskesmas Kencong.
9. Yang berhak menyiapkan obat adalah apoteker di UPTD puskesmas kencong,
tenaga teknis kefarmasian dan tenaga non teknis kefarmasian yang telah
mengikuti on the job training ( OJT).
10. Pelayanan obat diberikan selama 24 jam kepada pasien Gawat Darurat di Unit
Pelayanan UGD Puskesmas.
11. Menjaga agar tidak terjadi pemberian obat kadaluwarsa kepada pasien
a. Petugas obat memeriksa semua obat yang diterima termasuk tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik barang.
b. Petugas obat menyimpan obat dengan sistem penyimpanan FIFO dan FEFO.
c. Petugas obat melakukan pencatatan menggunakan kartu stock obat sebagai
kartu kendali.
d. Petugas melakukan kontrol rutin terhadap kualitas obat termasuk memantau
tanggal kadaluwarsa.
e. Petugas obat memisahkan tempat penyimpanan untuk obat-obat yang telah
kadaluwarsa.
f. Petugas obat membuat daftar obat kadaluwarsa untuk dilaporkan kepada
Gudang Farmasi Kabupaten dan dilakukan pengembalian untuk dimusnahkan
secara bersamaan.
12. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut :
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya boleh dilakukan oleh dokter
umum dan dokter gigi yang telah memiliki ijin praktek (SIP) di UPT Puskesmas
Kencong.
b. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus dua pintu dengan
dua (2) kunci yang berbeda. Kunci disimpan oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian yang bertugas di ruang farmasi. Untuk penyimpanan di UGD juga
dilemari khusus dengan dua (2) kunci yang berbeda dan selalu disimpan oleh
petugas jaga yang berbeda. Dengan ketentuan ruang UGD hanya
menyediakan obat psikotropik khusus untuk menangani kegawat daruratan.
c. Persyaratan yang boleh menyuntikkan obat psikotropik kepada pasien dalam
rangka kegawat daruratan adalah dokter umum atau dokter gigi yang telah
memiliki ijin praktek di UPTD Puskesmas Kencong atau paramedis yang
sudah memiliki surat ijin kerja (SIK) dan telah mendapat pendelegfasian
wewenang dari dokter umum/dokter gigi.
d. Petugas farmasi harus melakukan monitoring penggunaan narkotika dan
psikotropika setiap bulan.
13. Pemberian informasi obat kepada pengguna layanan:
a. Dalam pemberian informasi obat harus disertai etiket obat.
b. Dalam pemberian informasi obat kepada pengguna layanan harus memahami
indikasi, dosis, cara penggunaan obat, ada tidaknya alergi dan efek samping
obat yang mungkin terjadi.
14. Pemantauan kepada pengguna layanan yang mendapatkan obat dilakukan oleh
pengguna layanan, dokter, perawat dan petugas kesehatan lain untuk di evaluasi
efek samping obat, dan mencegah resiko terhadap gejala atau penyakitnya.
Pemantauan efek samping obat, reaksi alergi, interaksi obat, kejadian salah obat
kemudian dilakukan observasi dan di dokumentasikan.
15. Petugas farmasi dan semua pemberi layanan klinis untuk bisa bekerjasama
dalam hal identifikasi dan pelaporan adanya kejadian tidak diinginkan (KTD),
kejadian nyaris cidera (KNC) sehubungan dengan pelayanan kefarmasian
dipuskesmas agar dapat dilakukan tindak lanjut dan perbaikan
pelayanan,pelaporan dilakukan oleh penanggung jawab farmasi kepada tim
mutu.
16. Pencatatan, Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat menggunakan
lembar Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan oleh petugas
kefarmasian.
17. Obat-obat emergensi harus tersedia ditempat pelayanan untuk mengatasi jika
terjadi kegawat daruratan dalam pelayanan kesehatan.
18. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti jika
digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.
19. Ketentuan tentang penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien/keluarganya, antara lain :
a. bahwa obat yang dibawa pasien dari rumah harus diketahui oleh dokter
pemeriksa pasien
b. bahwa obat yang dibawa sendiri oleh pasien tidak menyebabkan
kontraindikasi dengan kondisi fisik pasien
c. bahwa obat yang dibawa sendiri oleh pasien tidak mempunyai efek
bertentangan dan double efek dengan obat yang dipergunakan dalam proses
pengobatan oleh dokter di Puskesmas
d. bahwa obat yang dibawa sendiri oleh pasien tidak menimbulkan interaksi obat
dan berdampak negatif terhadap pengobatan pasien.

Ditetapkan di : Jember
Pada Tanggal : 16 Januari 2023

KEPALA UPTD PUSKESMAS KENCONG

dr. Erlina Hadi


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 19641201 200312 2 001

Anda mungkin juga menyukai