i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat yang telah dikaruniakan sehingga Pedoman Pelayanan Gizi di RS
Amanah Mahmudah ini dapat selesai disusun.
Pedoman Pelayanan Gizi ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan
pedoman kerja bagi petugas rumah sakit terutama tenaga perawat dan tenaga
yang bekerja di unit umum. Pedoman ini sangat penting untuk membantu
sistematika kerja perawat dan petugas yang bekerja di unit umum sehingga
pada akhirnya diharapkan secara khusus dapat mengurangi atau menurunkan
angka infeksi seminimal mungkin serta meningkatkan mutu pelayanan di unit
umum pada umumnya.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Gizi di RS
Amanah Mahmudah.
Brebes, 2018
Tim PPI
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu aspek sasaran akreditasi di
rumah sakit yaitu suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, kesimpulan, anjuran, implementasi dan evalusi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan yang optimal,
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 374/Menkes/SKIII/2007 .
Dalam akreditasi Internasional yang dilakukan oleh Joint Commission
Internasional Accreditation Standards for Hospital, pelayanan gizi sangat terkait
dengan aspek-aspek proses assessment pasien (assessment of patients),
perawatan pasien (care of patients), pencegahan dan pengendalian infeksi
(prevention and control of infection), dan penyuluhan pasien dan keluarga (
patient and family education ).
Untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan JCI, dietetion perlu
memahami dengan baik peran, fungsi, dan tugas yang harus dijalankan sehari-
hari. Seorang dietisien memerlukan kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap
dan ketrampilan yang optimal dan update mengenai proses asuhan gizi terstandar /
NCP (Nutrition Care Process) dan food service management serta langkah-
langkah pelaksanaannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan update pengetahuan dan
ketrampilan dietisien di rumah sakit dalam melaksanakan perannya sebagai
pelaksana komponen pelayanan gizi di rumah sakit terutama mengenai NCP yang
sangat erat hubungannya dengan aspek pelayanan gizi yang terkandung dalam
penilaian akreditasi internasional di rumah sakit.
Pelayanan gizi di Rumah Sakit Amanah Mahmudah dilaksanakan oleh
dietisien yang tertuang dalam kegiatan asuhan gizi dan penyelenggaraan
makanan. Asuhan Gizi merupakan rangkaian kegiatan pelayanan pemberian
intervensi gizi yang benar, tepat waktu, tepat sasaran sesuai dengan penyakit
dengan cara yang tepat yang disebut Medical Nutrition Therapy (MNT) yang
bertujuan untuk mengurangi resiko hospital malnutrition. Untuk pemberian
asuhan gizi yang tepat , secara berurutan tahapan kegiatan yang harus dilalui yaitu
assesment/pengkajian gizi , diagnosis gizi, intervensi gizi yang didalamnya
diuraikan mengenai rencana terapi gizi, implementasi, edukasi, dan konseling gizi.
1
Pengelolaan makanan di Rumah Sakit Amanah Mahmudah dilaksanakan
oleh unit produksi makanan merupakan suatu rangkaian kegiatan perencanaan,
penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan, pengolahan, serta
pendistribusian makanan ke klien guna mencapai status kesehatan yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat, termasuk pencatatan pelaporan dan monitoring
evaluasi. Pada pelaksanaan intervensi gizi, unit produksi makanan berperan
penting dalam menyediakan makanan yang bernilai gizi sesuai diet, jumlah zat
gizi yang dibutuhkan, aman dari bahaya secara biologi, fisik dan kimis, dan
mendistribusikan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Pelaksanaan pelayanan gizi di RS memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien, memperpendek lama hari rawat, serta menghemat biaya perawatan.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum ;
Terciptanya sistem pelayanan gizi di rumah sakit dengan
memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah
sakit.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan
gizi yang mencakup ;
a. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan
mengembangkan mutu pelayanan gizi rumah sakit.
b. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan.
c. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
d. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
2
e. Penterjemahan preskripsi diet penyediaan dan pengolahan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan pasien.
f. Penyelenggaraan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetic.
g. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dapat membantu
penyembuhan penyakit.
h. Pengadaan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada
klien/pasien dan keluarganya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang
mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :
1. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat Gizi
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta
pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan
metabolisme pasien.
3. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesis
diet ( sistim recall dan record )
4. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai
perencanaan menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan
keadaan pasien.
5. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
6. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
7. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi serta konseling gizi pada
pasien dan keluarga.
C. Ruang Lingkup
Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada SK Menkes
Nomor tahun tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes
Nomor tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan
Departemen Kesehatan.
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit di Rumah Sakit
Amanah Mahmuda meliputi :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3
3. Penyelenggaraan Makanan
4. Penelitian dan Pengembangan Gizi
D. Batasan Operasional
a. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap/ rawat jalan,
untuk keperluan peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan
metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
promotif.
b. Tim Asuhan Gizi
adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi pasien beresiko tinggi malnutrisi terdiri dari
dokter/dokter spesialis, nutrition/dietisien, perawat, dan farmasis dari
setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition
care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
c. Asuhan Gizi
adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur dalam
identifikasi masalah gizi, penyediaan diet yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan, dan membantu mengarahkan pola makan yang
tepat sesuai dengan penyakit melalui konseling dan edukasi gizi.
