sebaik-baik bekal adalah taqwa dan dari kemurkaan Allah, dan juga siksaNya.
yang berakal”. (QS. Al. Baqarah: 197). yang diperintahkan dan menjauhi apa yang
Sering kita mendengar kata takwa dari dilarangNya. Ibnu Qayyim menyatakan,
ustadz, mubaligh dan para penceramah, hakikat takwa adalah mentaati Allah atas
namun bagi kebanyakan kita antara dasar iman dan ihtisab, baik terhadap
tentang takwa jauh dari semestinya. perkara yang dilarang. Maka dia
tingkatan dan buah dari takwa tersebut. disertai dengan pembenaran terhadap
Sehingga hanya masuk telinga kanan dan janjiNya, dengan imannya itu pula ia
keluar telinga kiri tanpa adanya perhatian meninggalkan yang dilarangNya dan takut
kehidupan dunia ini terlebih kehidupan At-Takwa dalam Al-Qur’an mencakup tiga
Sidang Jum’at yang berbahagia … dan pengakuan superioritas Allah. Hal itu
dari kejahatan. Dan kata Al-Wiqa’ yaitu Kedua: Bermakna taat dan beribadah,
pelindung. Itulah arti takwa secara bahasa. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
Sedangkan takwa menurut syariat para bertakwalah kamu kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa”. (Ali Imran: keadaan taat secara menyeluruh, baik
“Taatlah kepada Allah dengan sebenar- besar dan kecil. Serta meninggalkan yang
Mujahid berkata, “Takwa kepada Allah terjerumus ke dalam dosa, itulah cakupan
artinya, Allah harus ditaati dan pantang takwa sebagaimana dimengerti oleh
Ketiga, dengan makna pembersihan hati Apa yang kita dapatkan bila bertakwa
takwa dari makna takwa, selain pertama Allah Ta’ala menjanjikan kepada kita, akan
dan kedua. Allah berfirman yang artinya: berada dalam kebahagiaan hidup didunia
“Barangsiapa yang mentaati Allah dan dan akhirat. Di antara janji Allah yang
rasulNya dan takut kepada Allah dan merupakan buah dari takwa adalah
Para mufassir juga berkata, bahwa takwa “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
1. Memelihara dan menjaga dari perbuatan keluar. Dan memberinya rizki dari arah
Sehingga seorang disebut muttaqin, selalu itu artinya, ia mendapat keberkahan dalam
berusaha sungguh-sungguh berada dalam rizkinya. Dan Abu Sa’id Al-Khudri berkata:
Barangsiapa berlepas dari kuatnya ْنَّ َو ْال ُمؤْ ِمنَاتَِّ.
تَّ َو ْال ُمؤْ ِمنِي ََّ
ْنَّ َو ْال ُم ْس ِل َما َِّ
ْال ُم ْس ِل ِمي ََّ
kesulitan dengan kembali kepada Allah, فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهَُّ،إِن َّهَُّ ُه ََّوَّ ْالغَفُ ْو َُّ
رَّالر ِح ْي َُّم.