Anda di halaman 1dari 8

SURAT–KEPUTUSAN

Nomor : Skep/14/RS/V/2016

Tentang

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENOLAKAN ATAU PENGHENTIAN


TINDAKAN RESUSITASI (DO NOT RESUSCITATE/DNR)
RUMAH SAKIT UMUM PINDAD

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PINDAD

Menimbang : Bahwa untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak


pasien/keluarga dalam menentukan persetujuan/penolakan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan, maka perlu
adanya Panduan Penolakan Penghentian Tindakan
Resusitasi/Do Not Resuscitate (DNR) Rumah Sakit Umum
Pindad yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran.

4. Surat Keputusan Direktur PT Rumah Sakit Umum Pindad


Nomor : Skep/11/RS/II/2016 tanggal 29 Februari 2016
tentang Struktur Organisasi Perusahaan PT Rumah Sakit
Umum Pindad.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEMBERLAKUAN PANDUAN PENOLAKAN ATAU


PENGHENTIAN TINDAKAN RESUSITASI (DO NOT
RESUCITATE/DNR) RUMAH SAKIT UMUM PINDAD.
Kesatu : Panduan Penolakan atau Penghentian Tindakan Resusitasi (Do
Not Resucitate/DNR) Rumah Sakit Umum Pindad
sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Keputusan
ini.
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
Surat Keputusan ini maka akan di adakan perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Bandung
Pada Tanggal : 26 Mei 2016
Tembusan :
1. Wakil Direktur Pelayanan PT RUMAH SAKIT UMUM PINDAD
2. Ka. SPI DIREKTUR
3. Para Kepala Instalasi terkait

1
LIA YULIANI
4. Para Kepala Ruangan terkait

2
Lampiran Surat Keputusan Direktur PT Rumah Sakit Umum Pindad
Nomor : Skep/14/RS/V/2016
Tanggal : 26 Mei 2016

PANDUAN PENOLAKAN ATAU PENGHENTIAN


TINDAKAN RESUSITASI (DO NOT RESUSCITATE/DNR)

BAB I
DEFINISI

DNR atau Do Not Resuscitate adalah suatu perintah yang


memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini berarti
bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis tidak akan
melakukan usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung
pasien berhenti.
CPR atau Cardiopulmonary Resuscitation adalah suatu prosedur
medis yang digunakan untuk mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi)
dan pernafasan spontan pasien bila seorang pasien mengalami kegagalan
jantung maupun pernafasan. CPR melibatkan ventilasi paru (resusitasi
mulut ke mulut atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk
mempertahankan perfusi ke jaringan organ vital selama dilakukan upaya-
upaya untuk mengembalikan respirasi dan ritme jantung yang spontan.
CPR lanjut melibatkan DC shock, insersi tube untuk membuka jalan nafas,
injeksi obat-obatan ke jantung dan untuk kasus-kasus ekstrim pijat jantung
langsung (melibatkan operasi bedah thoraks). Perintah DNR untuk pasien
harus tertulis di rekam medis pasien., di Rumah Sakit atau keperawatan,
atau untuk pasien di rumah. Perintah DNR di Rumah Sakit
memberitahukan kepada staf medis untuk tidak berusaha menghidupkan
kembali sekalipun terjadi henti jantung. Bila kasusnya terjadi di rumah,
maka perintah DNR berarti bahwa staf medis dan tenaga emergensi tidak
boleh melakukan usaha resusitasi maupun mentransfer pasien ke rumah
sakit untuk CPR.

1
TUJUAN
1. Menghormati, melindungi dan memenuhi hak pasien dan
keluarga
2. Menyediakan proses dimana pasien dapat memilih prosedur yang
nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi
saat henti jantung atau henti nafas.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga dalam menolak


tindakan resusitasi atau pemberian bantuan hidup dasar. Penolakan
resusitasi dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten dalam
mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum
cukup umur, gangguan kesadaran mental dan fisik) diwakilkan kepada
anggota keluarga atau wali yang ditunjuk.
A. Menghormati keinginan pasien dan keluarga :
1. Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang pasien,
maka dalam kasus-kasus henti jantung dan henti nafas, tenaga
emergensi wajib melakukan tindakan resusitasi.
2. Ketika memutuskan untuk menuliskan perintah DNR, dokter tidak
boleh mengesampingkan keinginan pasien maupun walinya.
3. Perintah DNR dapat dibatalkan (atau gelang DNR dapat
dimusnahkan).

B. Kriteria DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten
mengambil keputusan dan telah mendapat penjelasan dari
dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten,
keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat atau wali yang
sah yang ditunjuk oleh pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal dibawah ini dapat
menjadi bahan diskusi perihal DNR dengan pasien/walinya :
a. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan
pengobatan rendah atau CPR hanya menunda proses
kematian yang alami.
b. Pasien tidak sadar secara permanen.
c. Pasien berada pada kondisi terminal.

3
d. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak
kerugian dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan.

4
BAB III
TATA LAKSANA

Prosedur Penolakan Resusitasi di Rumah Sakit


1. DPJP, Dokter Jaga, dan perawat, menjelaskan tentang pentingnya
RJP/CPR.
2. Meminta informed consent dari pasien/walinya.
3. Pasien/walinya mengisi formulir DNR.
4. Simpan formulir penolakan resusitasi yang sudah diisi pada Rekam
Medis pasien.
5. Perawat memasang kancing DNR (berwarna ungu) pada pasien
sesuai dengan formulir DNR.
6. Tinjau kembali status DNR secara berkala dengn pasien atau walinya,
revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam
rekam medis. Bila keputusan DNR dibatalkan catat tanggal terjadinya
dan kancing DNR di lepas
7. Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini:
a. Diagnosis.
b. Alasan DNR.
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan.
d. Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa.

5
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pelayanan DNR (Do Not Resuscitate/Penolakan Tindakan Resusitasi)


didokumentasikan pada Formulir Penolakan Tindakan Resusitasi.
2. Arsipkan dalam Rekam Medis Pasien.

Ditetapkan di : B a n d u n g
Pada tanggal : 26 Mei 2016
PT RUMAH SAKIT UMUM PINDAD
DIREKTUR

LIA YULIANI

Anda mungkin juga menyukai