Anda di halaman 1dari 32

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PABUARAN INDAH
Perum Bukit Pabuaran Indah Blok H Kelurahan Pab Mekar Kecamatan Cibinong Kabupaten
Bogor Kode Pos: 16911 Telp: (021) 8757554
Email: puskesmaspabuaranindah@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PABUARAN INDAH


NOMOR: 440/SK-086/Pkm.Pab/VII/2022

TENTANG
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN
PERSEORANGAN, LABORATORIUM DAN
KEFARMASIAN

KEPALA PUSKESMAS PABUARAN INDAH,

Menimbang a. Bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan


: sesuai kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis Puskesmas memperhatikan
mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas
Pabuaran Indah tentang Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Perseorangan, Laboratorium dan
Kefarmasian

Mengingat 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


: 1997 tentang Psikotropika;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);

4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2009 tentang Narkotika;

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38


Tahun 2014 tentang keperawatan;
11
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012
Tentang Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 13 tahun 2015, tentang penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di puskesmas;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015


Tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 20 tahun 2016, tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi danMulut;

13. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016


tetang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;

14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017


Tentang Keselamatan Pasien;

15. Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 Tahun 2017


Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 43 tahun 2019, tentang Puskesmas;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2019
tentang Panduan Perilaku Interaksi Pelayanan Publik
di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor Hk.01.07/Menkes /179/2019 Tentang
Rumah Sakit Penyelenggara Uji Coba Program
Rekam Medik Integrasi Dalam Sistem Rujukan;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2020


Tentang Standar Kefarmasian di Puskesmas;

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 18 Tahun 2022


Tentang Penyelenggaraan Satu Data Bidang
Kesehatan Melalui Sistem Informasi Kesehatan;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022


Tentang Rekam Medis Elektronik;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 34 tahun 2022, tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter

12
Gigi;

24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi;

25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


01.07/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Tingkat
Pertama;

26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


HK.01.07/MENKES/165/2023 Tentang
Standar Akreditas Puskesmas ;

27. Keputusan Bupati Bogor Nomor 440/ 401/Kpts/Per-


Undang-Undang/2015 Tentang Penetapan Kategori
Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Bogor

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PABUARAN INDAH


TENTANG PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN
PERSEORANGAN LABORATORIUM DAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS PABUARAN INDAH.
KESATU Kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas
Pabuaran Indah sebagaimana tercantum dalam
:
Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini.

KEDUA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan / perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Cibinong
Pada tanggal : 1 Juli 2022
Kepala Puskesmas Pabuaran Indah,

dr. SAPRITA ALIANCE N, MKK


Pembina Utama Muda / IV C
NIP. 197604012007012007

13
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS PABUARAN INDAH
NOMOR : 440/SK-086/Pkm.Pab/VII/2022
TANGGAL : 01 JULI 2022
TENTANG. : UPAYA PENYELENGGRAAN KESEHATAN
PERSEORANGAN, LABORATORIUM, DAN
KEFARMASIAN PUSKESMAS PABUARAN
INDAH

PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN


PERSEORANGAN, LABORATORIUM DAN
KEFARMASIAN

PUSKESMAS PABUARAN INDAH

1. PENDAFTARAN

A. IDENTIFIKASI PASIEN
Identifikasi pasien adalah pengumpulan data dan
pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti pasien
sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan
keterangan tersebut dengan pasien, dengan identifikasi kita
dapat mengetahui identitas pasien dan dengan identitas
tersebut kita dapat membedakan dari pasien yang lainnya.
Identifikasi pasien terdiri dari kesesuaian nama dengan
minimal dua suku kata, tanggal lahir, dan alamat pasien

Tujuannya agar pelaksanaan pendaftaran dapat menjamin


keselamatan dan atau mencegah terjadinya kesalahan dalam
pelayanan kesehatan. Identifikasi kendala fisik, Bahasa dan
budaya wajib di identifikasi dan tindak lanjut. Petugas
mengenali hambatan yang dimiliki oleh pasien. Petugas segera
membantu pasien lansia yang mempunyai risiko jatuh atau
pasien dengan berkebutuhan khusus.

Pasien yang mempunyai risiko jatuh atau berkebutuhan


khusus diberi stiker warna kuning di lengan atas sehingga
memudahkan petugas lainnya untuk melihat dan sebagai

14
pembeda dengan pasien umum lainnya. Jika hambatan fisik
maka petugas pendaftaran akan mendahulukan dan mengantar
pasien langsung ke ruang pemeriksaan yang dituju dan
mempersilahkan kepada kerabat yang mengantar untuk
melakukan pendaftaran, jika pasien datang sendiri tanpa ada
yang mengantar maka pada ruang pemeriksaan akan
melakukan pendataan langsung diruang periksa dan setelah itu
menyerahkan keruang pendaftaran. Jika hambatan psikis atau
jiwa maka petugas pendaftaran meminta pasien untuk
melakukan pendaftaran dan mengantarkan pasien keruang
pemeriksaan yang dituju. Jika Hambatan Pasien hilang
kesadaran, maka petugas membawa pasien ke ruang tindakan.
Selanjutnya pendaftaran di bantu oleh keluarga atau yang
membawa pasien.

Petugas menangani hambatan bahasa dengan


menggunakan Bahasa isyarat, bahasa daerah dengan tulisan
tangan, bahasa international menggunakan smart phone.
Pasien dengan budaya atau kepercayaan tertentu tetap
diberikan pelayanan yang sama dengan tetap menghormati
budaya dan kepercayaannya.

B. PENDAFTARAN PASIEN
Pendaftaran pasien adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mendaftar pasien dan memudahkan pasien mendapatkan
informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang
tersedia di Puskesmas.

Tujuannya sebagai sebagai acuan petugas agar pelayanan


di loket pendaftaran berjalan dengan tepat, cepat, lancar dan
prosedural.

Pemanggilan LANSIA terlebih dahulu diutamakan,


selanjutnya pemanggilan pasien Ruang Pelayanan KIA, pasien
Ruang Pelayanan Gigi, dan pasien Ruang Pelayanan Umum,
masing masing bagian 5 pasien, bergantian hingga selesai.
Pemanggilan pasien dilakukan dengan menggunakan sistem
nomor antrian.

