Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

ASUHAN GIZI TERINTEGRASI

RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA


LUWUK
TAHUN 2023
PT. CANEZA LUWUK MEDIKA

RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA


Jl. Sungai Musi No. 17, Kelurahan Soho, 94713, Luwuk
Telp : 0461-3201849
email : rsclairemedika@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA
NOMOR : 076/1.2/SK/RCML/II/2023
TENTANG
PANDUAN ASUHAN GIZI TERINTEGRASI
RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA

DIREKTUR RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA


Menimbang : a. Bahwa meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
memerlukan kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan asuhan
gizi terintegrasi;
b. Bahwa untuk terlaksana identifikasi kebutuhan gizi dan asuhan
gizi terintegrasi, perlu dilakukan asuhan pelayanan gizi yang
sesuai dengan kebutuhan pasien guna mempercepat proses
penyembuhan, melalui skrining gizi, pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi gizi pasien;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b , perlu menetapkan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Claire Medika tentang Panduan Asuhan Gizi
Terintegrasi Rumah Sakit Claire Medika
1.
Mengingat : Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 78 tahun
2013 tentang Pedoman Gizi Rumah sakit;
4.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi.
PT. CANEZA LUWUK MEDIKA

RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA


Jl. Sungai Musi No. 17, Kelurahan Soho, 94713, Luwuk
Telp : 0461-3201849
email : rsclairemedika@gmail.com

5.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Kemenkes RI
2013
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DREKTUR RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA TENTANG


PANDUAN ASUHAN GIZI TERINTEGRASI
Kesatu : Panduan asuhan gizi terintegrasi sebagaimana dimaksud pada
diktum kesatu sebagai acuan bagi Rumah Sakit Claire Medika dalam
mempertahankan dan meningkatkan status gizi baik dengan
melakukan intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang
efektif, pemberian diet sesuai untuk pasien dan kolaborasi dengan
profesi lain sangat mempengaruhi PAGT, sebagaimana tercantum
dalam lampiran peraturan ini.
Kedua : Asuhan gizi terintegrasi di Rumah Sakit Claire Medika bertujuan :
1. Ketertiban dan keseragaman dalam memberikan asuhan gizi
terintegrasi di Rumah Sakit Claire Medika
2. Terlaksana pemberian asuhan gizi secara terintegrasi yang tepat,
aman dan efektif, untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien
3. Terselenggara asuhan gizi terintegrasi di Rumah Sakit Claire
Medika sesuai standar yang telah ditetapkan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Ketiga : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Luwuk
Pada Tanggal 06 Februari 2023
DIREKTUR RS CLAIRE MEDIKA,

dr. AMELIA JULIANA ADAM


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I DEFENISI.............................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Pengertian.....................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
BAB II RUANG LINGKUP...............................................................................................
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................................
BAB IV DOKUMENTASI................................................................................................

1
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CLAIRE MEDIKA
NOMOR : 076/1.2/SK/RCML/II/2023
TENTANG PANDUAN ASUHAN GIZI TERINTEGRASI

BAB I

DEFINISI

1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang


memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati
fakta serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area/ lingkungan/ latar belakang praktek pelayanan.
4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah
gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang
sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada
pelaksanaan PAGT dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan
lain yang menangani masalah gizi tersebut.
6. Membuat Keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik
dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan Masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/
klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
9. Nutritionist Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana
gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan

2
perundang- undangan.
10. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau
sakit.
11. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan
berbagai kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan
yang menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai
tambah dari proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta
penggunaan ukuran yang objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
12. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara
individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang
mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi
makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan
pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan
dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien/klien.
13. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh
tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
14. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana
gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji
kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan
dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
15. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan
masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal.
16. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku
atau Ahli Madya Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundan-undangan.
17. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga Gizi meliputi
Technical Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR) dan
Registered Dietisien (RD).

