Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN TERAPI GIZI

TERINTEGRASI

1
RUMAH SAKIT UMUM ‘AISYIYAH PURWOREJO
Jalan May. Jend. Soetoyo No. 113 Purworejo
Telp : (0275) 321435 Email : rsiaa_pwr@yahoo.com

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ‘AISYIYAH PURWOREJO
NOMOR : 046/SK.3.2/RSA.PAP/I/2019
Tentang
PANDUAN TERAPI GIZI TERINTEGRASI

DIREKTUR RUMAH SAKIT AISYIYAH PURWOREJO


Menimbang :
a. Bahwa Rumah Sakit Aisyiyah Purworejo perlu untuk selalu
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui peningkatan
mutu secara berkesinambungan;
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit perlu adanya suatu panduan yang mengatur Pemberian
terapi gizi di Rumah Sakit Aisyiyah Purworejo
c. Bahwa sesuai butir a dan b diatas perlu ditetapkan dalam suatu
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Purworejo.

Mengingat :
a. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah
Nomor : 069/PWA/A/SK/XIII/2016 tanggal 01 Desember 2016
tentang Pengangkatan dr. H Muhammad Maimun,MPH Sebagai
Direktur Rumah Sakit ‘Aisyiyah Purworejo.
b. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah
Nomor : 102/PWA/A/SK/I/2019 tanggal 05 jumadil awwal
1440H/ 11 januari 2019 perihal pengangkatan Badan Pelaksana
Harian Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Purworejo periode 2018-
2022.

Memperhatikan :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

i
tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

RUMAH SAKIT UMUM ‘AISYIYAH PURWOREJO


BADAN PELAKSANA HARIAN
Jalan May. Jend. Soetoyo No. 113 Purworejo
Telp : (0275) 321435 Email : rsiaa_pwr@yahoo.com

4. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Gizi;


5. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia no 34 tahun
2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : menetapkan Pedoman terapi gizi terintegrasi Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Purworejo sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini
Kedua :Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan akan diadakan perbaikan
dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Purworejo
Pada Tanggal : 12 Januari 2019
Direktur
Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Purworejo

(dr. H. Muhammad Maimun, MPH)


NBM : 754072

ii
DAFTAR IS

I
SURAT KEPUTUSAN...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iv
BAB I.....................................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................7
BAB IV................................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

iii
KATA PENGANTAR
‫ﺑﺳﻢ ﷲ ﺎﻟﺮﲪﻦ ﺎﻟﺮﺣﯿﻢ‬

Dalam rangka meningkatkan standar pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi


pasien Rumah Sakit Umum Aisyiyah Purworejo yang bermutu dan berkualitas, maka
diperlukan suatu pedoman sehingga pelayanan gizi yang dilaksanakan memenuhi standar
yang telah ditetapkan.
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Puworejo sebagai salah satu penunjang
pelayanan di rumah sakit ini membutuhkan tenaga terampil yang dapat berkerja efektif,
efisien dan berkualitas.
Buku pedoman Terapi Gizi Terintegrasi Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Purworejo
merupakan standar dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit sesuai
dengan SDM yang dimiliki dimana diuraikan tentang standar ketenagaan, standar fasilitas,
tata laksanakan, pelayanan, logistik, sanitasi makanan dan keselamatan kerja hingga
pengawasan dan pengendalian mutu.
Dengan adanya buku pedoman terapi Gizi terintegrasi Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Purworejo ini, semoga tercapainya pelayanan kesehatan terutama pelayanan di
instalasi gizi terus meningkat dan berkembang.

Purworejo, januari 2018

Penyusun

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatandan gizi merupakan factor yang sangat penting menjaga kualitas


hidup yang optimal.Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat
gizi.Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat gizi.Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat –zat gizi
dalam jumlah berlebihan.Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit.

Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah
banyak dilakukan.Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah
Sakit Umum di Jakarta tahun 1995 – 1999 menunjukkan 20 – 60% pasien
menderita kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di Rumah Sakit.Untuk itu
perlu adanya terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
mempercepat penyembuhan dan membantu mencegah memburuknya kondisi
kesehatan pasien.

Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan
bagian dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan
secara terpadu dengan upaya pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitative.

Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di


rumah sakit yang disebut dengan Tim Terapi Gizi.Tim ini terdiri dari dokter
spesialis, dokter, dietisien, perawat ruangan, serta ahli farmasi yang mempunyai
komitmen terhadap pelayanan gizi klinik.

Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi
dan memberikan manfaat lainnya.Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian
seperti penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa
intervensi gizi oleh Tim Terapi Gizi.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang


mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang
pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik
pasien yang diutamakan.Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian
dari pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalumeningkatkan kualitasnya

1
melalui pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut
dengan pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi.

B. Ruang Lingkup
1. Organisasi Tim Terapi Gizi
2. Pelayanan Tim Terapi Gizi

C. Batasan Operasional
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisa masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta
serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip
keilmuan makanan, gizi, social dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area / lingkungan / latar belakang praktek pelayanan.
4. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu kekompok dengan kepentingan yang
sama bergabung untuk memangani masalah yang terindenfitikasi. Pada
pelaksanan PAGD dietisien mengkomunikasikan rencana proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan
lain yang menangani masalah gizi tersebut.
6. Membuat Keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik
dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan Masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil.
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien
klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
9. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis

2
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic, baik dimasyarakat
maupun rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
10. Nutrisionis Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana
gizi yang yang telah lulus uji kompetensi dan terintegrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan.
11. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,
makanan,dietetic masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian
12. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan
berbagai kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang
menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambuh
dari proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan
ukuran yang objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
13. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual
mulai dari menetapkan kebutuhan energy, komposisi zat gizi yang mencakup
zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute
pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi,
komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta
kesukaan dan nilai - nilai yang dianut oleh pasien / klien.
14. Proses Asuhan Gizi Terstandar ( PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh
tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
15. Registered Dietision ( RD ) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana
gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi ( internship ) dan telah lulus uji
kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan
menyelenggarakan praktek gizi mandiri.
16. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbul balik atas pasien dengan masalah gizi, baik
secraa vertical maupun horozantal.
17. Technical Registered Dietisien ( TRD ) adalah seorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku
atau Ahli Madya Gizi ( AMG ) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
18. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan. Tenaga gizi meliputi

3
Technical Registered Dietisien ( TRD ), Nutrisionis Registered ( NR ) dan
Registered Dietisien ( RD ).

D. Dasar Hukum
1. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang jabatan Fungsional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013
tentang Penyelengaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelayanan dan Praktek Tenaga Gizi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS).

4
BAB II
PENGERTIAN , TUJUAN DAN PRINSIP DASAR TERAPI GIZI

A. Pengertian
Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien ( Nutrition and Diet
Theraphy Dictionary, 2004 ).
Terapi gizi medik dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet ( dietary
treatment ) yaitu pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadwal makan setiap
hari yang bertujuan membantu penyembuhan pasien. Terapi gizi medis adalah
terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis, serta
merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang
telah diberikan agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang
telah disusun. Didalam terapi gizi medic merupakan alur proses kegiatan
perencanaan makan sampai makanan disajikan kepada pasien yang melibatkan
beberapa orang yang memiliki profesi yang berbeda seperti dokter spesialis gizi
klinik, ahli gizi dan pramusaji dengan menghasilkan suat makanan yang sesuai
dengan standar perencanaan sampai makanan disajikan harus sesuai dengan jumlah,
jenis, dan jadwal makanan pasien. Proses tahapan dari terapi gizi medik dimulai
dari preskripsi diet, kitir makanan, pemorsian makanan dan makanan disajikan
untuk pasien.
Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu
perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang
bermakna pada kehidupan pasien.

B. Tujuan
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan
pasien. Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi
pasien, diharapkan akan :
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status
gizi optimal
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

5
C. Prinsip Dasar
Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara
mendalam dankomprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara
individual dan tepat.Pasien harusdilibatkan dalam menentukan tujuan terapi.Hasil
dari terapi gizi medis dievaluasi dengan baik sampaimencapai tujuan terap.
Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain:
1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.
3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi
pasien.
4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya
sendiri.
Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
proses pengobatanmeliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Selain itu konsistensi dan jenis makanandisesuaikan dengan penerimaan
pasien.Pelaksanaan terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamismengikuti
perkembangan klinis pasien. Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter,
dietisien, perawat dan petugas lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan Tim
Asuhan Gizi di rumah sakit

6
BAB III
ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang dapat
Melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. VISI
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu
berorientasi kepada kualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan
pasien.
B. MISI
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh
berdasarkan bukti klinis,teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal
efisiensi biaya dandampaknya.