C. INFORMED CONSENT
Informed Consent adalah persetujuan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien atau keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
15
Tujuannya untuk memberikan perlindungan kepada
pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medis tidak ada dasar pembenarannya
yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya. Memberi
perlindungan hukum kepada dokter atau petugas kesehatan
terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur
medis bukan tanpa risiko, dan pada setiap tindakan medis
terdapat suatu risiko. Memberi kesempatan kepada Pasien
untuk menerima atau menolak tindakan yang diberikan
Daftar Tindakan Yang Memerlukan Informed Concent

N0 Unit pelayanan Unit pelayanan Unit Ket


. Gigi
Umum Pelayanan
(Tindakan) KIA/KB

1. Hecting (Bedah Pencabutan gigi ANC


Minor dengan anastesi Terpadu
Sederhana) lokal

Ekstraksi Pencabutan gigi KB


2. Kuku dengan anastesi
Topikal

3. Eksplorasi scalling Imunisasi


Luka
Tertusuk Paku

4. Penambalan MTBS
permanen gigi

5. Pencabutan KB
dengan anestesi
Blok

D. PENYAMPAIAN INFORMASI, KETERSEDIAAN INFORMASI LAIN


Penyampaian informasi adalah suatu proses pemberian
informasi tentang sarana pelayanan di puskesmas. Informasi
bisa berupa jenis pelayanan, tarif pelayanan, jadwal konseling,
alur pelayanan, alur pendaftaran, hak dan kewajiban pasien,
alur rujukan BPJS dan diagnosa penyakit yang bisa
ditangani di puskesmas.

Tujuannya sebagai acuan penerapan untuk penyampaian


informasi, ketersediaan informasi lain yang dapat diakses oleh
pelanggan melalui media sosial. Tersedia kuesioner untuk
16
mengetahui kepuasan/ keluhan serta kritik dan saran
pelanggan.

E. ALUR PELAYANAN PASIEN


Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan
pasien di Puskesmas Pabuaran Indah sesuai kebutuhan
pasien berdasarkan dengan ketentuan yang berlaku.

Tujuannya agar sejak awal pasien/keluarga memperoleh


informasi dan paham terhadap tahapan dan prosedur
pelayanan klinis.

F. PENDIDIKAN/PENYULUHAN PASIEN
Penyampaian informasi kesehatan kepada sasaran
pengunjung Puskesmas (5-20 orang) oleh petugas di tempat
khusus/ruang tunggu, dengan waktu 10-15 menit dengan
materi sesuai issu aktual dengan dukungan media penyuluhan.

Tujuannya untuk memberitahu, menyadarkan dan memberi


pengertian sehingga pengunjung dapat mengerti tentang
masalah kesehatan menjadi topik pembicaraan pada saat ini
sehingga pengunjung atau keluarga dapat mengerti tentang
kesehatan yang disampaikan oleh petugas kesehatan

2. PENAPISAN (SKRINING) DAN PROSES KAJIAN AWAL

a. KAJIAN AWAL KLINIS


Pengkajian awal klinis adalah kegiatan yang memuat
informasi yang harus diperoleh selama proses pengkajian
untuk mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan
yang dialami pasien tercatat dalam rekam medis. Proses kajian
dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak diperlukan. Kajian awal meliputi
kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan dan kajian
lain yang dilakukan oleh tenaga profesi kesehatan, mengacu
pada standar profesi dan standar asuhan.

Tujuannya untuk menjamin kesinambungan pelayanan


terhadap pasien dan mampu mengetahui riwayat penyakit
pasien dengan mudah.

b. ASUHAN KEPERAWATAN

17
Suatu rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang
langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, (Pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
dan evaluasi keperawatan) dalam lingkup dan wewenang serta
tanggung jawab keperawatan dan tercatat dalam rekam medis
sesuai dengan langkah-langkah SOAP.

Tujuannya untuk memberikan asuhan keperawatan


kepada pasien secara komprehensif.

c. KAJIAN AWAL YANG MEMUAT INFORMASI APA SAJA


YANG HARUS DI PEROLEH SELAMA PROSES PENGKAJIAN
Kajian awal yang memuat informasi yang harus diperoleh
selama proses pengkajian adalah suatu proses untuk
mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan yang
dialami pasien. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian
keperawatan, kajian kebidanan dan kajian lain yang dilakukan
oleh tenaga profesi kesehatan, mengacu pada standar profesi
dan standar asuhan.

Tujuannya adalah untuk menjamin kesinambungan


pelayanan terhadap pasien dan mampu mengetahui riwayat
penyakit pasien dengan mudah.

3. PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

a. PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT


Rujukan pasien gawat darurat adalah suatu proses
pengiriman pasien yang atas pertimbangan dokter segera
memerlukan pelayanan di Rumah Sakit baik diagnostik
penunjang ataupun terapi.

Tujuannya agar pelaksanaan rujukan pasien gawat


darurat yang tidak bisa ditangani di puskesmas dapat segera
dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

b. Jenis-jenis Kasus Beresiko Tinggi


 Tubercullosis
 HIV/ AIDS
 Hepatitis

c. TRIASE
18
Triase di ruang Tindakan adalah tindakan untuk memilah
korban atau pasien sesuai dengan tingkat kegawatannya dalam
menentukan prioritas tindakan. Keadaan darurat adalah
keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu / kapan
saja, terjadi dimana saja, dan dapat menyangkut siapa saja
sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medik atau
perjalanan suatu penyakit.

Tujuannya adalah untuk menentukan prioritas tindakan


penanganan pasien sesuai dengan tingkat kegawatan pasien.
Penderita yang mendapatkan prioritas dibedakan menurut
kegawatannya dengan kriteria :

Kriteria gawat darurat unit pengobatan gigi :

a. Rasa sakit yang parah akibat radang pada syaraf gigi


b. Pericoronitis atau sakit pada gigi geraham ketiga (gigi bungsu)
c. Radang tulang setelah operasi atau pencabutan gigi
d. Abses, atau bengkak yang disebabkan infeksi bakteri
e. Patah pada gigi sehingga menyebablan sakit atau
menyebabkan luka pada jaringan lunak seperti
bibir atau gusi
f. Dental trauma dengan kehilangan gigi atau pergeseran gigi

Kriteria gawat darurat ruang tindakan :

a. Syncope
b. Pasien luka bakar grade II
c. Corpus Alienum di Telinga
d. Pasien cedera kepala ringan
e. Vulnus Laceratum
f. Kejang Demam
g. Syok Anafilaksis
h. Status Asmatikus

Kegawatdaruratan maternal dan neonatal

a. Perdarahan
b. PEB

4. ANESTESI LOKAL

a. JENIS-JENIS ANESTESI
Anestesi Lokal yang dapat dilakukan di Puskesmas Pabuaran
Indah :

1) Anestesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah


minor,pencabutan gigi tetap dan gigi susu yang dapat
dilakukan di Puskesmas Pabuaran Indah.
2) Preparat yang digunakan adalah lidocaine 2 % atau

19
pehacaine, klor etil.

b. MONITORING ANESTESI
Monitoring anestesi adalah monitoring status fisiologis
pasien selama pemberian anestesi lokal adalah suatu proses
pengawasan kondisi umum pasien selama pemberian anestesi
lokal.