3
BAB II

RUANG LINGKUP

Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan
tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang
sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT
dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di
rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas,
dan di masyarakat.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang
berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit, dan berbagai tahap pertumbuhan.
Apabila asupan zat gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan utilisasi zat
gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi. Dalam upaya penanganan problem
gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab yang mendasarinya. Akar penyebab
masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan pilihan intervensi yang
lebih sesuai.
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik
dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan
oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif,
pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan
profesi lain sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT. Monitoring dan evaluasi
menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan
keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua tahapan
proses asuhan gizi.
Gambar 1
Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit Claire Medika

4
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter
setelah dilakukannya pemeriksaan klinis dan diagnosis serta terapi yang diberikan
termasuk terapi diet. Bagi pasien yang bermasalah atau berisiko malnutrisi,
langsung diinformasikan kepada Ahli Gizi untuk dilakukan pengkajian gizi, dan
formulasi terapi gizi. Selanjutnya implementasi terapi gizi dilanjutkan monitoring
atau pemantauan dan dilanjutkan evaluasi terapi gizi. Bila terapi gizi telah tercapai,
maka Ahli Gizi memutuskan untuk melakukan penghentian pemantauan atau
pemantauan selanjutnya diteruskan oleh DPJP.
Kegiatan pelayanan gizi dalam penyelenggaaan pelayanan gizi rumah sakit
meliputi:
1. Melakukan anamnesa
2. Menjelaskan proses pemeriksaan yang akan dijalani pasien
3. Melakukan pemeriksaan antrpometri
4. Mengukur dan menentukan status gizi
5. Melakukan penjaringan gangguan gizi
6. Menyelenggarakan pengkajian diet dan pola makan berdasarkan
anamnesis dan pola makan
7. Menentukan kebutuhan gizi dengan keadaan pasien
8. Melakukan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
dengan perubahan klinis dan status gizi
9. Merujuk pasien ke dokter spesialis gizi klinik untuk pemeriksaan,
diagnosa dan terapi gizi lanjutan.

5
BAB III

TATALAKSANA

3.1 SKRINING GIZI

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi
oleh ahli gizi dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik,
hemodialis, geriatrik, kanker dengan kemoterapi/ radiasi, luka bakar, pasien
dengan imunitas menurun, sakit kritis, dan sebagainya.
Metode skrining yang digunakan adalah Malnutrition Screening Tool (MST)
untuk dewasa dan STRONG KIDS untuk skrining gizi anak. Skrining dilakukan
pada pasien baru 1 x24 jam setelah pasien masuk RS. Bila hasil skrining gizi
menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, dengan skoring ≥ 1 maka dilakukan
pengkajian/ assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses
asuhan gizi terstandar oleh Ahli Gizi.
Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang beresiko malnutrisi
maka dilakukan proses gizi terstandar.
3.2 PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan


dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan
evaluasi gizi (ADIME). Langkah- langkah tersebut saling berkaitan satu dengan
lainnya. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila
tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi
baru maka proses berulang kembali mulai dari assessment gizi.
3.3 LANGKAH-LANGKAH PAGT

