Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN PELAYANAN GIZI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
TAHUN 2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.i

DAFTAR ISIii

KEPUTUSAN TENTANG PANDUAN PGRS.iii

BAB I DEFINISI....................................................................................1

BAB II RUANG LINGKUP................................................4

BAB III TATA LAKSANA..5

BAB IV DOKUMENTASI...9
POLRI DAERAH JAWA TIMUR
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMAHSAKITBHAYANGKARATULUNGAGUNG

KEPUTUSAN KEPALA RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG


Nomor : KEP / / I / 2016

tentang
PEDOMAN PELAYANAN GIZI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan Pelayanan Instalasi Gizi Rumah Sakit
BhayangkaraTulungagung, maka diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
BhayangkaraTulungagung,
2. Bahwa sesuai butir a. diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah
Sakit BhayangkaraTulungagung.

Mengingat :
1. Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (Ps. 21 mengatur tentang
Pengamanan Makanan dan Minuman)
2. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
3. Kepmenkes No 715 tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga
4. Kemenkes RI tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
KEPUTUSAN KARUMKIT BHAY T.AGUNG
Nomor : KEP / / I / 2017/ Rumkit
Tanggal : Januari 2017

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Keputusan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara tulungagung tentang


Panduan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung
2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
.

Ditetapkan di : Tulungagung
Pada Tanggal : Januari 2017
P.S. KEPALA RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

dr. ANANINGATI, Sp.OG.


KOMISARIS POLISI NRP 71100512
BAB I
DEFINISI

A. DEFINISI
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat di rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan
melalui tindakan preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif dalam rangka
meningkatkan kesehatan pasien. Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di
rumah sakit terdiri dari asuhan gizi pasien rawat inap, asuhan gizi pasien rawat
jalan, penyelenggaraan makanan, penelitian, dan pengembangan gizi.

Instalasi gizi rumah sakit menyelenggarakan makanan khusus untuk melayani


kebutuhan orang-orang tertentu, yaitu pasien dan karyawan piket malam.
Sebagai unit penyelenggaraan makanan untuk konsumen yang berisiko tinggi
dan dalam jumlah yang besar, instalasi gizi harus selalu memperhatikan dan
tetap memenuhi kriteria penyelenggaraan makanan.

Terapi gizi juga menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ
tubuh untuk melakukan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan
seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyambuhan. Dengan
kata lain pemberian diit pasien harus dievaluasi atau diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan.

Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di rumah sakit tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Malnutrisi masih
menduduki angka prevalensi yang cukup tinggi, dengan laporan dari Australia
dan penelitian internasional, yaitu berkisar 40% di negara berkembang seperti
Indonesia, dari beberapa studi yang dilakukan di Jakarta (1995-1999)
menunjukkan bahwa 20%- terapi gizi, hingga konseling gizi untuk merubah
kebiasaan diet sesuai dengan 60% pasien rawat inap di rumah sakit umum
dalam kondisi malnutrisi pada saat masuk perawatan. Pada dasarnya, setiap
individu sebelum memasuki rumah sakit, telah memiliki risiko mengalami
malnutrisi (baik defisiensi maupun overnutrisi) yang belum terlihat. Untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan malnutrisi lebih lanjut perlu dilakukan
manajemen nutrisi. Manajemen nutrisi adalah suatu proses pencegahan dan
penanganan masalah nutrisi mulai dari skrining gizi untuk mengidentifikasi pasien
yang beresiko malnutrisi, asesmen gizi lanjutan untuk pemberian kebutuhan
pasien.

Untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan gizi di rumah sakit


diperlukan suatu pedoman pengelolaan. Buku ini diharapkan dapat menjadi
pegangan atau acuan bagi Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :
Mewujudkan pelayanan gizi professional kepada klien / masyarakat yang
mempercayakan upaya kesehatannya khususnya pelayanan gizi pada
Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung

2. Tujuan Khusus
a. Memudahkan petugas Instalasi Gizi dalam melaksanakna tugasnya
dalam memberikan pelayanan gizi

b. Memberikan pedoman agar semua petugas Instalasi Gizi agar dapat


bekerja berdasarkan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Instalasi Gizi RS
Bhayangkara Tulungagung

c. Memenuhi kebutuhan tenaga gizi professional dalam pelayanan RS


Bhayangkara Tulungagung

d. Memenuhi sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan gizi RS


Bhayangkara Tulungagung

e. Melakukan kooordinasi dan kolaborasi dengan semua unit terkait yang


ada di RS Bhayangkara Tulungagung

f. Memperoleh pengakuan standar nasional dan internasioanal dalam


hal kualitas pelayanan yang ada di RS Bhayangkara Tulungagung
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap
maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolism tubuh, peningkatan
kesehatan maupun mengoreksi kelainan metabolism, dalam rangka upaya
preventif, kuratif, rehabilitative dan promotif

2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan (rumah sakit), pukesmas, dan institusi kesehatan lain
untuk memenuhi kebutuhan gizi klien atau pasien. Pelayanan gizi merupakan
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dalam rangka
meningkatan kesehatan klien/pasien.

3. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
p[elayanan gizi terdiri dari dokter/dokter specialis, nutritionist/dietisien dan
perawat dari setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi
(nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

4. Panitia Asuhan Gizi adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terdiri dari
dokter/dokter specialis, nutritionist/dietisien, dan perawat yang ditunjuk oleh
pimpinan rumah sakit yang bertugas membantu tim asuhan gizi dalam hal
inventarisasi masalah penyusunan prosedur buku asuhan gizi, pemantapan
tata laksanan gizi, serta penyelesaian masalah asuhan gizi.

5. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yamg berada dalam


lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari
pegawai atau karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik.

6. Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit
baik akut maupun kronis atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu
penilaian terhadap kondisi klien/pasien sesuai dengan intervensi yang telah
diberikan agar klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet
yang telah di susun.

7. Terapi Gizi adalah pelayanann gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling,
baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
8. Terapi Diet adalah pelayanan dietetic yang merupakan bagian dari terapi gizi.

9. Prekripsi Diet atau Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi
kesehatannya. Prekripsi diet di buat oleh dokter sedang rencana diet dibuat
oleh nutritionist/dietisien.

10. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2


(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi, dilaksanakan oleh nutritionist/dietisien.

11. Nutritionis Seseorang yang diberi tugas , tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsioanal di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic, baik di
masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar akademi gizi.

12. Dietisien adalah seseorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan


dan ketrampilan dietetic, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun atau yang
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan
bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetic.

13. Food Model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari
sintetis atau asli yang di awetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan ynag digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat
inap maupun rawat jalan.

14. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit
yang sudah berstatus rawat jalan.

15. Nutrition Related Disease Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan


masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.

16. Mutu Pelayanan Gizi Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standard memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2013.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan gizi di RS Bhayangkara Tulungagung meliputi tiga (3)


kegiatan pokok , yaitu :

1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


2. Peyanan Gizi Rawat Inap
3. Penyenggaraan Makanan
BAB III

TATA LAKSANA
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
a. Membaca catatan medic pasien dan menganamnese gizi pasien bila
diperlukan.
b. Melaksanakan konsultasi dengan pasien bersama keluarganya bila perlu,
menurut diet dari DPJP yang mengirim baik pasien rawat inap maupun pasien
rawat jalan.
c. Penyuluhan gizi bagi pasien yang memerlukan.

2. Pelayanan Gizi Rawat Inap


a. Membaca catatan skrining gizi awal yang dilakukan oleh perawat
b. Apabila skor yang diperoleh 2 , dan pasien dinyatakan malnutrisi maka
dilakukan konsultasi gizi oleh ahli gizi
c. Apabila skor 0 tetapi pasien menderita penyakit khusus maka dilakukan
konsultasi gizi oleh ahli gizi
d. Assesmen awal dilakukan maksimal dalam waktu 2 x 24 jam oleh ahli gizi
e. Edukasi diberikan pada setiap pasien baru oleh ahli gizi
f. Pemesanan makanan untuk pasien dilakukan oleh perawat ruangan sesuai
dengan diet pasien. dan apabila diet yang dipesan belum sesuai dengan
kondisi pasien maka ahli gizi setelah memberikan edukasi ke pasien
melakukan perencanaan terapi nutrisi dan pemberian terapi nutrisi sesuai
dengan permintaan DPJP apabila tidak ada permintaan dari DPJP, pemberian
terapi nutrisi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Monitoring dilakukan untuk menentunkan keberhasielan intervensi.