Efek samping anestesi lokal adalah akibat dari efek


depresi terhadap SSP dan efek kardiodepresifnya (menekan
fungsi jantung) dengan gejala penghambatan pernafasan dan
sirkulasi darah. Anestesi local dapat pula mengakibatkan
reaksi hipersensitasi,yang sering kali berupa urticaria,dan
bronchospasme alergis sampai ada kalanya shock anafilaksis
yang dapat mematikan.

5. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN

Kriteria Pemulangan dan tindak lanjut

pasien :
1) Jenis Pemulangan
Conditional discharge

Jika pasien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada


komplikasi, pasien pulang untuk sementara di rumah dan
masih dalam proses perawatan dan harus ada pengawasan
dari pihak puskesmas.

Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya

Jika pasien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan


sembuh dari penyakitnya dan apabila pasien perlu
perawatan kembali maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.

Judocal discharge (pulang paksa)

Jika kondisi pasien masih perlu perawatan dan belum


memungkinkan untuk pulang tetapi pasien bersikeras untuk
tetap pulang

2) Kriteria Pemulangan
● Secara klinik tampak perbaikan
● Tidak dijumpai adanya keluhan tambahan termasuk
distress pernafasan
● Hasil laboratorium dalam batas normal
11
0
● Pasien selesai pengobatandan tidak perlu dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lain

Tindak lanjut pasien pulang


Untuk pasien yang selesai pengobatan dan tanpa
diberikan rujukan maka harus ada instruksi dari pemberi
layanan kesehatan kepada pasien dan keluarga nya waktu
untuk kembali kontrol, dan pemantuan rutin dari keluarga.
Apabila keluhan penyakit nya kembali ada, maka pasien
diharapkan untuk dapat kembali datang ke puskesmas
untuk mendapat pelayanan kesehatan.

6. PELAYANAN RUJUKAN
Rujukan merupakan sistem pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada
pelayanan kesehatan tingkat pertama (fasilitas primer) dapat
dilakukan di puskesmas, klinik, atau dokter, jika memerlukan
pelayanan lanjutan maka dapat dirujuk ke pelayanan kesehatan
tingkat kedua (fasilitas sekunder)

a. RUJUKAN UMUM
Rujukan Pasien umum adalah suatu proses pengiriman
pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

b. RUJUKAN BPJS
Rujukan pasien BPJS adalah suatu proses pengiriman
pasien BPJS ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi (FASKES tingkat II atau FASKES tingkat III) untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Input data pasien
BPJS melalui aplikasi p-care dan sisrute kemenkes.

Tujunnya agar pasien yang tidak dapat ditangani di


Puskesmas, mendapatkan penanganan yang lebih lanjut dari
fasilitas yang lebih tinggi.

c. RUJUK BALIK FKRTL


Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi
stabil dan masih memerlukan pengobatan jangka panjang

11
1
yang dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama (Puskesmas /
dokter) atas rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis

Kriteria rujukan pasien meliputi :


1. Petugas mengidentifikasi masalah Kesehatan yang terjadi
pada pasien
2. Petugas mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi
pada pasien,
3. Petugas memberikan informasi kepada pasien mengenai
kondisi kesehatan yang dialami pasien,
4. Petugas menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang
dihadapi pasien tidak mampu ditangani di Puskesmas,
5. Petugas menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi/mampu
mengatasi masalah pasien,
6. Petugas melengkapi Informed Consent,
7. Petugas menyiapkan dan mengisi data untuk surat rujukan
pada SIMPUS/ P-Care,
8. Petugas mendokumentasikan kegiatan.

7. PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS


a. Pelayanan di bagian rekam medis harus selalu berorientasi
kepada mutu dan keselamatan pasien.
b. Semua petugas rekam medis unit wajib berpendidikan Diploma
3 Rekam Medis dan memiliki izin kompetensi sesuai dengan
ketentuanyang berlaku.
c. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas Rekam Medis
wajib mematuhi Ketentuan dalam K3 (keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
d. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, etiket,
dan menghormati hak pasien.
e. Untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan rekam medis
perlu dilakukan rapat rutin Rekam Medis setiap bulan saat
Lokakarya Mini Bulanan.
f. Setiap pasien yang mendapatkan pelayanan Kesehatan wajib
dibuatkan rekam medis.
g. Setiap pasien yang mendapatkan pelayanan Kesehatan wajib
dibuatkan identifikasi selengkap mungkin dan pencatatan
nama disesuaikan dengan bukti diri yang sah seperti KTP.
h. Melakukan proses identifikasi pasien dengan benar dan

11
2
lengkap.
i. Pemberian satu (1) nomor rekam medis untuk selamanya bagi
setiap pasien baru.

