Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PELAYANAN

GIZI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR


PUSKESMAS MONTONG BETOK
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan izin dan kuasa-Nya
kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan PEDOMAN PELAYANAN
KONSELING GIZI PUSKESMAS MONTONG BETOK. Pada kesempatan ini kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka meningkatkan pelayanan serta pengetahuan petugas dalam
memberikan pelayanan khususnya pada rawat inap . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan pedoman ini di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Montong Betok, 5 November 2022

Penanggung Jawab UKP

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan Pedoman..................................................................................................5
C. Ruang Lingkup Pelayanan...................................................................................5
D. Batasan Operasional.............................................................................................5
E. Landasan Hukum.................................................................................................5
BAB II STANDAR KETENAGAAN.........................................................................6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia......................................................................6
B. Distribusi Ketenagaan..........................................................................................6
C. Pengaturan Jaga....................................................................................................7
BAB III STANDAR FASILITAS.............................................................................16
A. Denah Ruangan..................................................................................................16
B. Standar Fasilitas.................................................................................................16
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN..............................................................16
BAB V KESELAMATAN PASIEN.........................................................................16
BAB VI KESELAMATAN KERJA........................................................................16
BAB VII PENGENDALIAN MUTU.......................................................................16
BAB VIII PENUTUP................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas diperlukan sumber daya manusia yang
kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi
standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Puskesmas, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan kesehatan lainnya.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan
berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi
dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi
pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses
penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus
penyakit yang terkait dengan gizi, pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,
dewasa dan usia lanjut, diperlukan penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan
untuk mempercepat penyembuhan.
Pelayanan gizi di puskesmas merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya sebuah pedoman
agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di puskesmasakan
membantu mempercepat proses penyembuhan pasien. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/
pasien semakin buruk karena tidak di perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus diperhatikan
agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme.
Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses
penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat

4
jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
puskesmas, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak
di bidang gizi.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan dan Umum
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di puskesmas montong betok
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi , peran dan fungsi ketenagaan, sarana dan
prasarana di puskesmas
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di puskesmas
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan
pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien di puskesmas
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di puskesmas terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Distribusi Makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim Asuhan Gizi
yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi yang
merupakan bagian dari Pelayanan Rawat Jalan.
D. Batasan Operasional
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka konsep
pelayanan gizi di puskesmas yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi
1. Pelayanan Gizi puskesmas : adalah kegiatan pelayanan gizi di puskesmas untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme
tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di institusi kesehatan
yaitu di puskesmas, puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi
klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam
rangka meningkatkan kesehatan klien/ pasien.
3. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk penyembuhan
penyakit sesuai dengan hasil diagnosa, termasuk konseling, baik sebelum perawatan dalam dan
sesudah perawatan.
4. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.

5
5. Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang dihitung berdasarkan status gizi,
degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Rencana diet dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
6. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga membantu klien/
pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
7. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh
pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi,
makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun puskesmas, dan unit pelaksana kesehatan
lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
8. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan
dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja
minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
9. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis atau
asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang
digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
10. Klien : adalah pengunjung poli klinik atau puskesmas yang sudah berstatus rawat jalan.
11. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi dan dalam
tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
E. Landasan Hukum

6
BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli gigi adalah
No. Jenis Tenaga Kualifikasi Keterangan
1. Penanggung Jawab Koordinator Gizi 1 Orang
2. Tenaga Teknis DIII Gizi 2 Orang Memiliki STR

B. Distribusi Ketenagaan
1. Koordinator Gizi Puskesmas
Koordinator Gizi Puskesmasadalah penganggung jawab umum organisasi unit pelayanan
gizi di puskesmas, yang ditetapkan oleh kepala puskesmas dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturan kepegawaian yang berlaku.Koordinator Gizi bertugas mengkoordinir penyelenggaraan
pelayanan gizi di puskesmas.
Tugas dan fungsi Koordinator Gizi pada rawat inap dan rawat jalanmeliputi :
a. Menyusun jadwal Pelayanan Gizi baik di rawat inap maupun rawat jalan
b. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di pelayanan gizi.
c. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya masalah dan memecahkan masalah
yang ada.
2. Pelaksana Gizi Puskesmas
Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai membantu/membagi
tugas dengan koordinator gizi agar program gizi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
C. Pengaturan Jaga