Kegiatan asuhan gizi diawali dengan skrining gizi, untuk pasien yang
malnutrisi dan beresiko malnutrisi diberikan asuhan gizi yang sesuai
dengan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
d. Terapi gizi
adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien atau klien
berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi,
dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien.
e. Terapi gizi medis
adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut
maupun kronis atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi klien/pasien sesuai dengan intervensi yang telah
diberikan, agar pasien dan keluarganya dapat menerapkan rencana diet
yang telah disusun.
4
f. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi
yang berkualitas,melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai dengan pemberian
pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
g. Mutu Pelayanan Gizi
adalah suatu kondisi dinamis berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
dengan standard dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun
sarana serta prasarana untuk klien/ pasien.
h. Profesi Gizi
adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan
bersifat melayani masyarakat.
i. Standar Profesi Tenaga Gizi
adalah batasan kemampuan minimal yang harus dimiliki/dikuasai oleh
tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik pelayanan
gizi secara professional yang diatur oleh organisasi profesi.
j. Tenaga Gizi
adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
ketentuan perundang-undangan.
k. Masyarakat Rumah sakit
adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan rumah sakit
dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau
karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik.
l. Preskripsi diet atau Rencana diet
adalah kebutuhan zat gizi pasien yang dihitung berdasarkan status gizi,
degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat
oleh dokter sedangkan rencana diet dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
m. Konseling gizi
adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua 2 (dua)
arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/ dietisien untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam
mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukan.
5
n. Penyuluhan Gizi
adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat
massal, dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
o. Nutrisionis
adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional dibidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik baik di
masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lainnya.
p. Nutrisionis Registered
adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi yang telah lulus
uji kompetensi dan tergistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
q. Registered Dietisien (RD)
adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi / sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi ( internship ) dan telah lulus uji
kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi, makanan,
dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
r. Teknikal Registered Dietisien yang disingkat (TRD)
adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi
yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
s. Dietisien
adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik,baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang
mendapat sertifikat dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), bekerja di unit pelayanan yang
melaksanakan asuhan gizi.
6
t. Nutrition related disease
adalah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi dan
dalam tindakan serta pengobatan yang perlu terapi diet.
u. Pedoman
adalah suatu acuan yang bersifat umum yang dalam penggunaannya
harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik
dan kemampuan daerah setempat atau institusi pengguna.
v. Standard diet khusus
adalah suatu acuan diet yang bersifat khusus dan dibakukan digunakan
sebagai dasar penentuan pengaturan makanan yang bersifat khusus
sesuai kondisi klien/pasien.
w. Standar Kebutuhan Makanan
adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan yang diperhitungkan
berdasarkan kebutuhan gizi klien dan sesuai dengan pola makan klien
dan demografi setempat.
x. Diet
adalah pengaturan macam dan jumlah makanan yang disusun
berdasarkan kebutuhan gizi individu dan bertujuan untuk memenuhi
gizi sesuai dengan kondisi klien.
y. Mutu Pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman.
z. Sanitasi Pangan
adalah usaha /upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan dan
minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan
membahayakan manusia.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum Instalasi Gizi adalah :
a. SK Menkes Nomor : 983 tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan
Peraturan Menkes Nomor : 1045/MENKES/PER/XI/2006.
b. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
d. Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
7
e. Undang- undang nomor 36 Tahun 2009 BAB XII tentang Kesehatan
Kerja.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/Menkes/Per/VII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Nutrisionis.
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1796/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/SK III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi.
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
9
d. Unit Penelitian dan pengembangan
e. Unit Penyuluhan konsultasi gizi dan pengkajian data kasus
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut maka pendidikan
tenaga Koordinasi Unit harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Untuk rumah sakit kelas C: Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3 gizi, atau lulusan D4 gizi, atau serendah-
rendahnya lulusan D3-GIzi.
3. Supervisor
Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses
penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan
sampai dengan pendistribusian dan pelayanan pasca rawat dan
rujukan.Bidang tugas yang diawasi mencakup aspek dietetic dan non-
dietetik.
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas maka diperlukan
tenaga dengan klasifikasi pendidikan yang memenuhi criteria sebagai
berikut:
Untuk rumah sakit kelas C:
1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3 Gizi
2) Lulusan D4 Gizi atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi
3) Lulusan D3 Perhotelan atu serendah-rendahnya lulusan SMK-
Tataboga+pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal
selama 3 tahun
4. Pelaksana
Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai Juru
masak dan Urusan gudang/perbekalan.
a. Juru Masak
Juru masak yaitu tenaga pengolah makanan yang betugas mulai dari
persiapan bahan makanan hingga pendistribusian.
Pendidikan juru masak untuk Rumah Sakit kelas C adalah SMK-Tata
Boga, SMU atau SLTP dengan sertifikatkursus masak.
b. Urusan Gudang/Perbekalan
Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan
bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan
makanan sesuai dengan pesanan harian, serta kondisi fisik bahan
makanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.
10
Untuk Rumah Sakit kelas C adalah D1-Gizi, SMU, atau yang sederajat.