j. Mengupayakan pencapaian pengisian informed consent


untuk pasien dilakukan tindakan 100% terisi lengkap.
k. Mengupayakan pencapaian Kelengkapan
pengisian Catatan medis (KLPCM) 100% lengkap.
l. Mengupayakan pengisian Formulir General Consent 100%
terisi lengkap sesuai dengan standar akreditasi.
m. Perlu dilakukannya evaluasi Kelengkapan Pengisian Catatan
Medis (KLPCM) melaporkannya kepada Ketua Pokja UKP untuk
setiap dokumen Rekam Medis yang telah digunakan untuk
pelayanan.
n. Distribusi Rekam Medis wajib menggunakan E-Puskesmas di
Puskesmas Pabuaran Indah.
o. Melakukan kegiatan retensi terhadap Rekam Medis setiap
tahun secara periodik guna memisahkan Rekam Medis aktif
dan in aktif.
p. Melakukan pemusnahan Rekam Medis in aktif yang sudah
tersimpan di dalam rak penyimpanan dengan masa
penyimpanan lebih dari 5 (lima) tahun.
q. Pemberian Informasi Hak dan Kewajiban pasien dan Pelayanan
yang ada di Puskesmas Pabuaran Indah terhadap pasien baru.
r. Pemberian informed consent terhadap setiap pasien sebelum
dilakukan tindakan medis.
s. Perubahan terhadap isi dokumen Rekam Medis yang
didasarkan atas kebutuhan terkini.
t. Rekam Medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh
dokter atau dokter gigi dan Kepala Puskesmas.
u. Pelepasan informasi pasien hanya bisa diberikan kepada:
1) Pasien sendiri.
2) Keluarga pasien dengan membawa surat kuasa bermatrai
yang ditanda tangani pasien.
3) Kuasa hukum pasien membawa surat kuasa bermatrai
yang ditanda tangani pasien.
4) Pihak berwajib dengan menunjukkan surat tugas dari
atasan dan mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas
Pabuaran Indah.
v. Untuk menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan dan
penyalahgunaan Rekam Medis setiap peminjaman rekam medis
wajib melalui petugas rekam medis dan mengisi buku

11
3
ekspedisi.
w. Peminjaman Dokumen Rekam Medis hanya diperuntukan
sebagai:
1) Penelitian tentang suatu Kesehatan pasien (oleh dokter)
Puskesmas Pabuaran Indah
2) Hukum (membawa bukti dari pengadilan dan mendapat
izin tertulis dari Kepala Puskesmas Pabuaran Indah).
3) Pendidikan (mendapat izin tertulis dari Kepala

x. Setiap petugas Rekam Medis wajib simpan rahasia pasien:


1) Data sosial pasien
2) Diagnosa penyakit dan tindakan medis yang dilakukan
terhadap pasien.
y. Rekam medis melakukan penyimpanan Rekam Medis Rawat
jalan pada E-Puskesmas
z. Data Rekam Medis yang disimpan adalah data yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan. Data rekam medis yang sudah
tertulis tidak boleh diubah oleh siapapun dan kepentingan
apapun.

aa.Puskesmas menentukan akses terhadap Rekam Medis pasien


adalah:

1) Kepala Puskesmas Pabuaran Indah.


2) Dokter
3) Perawat
4) Bidan
5) Petugas Rekam Medis
6) Petugas Farmasi

bb. Puskesmas memakai format pengisian DRM yang sudah


ditetapkan oleh dinas kesehatan sbb:

1) Format rekam medis yang di pakai adalah format yang


telah ditetapkan oleh pihak ketiga (PT Infokes Indonesia).
2) Pengisian formulir rekam medis sesuai dengan petunjuk
teknis pengisian Rekam Medis.

11
4
PELAYANAN LABORATORIUM

1. Tersedianya jenis-jenis pemeriksaan laboratorium dan petugas


yang kompeten sesuai kebutuhan dan jam buka layanan.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam
bentuk darah, sputum, urin dan cairan tubuh lainnya dengan
tujuan untuk menentukan diagnosis atau membantu
menegakkan diagnosis penyakit. yang sedang

3. Jenis-jenis pemeriksaan Laboratorium yang tersedia di UPTD


Puskesmas Pabuaran Indah adalah:

No Jenis Pemeriksaan Metode Tarif

HEMATOLOGI

1 Hemoglobin Impedance Rp. 6.500

2 Hitung Jumlah Lekosit Impedance Rp. 6.500

3 Hematokrit Impedance Rp. 6.500

4 Hitung Jumlah Trombosit Impedance Rp. 6.500

5 Hitung Jenis Leukosit Impedance Rp. 6.500

6 HItung Jumlah Eritrosit Impedance Rp. 6.500

7 Laju Endap Darah (LED) Westergren Rp. 9.000

KIMIA KLINIK

8 Glukosa Kimia Analyzer Rp. 15.000

9 Kolesterol Total Kimia Analyzer Rp. 18.000

10 Asam Urat Kimia Analyzer Rp. 20.000

11 HDL Kolesterol Kimia Analyzer Rp. 18.000

12 LDL Kolesterol Kimia Analyzer Rp. 18.000

13 Trigliserida Kimia Analyzer Rp. 18.000

14 Ureum Kimia Analyzer Rp. 18.000

15 Kreatinin Kimia Analyzer Rp. 18.000

16 SGOT Kimia Analyzer Rp. 18.000

17 SGPT Kimia Analyzer Rp. 18.000

11
5
MIKROBIOLOGI

Sputum BTA Mikroskopis Gratis

Sekret Uretra/Vagina (IMS) Mikroskopis Gratis

IMUNOSEROLOGI

Tes Kehamilan Rapid Rp. 15.000

Golongan Darah dan Rhesus Aglutinasi Rp. 15.000

Widal 4 paket Aglutinasi Rp. 31.000

NS1, IgG/M Rapid Gratis

TPHA/Syphilis Rapid Gratis

Anti HIV (VCT) Rapid Gratis

HBs Ag Rapid Gratis

URINALISA

23 Urin rutin 2 parameter Carik Celup Rp. 15.000

24 Urin lengkap 10 parameter Carik celup Rp. 20.000

4. Hasil pemeriksaan harus diinterpretasikan oleh petugas yang


terlatih
5. Pemeriksaan Laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan
harus dipandu dengan prosedur mulai dari permintaan
pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan
penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan
hasil
6. Petugas melakukan pemantauan berkala terhadap pelaksanaan
prosedur
7. Petugas Laboratorium wajib menggunakan APD dalam
melaksanakan prosedur pemeriksaan laboratorium yang
berisiko tinggi untuk kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas
8. Petugas pemeriksa laboratorium memantau penggunaan APD
9. Bahan-bahan berbahaya dan beracun harus disimpan secara
aman menurut ketentuan yang berlaku
10. Limbah hasil pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai
limbah infeksius
11. Reagensia harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
disediakan

11
6
12. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan
pada tempat dan suhu sesuai dengan ketentuan yang berlaku
13. Ketersediaan reagen wajib dievaluasi paling lambat setiap bulan
sekali
14. Hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan

11
7
WAKTU SELESAI HASIL

PEMERIKSAAN (WSHP)