1. Assesmen/ Pengkajian Gizi

6
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu Anamnesis riwayat
gizi; Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium);
Pengukuran antropometri; Pemeriksaan fisik klinis dan Riwayat personal.
a. Anamnesa/ Pengkajian Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan
termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang
terkait. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan
kesehatan, aktivitas fisik
dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan pasien.
Gambaran asupan makanan dapat melalui anamnesis kualitatif dan
kuantitatif.
Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat
gizi sehari melalui “recall makanan 24 jam . Kemudian dilakukan
analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar.
b. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran
fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi
harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi
yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan,
prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.
c. Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pengukuran Tinggi Badan (TB); Berat Badan (BB). Untuk kondisi
pasien yang tidak dapat berdiri, akan diukur menggunakam tinggi
Lutut (TL) dan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA).
1) Pengukuran Berat Badan
a) Pengukuran Berat Badan Pada Orang Normal
 Timbangan Injak untuk orang dewasa
 Timbangan otomatis untuk bayi
Rumus-rumus BBI (Berat Badan Ideal)
0 – 11 bulan = (n + 9)/2 atau (n:2) + 3 s/d 4
Ket. n = usia dalam bulan
7
1 – 6 tahun = 2n + 8
7 – 12 tahun = (7 n – 5)/2
Ket. n = usia dalam tahun
>12 tahun = (TB-100) – 10% (TB-100)
Catatan: Apabila TB pasien wanita <150 cm, dan TB pasien
pria <160 cm, maka: BBI = TB – 100.
b) Pengukuran Berat Badan Pada Kondisi Khusus
(1) Pengukuran Berat Badan dalam Kondisi Tirah Baring
atau dengan Oedema
(a) Perkiraan Berat Badan
Pada semua kedaan seperti yang disebutkan diatas,
rumus dalam tabel berikut dapat digunakan untuk
memperkirakan berat badan ideal berdasarkan
panjang badan pasien.
Tabel 1. Memperkirakan BB berdasarkan PB
The Hamwi
Methode
Bangun Laki-laki Wanita
Tubuh
45 kg untuk 152 cm
48 kg untuk 152 cm yang yang pertama;
pertama; selanjutnya selanjutnya tambahkan
tambahkan 2,7 kg untuk 2,3 kg untuk setiap
Sedang setiap kelipatan 2,5 cm; kelipatan 2,5 cm;
kurangi 1,13 kg untuk kurangi 1,13 kg untuk
setiap cm TB<152 cm setiap cm bila TB < 152
cm
Kecil Kurangi 10% Kurangi 10%
Besar Tambahkan 10% Tambahkan 10%

Sumber : Grant, J:Hanbook of Total Parenteral


Nutrition, Philadelphia, W.B. Saunders Co.
1980.
(b) Cara Menentukan Bangun Tubuh
Bangun tubuh dapat ditentukan hanya dengan cara
langsung mengamati pasien. Namun untuk lebih
meyakinkan, penentuan kerangka tubuh dapat
berdasarkan lingkar pergelangan tangan, yaitu
sebagai berikut:
Rumus :

8
R = Tinggi Badan (cm)
Lingkar Pergelangan Tangan (cm)

Tabel 2. Penentuan Kerangka Tubuh


Kerangka Tubuh Laki-laki Wanita
Kecil >10,4 >11,0
Sedang 9,6 – 10,4 10,1 – 11,0
Besar <9,6 <10,1

(c) Berat Badan Koreksi


Pada pasien yang mengalami oedema atau ascites,
hitung BB sebenarnya menggunakan BB Koreksi, yaitu:
Rumus:
BB Koreksi = BB saat ini – Koreksi oedema/ ascites
Tabel 3. Koreksi BB pada Oedema dan Ascites
Tingkatan Oedema Ascites
Ringan
(bengkak pada -1 kg atau 10% -2,2 kg
tangan atau kaki)
Sedang
(bengkak pada wajah -5 kg atau 20% -6 kg
dan tangan atau kaki
Berat
(bengkak pada wajah, -14 kg -10 kg
tangan dan kaki)
(2) Untuk Kondisi Amputasi
Tabel 4. Persentase Berat Badan Berdasarkan Bagian
Tubuh
Bagian Tubuh Persentase
Bagian lengan 6,5
Lengan atas 3,5
Lengan bawah 2,3
Tangan 0,8
Bagian kaki 18,5
Kaki bagian atas 11,6
Kaki bagian 5,3
bawah 1,8
Kaki
Sumber: Rosalind S Gibson, 2005

