NOMOR : 005/SK-RSIAHB/I/2023
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN GIZI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HARAPAN BUNDA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Denpasar
Pada Tanggal : 9 Januari 2023
RSIA Harapan Bunda
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya maka Pedoman Pelayanan Gizi dapat diselesaikan dengan baik.
Pedoman Pelayanan Gizi ini dapat menjadi pegangan serta pedoman bagi pelayanan
medic dan keperawatan sehingga pelayanan yang dihasilkan mempunyai mutu, efektifitas,
serta efisiensi sesuai dengan yang diharapkan.
Keberadaan Pedoman Pelayanan Gizi ini sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dengan progam menjaga mutu (Quality Assurance Program ) dan merupakan suatu proses
yang berkesinambungan dan dinamis. Oleh karena itu, kami mengharapkan akan mengalami
perbaikan dan penyempurnaan/ revisi kembali dimasa yang akan datang.
Akhirnya kami harapkan semoga Pedoman Pelayanan Gizi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................... 1
LAMPIRAN
ii
PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi
merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan
ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik.
Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam
keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka
harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang. Resiko kurang gizi akan
muncul secara klinis pada orang sakit yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Pelayanan gizi yang bermutu
dibutuhkan untuk mempertahankan status gizi optimal, sehingga tidak terjadi
masalah kurang gizi dan mempercepat penyembuhan yang berarti pula
memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek dibidang kesehatan,
dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesatuan dari
asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gizi.
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan
adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan salah satu unsur pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang memberikan fasilitas untuk melakukan
pengelolaan makanan, konsultasi dan terapi gizi bagi pasien dan keluarga.
1
Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan gizi meliputi beberapa aspek yang
bertujuan agar pasien mendapat asupan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan selama dirawat di Rumah Sakit.
Aspek yang terkait dalam pelayanan gizi di rumah sakit adalah meliputi:
1. Aspek terapi yang merupakan domain medis
2. Aspek asuhan yang merupakan domain gizi/dietetik-kulinari
3. Aspek rasa yang merupakan domain administrasi
4. Aspek biaya yang merupakan domain adminstrasi
5. Aspek kenikmatan atau kesenangan merupakan domain psikologis
pasien.
Sementara kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari:
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
2. Penyelenggaraan Makanan
Pedoman pelayanan gizi yang dituangkan dalam buku ini diharapkan dapat
menjadi pegangan atau acuan di lingkungan RSIA Harapan Bunda untuk
melaksanakan kegiatan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan gizi yang paripurna dalam memenuhi kebutuhan
gizi pasien rawat inap sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya kegiatan pelayanan gizi pasien rawat inap
b. Terselenggaranya kegiatan penyelenggaraan makanan
c. Terselenggaranya pengembangan tenaga di Unit Pelayanan Gizi
d. Tersedianya sarana dan prasarana di Unit Pelayanan Gizi
e. Tercapainya peningkatan mutu dalam pelayanan gizi
2
2. Penyelenggaraan Makanan
D. BATASAN OPERASIONAL/DEFINISI
1. Pelayanan Gizi adalah: rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang
dilakukan di institusi kesehatan (rumah sakit) puskesmas dan institusi
kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien/pasien. Pelayanan
gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam
rangka meningkatkan kesehatan klien/pasien.
3. Tim Asuhan Nutrisi adalah: sekelompok petugas rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter spesialis, nutrisionis, dan
perawat dari setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan
gizi.
3
7. Terapi Diet adalah: pelayanan dietetik yang merupakan bagian terapi
gizi.
10. Nutrisionis adalah: seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietik, baik di
masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana lainnya,
berpendidikan dasar Akademi Gizi.
12. Food Model adalah: bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan konseling gizi kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.
4
13. Klien adalah: pengunjung poliklinik rumah sakit dan atau pasien rumah
sakit yang sudah berstatus rawat jalan.
15. Mutu Pelayanan Gizi adalah: suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar memuaskan baik kualitas
dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan
klien/pasien.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda mengacu pada perundang-
undangan sbb:
a. Undang –undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. Undang –undang No. 8 tahun 1999 tentang pertimbangan konsumen
c. Undang –undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan
d. Undang –undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 tahun tentang standar
pelayanan Rumah Sakit
f. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 329/menkes/per/X /1976
tentang produksi dan peredaran makanan
g. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 712/menkes/per/IX /1986
tentang persyaratan kesehatan, kesehatan jasa boga dan Permenkes
No.362/menkes/per/IV/1998
h. Permenkes No.180/menkes/per/VI/1988 tentang bahan tambahan
makanan
i. Permenkes No.180/menkes/per/VI/1985 tentang makanan kadaluarsa
5
j. Keputusan Menkes No. 635/menkes/per/VII/1998 tentang penunjukan
laboratorium dan tata cara pemeriksaan contoh makanan dan spesimen
jasa boga.
k. Peraturan menteri kesehatan No. 986/menkes/per/XI/1992 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Pengertian
Ketenagaan atau sumber daya manusia (SDM) adalah jumlah orang yang
bekerja sama dalam suatu organisasi. SDM merupakan aset yang diperlukan
selain material dan dana dalam suatu organisasi.Ketenagaan merupakan
masalah penting dalam jumlah dan kualifikasi. Standar PGRS ketenagaan
berpatokan untuk setiap 75-100 tempat tidur (TT) diperlukan 3 tenaga
dietisien dan menengah gizi, untuk setiap 5-6 TT dibutuhkan 1 orang juru
masak dan 1 tenaga pembersih.
Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penanggung jawab umum organisasi
unit Pelayanan Gizi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit berdasarkan
ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku dan bertanggung jawab
kepada Kepala Rumah Sakit melalui Kabid Keperawatan. Kepala Unit
Pelayanan Gizi dipimpin oleh dietisien, yaitu tenaga gizi dengan pendidikan
dasar sarjana muda gizi/D3 Gizi/Poltekkes Gizi.
B. Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan ketenagaan di Unit Pelayanan Gizi
2. Mengoptimalisasi pendayagunaan SDM yang efektif dan efisien
6
D. Struktur Organisasi Instalasi Gizi
Struktur Organisasi terlampir
E. Jenis Ketenagaan
Jenis ketenagaan di Instalasi Gizi terdiri dari :
1. Ahli Gizi (dietisien)
2. Tenaga Admnistrasi dan Gudang
3. Tenaga Pengolah
4. Tenaga Penyaji
F. Jenis Pekerjaan
1. Unit Peyelenggaraan Makanan
a. Persiapan bahan makanan:
a. Persiapan bumbu (bumbu kering dan bumbu basah)
b. Persiapan sayuran
c. Persiapan lauk pauk (daging, ikan, ayam, dan telur)
d. Persiapan nabati (tahu, tempe)
b. Persiapan Makanan :
a. Pengolahan makanan Non Diet
b. Pengolahan makanan Diet
c. Pengolahan makanan Ekstra Kelas
d. Pengolahan snack Kue dan Buah
e. Pengolahan makanan lewat pipa
c. Pendistribusian :
a. Pendistribusian makanan pasien
7
c. Penentuan kebutuhan gizi dan jenis diet
d. Penyuluhan dan konsultasi gizi
e. Pencatatan dan pelaporan
f. Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut
b. Pemesanan dan distribusi makanan pasien di ruang rawat inap
a. Pemesanan dan distribusi makanan di ruang VK
3. Adminstrasi
a. Administrasi Gizi
b. Administrasi Gudang
c. Administrasi gizi ruang rawat inap
8
c. Menguasai / mengerti dan berpengalaman masalah gizi
d. Mengerti administrasi umum dan admistrasi rumah sakit
e. Memiliki pengalaman 3 tahun sebagai Penanggung Jawab Unit
Pelayanan Gizi
f. Pengalaman kerja di Unit Pelayanan Gizi minimal 5 tahun
2. Penanggung Jawab
Spesifikasi Penanggung Jawab harus memenuhi kriteria :
a. Profesi dietisien dengan pendidikan dasar D3 Gizi
b. Pendidikan tambahan D4 Gizi
c. Menguasai / mengerti dan berpengalaman masalah gizi
d. Mengerti administrasi umum dan admistrasi rumah sakit
e. Pengalaman kerja di Instalasi Gizi minimal 3 tahun
Penanggung Jawab dapat ditukar/diganti (rotasi) secara bergiliran
berdasarkan pertimbangan tertentu, baik berdasarkan kemampuan
teknis, keterampilan, maupun masa tugas.
3. Pelaksana
Pelaksana adalah petugas gizi yang bertugas sebagai juru masak
(pelaksana pengolah makanan), penyaji, pelaksana administrasi dan
pelaksana gudang.
4. Tenaga Pengolah
Juru masak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai
dari persiapan bahan makanan sampai pendistribusian.
Spesifikasi juru masak harus memenuhi kriteria :
a. Pendidikan dasar SMK Tata Boga
b. Pendidikan SMA sederajat
c. Menguasai /mengerti mengenai masakan, gizi dan standar makanan
Rumah Sakit
5. Administrasi
Spesifikasi tenaga adminstrasi harus memenuhi kriteria :
9
a. Profesi Dietisien/D3 Gizi atau SMU/SMK + kursus komputer
b. Mengerti Administrasi Umum
c. Menguasai /mengerti mengenai masakan, gizi dan Standar
Makanan Rumah Sakit
H. Uraian Tugas
Uraian tugas adalah sejumlah kewajiban pegawai untuk melaksanakan
pekerjaannya. Uraian tugas dipakai untuk proses rekruitmen/seleksi pegawai
dan orientasi pegawai. Gambaran uraian tugas dapat dilihat dalam buku
ketenagaan.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
Untuk menunjang Unit Pelayanan Gizi dapat berjalan dengan optimal, maka
perlu didukung dengan sarana, peralatan yang memadai di unit pengadaan
makanan, unit pelayanan gizi rawat inap, unit pelayanan gizi rawat jalan, unit
pengembangan dan penelitian gizi serta unit kegiatan adminstrasi gizi. Ruang
pengadaan makanan disesuaikan dengan arus kerja penyelenggaraan
makanan, sarana fisik dan bangunan di kerjakan oleh Tim Perencanaan
Renovasi Rumah Sakit yang pelaksanaannya melalui koordinasi dari Arsitek
Rumah Sakit (RS), Kepala RS dan Dietisien Unit Pelayanan Gizi Rumah
Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda.
a. Sarana Fisik dan bangunan dapur Unit Pelayanan Gizi
Syarat letak dapur (Ruang Produksi dan Distribusi Makanan) :
1. Letak Produksi dan makanan mudah dicapai dari semua ruang
perawatan, mudah dicapai kendaraan dari luar tidak dekat dengan
pembuangan sampah/kamar jenazah dan lingkungan yang kurang
memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Tempat Produksi dan Distribusi makanan terhindar dari kebisingan
dan keributan dari luar dan tidak mengganggu ruangan lain
disekitarnya.