LABORATORIUM UPTD

PUSKESMAS PABUARAN INDAH

No Jenis Spesimen Pemeriksaa Estimasi Waktu


n
1 Darah 1. Hb,HT, Lekosit, Trombosit 45 Menit

2. LED 60 Menit

3. Golongan Darah 15 Menit

4. Widal 60 Menit

5. Gula Darah 30 Menit

6. Asam Urat 30 Menit

7. Cholesterol Total 30 Menit

8. HDL Kolesterol 45 Menit

9. LDL Kolesterol 45 Menit

10. Trigliserid 45 Menit

11. Ureum 45 Menit

12. Kreatinin 45 Menit

13. SGOT 45 Menit

14. SGPT 45 Menit

15. HIV 30 Menit

16. HBs Ag 30 Menit

17. TPHA.Syphilis 45 Menit

2 Urin 1. Tes Kehamilan 30 Menit

2. Urine Rutin 15 Menit

3. Urin Lengkap 1 Jam

3 Sputum BTA 1 Hari

4 Sekret Diplokokus/ GO 1 Jam


Uretra/Vagina

11
8
15. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai
normal

Pemeriksaan Nilai Rujukan Pemeriksaan Nilai Rujukan

Hemoglobin L: 13-16 g/dL Salmonella Typhi O Negatif


P: 12-14 g/dL

Jumlah Lekosit 5-10 rb/µL S. Paratyphi AO Negatif

Laju Endap Darah L: < 10 Salmonella Typhi H Negatif


mm/jam P: <
15 mm/jam

Jumlah trombosit 150-400 rb/µL S. Paratyphi AH Negatif

Golongan Darah Aglutinasi Urin Rutin

Gula Darah Puasa 70-110 mg/dL Warna Kuning Muda

Gula 2 jam pp < 140 mg/dL Kekeruhan Jernih

Gula Sewaktu < 150 mg/dL Berat Jenis 1,003-1,030

Total Cholesterol < 200 mg/dL pH 5,7-7,0

Asam Urat L: 3,4-7,0 mg/dL Protein Negatif


P: 2,4-5,7 mg/dL

NS1 Negatif Reduksi Negatif

Anti Dengue IgG/M Negatif Lekosit Negatif

Anti HIV Non Reaktif Nitrit Negatif

HBs Ag Negatif Blood Negatif

TPHA/Syphilis Negatif Keton Negatif

Sputum BTA Negatif Bilirubin Negatif

Sekret Uretra Negatif Urobilinogen Negatif

Sekret Vagina Negatif Tes Kehamilan

11
9
16. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera
kepada tenaga kesehatan yang meminta, dengan acuan nilai ambang
kritis sebagai berikut:

NILAI AMBANG KRITIS


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PUSKESMAS

LIMIT LIMIT
N PARAMETER SATUAN
O RENDAH TINGGI

1 Hemoglobin < 7.0 20.0 g/dL

2 Trombosit < 50 600 10³/ mm³

3 Lekosit < 2000 20000 10³/ mm³

4 Gula darah < 60 > 400 mg/dl

17. Harus dilakukan pemantauan terhadap pelaporan hasil


pemeriksaan cito/ urgen dan kritis

18. Pengendalian Mutu Laboratorium

a. Peralatan yang rusak dilaporkan oleh penanggung jawab


ruangan kepada penanggung jawab inventaris barang untuk
dapat diperbaiki
b. Petugas laboratorium membuat prosedur dan melakukan
pengendalian mutu pelayanan laboratorium. Pengendalian
mutu laboratorium sebagaimana dalam keputusan ini meliputi:
1) Kalibrasi alat laboratorium diadakan setahun sekali
2) Cross check pada pemeriksaan BTA tiap triwulan
c. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan
pemantauan mutu internal dan pemantauan mutu eksternal
d. Salah satu upaya untuk mencapai PME dan PMI laboratorium
adalah dengan membuat alur pasien, prosedur pengambilan
spesimen serta mengirimkan petugas laboratorium untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan laboratorium
e. Pemantapan mutu eksternal internal laboratorium menjadi
tanggung jawab Kepala Puskesmas, penanggung jawab
laboratorium,, penanggung jawab layanan klinik, dan semua
staf puskesmas
19. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus
disusun dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari program

22
0
peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien

20. Risiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasi dan


ditindaklanjuti

9. PELAYANAN FARMASI

Manajemen farmasi adalah suatu kegiatan pengelolaan obat


mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
dan pendistribusian. Manajemen farmasi merupakan salah satu
manajeman penunjang pelayanan klinis farmasi yang ada di
puskesmas, Sehingga pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat
terpenuhi.

Yang termasuk manajemen penunjang pelayanan klinis farmasi


di puskesmas meliputi :

1. Penilaian, Pengendalian, Penyediaan, dan Pengendalian Obat


1) Penilaian adalah kegiatan Perencanaan kebutuhan obat dan
BMHP (Barang Medis Habis Pakai) untuk menentukan jenis
dan jumlah obat atau BMHP dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas
2) Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk mengendalikan
persediaan obat agar tidak terjadi kekosongan persediaan
obat dan BMHP.
3) Penyediaan adalah suatu kegiatan pengadaan untuk
memenuhi kebutuhan obat dan BMHP. Penyediaan obat di
puskesmas dilakukan selama 3 bulan sekali (Droping
Obat) dan satu bulan sekali untuk permintaan diluar
dropping. Permintaan Dropping 3 bulan sekali dilakukan
pada bulan September, Desember, Maret dan Juni.
Permintaan dropping dihitung dari pemakaian rata- rata 1
bulan dikalikan 4 bulan, 1 bulan sebagai buffer stok dan
permintaan program. Permintaan di luar dropping dilakukan
apabila permintaan obat di waktu Dropping tidak terpenuhi
dan adanya permintaan kebutuhan program
4) Penggunaan obat adalah pelayanan distribusi obat kepada
pasien dengan resep perorangan maupun untuk tindakan
medis
2. Penyediaan dan Penggunaan obat
1) Penyediaan obat adalah suatu kegiatan pengadaan untuk
memenuhi kebutuhan obat dan BMHP. Penyediaan obat
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) melalui droping dari
Dinas Kesehatan Kota Bogor dilakukan setiap 3 bulan
22
1
sekali menggunakan Laporan Pemakaian dan Laporan
Permintaan Obat (LPLPO). Adapun jika terjadi kekurangan
atau permintaan program obat dan BMHP di tengah-tengah
triwulan atau sebelum jadwal droping maka permintaan
dilakukan pada saat menyerahkan laporan bulanan, dengan
mencantumkan jumlah permintaan obat/BMHP pada
LPLPO. Apabila permintaan kepada Dinas
Kesehatan tidak terpenuhi maka Puskesmas
menyediakan dengan cara pembelian menggunakan dana
JKN.