3. Manajemen Nutrisi
A. Ruang lingkup manajemen nutrisi terdiri dari
1. Skrining gizi awal
2. Skrining gizi lanjut
3. Assesmen gizi lanjutan
4. Konseling gizi
B. Tata laksana manajemen nutrisi
1. Skrining gizi awal
Skrining gizi awal pada pasien anak (0-12 tahun) dilakukan berdasarkan
kriteria adaptasi Strog Kids. Langkah-langkah asesmen gizi pada anak:
a. Menilai kondisi pasien apakah pasien tampak kurus. Apabila ya diberikan skor
1,apabila tidak diberikan skor 0.
b. Menilai penurunan berat badan selama satu bulan terakhir secara objektif
atau subjektif. Apabila ya diberikan skor 1, apabila tidak diberikan skor 0.
c. Menanyakan apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut
1) Diare 5 kali/hari dan/atau muntah >3 kali/hari dalam seminggu terakhir
2) Asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir
Apabila ya diberikan skor 1, apabila tidak diberikan skor 0.
d. Menanyakan apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
pasien beresiko mengalami malnutrisi (lihat daftar)

Daftar penyakit atau keadaan yang beresiko mengakibatkan malnutrisi


- Diare persisten (> 2 minggu) - Trauma
- Konstipasi berulang
- Prematuritas - Gagal tumbuh
- Kelainan bawaan 1/lebih - Wajah dismorfik(Aneh)
- Penyakit akut berat - Penyakit metabolik
- Paru (Pneumonia,Asma,dll) - Retardasi mental
- Hati (Hepatitis,dll) - Keterbatasan perkembangan
- Ginjal (GGA,dll) - Luka bakar
- HIV - Rencana operasi mayor
- Kanker - Obesitas
- Penyakit hati kronik - Penyakit paru kronik
- Penyakit ginjal kronik
- Terdapat stoma usus halus
Apabila ya diberikan skor 1, apabila tidak diberikan skor 0.
e. Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1 sampai 4 untuk menilai
adanya resiko malnutrisi. Jika didapatkan skor 0, pasien tidak beresiko
malnutrisi. Jika skor 1 pasien beresiko malnutrisi, dan akan dilakukan
skrining gizi lanjut.
f. Catat pada form skrining gizi awal pada pasien anak.
Skrining gizi awal pada pasien dewasa ( >12 tahun) dilakukan
berdasarkan kriteria Malnutrition Screening Tool (MST). Langkah
Asesmen Gizi pasien dewasa :
a. Menanyakan adanya perubahan berat badan. Apabila tidak ada
penurunan berat badan, diberikan skor 0. Apabila pasien tidak tahu
diberikan skor 2. Apabila ada penurunan berat badan 1-5 kg
diberikan skor 1, 6-10 kg diberikan skor 2 dan >10 diberikan
skor 3.
b. Menanyakan adanya perubahan asupan makan disebabkan karena
penurunan nafsu makan. Apabila ada diberikan skor 1, apabila tidak
ada diberikan skor 0.
c. Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah a dan b untuk menilai
adanya resiko malnutrisi. Jika didapatkan skor < 2, pasien tidak
beresiko malnutrisi. Jika skor 2 pasien beresiko malnutrisi, dan akan
dilakukan skrining gizi lanjut
d. Catat pada form skrining gizi awal pada pasien dewasa
2. Skrining gizi lanjut
Skrining gizi lanjut dilakukan setelah skrining gizi awal
Langkah-langkah skrining gizi lanjut :
a. Pasien yang dianggap beresiko malnutrisi akan dilakukan skrining gizi
lanjut
b. Dari hasil skrining gizi lanjut, apabila diperoleh nilai 0 maka akan
dilakukan skrining gizi lanjut setiap 7 hari berikutnya, apabila diperoleh
nilai 1 maka akan dilakukan monitoring asupan selama 3 hari, apabila
diperoleh nilai 2 maka ahli gizi akan bekerjasama dengan pemberi
asuhan lain untuk melakukan terapi gizi sesuai dengan daya terima.
3. Asesmen gizi lanjutan
Pasien yang berisiko malnutrisi berdasarkan hasil skrining lanjut akan
dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut dengan mengisi formulir asesmen
gizi lanjutan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menuliskan data diri pasien
b. Melakukan assessment gizi berupa :
1) Antropometri
Mengukur berat badan dan tinggi badan, atau LILA dan
tinggi lutut kemudian disimpulkan status gizinya.
2) Biokimia
Mencatat hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi dari rekam
medis dan menyimpulkannya sesuai cut off yang digunakan.
Hasil pemeriksaan biokimia yang terkait yang biasa digunakan
dalam melakukan asesmen gizi diantaranya :
a. Albumin
Albumin biasa digunakan sebagai data pendukung dalam
melakukan asesmen gizi untuk menentukan status gizi baik,
kurang atau buruk selain dengan perhitungan IMT (Indeks Masa
Tubuh).
b. Gula darah
Gula darah biasa digunakan sebagai data pendukung dalam
melakukan asesmen gizi pada pasien diabetes mellitus. Data
hasil pemeriksaan gula darah yang digunakan adalah gula