3. Tempat Produksi dan Distribusi makanan mendapat udara dan sinar
yang cukup
11
4. Bangunan dan konstruksi ruangan pengadaan harus memenuhi
persyaratan konstruksi :
a) Lantai harus kuat dan mudah dibersihkan
b) Dinding harus mudah dibersihkan dan dapat mementulkan
cahaya yang cukup dan tahan cairan
c) Kabel Instalasi listrik dalam keadaan terbungkus atau tertanam
dalam dinding/lantai
d) Lantai-lantai harus tertutup dilengkapi dengan peredam suara,
cerobong asap
e) Jarak langit-langit dan lantai harus tinggi agar udara panas dapat
bersirkulasi dengan baik
f) Penerangan minimal 200 watt dan ventilasi dapat mengeluarkan
asap, bau makanan, lemak, panas dll
g) Tata ruang di tata dengan baik sesuai dengan fungsinya.
12
Ruang persiapan adalah ruang kegiatan mempersiapkan bahan .
dan bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci,
mengupas, menggiling, memotong, mengiris sebelum bahan
makanan dimasak.
Ruang persiapan bahan makanan dekat dengan ruang
penyimpanan dan ruang pengolahan. Luas tempat penyimpanan
bahan makanan harus cukup menampung bahan, alat, pegawai
yang bekerja dan kereta dorong.
Jenis tempat/ruang persiapan :
a. Ruang persiapan bumbu
b. Ruang persiapan lauk-pauk
c. Ruang persiapan sayuran
d. Ruang persiapan buah
e. Ruang persiapan snack
f. Ruang persiapan dapur susu
d. Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan adalah ruang kegiatan mengolah/ memasak
bahan makanan.
Jenis tempat/ruang pengolahan :
a. Ruang pengolahan nasi
b. Ruang pengolahan lauk-pauk
c. Ruang pengolahan snack
e. Ruang Pendistribusian Makanan
Ruang pendistribusian adalah kegiatan mendistribusian makanan
yang disesuaikan dengan jumlah konsumen, kelas rawat inap,
jumlah porsi diet.
Jenis tempat/ruang distribusi :
a. Ruang pendistribusian makanan sentral.
b. Ruang pendistribusian snack pasien.
f. Tempat Pencucian Alat
Jenis/ruang pencucian alat :
a. Ruang pencucian peralatan dapur.
13
b. Ruang pencucian alat makan.
Syarat tempat pencucian peralatan dapur :
a. Dilengkapi dengan bak yang kuat, mudah dibersihkan.
b. Dilengkapi sarana air bersih
c. Terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan.
d. Tersedianya rak alat.
e. Ada air mengalir.
f. Tersedianya sabun, deterjen dan sikat.
Syarat pencucian alat makan :
a. Dilengkapi dengan bak yang kuat, mudah dibersihkan.
b. Dilengkapi sarana air bersih.
c. Tersedianya rak pengering dan lemari penyimpanan alat
makan bersih.
d. Ada air mengalir.
e. Tersedianya sabun, deterjen dan sikat.
f. Pencucian alat ini dilakukan di dapur pantry/ruang
perawatan.
g. Tempat Penyimpanan Alat
Jenis tempat penyimpanan alat :
a. Tempat penyimpanan peralatan dapur.
b. Tempat penyimpanan peralatan makan.
Syarat tempat penyimpanan alat :
a. Tempat penyimpanan alat harus bersih.
b. Ruang/tempat penyimpanan harus tertutup, terlindung dari
kemungkinan pencemaran serangga, tikus dan hewan
lainnya.
h. Tempat Pembuangan Sampah
Tempat pembuangan sampah cukup untuk menampung sampah
dari Unit Pelayanan Gizi dan terbuat dari bahan yang kuat,
kedap air.
Syarat tempat pembuangan sampah :
a. Tempat pembuangan sampah mempunyai tutup.
14
b. Memakai kantong plastik.
c. Harus dibuang dalam waktu 24 jam.
15
e. Kompor gas.
f. Buku tulis.
3. Fasilitas Ruang Administrasi terdiri dari :
a. Ruang administrasi kantor.
b. Ruang administrasi pengadaan makanan.
c. Ruang administrasi pelayanan gizi rawat inap.
16
c. Pisau.
d. Blender.
e. Wadah plastik.
17
d. Kereta dorong.
1.6 Tempat Pencucian Alat
Pencucian peralatan dapur
a. Meja pencucian dan bak cuci.
b. Sikat.
c. Sabun, deterjen, dll
1.7 Tempat Penyimpanan Alat
Rak penyimpanan alat tertutup dan terbuka.
1.8 Ruang Administrasi Pengadaan Makanan
a. Meja administrasi.
b. Komputer.
c. Alat tulis.
1.9 Ruang Fasilitas Karyawan
a. Ruang istirahat/ruang makan.
b. Lemari baju.
c. Tempat sepatu.
d. Meja makan.
e. Kaca rias.
f. Tempat tidur
18
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
19
Pengertian
Penyusunan anggaran belanja makanan adalah suatu
kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani,
Tujuan
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan
makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai dengan
standar kecukupan gizi.