2) Penggunaan obat adalah pelayanan distribusi obat kepada


pasien dengan resep perorangan maupun untuk tindakan
medis. Pelayanan distribusi obat kepada pasien dilakukan
dengan melayani resep yang dibawa pasien ke unit pelayanan
famasi, Pelayanan distribusi untuk tindakan medis dilakukan
petugas kesehatan dengan permintaan melalui buku sub unit
pada masing- masing unit pelayanan
3. Penyediaan Obat Yang Menjamin Ketersediaan Obat
Proses kegiatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat
di Puskesmas agar tercapai pengobatan yang efesien, efektif, dan
rasional. Proses pemenuhan ketersediaan ini dilakukan melalui
permintaan Dinas Kesehatan melalui Laporan Pemakaian Dan
Laporan Permintaan Obat (LPLO) yang setiap bulan diserahkan
ke DINKES ataupun pembelian dengan menggunakan dana
kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

4. Formularium Puskesmas adalah Daftar obat dan Bahan Medis


Habis Pakai (BMHP) yang tersedia di puskesmas , yang di buat
oleh tim penyusun Formularium Puskesmas untuk memenuhi
Pelayanan farmasi di Puskesmas.

Daftar Tim Penyusun Formularium Puskesmas :

1. Penanggung Jawab : dr. Lilysiana Dewi Hoetomo

2. Ketua : dr. Tanty Mesieni, MPsiT

3. Sekretaris : Siti Rohmah,S.Farm., Apt

4. Anggota : dr.

Paramita

22
2
dr.

Emillia

drg. Imelda Marini

Gultom, MKes Yvonne

Theresia Meilan Marbun

5. Evaluasi Hasil Ketersediaan Obat Terhadap Formularium


Evaluasi Ketersediaan Obat Terhadap Formularium adalah
prosedur untuk menilai tingkat ketersediaan Obat terhadap
formularium telah tercapai. Evaluasi ketersediaan obat dilakukan
setiap 1 bulan sekali dengan melihat laporan penerimaan dan
Lembar Permintaan obat (LPLPO), Apabila terdapat stok barang
awal maupun stok barang akhir yang kosong tandai angka 0,
apabila stok barang ada ditandai 1. Pelaporan evaluasi
ketersediaan dilakukan 1 bulan sekali

6. Evaluasi Kesesuaian Peresepan dengan Formularium


Evaluasi Kesesuaian Peresepan dengan Formularium adalah
Serangkaian proses untuk menghitung prosentase kesesuaian
resep dengan formularium. Kesesuaian resep dalam Formularium
dihitung dengan melihat pemakaian resep setiap hari. Jika dalam
1 resep ada 1 jenis obat yang tidak sesuai dalam formularium
maka dianggap tidak memenuhi kesesuaian resep terhadap
formularium. Persentase Laporan Evaluasi peresepan terhadap
formularium dilakukan setiap 1 bulan sekali

7. Pelatihan Petugas yang diberi kewenangan menyediakan resep


tetapi belum sesuai syarat
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan
melaksanakan penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka
petugas tersebut harus mengikuti pelatihan ketrampilan
Kefarmasian yang diberikan oleh penanggung jawab pengelola
obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.

Pelatihan yang diberikan meliputi:

1. Cara pengelolaan obat di Puskesmas dan bahan medis habis


pakai
2. Pelayanan resep berupa peracikan obat, penyerahan obat
dan pemberian informasi obat

22
3
8. Peresepan, Pemesanan, dan Pengelolaan Obat
1) Peresepan adalah Permintaan tertulis dari dokter atau petugas
kesehatan yang diberi kewenangan menulis resep kepada unit
pelayanan farmasi tentang terapi obat yang diterima pasien.
2) Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara
dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep
merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar
obat berhasil, resep harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:

1. Tepat diagnosis;
2. Tepat Obat
3. Tepat indikasi ;
4. Tepat aturan pakai;
5. Tepat dosis;
6. Tepat cara pemberian obat;
7. Tepat pasien.
8. Waspada Efek samping

Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam


resep untuk pasien rawat jalan dan rawat inap di UPTD
Puskesmas Pabuaran Indah harus tercantum:

1. Tanggal penulisan resep;


2. Nama penulis resep dan paraf;
3. Nama, Umur, Berat badan, Alamat pasien;
4. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan;
5. Kode pasien Umum, BPJS atau gratis.

3) Pemesanan obat adalah Salah satu kegiatan pengelolaan obat


untuk mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota maupun dengan pembelian menggunakan dana
kapitasi JKN sesuai dengan jumlah dan jenis obat yang sudah
direncanakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat Puskesmas.
Pemesenan Ke Dinas Kesehatan dilakukan dengan menggunakan
Lembar LPLPO dan untuk pembelian menggunakan surat pesanan
4) Pengelolaan adalah kegiatan pelayanan kefarmasian mulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi.

22
4
Perencanaan obat yaitu kegiatan perencanaan kebutuhan obat di
puskesmas dilakukan setiap 1 tahun sekali dengan melihat pola
konsumsi tahun sebelumnya dan rencana permintaan obat program.

Permintaan obat yaitu Permintaan obat ke Dinas Kesehatan


melalui lembar LPLPO yang dikirimkan setiap bulan. Permintaan
dilakukan untuk Dropping obat 3 bulan sekali dan permintaan diluar
Dropping 1 bulan sekali. Permintaan diluar Dropping dilakukan apabila
ada kekosongan obat pada saat dropping, permintaan obat karena
program, permintaan obat karena KLB, permintaan obat karena
lonjakan pemakaian karena kasus. Sumber penyediaan obat di UPTD
Puskesmas Pabuaran Indah berasal dari Dinas Kesehatan Kota Bogor
dan pembelian dengan menggunakan dana JKN. Obat yang
diperkenankan untuk disediakan di UPTD Puskesmas Pabuaran Indah
adalah obat – obat yang tercantum dalam Formularium Puskesmas
yang telah ditetapkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Pabuaran Indah.