darah 2JPP, karena dianggap yang paling berhubungan dengan
ketepatan diet yang diberikan
c. Lemak darah
Kadar lemak darah biasa digunakan sebagi data pendukung
dalam melakukan asesmen gizi pada pasien jantung dan stroke.
Selain itu, kadar lemak darah juga digunakan pada pasien lain
yang dikhawatirkan mengalami dislipidemia, seperti pada pasien
diabetes mellitus, pasien gijal, dan pasien lainnya
d. Asam urat
Kadar asam urat biasa digunakan sebagi data pendukung dalam
melakukan asesmen gizi pada pasien penderita asam urat.
Sama dengan kadar lemak darah, kadar asam urat juga
digunakan pada pasien lain yang dikhawatirkan mengalami
asam urat, seperti pada pasien ginjal, diabetes mellitus, dan
pasien lainnya
e. Creatinin
Kadar creatinin biasa digunakan sebagi data pendukung dalam
melakukan asesmen gizi pada pasien penderita ginjal dan juga
pasien diabetes melitus yang beresiko mengalami kerusakan
pada ginjal
3) Fisik dan klinis
Dilakukan untuk mendeteksi dan kelainan klinis yang berkaitan
dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.
Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda vital
dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik
pasien serta wawancara
4) Dietary atau riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien ada dua macam, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan,
sedangkan anamnesis kuantitatif dilakukan utnuk mendapat
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan menggunakan recall 24
jam yang diukur dengan food model. Analisis asupan gizi
menggunakan Daftar Penukar Bahan Makanan, maupun
menggunakan software tertentu
c. Diagnosa
Membuat diagnosa gizi pasien terkait masalah yang ditemukan,
menggunakan NCP. Pada langkah ini dicari pola dan hubungan
antara data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya.
Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan
masalah gizi secara singkat dan jelas Diagnosa gizi terdiri dari 3
komponen yaitu:
1) Masalah (problem)
Komponen masalah terdiri dari 3 domain yaitu:
a) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan
dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari
makanan baik yang melalui oral maupun parenteral/enteral
b) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
kondisi medis atau fisik/fungsi organ
c) Domain Perilaku adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan, dan akses
pangan.
2) Sebab (etiology)
Yang termasuk dalam komponen ini adalah semua hal yang dapat
menyebabkan munculnya masalah (problem).
3) Gejala/tanda (sign/sympton)
Yang termasuk dalam komponen ini adalah semua temuan berupa
gejala dan atau tanda (bukti) yang didata pada pasien yang terkait
dengan munculnya masalah gizi.
d. Intervensi
1. Menentukan kebutuhan nutrisi untuk anak menggunakan:
BBI = (usia dalam tahun X 2) + 8
Kebutuhan energi usia 1-3 tahun = 100kalori/kg BBI
Kebutuhan energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kg BBI
Kebutuhan energi usia > 5 tahun = 1000 + (100 x usia dalam
tahun)
Untuk pasien dewasa non diabetes menggunakan Harris Benedict.
Rumus Harris Benedict adalah sbb:
Laki-laki : 66+(13,7xBB)+(5xTB)-(6,8xU)xFAxFS
Perempuan : 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
Keterangan : BB = berat badan kg
TB = tinggi badan cm
U = umur dalam tahun
Contoh: pasien laki-laki dewasa berusia 50 tahun dengan berat
badan 65kg dengan tinggi 175 cm. Maka kebutuhan energi pasien
tersebut 66+(13,7x65)+(5x175)-(6,8x50)x1,1x1,3 = 2133 kalori
Pasien dewasa dengan diabetes menggunakan rumus Perkeni
yaitu:
25-30 kkal x BB
Keterangan : BB = berat badan dalam kg
Contoh : pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan berat badan 65
kg dengan tinggi 175 cm. Maka kebutuhan energi pasien tersebut
30kal x 65 = 1950
2. Jenis diet yang diterapkan di RS Bhayangkara Tulungagung yaitu
nasi biasa (NB), nasi tim (NT), bubur kasar (BK), bubur halus
(BH), vlibar santan juruh (VSJ), diet rendah garam (RG), diet
diabetes mellitus (DM), diet rendah protein (RP), diet rendah purin
(RPur), diet BSTIK, diet rendah garam lemak kolesterol (RGLK),
diet cair thypus diet (TD), diet cair sonde, dan lauk halus (LH).
Sedangkan modifikasi diet yang diterapkan di RS Bhayangkara
Tulungagung antara lain:
a. Diet Penyakit Diabetes Melitus
(1) Enegi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal. Kebutuhan energi 25-30 kkal/kg BB normal,
ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus
(kehamilan), laktasi atau ada tidaknya komplikasi). Makanan
dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang
(30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan
selingan (masing-masing 10-15%)
(2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20% dari kebutuhan
energi total
(3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan
energy total. Asupan kolestrol makanan dibatasi, yaitu 300
mg/hari
(4) Kebutuhan karbohidrat 45-65%
(5) Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak
diperbolehkan
(6) Pengguaan gula alternative dalam jumlah terbatas
(7) Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan mengutamakan
serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah
(8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur 3000
mg/hari
(9) Cukup vitamin dan mineral
b. Diet Penyakit Gout Artritis
(1) Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh
(2) Protein cukup yaitu 1 1,2 gr/kg BB atau 10-15% dari
kebutuhan energy total
(3) Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai
kandungan purin >10 mg/100 gr (otak, hati, jantung. Ginjal,
jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, ikan sardine, makarel,
kerang)
(4) Lemak sedang yaitu 10-20% dari kebutuhan energy total
(5) Karbohidrat yaitu 65-75% dari kebutuhan energy total
(6) Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan
(7) Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari.
Rata-rata asupan cairan yang dianjurkan 2-2 12 liter/hari
c. Diet Garam Rendah
(1) Cukup energy, protein, mineral dan vitamin
(2) Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
(3) Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam atau air dan/atau hipertensi
d. Diet Penyakit Ginjal Kronik
(1) Energi cukup 35 kkal/kg BB ideal/hari
(2) Protein tinggi 1-1,2 gr/kg BB ideal/hari
(3) Lemak cukup 15-30% dari kebutuhan energy total
(4) Karbohidrat cukup yaitu 55-75% dari kebutuhan energy total
(5) Natrium diberikan 1 gr + penyesuaian menurut jumlah urin
sehari yaitu 1 gr untuk tiap liter urin
(6) Kalium diberikan 2 gr + penyesuaian menurt jumlah urin
sehari yaitu 1 gr untuk tiap 1 liter urin
(7) Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari
(8) Fosfor dibatasi yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari
(9) Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
500+750 ml
(10) Suplemen vitamin bila diperlukan
e. Diet Penyakit Gagal Ginjal dengan Hemodialisis
(1) Energi cukup 35 kkal/kg BB
(2) Protein rendah 0,6-0,75 gr/kg BB
(3) Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energy total
(4) Karbohidrat cukup yaitu kebutuhan energy total dikurangi
energy yang bersal dari lemak dan protein
(5) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites,
oliguria atau anuria. Banyak natrium yang diberikan 1-3 gr
(6) Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hyperkalemia
(kalium darah > 5,5 mEq), oliguria atau anuria
(7) Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan ( 500
ml)
(8) Vitamin cukup
f. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi
(1) Energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB
(2) Protein tinggi yaitu 2-2,5 gr/kg BB
(3) Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energy total
(4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
(5) Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
(6) Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
e. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Terdapat 4 jenis yaitu:
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makan dan zat gizi
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan
makanan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait antropometri, biokimia, dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis
4) Dampak terhadap pasien terhadap intervensi gizi yang
diberikan pada kualitas hidupnya
5) Ahli gizi menuliskan nama, mengisikan tanggal melakukan
pengkajian gizi, dan menandatangani Formulir Asesmen gizi
lanjutan pasien
4. Konseling Gizi
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu
atau keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling gizi.
Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam
melakukan asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang permasalahan gizi yang
dihadapi. Setelah konseling diharapkan individu dan keluarga mampu
