Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNYA
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah individu mata kuliah Organisasi
dan Manajemen Operasional Rumah Sakit.
Makalah ini saya buat sebagai tugas individu Ujian Tengah Semester yang bertemakan
RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DALAM
MEREALISASIKAN KEBIJAKAN DI ERA BPJS TAHUN 2019 dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak termasuk anak dan istri saya sehingga saya dapat menyusun atau membuat
makalah tugas individu ini dengan baik. Tidak lupa saya sampaikan banyak-banyak terima kasih
kepada yang terhormat Bapak Rachmad, S.SOS, MARS yang telah membimbing saya agar
terselesaikannya makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari penuh bahwa masih banyak sekali kekurangan-
kekurangan saya dalam membuat makalah ini baik dari segi tata cara penyusunan kalimat-
kalimat maupun bahasa. Oleh karena itu saya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-
besarnya dan dengan tangan terbuka saya menerima berbagai macam saran dan kritik.
Akhir kata, saya berharap dengan adanya makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat
untuk teman-teman dan semoga saja juga dapat memberikan solusi bagi Rumah Sakit swasta
dalam menghadapi era BPJS serta dapat sangat bermanfaat juga bagi para pembaca.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah Sakit itu bukan hanya sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi
dan sebuah organisasi. Ada semacam atmosfer khusus apabila kita bicara tentang Rumah sakit.
Untuk dapat mengatur Rumah Sakit dengan baik, seseorang tentu harus dapat mendefinisikannya
dengan tepat pula. Definisi yang paling klasik hanya mengatakan bahwa Rumah Sakit hanyalah
sebuah institusi atau fasilitas yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan
beberapa penjelasan lain. American Hospital Association di tahun 1978 menyatakan bahwa
Rumah Sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada
pasiendiagnostic dan terapeutikuntuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang
bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara
dengan baik untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya serta harus menyediakan
fasilitas yang lapang, tidak bedesak-desakan dan terjamin sanitasinya bagi kesembuhan pasien.
Gaya manajemen yang banyak dianut adalah Total Quality Management (TQM). TQM
adalah system manajemen yang dimulai di Jepang sesudah kehadiran seorang sarjana Amerika
Dr. Deming di tahun 1950 yang diikuti oleh Juran di tahun 1954. Teknik ini kemudian
dimodifikasi sana sini oleh para ahli dan digunakan secara amat berhasil di Jepang, dan baru
belakangan juga diterapkan di Amerika Serikat.
Lokal Global
Promotif
Sumber daya yang
Kompleks dan unggul
efektif
RUMAH SAKIT
Preventif
Rehabilitatif
Dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, berbagai tantangan tentu akan dihadapi
Rumah Sakit di Indonesia. Hidayat Hardjoprawitho dalam makalahnya pada kongres PERSI VII
1996 menyampaikan bahwa bentuk nyata globalisasi perumahsakitan dapat berupa Rumah Sakit
sebagai bagian dari jaringan atau korporasi global. Rumah Sakit akan melayani global atau
konsumen yang telah berselera global, Rumah Sakit akan banyak memperkerjakan pekerja global
serta Rumah Sakit sebagai penjual jasa berbasis pengetahuan dan teknologi tinggi.
Kini, Rumah Sakit adalah bagian integral dari keseluruhan system pelayanan kesehatan.
Departemen Kesehatan RI telah menggariskan bahwa Rumah Sakit umum mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Setelah masa kemerdekaan bangsa Indonesia salah satu manfaat yang paling dirasakan
oleh rakyat Indonesia mungkin adalah salah satunya adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Kehadiran BPJS merupakan
sebuah produk pemerintah yang dirasakan oleh masyarakat khususnya mereka yang tidak
mampu, dengan adanya BPJS masyarakat tidak perlu lagi khawatir soal pembiayaan Rumah
Sakit.
Dana BPJS adalah uang rakyat yang dikelola dengan sistem gotong royong oleh
pemerintah dalam hal ini BPJS, dimana masyarakat yang mampu membantu masyarakat yang
tidak mampu. Pada awalnya hadir dengan segara pro dan kontra keberadaan BPJS bahwa sampai
fatwa ulama turun, pemerintah tidak bergeming program ini terus berjalan. Dan harus diakui,
sampai hasil survey mengatakan bahwa BPJS adalah manfaat yang paling dirasakan dan disukai
masyarakat dengan presentasi tertinggi. Jumlah kepersetaan sampai dengan 30 oktober 2015
sebanyak 153.721.329 (sumber : http://bpjs-kesehatan.go.id).
Jika berbicara peserta tentunya berbicara juga tentang Fasilitas Keshatan (Faskes) adalah
fasilitas kesehatan yang melayani peserta BPJS mulai dari puskesmas, dokter primer, klinik,
rumah sakit, apotek, dan optic.