B. Distribusi Ketenagaan
Sampai saat ini formulasi untuk menghitung kebutuhan tenaga gizi di
Rumah sakit dalam proses penyusunan. Kebutuhan tenaga gizi dapat
dihitung dengan menggunakan berdasarkan beban kerja. Beberapa kategori
tenaga untuk tiap kelas rumah sakit adalah :
11
- Pekarya V
- Pendistribusian makanan V
1. S 1 Gizi 1 Orang
2. D4 Gizi 2 Orang
3. D3 Gizi 4 Orang
4. SMKK 2 Orang
5. SLTA 9 Orang
6. SLTP 3 Orang
Jumlah 21 Orang
PEMBINAAN TENAGA
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan
memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus,
mengikuti symposium/seminar yang bertujuan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu, sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
12
yang terkait dengan peningkatan pelayanan gizi. Jenis pendidikan dan pelatihan
berjenjang dan berlanjut ( diklat jangjut) meliputi bentuk diklat Formal dan diklat
non-formal.
a. Pendidikan dan pelatihan formal
adalah pendidikan yang berkesinambungaan, dalam menunjang
keprofesian, serta kedudukan dan jabatan, baik fungsional maupun
struktural.
b. Pendidikan dan pelatihan non- formal
1) Orientasi tugas
2) Kursus-kursus
3) Symposium, seminar dan sejenisnya
4) Evaluasi
c. Pengaturan Dinas
Pengaturan tenaga diinstalasi gizi pasien berdasarkan shift dan non shift.
Tenaga kerja di instalasi gizi berjumlah 14 orang yang terdiri dari 2 shift
yaitu Dinas subuh dimulai dari yang masuk jam 05.00 – 12.00 WIB. Untuk
dinas siang dimulai jam 14.00 dan jam 20.00. Untuk dinas pagi dimulai dari
jam 07.00 – 14.00 WIB kecuali jumat sampai jam 11.00 WIB dan sabtu
sampai jam 13.00 WIB. Untuk dinas middle dari jam 10.00 – 17.00.
13
BAB III
STANDAR FASILITAS
14
11. Ruang pengolahan bahan makanan, luas bangunan 8x4.5 m2 Fasilitas;
Meja permanen, exhaust, rice cookers, kompor gas elpiji, peralatan dapur,
tempat sampah, cerobong asap
12. Ruang persiapan bahan makanan dan bumbu, luas 3x2.5 m2 Fasilitas: meja
keramik, dingklik, blender bumbu, oven, penerangan cukup.
13. Ruang pencucian bahan makanan, luas bangunan 2x2 m2 Fasilitas: kran
air, baskom, panci, air sumur pam
14. Ruang pencucian alat masak luas bangunan 2x2 m2 Fasilitas: kran air,
ember, gayung plastik, tempat sampah.
15. Ruang Penerimaan bahan makanan luas 2.5x3 m2 Fasilitas: Timbangan
duduk dan meja penerimaan
16. Ruang Penyimpanan alat-alat makan, luas 1.5x3 m2 Fasilitas: rak besi,
lemari kaca dan penerangan cukup
17. Kamar mandi luas bangunan 1.5x1.7 m2 Fasilitas: bak mandi, wastafel,
gayung, tempat sabun.
18. Ruang pencucian alat-alat makan, luas bangunan 3x3 m2 Fasilitas; air pam,
water hitter, bak tempat cuci piring, gelas, sendok, gayung, alat cuci
piring, , sabun cair.
19. Ruang tabung gas ukuran 1.5x1.5 m2, isi: tabung gas 12 kg.
B. Standar Fasilitas
a. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Jalan
1. Tersedia Ruang Konseling Gizi yang memadai minimal 3 x 5 m 2
2. Peralatan :
a) Peralatan Kantor :
1. Meubelair meja+kursi konseling gizi,bangku ruang tunggu
2.Telepon, computer, lemari arsip dan lain-lain
b) Peralatan Penunjang Konseling
Lemari peraga, food model, formulir (Riwayat makan, konsumsi
makanan, pola makan, asupan zat gizi, asuhan gizi, pencatatan dan
pelaporan), leaflet diet, dan daftar bahan makanan penukar, standar
diit, poster-poster, buku-buku pedoman tata laksana ( ASI, Gizi
buruk, Diabetes Melitus, Penyakit ginjal kronik, dll). Buku
Panduan/pedoman.
15
c) Peralatan Penunjang Penyuluhan
Food model , formulir (pencatatan dan pelaporan) leflet diet, dan
daftar bahan makanan, makanan penukar, papan display Poster dan
sebagainya.
d) Peralatan Antropometri
Untuk mendapatkan data antropometri pasien diperlukan :
Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan dewasa, alat
ukur lingkar Lengan Atas (LILA)
b. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Inap
1. Sarana
a. Ruang Penyajian makanan luas bangunan 3x3 m 2 Fasilitas meja
penyajian permanen, kipas angin, alat wrapping, timbangan, alat-
alat makan pasien, tissue, irus, label diet, meja diet khusus
b. Ruang konseling diit (poli gizi)
c. Peralatan
1) Peralatan penyajian makanan : meja distribusi, kereta makan
tidak berpemanas, panci-panci, wajan, alat pengaduk, dan
penggoreng, alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok, dll),
lemari pendingin,), alat makan pasien yang harus bebas
kuman, sarana kebersihan, tempat sampah bertutup, dan papan
tulis.