9
BB yang dicari = BB Sekarang x 100
100 - % amputasi (tabel persentase)
2) Pengukuran Tinggi Badan
a) Pengukuran Panjang Badan dan Tinggi Badan (untuk keadaan
sehat)
(1) Pengukuran Panjang Badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang
badan bagi anak yang berusia < 2 tahun dan panjang
badan ≤ 50 cm serta menggunakan alat pengukur
panjang badan Length Board.
(2) Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan mengukur tinggi badan anak ≥
2 tahun dan tinggi ≥ 80 cm. Pengukuran tinggi badan
dilakukan dengan alat pengukur tinggi (microtoise).
Konversi dari panjang badan ke tinggi badan (dengan
mengurangi 0,7 cm) atau dari tinggi badan ke panjang
(dengan menambahkan 0,7 cm).
b) Pengukuran Estimasi Tinggi Badan (Untuk Kondisi Khusus)
(1) Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Tinggi
Lutut Pengukuran ini digunakan sebagai
salah satu cara untuk mengetahui tinggi badan
dari subjek, terutama subjek yang tidak dapat berdiri,
kaki yang diukur adalah kaki sebelah kiri. Alat yang
digunakan adalah meteran.
Rumus Estimasi tinggi badan menggunakan tinggi lutut:
Laki-laki : TB (cm) = 64,19 cm + (2,02 TL) – (0,04U)
Perempuan : TB (cm) = 84,88 + (1,83TL) – (0,24U)
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Ukuran Lingkar Lengan Atas dapat menjadi indikator status
nutrisi orang dewasa. Normal LILA ibu hamil menurut WHO atau
Kemenkes adalah harus lebih dari 23,5 cm. Biasanya,
pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada wanita usia
subur terutama dalam rentang usia 15 hingga 45 tahun.
Cara mengukur LILA ibu hamil:
(1) Pengukuran dilakukan pada lengan tangan yang lebih tidak
dominan antara kanan atau kiri. Contohnya jika terbiasa
beraktivitas dengan tangan kanan, maka mengukuran LILA
dilakukan pada lengan kiri.
(2) Tekuk lengan sehingga tangan berbentuk siku. Pengukuran
lila dilakukan di area tersebut.
10
(3) Lingkarkan pita Lila di titik tengah antara tulang bahu dan
siku. Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar.
(4) Ukuran LILA akan terlihat di pita meteran
4) Indikator Pertumbuhan
a) Indeks Antropometri
(1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi
masa lalu dan masa kini.
(2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu
(3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (TB/BB)
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat ini (sekarang).
(4) Indeks Massa Tubuh
(a) IMT Anak (IMT/U)
IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat
untuk penapisan kelebihan berat badan dan
kegemukan. Pada bayi IMT naik secara tajam karena
terjadi peningkatan berat badan secara cepat relatif
terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama
kehidupan. IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan
dan tetap stabil pada umur 2-5 tahun.
(b) IMT Dewasa
Rumus IMT:
IMT = BB (kg)
TB (m²)
Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kekurangan berat badan < 17,0
tingkat berat
Kurus Kekurangan berat badan 17,0 – 18,5
tingkat ringan
Normal >18,5 - 25,0
Kelebihan berat badan >25,0 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk Kelebihan berat badan >27,0
tingkat berat
Sumber : Almatsier, Sunita. (2006). Penuntun Diet Edisi
Baru. PT Gramedia Pustaka Umum.
(5) Z-Score
11
Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan
secara internasional untuk menentukan status gizi dan
pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan standar
deviasi (SD) populasi rujukan.
Z-score = (nilai yang diamati – nilai referensi median)
Z score populasi referensi (SD)

b) Kategori Status Gizi Berdasarkan Cara Perhitungan Z-Score


Tabel 7. Kategori status gizi berdasarkan Z-score

Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
d. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan

12
klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat
menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi
merupakan kombinasi dari, tanda vital dan antropometri yang
dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta wawancara.
e. Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan
atau suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat
penyakit; data umum pasien.
(1) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang
dikonsumsi
(2) Sosial budaya
(3) Riwayat penyakit
(4) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat
pendidikan.
2. Diagnosis Gizi
Pada langkah dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul
dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang
spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosis gizi terstruktur
dengan konsep PES atau Problem Etiologyi dan Sign/Syptomps.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu:
a. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan
asupan energi, zat gizi , cairan substansi bioaktif dari makanan baik
melalui oral maupun parenteral dan enteral.
b. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi sorgan.
c. Domain Perilaku/Lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan
dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan , lingkungan fisik dan
akses dan keamanan makanan.
3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi
dan implementasi.
a. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat berdasarkan gizi diagnosis gizi yang
ditegakkan. Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan
masalah gizinya
(Problem), rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab
masalahnya (Etiology) atau bila penyebab tidak dapat diintervensi
maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala/tanda
(sign & symptom).
13
Perencanaan tujuan intervensi:
1) Penetapan tujuan dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya
2) Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi
mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet,
bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuensi makan.
a) Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada
pasien/klien atas dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan
jenis penyakitnya.
b) Jenis Diet
Pada pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan
makanan berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter
jaga/ DPJP. Nutritionist Registered (NR) bersama tim atau
secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan
diagnosis gizi.
Bila jenis diet tidak sesuai dengan akan dilakukan usulan
perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih
dahulu bersama DPJP.
c) Modifikasi Diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan
dalam konsistensi; meningkatkan/menurun nilai energi;
menambah/ mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi
yang dikonsumsi; dsb.
d) Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet/makanan ditulis sesuai dengan pola
makan.
e) Jalur Makanan
Jalur makanann yang diberikan dapat melalui oral dan
enteral atau parenteral.
b. Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana
Technical Registered Dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas : “apa, dimana, kapan, dan
bagaimana” intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat
menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi
intervensi gizi.
14
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk
mengetahui respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan
kondisi pasien/ klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi
sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan
monitor perkembangan antara lain:
1) Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
2) Mengecek asupan makan pasien/klien
3) Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai
dengan rencana/preskripsi Diet
4) Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah
5) Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan
tidak adanya perkembangan dari kondisi
pasien/klien
b. Mengukur hasil.
Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur
berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosa gizi.

c. Evaluasi hasil
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan
parameter pemeriksaan fisik/klinis
4) Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang
diberikan pada kualitas hidupnya.
d. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat Format
ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.

15
BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan yang


dilakukan selama PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan
terjadwal. Pendokumentasian bertujuan untuk komunikasi dan informasi yang
berkelanjutan dalam tim kesehatan serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian
asuhan gizi yang dilakukan.
Dokumentasi yang tertera pada rekam medik yang mendukung selama PAGT
berlangsung yaitu :
1. Form Skrining Gizi
2. Proses asuhan gizi terintegrasi dicatat pada form Asuhan Gizi Dewasa dan
Asuhan Gizi Anak dengan format ADIME (Assesment, Diagnosis, Intervensi,
Monitoring- Evaluasi)

16
3. Proses perkembangan pasien selama perawatan dicatat pada form Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi ( CPPT ) setiap hari.
a. Tata Cara
1) Tuliskan tanggal dan waktu
2) Tuliskan data-data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada
catatan medik
b. Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Dietisien / Ahli
Gizi akan melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas
intervensi gizi.
c. Asesmen ulang/ Follow up/ Monitoring dan evaluasi dilakukan pada:
1) Pasien dengan risiko malnutrisi berat : asesmen gizi lanjutan
dilakukan setiap hari.
2) Pasien dengan risiko malnutrisi sedang : asesmen gizi lanjutan
dilakukan setiap 3 hari, apabila asupan cukup, asesmen dilakukan
kembali 7 hari.
3) Pasien dengan risiko malnutrisi ringan : asesmen gizi lanjutan
dilakukan setiap 7 hari.
4. Monitoring dan evaluasi makanan pasien di dokumentasikan pada form
Catatan Monitoring Pemberian Makanan Pada Pasien.

5. Pemberian edukasi gizi didokumentasikan pada form Bukti Pemberian


Edukasi.

Ditetapkan di Luwuk
Pada Tanggal 06 Februari 2023
DIREKTUR RS CLAIRE MEDIKA,

dr. AMELIA JULIANA ADAM

17

Anda mungkin juga menyukai