Prasyarat :
1. Adanya kebijakan rumah sakit
2. Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah
sakit
3. Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4. Tersedianya data standar harga bahan makanan
5. Tersedianya data rata-rata jumlah konsumen/pasien yang
dilayani
6. Tersedianya siklus menu
Langkah – langkah
1. Kumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen
tahun sebelumnya
2. Tetapkan macam dan jumlah konsumen/pasien
3. Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar
dengan melakukan survey pasar, harga rekanan Tahun
sebelumnya kemudian tentukan harga rata-rata bahan
makanan
4. Buat standar kecukupan gizi (standar porsi) kedalam berat
kotor
20
5. Hitung indeks harga makanan perorangan perhari sesuai
dengan konsumen yang mendapat makanan
6. Hitung anggaran belanja makanan setahun untuk masing-
masing pasien perkelas perawatan
7. Buat RBA semua bahan yang diperlukan oleh Instalasi gizi
8. Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada bagian bina
program untuk di gabung dengan unit yang lain, kemudian
diserahkan kebagian keuangan
9. Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur
administrative.
b) Perencanaan Menu
Pengertian :
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang
akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan
kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan :
Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di
rumah sakit (misalnya 10 hari/seminggu sekali)
Prasyarat :
1. Peraturan pemberian makanan rumah sakit
2. Standar porsi dan standar resep
3. Standar bumbu
Dalam perencanaan menu yang harus diperhatikan adalah :
a. Kebutuhan gizi, dengan acuan yang dipakai :
KGA ( Kecukupan gizi yang dianjurkan ) di Indonesia
oleh Direktorat Departemen Kesehatan RI
Buku penuntun Diet, RSCM dan Persagi, Depkes RI
b. Peraturan dan macam rumah sakit
c. Kebiasaan makan
d. Macam dan jumlah orang yang dilayani
e. Peralatan dan perlengkapan dapur
21
f. Macam dan jumlah pegawai
g. Macam dan pelayanan yang diberikan
h. Musim/iklim dan keadaan pasar
i. Keuangan yang tersedia
Langkah-langkah
a. Bentuk Tim
b. Kumpulkan tanggapan-tanggapan menu yang lalu
c. Catat jumlah pemasak, alat dapur yang tersedia
d. Buat rincian dan jumlah konsumen
e. Lihat peraturan pemberian makanan di rumah sakit
f. Tetapkan suatu siklus menu
g. Tetapkan besar porsi untuk setiap hidangan menu
h. Membuat menu khusus hari raya atau hari tertentu
i. Susun menu yang diinginkan
22
Buku-buku resep, majalah yang berisi resep
Pedoman penggunaan Biaya Makan Pasien per kelas
Tujuan :
Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan
untuk pasien dalam satu Tahun anggaran.
Persyaratan :
1. Adanya kebijakan rumah sakit mengenai biaya makan pasien
dan Dinas Jaga 24 jam
2. Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3. Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4. Tersedianya data standar harga bahan makanan
5. Tersedianya siklus menu
6. Tersedianya data jumlah pasien/konsumen yang dilayani
7. Tersedianya standar resep, standar porsi, dan standar bumbu
8. Memperhatikan spesifikasi bahan makanan
9. Memperhatikan hari-hari khusus seperti hari raya
10. Memperhatikan situasi pasar.
23
2. Rekap semua permintaan makanan berdasarkan Kelas
perawatan, tingkat diet dan jenis diet
3. Tentukan standar porsi tiap bahan makanan dan buat berat
kotor
4. Hitung kebutuhan bahan makanan sesuai dengan siklus menu
dan jumlah pasien berdasarkan kelas perawatan
5. Hitung dengan cara :
Jumlah pasien X Berat kotor + 5%
Tujuan :
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau
spesifikasi yang ditetapkan.
Persyaratan :
1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan makanan
2. Adanya perjanjian kerja sama rumah sakit dengan rekanan
3. Adanya peraturan pemberian makanan rumah sakit
4. Tersedianya standar makanan untuk pasien
5. Tersedianya siklus menu
6. Tersedianya data jumlah pasien/konsumen yang dilayani
7. Tersedianya dana
24
2. Untuk bahan makanan segar pesanan dibuat setiap hari dan
untuk bahan makanan kering dibuat 10 hari sekali.
3. Pesanan dibuat rangkap dua, 1 untuk rekanan dan satu lagi
untuk arsip.
4. Rekanan akan mengirim sesuai dengan pesanan.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap diolah
Persyaratan :
1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa
macam dan jumlah yang akan diterima
2) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah
ditetapkan.
3) Bahan makanan sebelum diterima harus diperiksa oleh Tim
Komisi Barang Rumah Sakit
25
3) Bagian gudang instalasi gizi akan menyimpan bahan
makanan kering ke gudang bahan makanan kering
4) Untuk bahan makanan segar disimpan ke gudang segar atau
langsung diserahkan ke bagian pengolahan untuk digunakan.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan.
Persyaratan :
1) Adanya system penyimpanan barang
2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan
makanan segar dan kering sesuai dengan persyaratan
3) Tersedianya buku catatan keluar masuknya bahan
makanan.
Langkah – langkah Penyimpanan Bahan Makanan
1) Bahan makanan yang diterima kemudian disimpan di
gudang bahan makanan kering, untuk bahan makanan
kering, dan dalam refrigerator dan freezer untuk bahan
makanan segar.
2) Apabila bahan makanan yang langsung digunakan
setelah ditimbang dan diawasi oleh bagian
26
penyimpanan bahan makanan setempat dibawa ke
ruang persiapan bahan makanan.
27
10) Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta
bila terjadi pengrusakan oleh binatang pengerat harus
diperbaiki.
28
Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan
bahan makanan berdasarkan permintaan harian
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai dengan pesanan
Persyaratan :
1. Adanya bon permintaan bahan makanan
2. Tersedianya buku catatan keluar masuknya bahan
makanan
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan serta bumbu-bumbu sesuai standar
resep
Prasyarat :
1. Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
2. Tersedianya peralatan persiapan
3. Tersedianya protap persiapan
4. Tersedianya aturan proses-proses persiapan
29
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan :
1. Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan
makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
keempukan dan penampilan makanan
4. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk
tubuh.