2) Peralatan konseling gizi : Meja, kursi kerja, rak buku, alat
peraga (food model) beserta formulir yang dibutuhkan
diantaranya : formulir permintaan makan pasien, form asuhan
gizi, dll. Komputer, printer, soft ware perhitungan bahan
makanan dan asuhan gizi (disesuaikan dengan kemampuan RS
masing-masing.
c. Sarana Penyelenggaraan Makanan
1) Perencanaan Bangunan, Peralatan, dan Perlengkapan
Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit
pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan kesatuan
pemikiran antara perencana dan managemen rumah sakit yang
melibatkan tim dengan keahlian yang berbeda.
16
PENERIMAAN
PENYAJIAN MAKANAN
DISTRIBUSI MAKANAN
17
Fasilitas Ruang Yang dibutuhkan
Ruang Penerimaan
Bahan Makanan
R. penyimpanan Bahan
Makanan
Ruang Persiapan
18
akan disimpan, cara pembelian , frekuensi pemesanan bahan
makanan.
c. Ruang persiapan bahan makanan
Digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu
meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, menumbuk,
menggiling, memotong, mengiris sebelum bahan makanan
dimasak. Ruang harus cukup luas untuk menampung bahan, alat,
pegawai, dan alat transportasi.
d. Ruang pengolahan dan distribusi
Tempat ini untuk mengelompokkan makanan yang dimasak,
seperti makanan khusus/diit dan makanan biasa. Kemudian untuk
makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayur , lauk
pauk, makanan selingan dan buah.
e. Tempat pencucian dan penyimpanan alat
Tempat ini dilengkapi sarana air panas, alat dapur besar,
dibersihkan dan disimpan di ruang khusus sehingga mudah bagi
pengawas untuk inventarisasi alat.
Fasilitas pencucian alat :
1) Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan
2) Tersedia fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara
yang bersih.
3) Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vector.
4) Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan
kurang lebih 15 psi ( 1,2 kg/cm3 )
5) Tersedia sabun dan lap pengering yang bersih.
19
f. Tempat pembuangan sampah
Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk
menampung sampah yang dihasilkan dan harus segera
dikosongkan begitu sampah terkumpul.
g. Ruang fasilitas pegawai
Ruang ini untuk ganti pakaian pegawai, istirahat, ruang makan,
kamar mandi, kamar kecil. Ruang ini dapat terpisah dari tempat
kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan tempat kerja tidak
terlalu jauh letaknya.
h. Ruang pengawas
Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya, terletak
cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan
dapur.
3. Sarana fisik
1) Letak tempat penyelenggaraan makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat
penyelenggaraan makanan suatu rumah sakit antara lain :
a. Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan
dapat diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien.
b. Kebisingan dan keributan dipengolahan tak mengganggu ruang
lain.
c. Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan
pengiriman bahan makanan sehingga perlu mempunyai jalan
langsung dari luar.
d. Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar
jenazah, ruang laundry dan lingkungan yang tak memenuhi
syarat kesehatan.
e. Mendapat udara dan sinar yang cukup.
2) Bangunan
Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu bangunan
instalasi/ unit pelayanan gizi yaitu : tipe rumah sakit, macam
pelayanan dan macam menu, jumlah fasilitas yang diinginkan,
kebutuhan biaya, arus kerja dan susunan ruangan, serta macam dan
jumlah tenaga yang digunakan.
20
3) Kontruksi
a) Lantai harus kuat, mudah dibersihkan, tidak
membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air, tahan terhadap
asam dan tidak memberikan suara keras.
b) Dinding harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan
cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan.
c) Langit-langit harus bertutup, dilengkapi dengan bahan peredam
suara untuk bagian tertentu dan disediakan cerobong asap.
d) Penerangan harus cukup, baik penerangan langsung maupun
penerangan listrik. Ventilasi harus cukup sehingga dapat
mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air, dan
panas, untuk itu dapat digunakan exhause fan pada tempat-
tempat tertentu.
4. Alur Kerja
Alur kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan meliputi kegiatan dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan,
pembagian/distribusi makanan.
Yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan
2) Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat dihemat
3) Bahan makanan tidak dibiarkan lama sebelum diproses
4) Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tak bolak-
balik.
5) Ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin
6) Biaya produksi dapat ditekan.
21
b. Ruangan penyimpanan bahan makanan kering dan segar :
timbangan 5 kg, rak bahan makanan. Tempat bahan makanan dari
plastic atau stainless steel.
c. Ruangan persiapan bahan makanan : meja kerja, blender,
timbangan meja, telenan, bangku kerja.
d. Ruangan pengolahan makanan : kompor, penggorengan, blender,
meja kerja, bak cuci, rak alat, bangku, dan meja pembagi.
e. Ruang pencuci dan penyimpanan alat : bak cuci, rak alat, tempat
sampah.
f. Dapur susu : meja kerja, tempat sampah, blender, lemari es.
g. Ruangan pegawai : Meja kursi, tempat sampah, WC, tempat sholat.
h. Ruangan perkantoran : meja kursi, filling cabinet, lemari buku,
alat tulis menulis, computer, printer, AC.
