Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA
Jl. Pekapuran Raya Gg. Istiqomah RT. 23 N0. 63 Banjarmasin
Kode Pos 70234 Email :puskesmaspekapuranraya@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA


NOMOR 005 TAHUN 2022

TENTANG

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS


PEKAPURAN RAYA
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA
NOMOR 041 TAHUN 2020
TENTANG KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS
PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan klinis yang


terdiri dari proses pengkajian, rencana dan
pelaksanaan layanan klinis pemulangan dan
rujukan pasien dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan pasien;

b. bahwa Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah


dinyatakan oleh WHO sebagai global pandemic dan
di Indonesia dinyatakan sebagai jenis penyakit yang
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat
serta bencana nonalam, yang tidak hanya
menyebabkan kematian tapi juga menimbulkan
kerugian ekonomi yang cukup besar, sehingga perlu
dilakukan upaya penanggulangan termasuk
pencegahan dan pengendaliannya;

c. bahwa sehubungan dengan butir (a) dan (b) tersebut


diatas maka perlu menetapkan Keputusan Kepala
Puskesmas Pekapuran Raya Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Klinis ;

Mengingat : 1. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2014 No 298, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5607 );
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi ;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan ;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan ;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019, Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 ( COVID-19 );
12. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 Tahun 2020
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virs
Disease 2019 ( COVID-19 ) ;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA


TENTANG KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KLINIS PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA NOMOR 041 TAHUN
2020 TENTANG KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KLINIS.
KESATU : Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Klinis Puskesmas
Pekapuran Raya sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
Keputusan Kepala Puskesmas Pekapuran Raya ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan

Ditetapkan di Banjarmasin
Pada Tanggal : 07 Januari 2022

KEPALA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA,

dr. Hj. Widi Utami, M.M.


Pembina /IV a
NIP. 19701028 200003 2007
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : 005 TAHUN 2022
TENTANG : KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA NOMOR
041 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS

A. PENGKAJIAN, RENCANA DAN KEPUTUSAN LAYANAN, PELAKSANAAN


LAYANAN KLINIS
1. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian
obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk dijamin
kesinambungannya
2. Pelayanan mulai dari pendaftaran sampai dengan pasien pulang atau
dirujuk dilaksanakan dengan memperhatikan hak kewajiban pasien dan
petugas pemberi layanan klinis
3. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang tahapan
pelayanan klinis yang akan dimulai dari proses kajian sampai
pemulangan atau rujukan pasien
4. Pelayanan dimulai dengan kegiatan skrining kepada setiap pengunjung
yang meliputi pemeriksaan suhu tubuh dan wawancara singkat dengan
tujuan memisahkan pasien dengan gejala infeksi saluran pernafasan akut
dan pasien tanpa gejala infeksi saluran pernafasan akut
5. Alur pelayanan rawat jalan dibedakan menjadi alur pasien dengan gejala
infeksi saluran pernafasan akut dan pasien tanpa gejala infeksi saluran
pernafasan akut
6. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayanan
7. Pelayanan gawat darurat menerapkan kewaspadaan tinggi sesuai standar
pelayanan yang berlaku dengan memperketat proses triase dan
memperhatikan prinsip PPI
8. Pengunjung puskesmas diedukasi untuk menerapkan protocol kesehatan
9. Petugas wajib menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan resiko
tranmisi yang mungkin terjadi dari jenis layanan / kegiatan yang
dilaksanakan
10. Ruang tunggu dibatasi kapasitasnya dengan mengatur jumlah pengantar
dan menyediakan ruang tunggu di halaman Puskesmas bagi pengunjung
yang belum mendapat giliran masuk ke dalam gedung Puskesmas
11. Tata laksana kasus mengacu pada standar operasional pelayanan dengan
menerapkan prinsip triase dan PPI
12. Pembatasan pelayanan gigi dan mulut dimana pelayanan yang dapat
diberikan meliputi pelayanan pada keadaan darurat dan pelayanan lain
yang tidak memiliki resiko tinggi dengan menerapkan kewaspadaan tinggi
sesuai standar pelayanan
13. Surat keterangan sehat dapat dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan
kondisi pasien secara umum pada saat pemeriksaan dilakukan
14. Surat keterangan bebas COVID-19 tidak dapat dikeluarkan mengingat
adanya orang yang terinfeksi COVID-19 tapi tidak bergejala
15. Pelayanan dapat dilakukan dengan cara kunjungan langsung atau melalui
sistem informasi dan telekomunikasi dengan tetap memperhatikan prinsip
PPI, penggunaan APD sesuai resiko paparan
16. Pelaksana pelayanan Kesehatan perseorangan di luar gedung yang
berkaitan dengan proses tracking dan isolasi maupun karantina kontak
erat pasien Covid -19 dilaksanakan oleh petugas Kesehatan Puskesmas,
yang dapat juga melibatkan lintas sektor atau bersama satgas
kecamatan/desa/kelurahan/RT/ RW yang sudah dibentuk dengan
tupoksi yang jelas
17. Pelaksanaan kajian sampai pemberian terapi/ rujukan dilakukan dengan
sistematis, terencana didokumentasikan dalam rekam medis untuk
mencegah terjadinya pengulangan yang tidak perlu pada pemeriksaan
penunjang atau pemberian terapi
18. Petugas pemberi layanan klinis wajib memberitahukan kepada dokter
apabila ada pemeriksaan penunjang, tindakan dan pengobatan yang
terjadi pengulangan dan segera di evaluasi
19. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi
20. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana
layanan dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif dalam tim
layanan terpadu
21. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan
peralatan dan tempat yang memadai
22. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan
petugas layanan klinis
23. Kajian awal dan perencanaan asuhan dan pelaksanaan layanan dilakukan
secara paripurna oleh tenaga yang kompeten dan memiliki kerwenangan
sesuai peraturan yang berlaku
24. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan
dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan
25. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan
yang baku
26. Koordinasi dan komunikasi antar petugas layanan klinis dilaksanakan
untuk memberikan informasi kajian dan pelaksanaan layanan yang
komprehensif
27. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi secara runtut dan dicatat dalam rekam
medis
28. Jika diperlukan pelayanan secara tim, maka wajib dibentuk tim
kesehatan antar profesi termasuk pelaksanaan perawatan kesehatan
masyarakat (home care )
29. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien
30. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien
31. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
memperhatikan efisiensi sumber daya
32. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur klinis
yang dibakukan
33. Pedoman dan prosedur klinis layanan disusun berdasar acuan / referensi
yang dapat dipertanggung jawabkan: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan gizi, pelayanan klinik sanitasi, pelayanan
kefarmasian
34. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus
diinformasikan kepada pasien
35. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
36. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien
37. Pelaksanaan pelayanan dilakukan sesuai rencana layanan
38. Pelaksanaan pelayanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam
rekam medis
39. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam
medis
40. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada
pasien sebelum mendapatkan persetujuan
41. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan
42. Pelaksanaan layanan klinis wajib dilaksanakan secara
berkesinambungan, dimonitor, dievaluasi dan ditindak lanjuti
43. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator
yang jelas
44. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur
pelayanan kasus berisiko tinggi
45. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya
infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan
(kewaspadaan universal)
46. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur
aseptik
47. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan
ditindak lanjuti
48. Pasien berhak untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan
49. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain
50. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan
dipandu oleh prosedur yang baku
51. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari
keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan
tersebut
52. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai
dengan rencana layanan

B. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN


1. Puskesmas melaksanakan rujukan kesehatan perorangan yaitu rujukan
kasus yang berkaitan dengan diagnosis, terapi, tindakan medik berupa
pengiriman pasien, rujukan bahan pemeriksaan spesimen untuk
pemeriksaan laboratorium
2. Puskesmas melaksanakan rujukan horizontal yang dilakukan apabila
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap
3. Puskesmas melaksanakan rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi apabila:
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik
b. Puskesmas tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan
4. Puskesmas melaksanakan rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah apabila:
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
olehtingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan/atau ketenagaan
5. Rujukan pada kasus gawat darurat yaitu rujukan pada keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan
nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
6. Rujukan pada kasus gawat darurat wajib melaksanakan :
a. Pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien
sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan
b. Komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien
gawat darurat
c. Pembuatan surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada
penerima rujukan
7. Pada keadaan belum tersedianya fasilitas atau tempat bagi pasien
rujukan, petugas wajib tetap memberikan perawatan dan menjaga
stabilitas kesehatan pasien hingga memperoleh tempat rujukan
8. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh
penerima rujukan
9. Pemberi pelayanan kesehatan, pasien peserta jaminan, dan penjamin
pembiayaan kesehatan wajib mengikuti jenjang rujukan kecuali di dalam
keadaan darurat, bencana dan kekhususan permasalahan kesehatan
pasien
10. Rujukan dilaksanakan atas persetujuan pasien dan atau keluarga setelah
dilakukan penyampaian informasi sesuai prosedur
11. Pasien mempunyai hak memilih tempat rujukan
12. Petugas pelayanan klinis wajib memberikan alternatif pelayanan jika
pasien tidak mungkin dirujuk
13. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis
14. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang
kompeten sesuai dengan kasus yang di rujuk
15. Rujukan kasus Covid-19 ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKRTL) atau rumah karantina sesuai dengan kasus dan sistem rujukan
yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah kota sesuai peraturan
yang berlaku
16. Transportasi untuk rujukan sesuai dengan kondisi pasien dan
ketersediaan sarana transportasi
17. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter yang
menangani
18. Pemantauan rujukan balik kasus Covid- 19 di laksanakan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten
19. Pemulangan pasien rawat jalan dipandu oleh prosedur yang baku
20. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemulangan/rujukan

Ditetapkan di Banjarmasin
Pada Tanggal : 07 Januari 2022

KEPALA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA,

dr. Hj. Widi Utami, M.M.


Pembina /IV a
NIP. 19701028 200003 2007

Anda mungkin juga menyukai