Prasyarat :
1. Tersedianya siklus menu
2. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
3. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
4. Tersedianya aturan penilaian
5. Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
30
6. Pemasakan dengan kombinasi : Menumis yaitu
memasak dengan menggunakan sedikit minyak dan
ditambah air.
7. Elektromagnetik : memasak menggunakan oven
microwave.
h) Pendistribusian Makanan
Pengertian :
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan
konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun makanan
khusus).
Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang
berlaku.
Prasyarat :
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit,
menyangkut standar penyediaan energi dan zat gizi
lainnya serta dietetika.
2. Tersedianya standar porsi yang disediakan rumah sakit.
3. Adanya peraturan pengambilan makanan
4. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet
pasien/kebutuhan konsumen
5. Tersedianya peralatan makan
6. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
7. Tersedianya tenaga penyaji makanan
8. Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
31
Makan Pagi : Pukul 07.00 – 08.00
Snack Pagi : Pukul 09.30 – 10.00
Makan Siang : Pukul 11.00 – 12.00
Snack Sore : Pukul 15.00 – 15.30
Makan Sore : Pukul 17.00 – 18.00
32
Masing – masing cara penyaluran tersebut mempunyai
keuntungan dan kelemahan sebagai berikut :
Keuntungan cara Sentralisasi :
1. Tenaga lebih hemat, sehingga lebih menghemat biaya dan
pengawasan.
2. Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti
3. Makanan dapat disampaikan langsung ke pasien dengan
sedikit kemungkian
4. Ruangan pasien terhindar dari keributan
5. Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat
33
Pencatatan laporan dan evaluasi adalah serangkaian kegiatan
pengumpulan, dan pengolahan data kegiatan penyelenggaraan
makanan di Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit dalam jangka
waktu tertentu (harian, mingguan, triwulan/tahunan)
Tujuan :
Untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan
penyelenggaraan makanan di Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit
dan pengambilan keputusan.
34
Konsumen adalah pasien yang dirawat inap yang dirawat di ruang
rawat Rumah sakit Harapan Bunda
4. Kebijakan :
Adanya Tim asuhan Nutrisi : dokter, perawat, dietisien, tenaga
farmasi dll.
Tersedianya dokumen medic
Tersedianya form anamnesia
Tersedianya food recordrsedianya food recall
Tersedianya form analisa bahan makanan
Tersedianya leaflet diet
Tersedianya daftar penukar bahan makanan
Tersedianya form asupan makanan
Tersedianya food model
Tersedianya form pasien baru
Tersedianya form perubahan diet
Tersedianya form permintaan makanan pasien
Tersedianya buku intake makanan pasien
MEKANISME ASUHAN GIZI RUMAH SAKIT
5. Aktivitas Asuhan Gizi
1. Membuat
Diagnosa Masalah
Gizi
2. Menentukan
Kebutuhan Zat
Gizi
Didukung oleh :
Administrasi
5.Evaluasi/peman
Farmasi, dll
tauan Respon
Pasien
35
3.Mempersiapkan
Makanan/gizi
medisinal
4. Pelaksanaan
Pemberian Zat Gizi
Oral/Enternal/Parental
36
Melakukan pengukuran antropometi untuk menentukan dan
mengevaluasi status gizi pasien
Bekerja sama dengan dietisien memantau masalah-masalah
yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien
d. Farmakolog
Memberikan masukan tentang sifat obat, metabolism obat,
interaksi obat dengan obat, interaksi onat dengan makanan
Memberi masukan tentang produk enteral dan parenteral
yang ada di pasaran
Monitoring dan evaluasi tentang cairan parenteral yang
ditetapkan
e. Ahli Patologi Klinis
Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan biokimia yang
dilakukan terhadap pasien
Memberikan masukan tentang jenis pemeriksaan yang perlu
dilakukan, kebijakan, monitoring dan evaluasi terhadap
pemeriksaan biokimia
37
d. Penyuluhan dan konsultasi gizi pasien rawat inap.
e. Pemantauan dan evaluasi.
f. Pencatatan dan pelaporan.
Tujuan :
- Menentukan status gizi pasien
- Mengawasi perubahan status gizi pasien selama
mendapatkan dukungan nutrisi
Prasyarat :
- Tersedianya form anamnesa
- Tersedianya form food recall/ food record
- Tersedianya alat antropometri : mengukur berat
badan, tinggi badan
38
Riwayat Diet
Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan
makan sebelum dirawat yang meliputi asupan gizi, pola makan,
bentuk dan frekuensi makan serta pantangan makan. Asupan zat
gizi diukur dengan menggunakan food model dan selanjutnya
dianalisis zat gizinya dengan menggunakan daftar bahan makanan
penukaran atau nutria survey.
Antropometri
Setiap pasien akan diukur data antropometri berupa tinggi badan,
berat badan, panjang badan, tebal lemak bawah kulit, lingkar
lengan atas dan lain-lain sesuai kebutuhan. Analisis status gizi
dapat menggunakan :
Nilai Standar
< 18,5 Berat badan kurang
18,5-22,9 Normal
>23 Overweight
23-24,9 Preobesitas
25-29,9 Obesitas I
>30 Obesitas II
39
Nilai Standar
<90% Kurus
90-110% Normal
>110% Overweight
>120% Obesitas
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan
lemak subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dan
kesehatan, erta menentukan terapi obat dan diet.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dlakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia untuk mendukung diagnose penyakit serta
menentukan terapi gizi.
40
Pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi
antara lain :
Kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolestrol
total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatine, asam urat,triliserida,
dan feces.
Kebutuhan Energi
Komponen utama yang menentukan kebutuhan energy adalah Angka
Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan
aktivitas fisik. Komponen lain adalah pengarung termis makanan atau
Specific Dynamic Action of Food (SDA). Karena jumlahnya relatif
kecil, komponen SDA dapat diabaikan.