C. PENGORGANISASIAN
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit dan
diketuai oleh Ahli gizi yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik serta
menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota Tim Terapi
Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan penyelenggaraan
terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi. Agar Tim Terapi
Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasian dan jalur
koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut :
PENGORGANISASIAN TIM TERAPI GIZI RUMAH SAKIT

DIREKTUR

TIM TERAPI GIZI

RUANG RAWAT
INAP

7
D. PERAN DAN FUNGSI
1. Pelayanan Pasien Rawat Inap
Kajian status gizi dan metabolik serta pengelolaan pasien yang membutuhkan
terapi gizi oral,enteral maupun parenteral, serta pengawasannya melalui visite
tim.
2. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan oleh seluruh anggota tim sesuai dengan fungsi masing-masing
anggota

No Kegiatan Dokter Dietisien Perawat Farmasi


1 Kajian nutrisi Perawat tim
awal terapi gizi /
perawat ruang
rawat inap
2 Anamnesis 1. Keluhan utama 1. Kebiasaan 1. Identitas
makan pasien
sebelum sakit
dan saat sakit
2. Riwayat 2. Analisis 2. Mengkaji
Penyakit asupan gizi pasien
( food
recall/food
Frequensi)
sebelum dan
selama sakit
3. Riwayat 3. Analisis 3. Cairan
penyakit dietary beberapa
dahulu history hari terakhir
4. Riwayat 4. Mengkaji
penyakit perkembang
keluarga an keluhan
pasien
5. Riwayat 5. Riwayat
masalah gizi alergi/
intoleran
6. Riwayat 6. Riwayat
kelahiran alergi dan
intoleransi
3 Pemeriksaan 1. Analisis hasil Pemeriksaan 1. Penimbanga
fisik pemeriksaan antropometri n BB dan
antropometri awal pengukuran
TB/PB
2. Pemeriksaan 2. Evaluasi
tingkat tanda vital
kesadaran dan ( TD,RR,
tanda nadi, suhu )
kegawatdarurat dan
an kegawatdar
uratan
3. Pemeriksaan
status
generalis,

8
inspeksi,
perkusis,
palpasi, dan
auskultasi.
4 Tindakan 1. Menetapkan 1. Analisis 1. Pemantauan 1. Mempersia
status gizi asupan tanda vital pkan obat,
pasien selama elektrolit &
perawatan nutrisi
( jumlah & parenteral
komposisi
asupan )
2. Menentukan 2. Menyediakan 2. Pemantauan 2. Menentuka
terapi gizi awal diet sesuai status gizi n
sesuai kondisi medis kompatibili
diagnosis & daya terima tas zat gizi
medis pasien yang akan
3. Preskripsi 3. Monitoring & 3. Pemantauan diberikan
terapi gizi awal Evaluasi intake dan kepada
( jenis, bentuk, Terapi Gizi output pasien
jumlah, cairan
frekuensi 4. Pemantauan
makan) penyakit
dan keluhan
pasien
5. Pemantauan
tanda
infeksi,
perawatan
infuse dan
NGT
6. Membuat
surat control
ulang

9
BAB IV
PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

A. PROSES TERAPI GIZI


Tahapan langkah proses terapi gizi dari skrininng/penapisan, kajian, diagnosis
medis dan diagnosis gizi (penentuan masalah gizi), formulasi terapi (intervensi
gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, penyusunan rencana
ulang terapi atau penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut bertujuan untuk
memberi dampak terapi yang optimal bagi pasien dan mempunyai keefektifan
biaya.
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawat ruangan dan penetapan diet awal oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak
beresiko malnutrisi atau kondisi khusus, kondisi khusus yang dimaksud adalah
pasien dengan kelainan metabolic, hemodialisis, anak, geriatric, kanker dengan
kemoterapi/ radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis
dan sebagainya.
Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit.Contoh metode skrining antara lain Malnutrition
Universal Screening Tools (MUST), MalnutritionScreening Tools (MST),
Nutrition Risk Sreening (NRS) dan sebagainya.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah-langkah Pro
ses Asuhan Gizi Terstandar(PAGT) oleh dietisien. Pasien dengan status gizi
baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah
1 minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan Proses
Asuhan Gizi Terstandar.
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang
gizi, mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu,
proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai
berikut:

10
TUJUAN TERCAPAI
Pasien masuk

Tidak beresiko STOP


Skrining Gizi Diit Biasa Pasien Pulang

Berisiko malnutrisi/sudah malnutrisi

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR TUJUAN TERCAPAI


Pengkajian Diagnosis Intervensi Monitoring
gizi gizi gizi evaluasi

TUJUAN TERCAPAI

a. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1) Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, polamakan, diit saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan pula datakepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas
fisik dan olahraga danketersediaan makanan di lingkungan klien.Gambaran
asupan makan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
2) Biokimia
Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan
statusgizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi.
3) Antropometri
Merupakan pengukuran fisik individu yang dilakukan dengan berbagai
cara,antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB), pengukuran Berat Badan (BB).
Pada kondisitinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan
(PB), Tinggi Lutut(TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan.
Pengukuran lain seperti LingkarLengan Atas (LiLA), tebal lipat kulit, lingkar
kepala, dan lain sebagainya dapatdilakukan.Penilaian status gizi dilakukan
dengan membandingkan beberapa ukurantersebut misalnya Indeks Masa tubuh
(IMT).Pemeriksaan fisik yang paling sederhanauntuk melihat status gizi pada
pasien rawat inap adalah BB.BB pasien sebaiknyadicatat saat pasien masuk
dirawat dan dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat
minimal 7 hari.

11
4) Pemeriksaan fisik/klinis
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan kinis yang
berkaitandengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.Contoh
beberapa
data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, 
masa ototyang hilang, lemak tubuh yang menumpuk.
5) Riwayat personal
Data riwayat personal meliputi :
 Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
 Sosial budaya, meliputi sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama,
situasirumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial.
 Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi, riwayat
penyakitdahulu dan sekarang, riwayat pembedahan penyakit kronik atau
risikokomplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental
sertakemampuan kognitif.
 Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan me
nyatakan masalah gizisecara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang
ada.Penulisan diagnosa gizi terstukturdengan konsep PES atau Problem, Etiologi
dan Signs/Symptoms. Diagnosis gizidikelompokan menjadi tiga (3) domain, yaitu :
1. Domain Asupan
Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan
asupan energi, zat gizi,cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang
melalui oral maupun parenteral danenteral.
2. Domain Klinis
Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis
atau fisik/fungsi organ.
3. Domain Perilaku/Lingkungan
Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses
keamanan makanan
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua (2) komponen intervensi gizi yaitu :
1. Perencanaan Intervensi

12
Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.Output dari
intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diit dan strategi
pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi
b) Preskripsi diit
c) Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi
individual, jenis diit, bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuaensi
makan/jadwal pemberiandiit, jalur makanan.
2. Implementasi Intervensi
Dietisien melaksanakan dan megkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien
dan tenagakesehatan atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan datakembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respon
pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan
keberhasilanimplementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi. Empat (4)
langkah kegiatanmonitoring dan evaluasi yaitu :
1) Monitor perkembangan, antar lain : mengecek pemahaman dan ketaatan
diit pasien,mengecek asupan makan, menentukan apakah intervensi
dilaksanakan sesuai denganrencana, menentukan status gizi pasien
tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan statushemodinamik serta
kondisi metabolik pasien, dan mengidentifikasi hasil pemeriksaan lain.
2) Pengukuran hasil
3) Evaluasi hasil
4) Pencatatan dan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi antara
lain SubjektiveObjektive Assesment Planning (SOAP) dan Assesment
Diagnosisi Intervensi Monitoring(ADIME). Format ADIME merupakan
model yang sesuai dengan langkah PAGT.
e. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan mampu
mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan.Konseling diberikan
kepada pasien dan atau keluarganya yang membutuhkan untuk mendapatkan
penjelasan tentang diet yang harus dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit
dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan
kompetensinya.

13
PENUTUP

Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi
penyembuhan pasien dan menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat dan biaya
perawatan.
Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi Gizi
dalam bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi Gizi,
meningkatkan profesionalisme tenaga dan penetapan biaya makan pasien dipisahkan dari
biaya perawatan, sehingga biaya gizi merupakan bagian dari biaya makan pasien.
Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar pelayanan
rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi.Sehingga mutu pelayanan gizi RS
dapat ditingkatkan secara berkesinambungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI. 2006. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI

15

Anda mungkin juga menyukai