6. Ruang Perkantoran Instalasi Gizi, terdiri dari :
a. Ruang Kepala Instalasi Gizi dan Staff
b. Ruang Administrasi
c. Ruang rapat dan Perpustakaan
d. Ruang penyuluhan/Diklat Gizi
e. Locker, kamar mandi, wc.
22
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
23
Pasien Malnutrisi & Kondisi khusus dikirim ke Dietisien oleh DPJP
a. Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit.
2) Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietesien melakukan pengukuran antropometri pada pasien yang belum
ada data TB, BB.
4) Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa ,
riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan
laboratorium dan fisik klinis (bila ada) Kemudian menganalisa semua data
asesmen gizi.
5) Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diit sesuai penyakit
dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diit, jadwal, jenis,
jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
7) Pencatatan hasil konseling gizi dengan format SOAP dimasukkan ke
dalam rekam medik pasien dan diarsipkan di ruang konseling.
8) Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi dilakukan monitoring dan evaluasi gizi.
24
B. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi
gizi yang meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan
konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi di ruang rawat inap.
Tujuan Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah memberikan pelayanan gizi kepada
pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan
dan meningkatkan status gizi.
25
khusus dalam melakukan asesmen gizi, pemberian enteral dan perhitungan
parenteral serta penanganan masalah gizi pada kondisi sakit berat.
C. PENYELENGGARAAN MAKANAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
26
penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan
serta evaluasi.
TUJUAN
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman,dan
dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
27
yang dilayani, kandungan gizi, pola menu dan frekuensi makan sehari, dan
jenis menu.
Tujuan PPMRS :
Tersedianya ketentuan tentang macam konsumen, standar pemberian
makanan, macam dan jumlah makanan konsumen sebagai acuan yang berlaku
dalam penyelenggaraan makanan RS. berdasarkan :
1. Kebijakan RS
2. Macam konsumen yang dilayani
3. Angka kecukupan gizi mutakhir dan kebutuhan gizi untuk diit khusus.
4. Standar makanan sehari untuk makanan biasa dan diit khusus
5. Penentuan pola menu dan pola makan
6. Penetapan kelas perawatan
7. Pedoman pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku.
2. Penyusunan Standar Bahan Makanan Rumah Sakit
Standar bahan makanan sehari adalah acuan/patokan macam dan jumlah bahan
makanan (berat kotor) seorang sehari, disusun berdasarkan kecukupan gizi
pasien yang tercantum dalam Penuntun diet dan disesuaikan dengan kebijakan
rumah sakit.
Tujuan :
Tersedianya acuan macam dan jumlah bahan makanan seorang sehari sebagai
alat untuk merancang kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dalam
penyelenggaraan makanan.
Langkah-langkah Penyusunan Standar Bahan Makanan :
a. Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan
memperhitungkan ketersediaan dana di rumah sakit.
b. Terjemahkan standar gizi (1) menjadi item bahan makanan dalam berat
kotor
3. Penyusunan Menu
Langkah-langkah perencanaan menu :
a. Membentuk tim kerja terdiri dari dietisien, koordinator juru masak,
pengawas makanan.
b. Menetapkan menu
c. Menetapkan lama siklus menu yaitu 10 hari.
d. Menetapkan pola menu.
e. Menetapkan besar porsi.
28
f. Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang, dan malam pada satu
putaran menu termasuk jenis makanan selingan.
g. Merancang format menu yang berisi susunan hidangan sesuai dengan pola
menu yang telah ditetapkan. Setiap hidangan yang dipilih dimasukkan
dalam format menu sesuai golongan bahan makanan.
h. Melakukan penilaian menu dan merevisi menu.
i. Melakukan tes awal menu.
4. Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
Adalah serangkaian kegiatan menetapkan macam, jumlah, dan mutu bahan
makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu, dalam rangka
mempersiapkan penyelenggaraan makanan rumah sakit.
Rumus kebutuhan bahan makanan untuk 1 (satu) tahun :
( 365 hari/10 ) x ∑ konsumen rata-rata X total macam dan ∑ makanan 10 hari
5. Perencanaan Anggaran Bahan Makanan
Adalah suatu kegiatan penyusunan biaya yang diperlukan untuk pengadaan
bahan makanan bagi pasien dan karyawan yang dilayani, sesuai standar yang
ditetapkan.
Langkah-langkah perencanaan anggaran bahan makanan :
a. Mengumpulkan data macam dan jumlah konsumen tahun sebelumnya.
b. Menetapkan macam dan jumlah konsumen.
c. Mengumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan survey
pasar dan kemudian menentukan harga rata-rata BM.
d. Membuat pedoman berat bersih BM yang digunakan dan dikonversikan ke
dalam berat kotor.
e. Menghitung indeks harga makanan perorang perhari dengan cara
mengalikan berat kotor bahan makanan yang digunakan dengan harga
satuan sesuai pasien/konsumen yang dilayani.
f. Menghitung anggaran bahan makanan setahun ( jumlah konsumen/pasien
yang dilayani dalam setahun dikalikan indek harga bahan makanan).
g. Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan,
sesuai struktur organisasi masing-masing.
h. Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administrasi yang
berlaku.
29
6. Pengadaan Bahan Makanan
Meliputi penetapan spesifikasi bahan makanan, melakukan survey pasar,
melakukan perhitungan harga bahan makanan, pemesanan, dan pembelian
bahan makanan.
Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan
makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien/konsumen
yang dilayani, sesuai periode pemesanan yang ditetapkan.
Prasyarat :
a. Adanya kebijakan RS tentang prosedur pengadaan BM
b. Tersedianya dana untuk bahan makanan.
c. Adanya spesifikasi bahan makanan.
d. Adanya menu dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan selama periode
tertentu.
e. Adanya pesanan bahan makanan untuk 1 (satu) periode menu.
Pembelian bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan penyediaan
macam, jumlah, dan spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen/pasien sesuai dengan ketentuan / kebijakan yang
berlaku. Pembelian bahan makanan merupakan prosedur penting untuk
memperoleh bahan makanan, biasanya terkait dengan produk benar,
jumlah dan waktu yang tepat dan harga yang benar.
Sistem Pembelian Bahan Makanan, antara lain :
1) Untuk Bahan Makanan Kering, pembelian melalui penyedia yang sudah
ditunjuk yaitu KPRI.
2) Untuk Bahan Makanan Basah, pembelian langsung ke penjual yang
sudah ditunjuk oleh ULP sebelumnya.
7. Penerimaan Bahan Makanan
Adalah suatu kegiatan yang meliputi memeriksa, meneliti, mencatat,
memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan
yang diterima sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan,
serta waktu penerimaannya.
Langkah-langkah Penerimaan Bahan makanan :
a. BM diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi yang
ditetapkan.
30
b. BM dikirim ke gudang penyimpanan sesuai jenis barang atau dapat
langsung ke tempat pengolahan makanan.
8. Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar
di gudang bahan makanan kering dan basah.
Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan
berdasarkan permintaan dari unit kerja pengolahan makanan ke unit produksi
makanan.
9. Persiapan Bahan Makanan
Adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan bahan makanan yang siap
diolah ( mencuci, memotong, menyiangi, meracik dan sebagainya ), sesuai
dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu, dan jumlah pasien
yang dilayani.
10. Pemasakan Bahan Makanan
Adalah suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi
makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan dari pemasakan :
b. Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan.
c. Meningkatkan nilai cerna.
d. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan
penampilan makanan.
e. Bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh.
Macam dari proses pemasakan : medium udara/uap, medium air, lemak atau
minyak.
11. Penggunaan makanan Cair Komersil
Dalam rangka peningkatan pelayanan gizi di RS Amanah Mahmudah,
makanan cair diberikan dengan menggunakan produk komersil, dengan alasan
a. praktis
b. Mudah disiapkan
c. Steril/hygienes
d. Nilai gizi mudah terukur
e. Lebih tahan lama
f. Osmolaritas terjaga
31
Distribusi Makanan
Adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan
jenis makanan dan jumlah porsi serta diet ke pasien yang dilayani.
Macam distribusi makanan :
a. Sentralisasi
b. Desentralisasi.
c. Kombinasi
32
BAB V
LOGISTIK
33
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
34
makanan yang disebabkan nama yang sama dalam satu ruang perawatan. Ahli gizi
berkewajiban untuk mengecek penyajian makan ke pasien.
35
5. Pemakaian sarung tangan
a. Keamanan Makanan
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu , merugikan, dan membahayakan kesehatan. Makanan yang tidak
aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease yaitu
gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang
mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme pathogen.
Prinsip keamanan makanan meliputi ;
1. Good Manufacturing Practices (GMP)
adalah suatu pedoman untuk menjelaskan bagaimana memproduksi
makanan agar bermutu, aman , dan layak untuk dikonsumsi.
36
Aman untuk dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak
mengandung bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau
keselamatan manusia seperti menimbulkan penyakit atau keracunan
Layak untuk dikonsumsi artinya makanan tersebut keadaannya normal
tidak menyimpang seperti busuk, kotor.
Isi Pedoman Good Manufacturing Practices (GMP), berdasarkan
Penetapan Ka. Badan POM RI No. : HK.00.05.5.1639 tahun 2003,
meliputi :
Lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai
air, fasilitas dan kegiatan hygiene sanitasi, Pengendalian hama, Kesehatan
dan Higiene karyawan, Pengendalian proses, Label pangan, Penyimpanan,
Pengannggung jawab, Penarikan Produk, Pencatatan dan dokumentasi,
Pelatihan Karyawan.
Tujuan Good Manufacturing Practices (GMP) :
1. Melindungi konsumsi dari produksi makanan yang tidak aman dan
tidak memenuhi syarat.
2. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang
diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi.
3. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan
yang disajikan.
37
1. Pilih makanan dalan keadaan tertutup/kemasan
2. Pilih makanan dalam kondisi baik sebelum tanggal kedaluarsa
3. Amati apakah makanan berwarna mencolok atau jauh berbeda
dengan aslinya. ( kerupuk eskrim, warna daging sapi, ayam,
dsb)
4. Perhatikan kualitas makanan, apakah masih segar, atau
berjamur.
5. Amati komposisinya baca teliti kandungan bahan tambahan
makanan yang berbahaya yang dapat merusak kesehatan.