Penyimpanan obat yaitu kegiatan menyimpan obat setelah dilakukan


penerimaan. Penyimpanan obat dilakukan di gudang obat puskesmas.
Penyimpanan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan maupun alfabetis.
Dalam penyimpanan juga dilakukan penandaan untuk obat LASA ( Look
alike sound alike

) , obat – obat (High alert) dan penandaan kadaluwarsa obat.


Penandaan Lasa dengan lingkaran kuning dan tulisan lasa, tanda
high alert dengan kotak merah dan tulisan high alert, tanda
kadaluwarsa dengan ditandai pemberian label warna untuk tahun
expire date.

Pendistribusian obat dilakukan untuk melayani permintaan


resep individual yang dibawa pasien dari unit pelayanan maupun
untuk tindakan medis pasien.

Pengendalian obat dilakukan dengan menggunakan kartu stok,


buku atau tanda expire date dan buku defacta.

Pencatatan dan pelaporan dilakukan untuk melihat catatan


pemakaian obat yang digunakan untuk pelaporan permintaaan obat
kedinas kesehatan melalui lembar (LPLPO), selain itu juga dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi

22
5
9. Menjaga Tidak Terjadinya Obat Pemberian Obat Kadaluarsa,
Pelaksanaan FIFO Dan FEFO, Kartu Stok dan Kendali
Obat Kadaluarsa adalah kondisi obat yang konsentrasinya
sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya
sehingga kerja obat sudah tidak optimal. Sistem First Expired
First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang
lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari
obat yang kadaluwarsa kemudian, dan First In First Out (FIFO)
untuk masing- masing obat, artinya obat yang datang pertama
kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang
kemudian.

10. Peresepan, Psikotropika dan Narkotika


Peresepan Psikotropik dan Narkotik adalah suatu Proses
kegiatan yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep
dokter sampai penyerahan obat psikotropik maupun narkotik
pada pasien.

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat


tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter spesialis kepada unit
penunjang obat yang ada Apoteker dan mempunyai legalitas,
dan pemberian obat psikotropika dan tropika dan diinput dalam
SIMPUS, hanya dapat dilakukan apabila :

● Peresepan obat psikotropika dan narkotika hanya boleh


ditulis oleh dokter / dokter gigi, yaitu:
o dr. Lilysiana Dewi Hoetomo
o dr. Paramita
o dr. Emillia
o dr. Tanty Mesieni, MPsiT
o drg. Imelda Marini Gultom
● Resep merupakan resep asli dan ditangani langsung oleh
dokter pemeriksa/pemberi resep
● Jika tidak ditandatangani resep bisa ditolak atau konfirmasi
ke dokter yang menulis resep
● Resep yang ditulis harus jelas, baik jenisnya, jumlahnya
dan cara penggunaannya
● Pada resep terdapat nama pasien dan alamat pasien yang
lengkap
● Resep yang berisi obat psikotropika atau narkotika
dipisahkan dengan resep lain.
11. Penggunaan Obat Yang di bawa sendiri oleh pasien atau
keluarga pasien Penggunaan obat yang dibawa
sendiri oleh pasien/keluarga
adalah
penggunaan obat yang dibawa oleh pasien/keluarga, diluar
resep dokter UPTD Puskesmas Pabuaran Indah.

Tata cara penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh


pasien/keluarga sebagai berikut:

1) Dokter menanyakan kepada pasien tentang obat – obat yang


sedang dikonsumsi oleh pasien sebelum menjalani pengobatan
di Puskesmas
2) Dokter memberitahu Petugas Farmasi tentang obat – obatan
yang sedang dikonsumsi pasien dengan menulis di form obat-
obatan yang dibawa pasien dan menulis resep baru untuk
pasien
3) Dokter memberikan instruksi untuk meneruskan atau
menghentikan obat yang sedang dikonsumsi dengan menulis
diform obat-obatan yang dibawa pasien
4) Petugas Farmasi menerima form obat yang dibawa sendiri oleh
pasien/keluarga dan resep obat baru dari dokter untuk pasien
5) Petugas Farmasi memberikan informasi kepada pasien obat
yang dibawa sendiri untuk diteruskan atau dihentikan
6) Petugas Farmasi memberi aturan pemakaian obat yang
diteruskan maupun obat dalam resep baru dari dokter
7) Semua obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga tercatat
di Rekam Medis pasien oleh dokter

12. Pengawasan Dan Pengendalian Penggunaan Psikotropik Dan


Narkotik
Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat
psikotropika narkotika adalah kegiatan yang dilakukan oleh
Petugas farmasi untuk mengawasi dan mengendalikan
penggunaan obat psikotropika narkotika agar aman dan tidak
disalahgunakan. Pengawasan dan pengendalian penggunaan
psikotropik dan narkotik dilakukan dengan menggunakan kartu
stok dan buku catatan penggunaan obat psikotropik maupun
narkotik.

13. Penyimpanan Obat


Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan penyimpanan
terhadap obat- obatan yang diterima agar aman, terhindar dari
kerusakan baik fisik maupun kimia sehingga mutunya
terjamin.

14. Pemberian Obat Kepada Pasien dan pelabelan


Pemberian obat kepada pasien dan pelabelan adalah
kegiatan penyiapan, peracikan, pemberian etiket dan
pemeriksaan obat untuk siap diberikan kepada pasien

15. Pemberian Informasi Penggunaan Obat


Pemberian informasi obat adalah proses kegiatan
pemberian informasi yang harus dikerjakan agar pasien
memahami cara penggunaan, efek samping dan cara
penyimpanan obat yang diterima

16. Pemberian Informasi Tentang Efek Samping


Kegiatan menyerahkan dan memberikan informasi tentang
efek samping suatu obat agar tidak terjadi efek samping obat
yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan
pada dosis yang dianjurkan.