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

8
1 9

7
6

2 3

4 5

Ket :
1. Pintu Masuk
2. Meja Konsling Gizi
3. Meja Konsling HS
4. Kursi Gizi
5. Kursi HS
6. Kursi Pasien Gizi
7. Kursi Pasien HS
8. Timbangan Dewasa
9. Mikrotoa/Mikrotoice

B. Standar Fasilitas
Pelayanan Gizi Puskesmas Montong Betok Mempunyai Standart Fasilitasklinik Gizi. Adapun
Fasilitas yang ada adalah :
a. Meja dan kursi
b. Alat tulis
c. Buku Konsling Gizi
d. Timbanga Dewasa
e. Microtoice/Pengukur Tinggi Badan

8
f. Leaflet
g. Buku Panduan : Penuntun Diet.
h. Poster
i. Jadwal Konseling Petugas Gizi

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif
serta rehabilitative baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan didalam puskesmas.
Kegiatan pelayanan gizi didalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan
dan pelayanan gizi rawat inap.
Langkah Kegiatan
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalahgizi.
Apabilatenagakesehatanmenemukanpasienberisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: untuk mengidentifikasi masalah gizi dan factor penyebab melalui
pengumpulan,verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.Kategori data pengkajian gizi
meliputi:
(a) DataAntropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran
Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB).
(b)Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis
kekurangan gizi atau kelebihan gizi sepertirambut,otot,kulit,baggypants,dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara
pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
1) Pengkajian riwayatgizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat

10
gizi sehari,dengan cara recall 24 jam,yang dapat diukur dengan menggunakan
bantuan food model.
(d)Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan
diagnosis gizi pasien/klien.Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk
menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil
pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah,
kolesterol,asam urat,Hb, dll.
2) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon
pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, petugas gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain
di puskesmas dalam memberikan layanan.Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya
masalah gizi,factor penyebab,serta tanda dan gejala yang ditimbulkan.
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
 Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/ klien
untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang
(energi,protein,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,air,dan serat), dan kebiasaan makan/pola
makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan
data laboratorium.
 Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
perbaikan gizi dan kesehatan.
 Konseling Gizi
Konseling gizi yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materi konseling gizi
meliputi hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan,
keamanan pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara pemberian makanan sesuai
keluhan dan kondisi klinis pasien,kebutuhan gizi pasien,dan sebagainya. Tujuan konseling
adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai masalah gizi yang dihadapi.Pasien yang dapat konseling gizi di utamakan pasien
dengan anemia ibu hamil, hypertensi, diabetes mellitus, gout/asam urat, dll.