6. Jika membeli makanan impor pastikan produk tersebut telah
memiliki ijin edar yang diketahui pada label tertera pada
kemasan.
b) Tanda kerusakan bahan makanan
Bahan makanan menjadi tidak layak konsumsi apabila
menunjukkan tanda kerusakan, seperti
1. Daging mudah sekali rusak oleh mikroba tanda; perubahan
bau, warna, berlendir rasa menjadi asam, tumbuh kapang pada
daging kering.
2. Ikan dan produk olahannya rentan rusak oleh mikroba
tandanya; bau busuk karena gas ammonia, sulfide, atau
senyawa busuk lainnya. Terbentuk lendir pada permukaan,
perubahan kulit, ikan tak kenyal.
3. Susu dan produk olahannya . makanan mudah rusak oleh
mikroba . Tandanya ; perubahan rasa susu menjadi asam,
menggumpal, terbentuk lendir, perubahan bau menjadi tengik,
tumbuh kapang pada produk olahan susu.
4. Telur dan produk olahannya dapat rusak secara fisik maupun
mikroba. Tanda-tandanya : penurunan berat, pembesaran
kantung telur, timbul bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau
merah karena bakteri, bau busuk.
5. Sayuran dan buah-buahan serta produk olahan dapat rusak
baik fisik maupun serangga atau karena mikroba, tanda-
tandanya; menjadi memar karena berbenturan, menjadi layu
karena penguapan air, timbul noda karena spora dan kapang,
38
timbul bau alcohol atau rasa asam, menjadi lunak karena
menjadi berair.
6. Biji-bijian , kacang-kacangan dan umbi-umbian. Mudah
rusak jika pengeringannya tidak cukup atau kondisi
penyimpanan salah, misal. Pada suhu tinggi atau terlalu lembab
, kerusakan yang timbul terjadi perubahan warna,.
7. Minyak goreng. Tidak menggunakan minyak goreng daur
ulang yang digunakan lebih dari dua kali proses pengorengan.
Tanda minyak daur ulang harga murah, kemungkinan sudah
diputihkan, jika dikonsumsi rasa gatal pada tenggorokan, warna
hitam kecoklatan.
39
8. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu dan
lama penyimpanan
Lama Waktu Penyimpanan
NO Jenis Bahan Makanan
< 3 hari ≤ 1 minggu >1 minggu
1. Daging, ikan, udang, hasil -5 - 0°C -10 sd -50°C < -10°C
olah
2. Telur, buah dan hasil olah 5 - 7°C -5 sd 0°C <-5°C
3. Sayur, buah dan minuman 10°C 10°C 10°C
4. Tepung dan biji-bijian 25°C 25°C 25°C
3) Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan makanan yang
mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi atau cara
produksi makanan yang baik yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi
persyaratan teknis hygiene sanitasi untuk mencegah resiko
pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya
lalat, kecoa, tikus, dan hewan lainnya.
b. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisah atau membuang
bagian bahan yang rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan
keawetan makanan serta mengurangi resiko pencemaran
makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan
prioritas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan
harus higienie dan semua bahan yang siap dimasak harus dicuci
dengan air mengalir.
d. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan.
e. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan
semua peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan
yang akan diolah sesuai urutan urutan prioritas.
f. Pengaturan suhu dan waktu pengolahan perlu diperhatikan
karena setiap bahan makanan mempunyai waktu kematangan
yang berbeda.
g. Higiene penanganan makanan.
40
4) Penyimpanan Makanan masak
Suhu Penyimpanan
Disajikan Akan segera Belum
NO Jenis Bahan Makanan
dalam wkt disajikan segera
lama disajikan
1. Makanan kering 25 - 30°C
2. Makanan basah (berkuah) > 60°C -10°C
3. Makanan cepat basi (santan,
≥ 65,5°C -5°sd -1°C
susu, telur)
4. Makanan disajikan dingin 5°- 10°C <10°C
5) Pengangkutan Makanan
Pengangkutan bahan makanan
a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun
b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan
yang higienis
c. Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.
d. Bahan makanan seperti daging, susu cair, diangkut dengan alat
pendingin.
6) Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan
makanan. Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap dan
laik santap.
41
1) Kebersihan peralatan makanan dan minuman
2) Cara penyimpanan bahan makanan kering
3) Cara penyimpanan bahan makanan basah
4) Cara pengolahan makanan (tempat, tenaga, dan proses pengolahan
)
5) Cara pengangkutan makanan ( food transportation)
6) Cara penyajian makanan ( food service)
42
Panaskan kembali sisa makanan menurut suhu yang tepat (74`C)
Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah,
makanan masak melalui orang (tangan), alat makan dan alat dapur.
43
ikan ,sayuran, buah, dan lainnya.
44
a. Dapat mempertahankan kualitas gizi bahan makanan
b. Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi
kehilangan bahan pangan.
c. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen
d. Bagi konsumen yang memerlukan diit khusus mendapat bahan makanan
yang dikehendaki.
e. Tidak bereaksi dengan bahan.