1. Perhitungan Energi
Dengan rumus Harris Benedict :
41
Perhitungan Untuk Anak
Kecukupan Energi Sehari Untuk Bayi dan Anak Menurut Umur
Kecukupan Energi
Golongan Umur
Laki-Laki Perempuan
(Tahun) (kkal/kg BB) (kkal/kg BB)
0-1 110-120 110-120
1-3 100 100
4-6 90 90
6-9 80-90 60-80
10-14 50-70 40-45
14-18 40-50 40
Rumus Yang Lebih Spesifik
Dewasa : KKB + FS + AF + SDA
Anak : KKS = KKB x Faktor Pertumbuhan + FS + AF + SDA
Keterangan :
- KKB (Kebutuhan Kalori basal)
Laki-laki : 27xBB
Perempuan : 25xBB
Anak : 50–60xBB
- Faktor Pertumbuhan Anak : 12%
- Faktor Stres :
Malnutrisi : 0.7
Gagal ginjal kronis, nondialisis :1
42
Hemodialisis :1,1
Bedah efektif tanpa komplikasi : 1.1
Peritonitis : 1.15
Trauma jaringan lunak : 1.15
Patah tulang : 1.3
Infeksi ringan :1
Infeksi sedang :1.2-1.3
Infeksi berat :1.4-1.5
Luka bakar 0-20% BSA : 1-1.5
Luka bakar 20-40% BSA :1.5-1.8
Luka bakar >40% BSA : 1.8-2
Trauma capitis : 1.6
- Aktifitas Fisik :
Tirah baring total 1 : 10%
Tirah baring total 2 : 20%
Ambulasi : 30%
43
Kebutuhan protein normal adalah 10-15% dari kebutuhan
energy total, atau 0,8-1,0 g/kg BB. Kebutuhan energy minimal
untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 0,4-0,5
g/kg BB. Demam, sepsis, oprasi, trauma, dan luka dapat
meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan
kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB.
Tujuan:
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan/diet, psikologis, dan
estetika
- Mengetahui asupan makan selama di rawat
Prasyarat :
1. Adanya tenaga penyaji makanan
2. Adanya alat makan
3. Tersedianya form permintaan makanan
44
4. Tersedianya form pasien baru
5. Tersedianya buku/ formulir asupan makanan
Pengertian :
Konsultasi gizi adalah suatu kegiatan komunikasi dua arah yang
dilakukan dietisien pada pasien rawat inap untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, perilaku, sehingga membantu
pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi di ruang rawat inap.
Tujuan :
Membuat perubahan perilaku pasien dan memberikan gambaran
mengenai :
- Penjelasan mengenai diet (hubungan antara makanan dengan
penyembuhan penyakit)
- Jenis makanan yang dianjurkan/ tidak dianjurkan
- Perencanaan makanan
- Pemakaian daftar penukar makanan
- Menu dan makanan yang sesuai
Prasyarat:
1. Adanya tim asuhan gizi
2. Tersedianya form anamnesa
3. Tersedianya alat ukur antropometri
4. Tersedianya leaflet diet
5. Tersedianya Daftar Penukar Bahan Makanan
6. Tersedianya Food Model
45
7. Tersedianya form analisa bahan makanan
Langkah-langkah :
1. Pengkajian Data :
Pengumpulan data dan evaluasi status gizi
2. Perencanaan :
Mengumpulkan prinsip ilmu tentang makanan dan gizi
3. Implementasi :
Pasien mampu mandiri merencanakan menu, cara
mempersiapkan makanan dan mengkonsumsi makanan yang
sesuai dengan jumlah yang ditetapkan
4. Evaluasi :
Menggambarkan apakah tujuan dan rencana yang disusun dapat
tercapai
Pengertian:
- Pemantauan adalah cara yang dilakukan untuk mengukur status
gizi dan kesehatan pasien sesuai dengan diet yang diberikan
berdasarkan diagnosis dan dampaknya. Pemantauan mencangkup
46
perubahan diet bentuk makanan diet, asupan makanan, toleransi
terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis
hasil laboratorium dll.
- Evaluasi Gizi adalah cara membandingkan secara sistematik
kondisi yang ada saat ini dengan kondisi sebelumnya.
Hasil evaluasi menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan gizi
rawat inap.
- Tindak Lanjut adalah proses perubahan yang dilaksanakan
berdasarkan hasil evaluasi antara lain perubaah diet untuk
mengubah preskripsi diet sesuai kondisi pasien
Tujuan :
Untuk menentukan seberapa jauh rencana diet sudah dibuat dan
tercapai
Pengertian :
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pencatatan
data pelayanan gizi rawat inap dalam jangka waktu tertentu (harian,
mingguan, bulanan, triwulan, dan tahunan) Pencatatan dan pelaporan
meliputi :
- Daftar permintaan makana pasien berdasarkan kelas perawatan
- Intake makanan pasien
- Keluhan pasien
- Penyuluhan dan konsultasi gizi
47
BAB V
LOGISTIK
1. BIAYA MAKANAN
Biaya makanan adalah biaya yang dipakai untuk menghasilkan
makanan yang diperlukan. Biaya ini merupakan variabel
langsung, karena mempunyai hubungan langsung terhadap
pelayanan makanan yang diselenggarakan
2. Tujuan
a. Menyusun anggaran biaya makanan
b. Pengawasan dan pengendalian biaya agar tercapai efisiensi
biaya makanan
3. Biaya Makanan
Biaya makan per orang per hari diperoleh dari biaya kelas
rawat inap. Setiap biaya kelas rawat berbeda sehingga standar
biaya makan per orang per hari disesuaikan dengan kelas rawat
inapnya.