11
a. Pemberian diet untuk anemia ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan konsumsi zat
besi lebih banyak dari biasanya, meningkatkan kadar Hb hingga mencapai normal,
mencegah kelahiran bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan mencegah
terjadinya keguguran. Prosedur/langkah-langkahnya pertama petugas gizi melakukan
anamnesa yaitu menanyakan keluhan pasien, menanyakan kebiasaan mengkonsumsi
makanan, sejak kapan merasa sakit dan petugas gizi membiarkan pasien untuk
berbicara.kedua pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan antropometri (berat badan,
tinggi badan) dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan Hb). kemudian mencatat
dalam buku konseling gizi.
b. Pemberian diet untuk penderita Hypertensi yang bertujuan untuk mencegah/mengurangi
retensi garam/air didalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. Adapun alat dan
bahan yang dipersiapkan yaitu leaflet, buku konseling, rekam medis, bolpoin, microtoice
dan timbangan dewasa. Prosedur/langkah-langkahnya pertama petugas gizi melakukan
anamnesa yaitu menanyakan keluhan pasien, menanyakan adanya pusing atau sakit
kepala dan menanyakan kebiasaan makan sehari- hari. Kedua pemeriksaan klinis
pemeriksaan antropometri (beret badan dan tinggi badan), tensi dan pemeriksaan
penunjang (pemeriksaan Hb). Kemudian mencatat dalam buku konseling gizi.
c. Pemberian diet untuk penderita Diabetes Melitus bertujuan untuk mengendalikan gula
darah sampai batas normal, menurunkan gula dalam air seni menjadi negatif, mencapai
berat badan normal dan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti orang normal.
Adapun prosedur/langkah-langkahnya pertama petugas gizi melakukan anamnesa yaitu
menanyakan sering keringat dingin, menanyakan apakah kadang terasa gemetar,
menanyakan sering pusing dan mata berkunang-kunang, manayakan ulu hati terasa
perih, dan menanyakan kebiasaan makan sehari-hari. Kedua pemeriksaan klinis
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan. Therapi untuk penderita Diabetes
Melitus yaitu menjelaskan tentang 3 J yaitu Jadwal, Jumlah dan Jenis makanan,
menjelaskan tentang bahan makanan yang diperbolehkan, dibatasi dan yang tidak
boleh, menbatasi penggunaan karbohidrat, menghindari gula pasir dan gula merah.
Kemudian petugas gizi mencatat dlam buku konseling gizi.
d. Pemberian diet untuk penderita Gout/Asam Urat bertujuan untuk menurunkan kadar
asam urat dalam darah dan memperlancar pengeluaran asam urat. Prosedur/langkah-
langkahnya, pertama petugas gizi melakukan anamnesa yaitu menanyakan keluhan
pasien, menanyakan kebiasaan makan. Kedua melakukan penimbangan berat badan
dan mengukur tinggi badan. Therapi yang diberikan tentang mengkonsumsi makanan
yang beraneka ragam dengan gizi seimbang, menjelaskan tentang makanan yang
dianjurkan, dibatasi dan makanan yang dihindari. Kemudian petugas gizi melakukan

12
pencatatan dalam buku konseling gizi.
e. Verifikasi balita gizi buruk/penemuan (penapisan)kasus gizi buruk bertujuan sebagai
acuan dalam melakukan verifikasi balita BGM atau penapisan giziz buruk dan untuk
mengetahui apakah anak mengalami gizi buruk atau tidak. Prosedur/langkah-langkah
yang dilakukan yaitu petugas gizi mengukur tinggi badan untuk balita BGM,petugas gizi
menentukan status gizi balita berdasarkan indeks PB (TB)/BB, petugas gizi memeriksa
tanda klinis dan komplikasi, petugas gizi menentukan status gizi anak dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Petugas Gizi mengukur PB/TB balita BGM
2. Petugas Gizi menentukan status gizi balita berdasarkan indeks PB (TB)/BB
3. Petugas Gizi memeriksa tanda klinis dan komplikasi
4. Petugas Gizi menentukan status gizi anak menggunakan WHO antro
f. Pemberian paket PMT-Pemulihan gizi buruk/kurang rawat jalan bertujuan sebagai
acuan penerapan langkah-langkah pemberian paket PMT-Pemulihan gizi buruk/kurang
tanpa komplikasi, prosedur/langkah-langkah
1. Petugas Gizi merekap sasaran berdasarkan hasil verifikasi/penapisan balita gizi
buruk yaitu balita buruk tanpa komplikasi,balita gizi kurang dan balita gizi buruk
pasca rawat inap
2. Petugas Gizi Menyusun perencanaan kebutuhan anggaran biaya untuk PMT
Pemulihan
3. Petugas gizi memberikan PMT-P dapat berupa F100, bahan makanan local dan
pabrikan.
4. Petugas Gizi Mengajukan perencanaan kebutuhan ke Kepala Puskesmas
5. Petugas Gizi mengadakan bahan PMT
6. Petugas Gizi mengemas/Packing bahan PMT
7. Petugas Gizi mendistribusikan paket PMT ke sasaran dan monitoring
perkembangan berat badan
g. Pemberian paket PMT pemulihan ibu hamil KEK/Anemia bertujuan sebagai acuan
penerapan langkah-langkah dalam pemberian paket PMT pemulihan ibu hamil
KEK/Anemia, prosedur/langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
1. Petugas Gizi merekap sasaran berdasarkan hasil penjaringan ibu hamil
KEK/Anemia
2. Petugas Gizi Menyusun perencanaaan kebutuhan anggaran biaya untuk PMT
Pemulihan
3. Petugas Gizi Mengajukan perencanaan kebutuhan ke kepala Puskesmas
4. Petugas Gizi Pengadaan bahan PMT