45
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan (safety) kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
Kecelakaan kerja disini adalah kecelakaan yang terjadi dari karyawan
berangkat dari rumah ke tempat kerja, kejadian di tempat kerja dan perjalanan dari
tempat kerja ke rumah dengan melalui rute yang sama. Bila terjadi kecelakaan
kerja, karyawan yang bersangkutan / keluarga karyawan/rekan kerja melaporkan
kepada Kepala Instalasi untuk seterusnya dilaporkan ke bagian terkait paling
lambat dalam waktu 1 x 24 jam. Penanganan kecelakaan akibat kerja dilakukan di
UGD RS Amanah Mahmudah, akan tetapi apabila kecelakaan terjadi diluar RS
Amanah Mahmudah maka penanganan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
terdekat untuk selanjutnya di tangani atau dirujuk ke RS Amanah Mahmudah.
B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
46
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
47
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan, dan pegawai diberi waktu istirahat setelah 3 jam kerja,
karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja lebih dari 3
jam.
5. Maintenance (Perawatan) alat dilakukan secara kontinu agar peralatan
tetap dalam kondisi yang layak pakai.
6. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagai pegawai.
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
48
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
49
SKEMA PROSES PENGENDALIAN
1. Menetapkan standar
performace
2. Mengukur performace
3. Bandingkan performance
Performance >
dengan standar
dari standar
4. Mengadakan tindakan
Performance <
perbaikan
dari standar
A. Kalibrasi Alat
Peralatan diinstalasi gizi yang harus dikalibrasi antara lain timbangan
kodok, timbangan berat badan. Kalibrasi dilakukan secara internal oleh
teknisi elektromedis atau secara eksternal oleh lembaga kalibrasi yang
terakreditasi. Dokumentasi proses kalibrasi dengan stiker kalibrasi.
Timbangan tersebut diatas di kalibrasi minimal 1 tahun sekali.
50
B. Preventive Maintenance Alat
Peralatan di instalasi gizi perlu mendapatkan perawatan secara berkala
untuk mencegah terjadinya kerusakan atau hal-hal lain yang tidak
diinginkan. Perawatan semua peralatan dilakukan pembersihan setelah
digunakan untuk setiap harinya dan dikembalikan ke tempat penyimpanan
semula oleh karyawan di instalasi gizi. Perawatan khusus secara berkala
dilakukan untuk beberapa peralatan yaitu alat pendingin dan kompor gas.
Program perawatan secara berkala untuk alat pendingin dan kompor gas
dilakukan oleh instalasi gizi yaitu setiap 1 bulan sekali. Perawatan
dilakukan oleh bagian IPSRS. Instalasi gizi membuat permintaan perawatan
dengan menggunakan form permintaan setiap bulan ke bagian IPSRS.
Dokumentasi dari instalasi gizi ada catatan tersendiri.
51
E. Indikator mutu pelayanan
1. Ketepatan Waktu Pemberian Makan Pasien Rawat Inap
Ketepatan Waktu Pemberian Makan Pasien
Judul Indikator :
Rawat Inap
Penyediaan makanan untuk pasien rawat inap sesuai dengan
Definisi Operational :
jadwal yang telah ditentukan
Bagian/Unit : Instalasi gizi
Person In Charge : Kepala Instalasi Gizi
Kebijakan Mutu : Efisiensi
Waktu pemberian makanan untuk pasien berhubungan juga
dengan kegiatan yang ada di ruang rawat inap,terutama
Rasionalisasi : berhubungan dengan waktu minum obat pasien. Jadi apabila
pemberian makanan untuk pasien tidak tepat waktu maka akan
mempengaruhi pemberian obat pasien juga tidak tepat waktu
Jumlah pasien rawat inap yang pemberian makanan tepat waktu
X 100%
Formula Kalkulasi :
Jumlah seluruh pasien rawat inap
52
2. Sisa makanan diet biasa yang tidak termakan oleh pasien
Judul Indikator : Angka Sisa Makanan yang Tidak termakan oleh Pasien
Definisi Operational : Jumlah sisa porsi makanan yang tidak dimakan oleh pasien, yaitu
minimal > ½ porsi makanan yang telah disediakan
Bagian/Unit : Gizi
Person In Charge : Kepala Instalasi Gizi
Kebijakan Mutu : Keamanan
Rasionalisasi : Dengan adanya banyaknya sisa makanan pasien,menggambarkan
masih kurangnya pelayanan terutama dalam hal asuhan gizi pasien
Formula Kalkulasi : Jumlah pasien yang sisa makannya > ½ porsi makanan x 100%
Jumlah pasien yang mendapatkan makanan
Numerator : Jumlah pasien yang sisa makannya > ½ porsi makanan dalam satu
bulan
Denominator : Jumlah pasien yang mendapatkan makanan dalam satu bulan
Kriteria Inklusi : Makanan basi,mengandung bahan alergi oleh pasien,tidak sesuai
selera,kotor,pasien merasa kenyang
Kriteria Eksklusi : Salah jenis makanan
Metodologi : Concurrent
Pengumpulan Data
Tipe pengukuran : Outcome
Sumber Data : Catatan harian gizi
Waktu Pelaporan : Tanggal 10 tiap bulan
Frekuensi Pelaporan : Setiap bulan
Target Kinerja : <20%
Jumlah Sampel : Total populasi
Area Monitoring : Rawat inap
Rencana komunikasi : Rapat bulanan
ke staf
Referensi : Standar Pelayanan Minimal RS
53
BAB IX
PENUTUP
Ditetepkan di :
Pada Tanggal :
Direktur
RS Amanah Mahmudah
54
DAFTAR PUSTAKA
55