Harapan pemerintah dan peserta BPJS adalah faskes bias melayani dengan baik dan
tentunya memiliki kinerja keuangan juga yang harus baik. Masih ingat di awal-awal ada
kebijakan BPJS beberapa Rumah Sakit lainnya menolak kebijakan BPJS karena dinilai
rendahnya iuran yang dibayarkan tidak sesuai terlebih mereka adalah Rumah Sakit swasta yang
biaya operasionalnya harus ditanggung sendiri.
Pernah dengan tegas presiden Joko Widodo mengatakan bahwa untuk RS swasta yang
tidak mau bekerja sama atau melayani pasien BPJS akan dikenakan sanksi, seperti pencabutan
ijin operasional. Ini sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan
RS tidak boleh menolak pasien yang membutuhkan pelayanan gawat darurat.
Bergulirnya era persaingan global berimbas pada sektor jasa kesehatan, termasuk
indrustri perumahsakitan. Rumah Sakit dituntut mempunyai daya saing tinggi dalam menangkap
peluang pasar. Di sisi lain tuntutan pasien sebagai konsumen Rumah Sakit juga meningkat, yang
harus diimbangi dengan pelayanan yang bermutu yang memberikan dampak sekaligus tantangan
bagi Rumah Sakit untuk tetap hidup. Tantangan ini memaksa Rumah Sakit untuk
mengembangkan kemampuannya dalam berbagai aspek untuk mewujudkan pelayanan kesehatan
yang bertanggung jawab dan bermutu.
Kualitas pelayanan sangat berhubungan erat dengan pelanggan. Semakin baik kualitas
pelayanan yang diberikan akan mendorong pelanggan untuk menjalin hubungan kerja sama
dalam jangka waktu yang panjang. Munculnya Rumah Sakit swasta maupun milik pemerintah
serta klinik-klinik kesehatan semakin memperketat persaingan dalam menyediakan pelayanan
kesehatan. Salah satu strategi yang umum dilakukan Rumah Sakit adalah dengan memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SISN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan bahwa operasional BPJS Kesehatan dimulai sejak tanggal 1
Januari 2014.
Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Sosial ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Sejak pertama kali diberlakukan 1 Januari 2014 lalu, di Jakarta hanya 81 Rumah Sakit
swasta yang tergabung dengan asuransi kesehatan yang dikelola PT Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Sebab, dari total 152 RS yang bercokol di ibukota Jakarta, 71
diantaranya menolak kerjasama dengan alas an karena keberatan dengan premi yang ditawarkan
pemerintah. Mereka beranggapan, biaya yang diatur dalam system Indonesia Case-Base Groups
(INA-CBGs) terlalu rendah.
INA-CBGs adalah system pengelompokan penyakit pasien berdasarkan ciri klinik yang
sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan. Pengelompokan ini ditujukan untuk
pembiayaaan kesehatan pada penyelenggaraan jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang
bersifat prospektif, yaitu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk
menciptakan kelas-kelas yang relative homogeny dalam hal sumber daya yang digunakan dan
berisikan pasien-pasien yang berkarakteristik klinik yang sejenis. Rumah Sakit akan
mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata yang dihabiskan oleh suatu diagnosis.
BAB II
ISI MAKALAH
Pelayanan kesehatan darurat medis adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan atau kecacatan sesuai dengan kemampuan
fasilitas kesehatan. Penjamin pelayanan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan dilakukan hanya untuk pasien dalam keadaan gawat darurat.
Landasan Hukum :
Cakupan Pelayanan
1. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin adalah sesuai dengan kriteria gawat darurat
yang berlaku
2. Cakupan pelayanan gawat darurat diberikan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi
faskes sesuai tingkatannya, yaitu :
a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan kobsultasi medis
c. Tindakan medis baik operatif maupun non operatif
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e. Pelayanan alat kesehatan
f. Pelayanan penunjang diagnostic sesuai dengan indikasi medis
g. Pelayanan darah
h. Akomodasi sesuai indikasi medis jika diperlukan
i. Pelayanan ambulance antar faskes untuk rujukan pasien dengan kondisi yang
telah teratasi kegawatdaruratannya dan dapat dipindahkan ke faskes yang
bekerjasama dengan BPJS kesehatan.
Tabel 1. Delapan Sasaran Pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2012-
2019
Sejak pertama kali diberlakukan 1 Januari 2014 lalu, di Jakarta hanya 81 Rumah Sakit
swasta yang tergabung dengan asuransi kesehatan yang dikelola PT Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Sebab, dari total 152 RS yang bercokol di ibukota Jakarta, 71
diantaranya menolak kerjasama dengan alas an karena keberatan dengan premi yang ditawarkan
pemerintah. Mereka beranggapan, biaya yang diatur dalam system Indonesia Case-Base Groups
(INA-CBGs) terlalu rendah.