17. Petunjuk Penyimpanan Obat Dirumah

Penyimpanan obat dirumah adalah suatu kegiatan


penyimpanan terhadap obat-obatan yang diterima oleh pasien
agar aman , terhindar dari kerusakan baik fisik maupun kimia
sehingga mutunya terjamin dan tidak digunakan pengguna
selain pasien

A. Cara menyimpan obat secara umum

1) Jangan melepas etiket pada wadah obat,karena tercantum


nama, cara penggunaan, dan informasi yang penting
lainnya
2) Perhatikan dan ikuti aturan penyimpanan pada kemasan
atau tanyakan pada Apoteker di apotek
3) Letakan obat jauh dari jangkauan anak
4) Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat
5) Jangan menyimpan obat didalam mobil dalam jangka lama
karena suhu tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat
6) Perhatikan tanda - tanda kerusakan obat dalam
penyimpanan. Misal: perubahan warna, bau
peggumpalan,Obat yang telah rusak harus dibuang
walaupun belum kadaluwarsa

B. Cara menyimpan obat khusus

1) Tablet dan kapsul tidak disimpan ditempat panas atau


lembab
2) Obat sirup tidak disimpan dalam lemari pendinginan
3) Obat untuk vagina (ovula) dan anus ( suppositoria) disimpan
dilemari pendingin (bukan pada bagian freezer) agar tidak
meleleh pada suhu ruangan
4) Obat bentuk aerosol/spray tidak disimpan sitempat
bersuhu tinggi, karena dapat meledak
5) Insulin yang belum digunakan disimpan dilemari pendingin.
Setelah digunakan disimpan suhu ruangan
6) Obat yang telah rusak harus dibuang walaupun belum
kadaluwarsa

18. Penanganan Obat Kadaluarsa atau rusak


Obat kadaluwarsa / ED adalah obat yang sudah melewati
tanggal kadaluarsa atau bulan kadaluarsa yang tercantum pada
kemasan, yang menandakan obat tersebut sudah tidak layak
lagi untuk dikonsumsi / digunakan.

Obat rusak adalah obat-obatan yang sudah tidak layak


untuk digunakan lagi karena rusak secara fisik ataupun
berubah bau dan warna.

Tujuan dilaksanakannya penanganan obat kadaluwarsa


atau rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek samping
penggunaan obat kadaluwarsa/rusak.

Adapun dalam menangani obat kadaluwarsa/rusak, maka


menentukan penanganan obat rusak/kedaluwarsa, sebagai
berikut:

1) Obat kadaluwarsa/rusak dipisahkan dari tempat


penyimpanannya dan disimpan di tempat khusus
penyimpanan obat kadaluwarsa/rusak
2) Obat yang kadaluwarsa/rusak dikurangkan dari catatan sisa
stok pada Kartu Stok oleh petugas pengelola obat,
3) Petugas farmasi melaporkan obat kadaluwarsa/rusak kepada
Kepala Puskesmas,
4) Petugas farmasi Puskesmas melaporkan dan mengirimkan
kembali obat kadaluwarsa/rusak kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bogor dengan membuat berita acara serah
terima obat kadaluwarsa/rusak Yang sebelumnya oleh kepala
puskesmas

19. Pelaporan Efek Samping Obat


Pelaporan efek samping obat adalah suatu proses kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
yang tidak di harapkan yang terjadi pada dosis normal yang di
gunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi. Pelaporan efek samping obat dilakukan oleh apoteker
berdasarkan pelaporan dari tenaga kesehatan atau pasien terus
ditulis di buku catatan pelaporan efek samping obat yang
selanjutnya direkap ke dalam laporan bulanan dan dilaporkan
ke Badan POM.

20. Pencatatan, Pemantauan, Pelaporan Efek Samping Obat, KTD


Pengelolaan efek samping obat adalah suatu proses
kegiatan pematauan setiap respon terhadap obat yang merugikan
atau yang tidak di harapkan yang terjadi pada dosis normal yang
di gunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi serta mengelola efek samping obat di Puskesmas.

21. Tindak Lanjut Efek Samping Obat dan KTD


Tindak lanjut Efek samping suatu obat adalah Tindakan
yang dilakukan setelah muncul sesuatu yang tidak diinginkan
untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang
dianjurkan. Petugas Kesehatan menulis kejadian yang tidak
diinginkan di formulir MESO yang ada di unit pelayanan terkait
dan menulis di rekam medis pasien, dan menentukan tidakan
medis terhadap kejadian yang tidak diinginkan. Petugas farmasi
menerima laporan meso, menulis di dalam buku efek samping
Obat dan merekap ungtuk dilaporkan ke Badan POM

22. Identifikasi dan pelaporan kesalahan pemberian Obat dan KNC


Identifikasi dan Pelaporan kesalahan pemberian obat dan
KNC adalah proses utk mengidentifikasi dan pelaporan obat
suatu tindakan yang diambil oleh Petugas Farmasi apabila
petugas dalam memberikan obat kepada pasien tidak sesuai
dengan resep.
23. Penanggung Jawab Tindak Lanjut Pelaporan Identifikasi
Penanggung jawab tindak lanjut pelaporan Identifikasi
adalah suatu tim yang bertugas untuk mengevaluasi dan
menindaklanjuti pelaporan identifikasi kejadian di unit
pelayanan terkait. Struktur organisasi tim tersebut adalah :

24. Penyediaan Obat-obat Emergensi di Unit Pelayanan


Penyediaan Obat-obat Emergensi di Unit Pelayanan adalah
Merupakan kegiatan pemenuhan kebutuhan obat pelayanan
gawat darurat di unit pelayanan puskesmas

DAFTAR OBAT EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN

NO NAMA JUMLA SATUA


. OBAT H N
1 Epineprin injeksi 2 Ampul

2 Dexametason injeksi 2 Ampul

3 Difenhidramin injeksi 2 Ampul

4 Cairan NaCl 2 Botol

5 Infus set 2 Ampul

6 Syringe 3 ml 2 Botol

7 Syringe 5 ml 2 Botol

25. Penyimpanan Obat Emergensi di unit pelayanan


Penyimpanan Obat Emergensi di unit pelayanan adalah
Kegiatan pengamanan terhadap obat emergensi yang diterima
agar aman (tidak hilang). Terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya terjamin

26. Monitoring penyediaan obat emergensi di unit Pelayanan


Monitoring penyediaan obat emergensi di unit Pelayanan
adalah Merupakan kegiatan memonitoring atau memeriksa
persediaan obat emergensi di unit pelayanan.

Kepala Puskesmas Pabuaran Indah


dr. SAPRITA ALIANCE N, MKK
Pembina Utama Muda / IV C
NIP. 197604012007012007

Anda mungkin juga menyukai