Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
tahun 2019 tentang Puskesmas;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2022 Tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat,
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Gigi;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
01.07/MENKES/1936/2022 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
01.07/MENKES/165/2023 tentang Standar Akreditasi
Puskesmas;
14. Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 1
Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan Pada Masa Transisi
Endemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
MEMUTUSKAN
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Bagu
Pada tanggal : 6 Agustus 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS BAGU
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
Lampiran I : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Bagu
Nomor : 076/B/SK/PKM-B/VIII/2023
Tanggal : 6 Agustus 2023
Tentang : Kegiatan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Bagu
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
Lampiran II : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Bagu
Nomor : 076/B/SK/PKM-B/VIII/2023
Tanggal : 6 Agustus 2023
Tentang : Kebijakan Penyelenggaraan Layanan Klinis di UPTD Puskesmas Bagu
C. PELAKSANAAN LAYANAN;
1. Pelayanan klinis yang disediakan adalah pelayanan rawat jalan dan
kegawatdaruratan.
2. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis
3. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain
4. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan
5. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam medis
6. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
7. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan
8. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan
9. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindaklanjuti
10. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut
11. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur
pelayanan pasien gawat darurat
12. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi
13. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal)
14. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
15. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang jelas
16. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
17. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak
lanjuti
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
18. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu
19. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya
20. Pasien berhak untuk menolak pengobatan
21. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain
22. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
23. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi
tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan
tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut
24. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku
25. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten
26. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan informed
consent
27. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan
28. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai dengan
rencana layanan
D. PELAYANAN KEGAWATDARURATAN
1. Pelayanan kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien
gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan
kecacatan.
2. Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera oleh petugas yang
profesional dan kompeten sebagai prioritas pelayanan.
3. Pasien diprioritaskan atas dasar kegawatdaruratan sebagai tahap triase sesuai
dengan pedoman dan prosedur yang ditetapkan.
4. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada pedoman
tatalaksana triase sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
5. Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan penentuan atau
penyeleksian pasien yang harus didahulukan untuk mendapatkan penanganan
segera yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang lain,
mendapat pelayanan diagnostik sesegera mungkin dan diberikan perawatan sesuai
dengan kebutuhan.
6. Pelayanan kegawatdaruratan harus memenuhi kriteria kegawatdaruratan sebagai
berikut :
a. mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;
b. adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi;
c. adanya penurunan kesadaran;
d. adanya gangguan hemodinamik; dan/atau
e. memerlukan tindakan segera.
7. Pasien gawat darurat yang perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjut (FKRTL), diperiksa dan dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sesuai
kemampuan Puskesmas dan dipastikan dapat diterima di FKRTL dengan
menghubungi FKRTL tersebut sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
8. Penanggung jawab pelayanan kegawatdaruratan adalah Dokter yang ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas
9. Dokter penanggungjawab pelayanan kegawatdaruratan memiliki kewenangan
untuk menetapkan kondisi pasien memenuhi kriteria kegawatdaruratan
10. Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera,
termasuk melakukan deteksi dini tanda-tanda dan gejala penyakit menular
misalnya infeksi melalui udara (airborne).
E. TERAPI GIZI
1. Hasil kajian awal klinis dianalisis oleh petugas kesehatan dan/atau tim
kesehatan antar profesi yang profesional dan kompeten untuk digunakan
dalam menyusun keputusan layanan klinis.
2. Disusun rencana asuhan gizi berdasarkan kajian kebutuhan gizi pada pasien
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien.
3. Makanan perlu disediakan secara regular, sesuai dengan rencana asuhan,
umur, budaya, dan bila dimungkinkan pilihan menu. Pasien berperan serta
dalam perencanaan dan seleksi makanan.
4. Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai dengan standar Angka
Kecukupan Gizi.
5. Terapi gizi kepada pasien dengan risiko gangguan gizi diberikan secara
reguler sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan hasil penilaian status
gizi dan kebutuhan pasien sesuai PAGT, yang tercantum dalam Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas.
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
6. Bila keluarga pasien atau pihak lain menyediakan makanan pasien, mereka
diberikan edukasi tentang makanan yang dilarang/kontra indikasi dengan
kebutuhan dan rencana pelayanan, termasuk informasi tentang interaksi
obat dengan makanan.
7. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara yang baku untuk
mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
8. Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai jadwal dan pemesanan
dan didokumentasikan.
9. Pasien dan/atau keluarga diberi edukasi tentang pembatasan diit pasien dan
keamanan/kebersihan makanan, bila keluarga ikut menyediakan makanan
bagi pasien.
10. Proses kolaboratif digunakan untuk merencanakan, memberikan dan
memantau terapi gizi
11. Respons pasien terhadap terapi gizi dipantau dan dicatat dalam rekam
medisnya.
12. Terapi gizi pada pasien rawat inap harus dicatat dan didokumentasikan di
dalam rekam medis dengan baik.
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
G. RUJUKAN
1. Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampumenyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien baik ke fasiltas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL),
Puskesmas lain, home care maupun paliatif.
2. Pasien yang akan dirujuk perlu dilakukan stabilisasi sesuai dengan standar
rujukan.
3. Informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar rujukan yang
meliputi kondisi klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan yang telah dilakukan
dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
4. Pasien/keluarga pasien memperoleh informasi rujukan meliputi alasan rujukan,
fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya jika
ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas mana yag dipilih, serta
kapan rujukan harus dilakukan.
5. Pasien/keluarga pasien memberikan persetujuan untuk dilakukan rujukan
berdasarkan kebutuhan pasien dan kriteria rujukan untuk menjamin
kelangsungan layanan ke fasilitas kesehatan yang lain.
6. Kriteria rujukan ditetapkan untuk menentukan keputusan pasien
dirujuk.Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien meliputi kebutuhan
transportasi, petugas kompeten yang mendampingi, sarana medis dan keluarga
yang menemani termasuk pilihan fasilitas kesehatan rujukan selama proses
rujukan
7. Pada proses rujukan, petugas harus melakukan komunikasi (SBAR) terlebih
dahulu dengan penerima rujukan (FKRTL) untuk memastikan kemampuan dan
ketersediaan pelayanan, serta memastikan bahwa penerima rujukan dapat
menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat dengan menggunakan
aplikasi sistem rujukan terintegrasi (Sisrute).
8. Selama proses rujukan petugas yang kompeten harus memantau kondisi pasien,
dan fasilitas kesehatan penerima rujukan diberi resume tertulis mengenai kondisi
pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
9. Dilakukan serah terima pasien di tempat rujukan, dan petugas yang
mendampingi pasien memberikan informasi secara lengkap tentang kondisi
pasien kepada petugas penerima rujukan.
10. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pasien yang dirujuk balik dari
FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan
dicatat dalam rekam medis.
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
11. Dokter/dokter gigi penanggungjawab pelayanan melakukan kajian ulang kondisi
medis sebelum menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
12. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi umpan balik rujukan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
13. Dilakukan monitoring dan dokumentasi proses pelaksanaan rujuk balik di dalam
rekam medis.
Dokumen ini ditandatangani secara elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan BSrE
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau Hasil
Cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”