Untuk pembayaran klaim BPJS kesehatan kepada penyedia pelayanan kesehatan tingkat
lanjut yaitu RS, akan digunakan mekanisme INA-CBGs. sejak 3 bulan beroperasinya, paket
biaya yang terdapat dalam INA-CBGs sering dianggap terlalu kecil sehingga tidak
menguntungkan bagi RS, terutama yang dikelola swasta. Namun, ada sebagian RS swasta yang
melihat program BPJS sehingga mereka mampu memperoleh profit, caranya adalah bagaimana
mengendalikan biaya dan menjaga mutu pelayanan agar sesuai ddengan tarif yang dipaketkan
dalam INA-CBGs. sehingga tarif itu memberikan keuntungan bagi RS, dokter dan pasien. Untuk
itu RS membentuk tim internal yang bertugas mempersiapkan pelaksanaan program BPJS.
Sebelum melaksanakan program BPJS, RS melakukan simulasi pelayanan kesehatan dengan
menggunakan tarif INA-CBGs, kemudian tim melakukan pengendalian mutu dan biaya serta
evaluasi terhadap kegiatan simulasi yang dilakukan tersebut.
Selaras hal tersebut, pimpinan RS membentuk tim verifikator internal yang bertugas
mengawasi diagnosis penyakit yang diberikan dokter terhadap pasien. Lewat peran verifikator
internal inilah diharapkan diagnosis yang diberikan dokter efektif sesuai dengan tarif yang tertera
dalam paket INA-CBGs. Tapi tidak semua berjalan sempurna karena ada beberapa diagnosis
penyakit tertentu yang tarifnya sangat kecil dan kurang menguntungkan bagi RS. Tapi kerugian
yang kecil tersebut mungkin dapat ditutupi oleh keuntungan yang lebih besar yang diperoleh RS
dari tarif INA-CBGs, jadi intinya adalah manajerial RS, semakin efisien semakin besar
keuntungannya.
KONSEP INA-CBGs
Nov 2012
Okt 2010 Jan 2014
Implementasi INA-CBG
menggunakan UNU Peluncuran INA-CBGs versi
grouper 2.0 dengan 7 spesial CMGs
SPECIAL SPECIAL
PROCEDURES PROTHESIS
CHRONIC SPECIAL
DRUGS
SUB-ACUTE
SPECIAL
INVESTIGATIONS
ACUTE INA-CBGs
AMBULATORY
PACKAGE
KOMPONEN SISTEM
1. Klasifikasi penyakit
a. Kode diagnosis (ICD-X)
b. Kode prosedur tindakan (ICD-IX)
2. Analisis biaya
a. Top-down costing
b. Clinical Pathways
1. Data pasien
a. Identitas pasien (nama, nomor RM, nomor asuransi, suku, kelas perawatan,spesialis
perawatan)
b. Umur (Tahun)
c. Umur (Hari)
d. Jenis kelamin
e. Tanggal lahir
f. BB lahir (untuk neonatal) di bawah 28 hari
2. Data masuk dan keluar pasien
a. Tanggal masuk
b. Tanggal keluar
c. Lama hari dirawat (LOS)
d. Status kepulangan
3. Data klinis
a. Diagnosa utama
b. Diagnosa sekunder
c. Prosedur tindakan utama
d. Prosedur tindakan sekunder
Harapan :
KESIMPULAN
1. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dapat menjadi ancaman sekaligus peluang bagi
dokter dan Rumah Sakit
2. Rumah Sakit harus solid dan bersatu mengajak seluruh stake holder untuk menciptakan
win-win solution dalam menghadapi pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
3. Rumah Sakit yang suvive adalah :
a. RS yang mempersiapkan dengan baik dan menjadikan JKN sebagai peluang
b. RS yang menjaga standar mutu dan standar biaya
4. Coding berdampak kepada pergantian biaya
5. Kuncinya adalah coding yang tepat
6. Dokumentasi dokter sangat VITAL :
a. Dokumentasi RM harus komprehensif dan lengkap
b. Harus tepat waktu
c. Dapat dibaca (kecuali system IT)
7. Memberikan pelatihan dan pendidikan bagi coder/petugas RM
8. Kerjasama tim (Administrasi, Rekam Medis, Staf penagihan Keuangan)
DAFTAR PUSTAKA
1. www.kompasiana.com
2. Adriyanyusman.co.id.maret 2016
3. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Informasi Rumah Sakit,
edisi tahun 1997, Seri 1, Kegiatan Pelayanan. Jakarta, 1997
4. IDI Cilegon.com
5. Panduan Praktis Penjaminan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis. Jakarta, 2014
6. Tjandra Yoga Aditama. Rumah Sakit Masa Datang. 10 Januari 1998
7. M.hukumonline.com
8. Fred R. David, Francis Marion University Florence, South Carolina. Strategic
Management, Thirteenth Edition
9. Tjandra Yoga Aditama. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Penerbit Universitas
Indonesia, 2015
10.