Unsur-unsur biaya dalam penyelenggaraan makanan adalah :
- Biaya bahan makanan
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhead
48
a. Biaya Bahan Makanan
Biaya bahan makanan merupakan unsur biaya bahan baku
atau bahan dasar atau bahan langsung dalam rangka
memproduksi makanan. Biaya makanan didapat dari harga
biaya makan per orang per hari dikalikan dengan jumlah
kekuatan. Standar harga biaya disesuaikan dengan kelas
rawat inap dan dipengaruhi oleh jenis bahan makanan,
jumlah porsi hidangan, teknik pengolahan dan cara
penyajian
49
Biaya pemeliharaan dan pembebanan overhead,
misalnya :
- Perbaikan alat
- Pembayaran listrik
- Pembayaran air
- Pembayaran telepon dll
BAB VI
SANITASI MAKANAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Sanitasi Makanan
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan
menitik beratkan pada kegiatan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat mengganggu atau merusak kesehatan dimulai dari sebelum
pengolahan, selama proses pengolahan, pengangkutan hingga
distribusi makanan.
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah kegiatan
penyehatan makanan dan minuman. Kegiatan sanitasi makanan
merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan makanan dan minuman dimana
faktor-faktor tesebut berasal dari proses penanganan makanan,
minuman, lingkungan dan karyawan yang bekerja. Dari kegiatan
penyehatan makanan ini diharapkan makanan dan minuman yang
disajkan dirumah sakit tidak menjadi mata rantai penularan
penyakit.
2. Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman bertujuan untuk :
50
2.1 Menyediakan makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen.
2.2 Menghindari resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan melalui makanan.
2.3 Mewujudkan perilaku kerja yang sehat dan benar dalam
penanganan makanan.
51
d. Lantai harus kuat, mudah dibersihkan, tidak licin, kering,
tidak mudah rusak, tidak lembab, dan tahan terhadap
pembersihan yang berulang-ulang.
e. Dinding mudah dibersihkan, tidak lembab, tahan cairan
dan dapat memantulkan cahaya yang cukup.
f. kabel instalasi listrik dalam keadaan terbungkus atau
tertanam dalam dinding/lantai
g. Langit-langit harus tertutup dilengkapi dengan peredam
suara, cerobong asap. Jarak langit-langit dan lantai harus
tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan baik.
h. Penerangan minimal 200 watt dan ventilasi dapat
mengeluarkan asap, bau makanan, lemak, panas dll
52
2. Alat pengangkut/roda/kereta makanan dan minuman harus
tertutup sempurna, dibuat dari bahan kedap air, permukaan halus
dan harus dibersihkan.
3. Rak-rak penyimpanan bahan makanan/makanan harus mudah
dipindah-pindahkan dengan menggunakan roda-roda penggerak
untuk kepentingan proses pembersihan.
4. Peralatan yang kontak dengan makanan, harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Permukaan utuh (tidak cacat), dan mudah dibersihkan
b. Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/
basa, atau garam-garaman yang lazim dijumpai dalam
makanan
c. Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan
keracunan, misalnya : Timah hitam (Pb), Arsenium (As),
Tembaga (Cu), seng (Zn), cadmium (Cd) dan Antimony
(Stibium)
d. Wadah makanan, alat penyaji dan distribusi harus ditutup.
53
Menu Bahan Makanan
Harus dipilih bahan makanan yang bermutu baik, yaitu
bahan makan yang segar, yang aman, utuh, baik dan
bergizi, misalnya : utuh, tidak berlubang dan berulat, besar
dan bentuk seragam, tidak busuk, tidak kotor, tidak layu,
cukup masak/matang (untuk buah)
Cara penanganan bahan makanan, harus diperhatikan cara
penanganan yang tepat dan baik misalnya :
- Dengan menggunakan kemasan yang memenuhi
syarat
- Memperhatikan pengangkutan yang layak, dsb.
54
Perilaku, kebiasaan dan sikap bekerja
Hal-hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan
- Memakai masker tutup hidung dan muka bila
diperlukan
- Cuci tangan dengan sabun sebelum memulai/sesudah
kerja, setiap keluar dari WC, sesudah menjamah bahan
yang kotor
- Tidak memakai perhiasan yang menjadi sarang kuman
- Sebelum dan sesudah bekerja tidak boleh meludah di
areal kerja, tidak menggaruk kepala, muka, hidung dan
bagian tubuh yang lain dapat mengandung kuman
- Alihkan muka dari makanan atau alat makan dan
minum bila batuk dan bersin
- Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut
proses yang ditetapkan, sesuai peralatan masak, waktu
dan suhu ataupun tingkat kemasakan
- Jangan sekali-kali menjamah makanan yang sudah
masak, pergunakan sendok garpu, penjepit makanan
dan alat lainnya.
- Makan di ruang makan yang tersedia
- Merokok tidak boleh diruang kerja
- Harus menjaga agar tempat kerja, ruang ganti pakaian,
kamar mandi dan WC serta alat-alat tetap bersih setiap
waktu
- Penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung
tangan
c. Prosedur Kerja
Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat
disebabkan oleh perilaku si penjamah makanan selama bekerja.
55
Hal ini disebabkan karena pegawai tidak bekerja sesuai prosedur
yang ada.
Contoh bekerja sesuai prosedur misalnya : sehabis bekerja,
pegawai harus mencuci alat dan menyimpan dalam
penyimpanan alat. Bila akan dipakai alat-alat dalam keadaan
bersih, bila kotor cuci dulu sebelum digunakan.
d. Upaya Pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi kuman
pada makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan
pemantauan pada titik-titik rawan pada jalur penanganan
makanan dan minuman yang dapat diperkirakan memudahkan
timbulnya bakteri dan fungi.