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizinya termasuk
perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah
kebiasaan hidup sehat.
Konseling gizi bertujuan untuk membantu klien dalam upaya merubah
perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga meningkatkan status gizi
dan kesehatan klien.
Konseling gizi diberikan kepada:
a. Klien yang mempuanyai masalah kesehatan yang terkait dengan
gizi
b. Klien yang ingin melakukan pencegahan
c. Klien yang ingin mempertahankan dan mencapai status gizi
optimal
Langkah-langkah Konseling Gizi
a. Membangun dasar-dasar konseling
Pada umumnya klien datang ke pelayanan konseling gizi karena
membutuhkan dukungan gizi untuk upaya penyembuhan penyakitnya
seperti penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Arthritis Gout. Langkah
awal yang sebaiknya dilakukan pada saat melakukan konseling gizi
antara lain dengan mengucap salam kepada klien, memperkenalkan
diri, dan melakukan identifikasi pasien.
b. Menggali permasalahan
Konseling gizi merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat
kegiatan pengumpulan, verivikasi dan interpretasi data yang sistematis
dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang
lengkap dan sesuai dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi. Data
yang harus dikumpulkan untuk kemudian dikaji meliputi data
antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data riwayat makan
serta data riwayat personal. Data yang diperoleh selanjutnya
dibandingkan dengan nilai normal, sehingga dapat dikaji dan
diidentifikasi seberapa besar masalahnya. Kegiatan ini merupakan
landasan dasar untuk dapat memberikan konseling gizi yang optimal
kepada klien.
c. Memilih solusi dengan menegakkan diagnosis
Diagnosis masalah gizi merupakan proses identifikasi serta pemberian
nama masalah, menentukan penyebab dan faktor resiko yang
mendukung, serta tanda dan gejala yang mendukung tegaknya
diagnosis gizi.
d. Rencana intervensi
Perubahan pola makan yang disarankan kepada klien mengikuti
perencanaan menu yang sudah disiapkan, meliputi porsi makan, waktu
makan, contoh menu, serta makanan yang boleh dan yang tidak boleh
dikonsumsi
e. Memperoleh komitmen
Konseling tidak akan berhasil tanpa adanya kesediaan dan komitmen
untuk melakukan perubahan kebiasaan makan dari klien. Berikan
dukungan kepada klien untuk melakukan perubahan diet sesuai
dengan anjuran.
f. Monitoring dan evaluasi
Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi gizi yaitu melakukan
penilaian kembali terhadap perkembangan kliennya.
4. Penyenggaraan Makanan
a. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan
Mengumpulkan data tentang makan dan jumlah konsumen satu minggu
sebelumnya
Menetapkan macam dan jumlah konsumen atau pasien
Mengumpilkan harga bahan makanan dari berbagai pasar dengan
melakukan survey pasar, kemudian tentukan harga rata2 bahan makanan
Membuat standar kecukupan gizi (standar porsi kedalam berat kotor)
Menghitung indeks harga makanan perorangan/hari sesuai dengan
konsumen yang mendapat makan
Menghitung anggaran belanja makanan satu minggu untuk masing-
masing konsumen/pasien
Melaporkan hasil perhitungan anggaran kepada pengambil hasil
keputusan (sesuai dengan struktur organisasi masing-masing)untuk
meminta perbaikan
Menggunakan rencana anggaran secara resmi melalui jalur administrasi
b. Perencanaan Menu
Membentuk tim kerja (dietisien, tenaga pengolah, tenaga pengawas
makanan)
Menetapkan macam menu
Menetapkan lama siklus menu (siklus menu 7 hari)
Menetapkan pola menu
Menetapkan besar porsi
Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang dan malam pada satu
putaran menu termasuk jenis makanan selingan
Merancang format menu
Melakukan penilaian menu dan merevisi
Membentuk tim kerja (dietisien, tenaga pengolah, tenaga pengawas
makanan)
Menetapkan macam menu
Menetapkan lama siklus menu (siklus menu 7 hari)
Menetapkan pola menu
Menetapkan besar porsi
Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang dan malam pada satu
putaran menu termasuk jenis makanan selingan
Merancang format menu
Melakukan penilaian menu dan merevisi
c. Perhitungan Kebutuhan bahan makanan
Menentikan jumlah pasien dengan mengacu pada DPMP
Menentukan standar porsi tiap bahan makanan dan buat berat kotor
Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan setian siklus menu
Menghitung dengan menggunakan rumus:

PASIEN X BERAT KOTOR X KERAP PEMAKAIAN

d. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan


Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari
dengan cara standar porsi X jumlah pasien
Hasil perhitungan di serahkan ke bagian gudang logiztik
Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai permintaan
Bagian pengolah mengambil bahan makanan yang telah dipesan
(disorder)
e. Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran bahan makanan
Penerimaan
Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan
Bahan makanan di kirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis
barang atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan
Penyimpanan
Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima segera dibawa
ke ruang penyimpanan gudang atau ruang pendingin
Apabila bahan makanan akan langsung digunakan, setelah ditimbang dan
periksa oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa
keruang persiapan bahan makanan
Pada saat masuk keruang penyimpanan bahan makanan harus
menggunakan APD (celemek, tutup kepala, masker, sarung tangan dan
alas kaki yang tidak licin)
Penyaluran Bahan Makanan
Adanya permintaan bon bahan makanan dari unit kerja pengolahan
makanan
Petugas gudang melayani permintaan bahan makanan kemudian
mencatat keluar masuknya bahan makanan pada kartu stok
f. Persiapan Bahan Makanan

Bahan makanan disiapkan sesuai kebutuhan pada hari itu


Semua bahan makanan di cuci pada tempat tertentu
Sayur dipotong potong sesuai dengan resep dan jenis makanan
Daging dipotong-potong sesuai standar
Bumbu dikupas dan dicuci
Bumbu diracik sesuai dengan kebutuhan resep
Bumbu dihaluskan, digoreng, disangrai sesuai dengan resep
Pada saat persiapan bahan makanan tenaga di bagian persiapan harus
menggunakan APD (celemek, tutup kepala, masker, sarung tangan dan
alas kaki yang tidak licin)
g. Pengolahan bahan Makanan

Melihat menu yang akan dimasak


Mempersiapkan bahan makanan yang akan dimasak
Mempersiapkan peralatan pemasakan bahan makanan
Mengolah bahan makanan menjadi makanan yang siap disajikan/matang
dengan tidak mengurangi kandungan gizi dari bahan makanan
Pada saat pengolahan makanan, tenaga di bagian pengolahan harus
menggunakan APD (celemek, tutup kepala, masker, sarung tangan
dan alas kaki yang tidak licin)
h. Pendistribusian
Pendistribusian menggunakan system kombinasi yaitu sebagian
didistribusikan dari dapur pusat, sebagian dari pantry.
Makan pagi diberikan jam 06.30 WIB peralatan mkn diambil setelah
pasien mengkonsumsi dengan batas akhir jam 08.30 WIB
Makan siang diberikan 11.30 WIB peralatan makan diambil setelah
pasien mengkonsumsi dengan batas akhir jam 13.00 WIB
Makan sore diberikan 16.30 WIB peralatan makan di ambil setelah pasien
mengkonsumsi dengan batas akhir jam 19.00 WIB
Pada saat penyajian makanan, tenaga di bagian distribusi harus
menggunakan APD (celemek, tutup kepala, masker, sarung tangan dan
alas kaki yang tidak licin), tetapi pada saat mendistribusikan makanan ke
pasien APD harus di lepas.
BAB IV