Titik – titik rawan dalam proses penanganan dan minuman :
a) Proses pembersihan (persiapan) makanan
Pada proses ini hendaknya tidak ada makanan dan minuman
yang membusuk setelah proses pembersihan makanan
b) Proses persiapan bahan makanan. Pada proses ini hendaknya
:
- Tersedianya air bersih yang cukup
- Kran-kran air dan saluran ruangan di persiapkan dalam
keadaan yang bersih
- Tersedia tempat pembuangan sampah yang kuat dan
mudah dibersihkan/dilapisi dengan plastic.
c) Proses penyimpanan
Proses ini tidak akan mengalami kerawanan bila :
c.1 Dalam penyimpanan bahan mentah
Bahan mentah di simpan dalam ruangan / tempat yang
terpisah dari ruang makanan yang terolah yang suhunya
diatur sesuai dengan yang seharusnya. Pengambilan
makanan dengan cara FIFO (First In First Out) dan
tetap memperhatikan batas waktu kadaluarsa.
c.2 Penyimpanan makanan terolah :
56
Bahan mentah yang disimpan dalam ruangan / tempat
yang terpisah dari ruang makanan yang terolah yang
suhunya diatur sesuai dengan yang seharusnya.
- Penyimpanan makanan terolah yang tidak dapat
membusukan keadaan tertutup, dilakukan pada suhu
10oC.
- Penyimpanan makanan terolah yang cepat membusuk
harus di simpan pada suhu 4o C selama 6 jam, jika
kurang dari 6 jam harus disimpan pada suhu kurang
dari 5oC sampai 1oC
57
g) Proses pembersihan ruangan dan pencucian alat masak
g.1 Pembersihan ruangan dilakukan segera setelah proses
pekerjaan/penanganan selesai yang sesuai prosedur.
Proses pembersihan meliputi ruang pengadaan, lantai dan
langit-langit.
g.2 Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai
masak, dengan langkah sebagai berikut : membuang sisa
makanan yang melekat pada alat, bila perlu direndam
dengan air panas dan di keringkan
58
B. Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari
kegiatan yang berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan oleh
kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri
terhadap makanan.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya
kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain
karena pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan
prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin kebersihannya,
istirahat cukup.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi
secara tiba-tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan,
serta menyebabkan kerusakan terhadap alat-alat makanan dan
“melukai” karyawan / pegawai.
1. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang
harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi
akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian /kesengajaan.
2. Tujuan
Menurut undang-undang keselamatan kerja Tahun 1970, syarat-
syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang
berbahaya, dengan tujuan :
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
Memberi keselamatan atau jalan penyelematan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi perlindungan pada pekerja
59
Mencegah dan mengendalikan timbul atau penyebarluasannya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinat atau radiasi, suara dan getaran
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja,
baik yang fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan dan proses kerjanya
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
taman atau barang
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
Mencegah terkena aliran listrik
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya kecelakaannya tambah tinggi.
Upaya –upaya tersebut berlaku bagi karyawan / pegawai yang
bekerja pada penyelenggaraan makanan atau pelayanan gizi di
rumah sakit.
60
o Tersedia ruang istirahat untuk pegawai
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penaggung jawab
dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan
kerja pegawai
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam
kerja yang telah di tetapkan dan pegawai diberi waktu istirahat
selama 3 jam bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi
setelah pegawai bekerja 3 jam lebih
e. Maintanence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar
peralatan tetap dalam kondisi layak pakai
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
g. Adanya fasilitas /peralatan pelindung dan oeralatan pertolongan
pertama yang cukup
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
61
o Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang
dapat membahayakan badan dan kualitas barang
o Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di
ruang penerimaan dan penyimpanan
62
o Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan
sampai tertumpah atau makanan tersebut tercampur
o Perhatikanlah posisi tangan sewaktu membuka dan
mengeluarkan isi kaleng
63
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
1. Pengertian
Prosentase ketepatan dan keakuratan makanan yang disajikan
yang sesuai standar yang disepakati.
64
c. Hitung dengan formula dibawah ini :
∑ jawaban Ya X 100 %
4
d. Frekuensi Audit :
Bila minimum skor tercapai, lakukan 12 kali dalam setahun.
Bila skor minimum tidak tercapai dilakukan audit berulang
pada aspek yang perlu diperbaiki.
65
¼P : menggambarkan sisa makanan ½ porsi awal
0P : menggambarkan tidak ada sisa makanan
d. Hitung skor, bila
Penuh dikalikan 0
¾ dikalikan 1
½ dikalikan 2
¼ dikalikan 3
0 dikalikan 4
e. Formula :
66
c. Jawaban “Ya” bila order diet sesuai dengan rencana
intervensi, order diet sesuai dengan diet yang disajikan,
jawaban “tidak” bila terjadi sebaliknya, jawaban “
pengecualian “ bila ketidaksesuaian tersebut karena sesuatu
hal yang mendasar ( misalnya perubahan diet menjelang
waktu makan atau pasien menolak makanan )
d. Lakukan rekapitulasi dan tentukan apakah skor minimum
tercapai atau tidak
e. Bila tidak tercapai skor minimum lakukan identifikasi masalah
dan tindak lanjutnya
4. Frekuensi audit
Bila ketepatan memenuhi 100 % maka diaudit kembali satu tahun
bila belum mencapai skor dicari penyebabnya, ditindak lanjuti dan
diaudit kembali
67
BAB VIII
PENUTUP
68