DOKUMENTASI

Selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan pencatatan dan pelaporan tentang


kegiatan dan administrasi yang telah dilakukan. Dokumen yang harus dikerjakan dan
dilengkapip adalah :

a. Dokumentasi managemen nutrisi


1. Form skrining gizi dewasa (Malnutrition Screening Tool / MST)
Di dalam asesmen awal keperawatan diisi oleh perawat
2. Form skrining gizi anak (Strong Kids)
Di dalam asesmen awal keperawatan diisi oleh perawat
3. Form skrining gizi lanjut
Diisi oleh ahli gizi
4. Asesmen gizi lanjutan
Untuk mendokumentasikan asesmen gizi lanjutan yang diberikan oleh ahli gizi
5. Konseling gizi
Diisi bila memberikan konseling gizi kepada pasien
6. Rekam Medis rawat inap
Ahli gizi menulis dalam CPPT bila melakukan asesmen/asuhan

7. LAPORAN HARIAN
Jumlah pasien yang makan
Masalah yang terjadi dalam satu hari.
Laporan mengenai ketenagaan.

8. LAPORAN BULANAN

Laporan bulanan dibuat oleh Kepala Ruang Instalasi Gizi dalam bentuk
tertulis setiap bulannya dan diserahkan kepada SUBBAG JANGMEDUM setiap
tanggal 25. Adapun yang dilaporkan yaitu :

1. SDM Gizi
Kuantitas SDM Gizi
Analisa SDM Gizi
Situasi dan Kondisi SDM Gizi
2. Alat dan Fasilitas Gizi
Kelengkapan Peralatan Gizi
Masalah yang berhubungan dengan fasilitas yang belum teratasi
3. Kinerja Instalasi Gizi
Produktivitas
o Jumlah Porsi Makanan pasien RS. Bhayangkara Tulungagung
o Jumlah Porsi Makanan Internal Karyawan RS. Bhayangkara
Tulungagung yang terdiri dari :
Jumlah Porsi Makan Dokter
Jumlah Porsi Makan Pasien
Jumlah Porsi Makan Karyawan
Jumlah Porsi Snack Dokter
Jumlah Porsi Snack Pasien
Angka Konsultasi Gizi Pasien Rumah Sakit Bhayangkara
Tulungagung
Indikator mutu
o Angka keterlambatan Penyediaan Makanan Pada Pasien Baru dengan
waktu > 15 Menit.
o Angka Kesalahan Jenis Diet Pasien.
Pasient Safety (Insiden Keselamatan Pasien)
Unit Cost Bulanan
4. Usulan

9. LAPORAN TAHUNAN

Laporan Tahunan dibuat oleh Kepala Ruang Instalasi Gizi dalam bentuk
tertulis setiap tahun dan diserahkan kepada SUBBAG JANGMEDUNG. Adapun
hal-hal yang dilaporkan yaitu :

1.SDM Gizi dalam 1 tahun

Kuantitas SDM Gizi


Analisa SDM Gizi
Situasi dan Kondisi SDM Gizi
2.Alat dan Fasilitas Gizi
Kelengkapan Peralatan Gizi
Masalah yang berhubungan dengan fasilitas yang belum teratasi
3.Kinerja Instalasi Gizi

Produktivitas
o Jumlah Porsi Makanan pasien RS. Bhayangkara Tulungagung dalam 1
tahun
o Jumlah Porsi Makanan Internal Karyawan RS. Bhayangkara
Tulungagung dalam 1 tahun yang terdiri dari :
Jumlah Porsi Makan Dokter.
Jumlah Porsi Makan Pasien
Jumlah Porsi Makan Karyawan
Jumlah Porsi Snack Dokter
Jumlah Porsi Snack Pasien
Angka Konsultasi gizi pasien RS Bhyangkara Tulungagung
Indikator mutu dalam 1 tahun
o Angka keterlambatan Penyediaan Makanan Pada Pasien Baru dengan
waktu > 15 Menit.
o Angka Kesalahan Jenis Diet Pasien.
Pasient Safety (Insiden Keselamatan Pasien) dalam 1 tahun
Unit cost tahunan
4.Usulan

Mengetahui,
P.S. KEPALA RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

dr. ANANINGATI, Sp.OG.


KOMISARIS POLISI NRP 71100512

Anda mungkin juga menyukai