13
5. Petugas Gizi Pengemasan/Packing bahan PMT
6. Petugas Gizi Distribusi paket PMT kesasaran dan monitoring perkembangan berat
badan
4) Monitoring dan EvaluasiAsuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan
pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:
1)      Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
2)      Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet yang telah
ditetapkan
3)      Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
4)      Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
5)      Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta
6)      Evaluasi .
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1.         Perkembangan data antropometri
2.         Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3.         Perkembangan data fisik/klinis
4.         Perkembangan data asupan makan
2.         Perkembangan diagnosis gizi
3.         Perubahan perilaku dan sikap
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup pendistribusian
pemberianmakanpasien,pamantauan asupan makanan,konseling gizi dan pergantian jenis diet
apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
1)         Pengkajian gizi
2)         Penentuan diagnosis gizi
3)         Intervensigizimeliputipelayananmakanan,pemantauanasupan, perubahan diet dan konseling
4)         Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanangizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi ole htenaga
kesehatan Puskesmas,untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi atau tidak.Skrining gizi
setidaknya dilakukan pada pasien baru1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap.Pasien yang
berisiko masalah gizi antara lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien
dengan kondisi khusus seperti Diabetes Melitus, hipertensi, dll.
Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap diPuskesmas Rawat Inap apabiladi
Puskesmas sudah ada tenaga gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB) serta
mempunyai sarana dan prasarana perawatan yang memadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga

14
kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh asuhan gizi,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan factor penyebab melalui
pengumpulan,verifikasi,dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi
meliputi:
 DataAntropometri
 Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
 Data Riwayat tentang Gizi
 Data Laboratorium
b. Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementarasesuai dengan respon
pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain
di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor penyebab,tanda
dan gejala yang ditimbulkan.Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada
Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar,Kementerian Kesehatan RI 2014,atau diBuku
Pedoman Asuhan Gizi diPuskesmas,WHO dan Kementerian Kesehatan.
3. Distribusi Makanan
1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan di puskesmas montong betok adalah serangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen,
dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang
tepat.Dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di Puskesmas dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang berkualitas serta pelayanan yang layak dan memadai bagi
klien/pasien yang membutuhkannya.
3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi
giziDinas kesehatan. Sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh instalasi gizi
dinas kesehatan bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan
makanan, mulai dari perencanaan menu, pelaksanaan dan evaluasi.
4. Mekanisme pendistribusian Makanan
Mekanisme Pendistribusian Makanan meliputi :

15
a. Identifkasi Pasien
Pasien yang akan mendapatkan makanan khusus pasien yang memiliki kartu
BPJS,untuk paisen umum petugas gizi hanya memberikan konseling tentang jenis
makanan yang boleh,dibatasi dan tidak boleh di konsumsi, kemudian bentuk makanan
juga di sesuaikan dengan kondisi pasien pada saat itu. Karena bentuk makanan bisa
berubah sewaktu – waktu sesuai dengan kondisi pasien.
b. Pemesanan Makanan
Pemesanan Makanan adalah penyusunan permintaan makanan berdasarkan
jumlah pasien yang memiliki kartu BPJS kecuali pasien DBD dan Gizi Buruk. Tujuannya
adalah agar tersedianya makanan yang sesuai dengan pemesanan. Untuk pemesanan
Makanan harus disesuai dengan diagnosis pasien, jenis diet dan kondisi pasien.
c. Penyimpanan Makanan
Penyimpanan Makanan adalah suatu tata cara menata , menyimpan, memelihara
keamanan makanan, sebelum makanan di distribusikan, terlebih dahulu di catat dan
dilaporkan ke petugas piket perawat atau bidan. Tujuannya agar makanan siap untuk di
distribusikan oleh petugas gizi, perawat piket atau bidan.
d. Pendistribusian Makanan
Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani ( makanan biasa
maupun makanan khusus.) Tujuannya agar konsumen mendapat makanan sesuai diet
dan ketentuan yang berlaku.
e. Jadwal pendistribusian makanan
Adapun jadwal pendistribusia makanan dipuskesmas adalah sietem sentralisasi
maksudnya adalah makanan pasien dibagikan dan disajikan dalam alat makan. Jadwal
pendistribusian makan pagi pada pukul 07.30-08.00 WITA, makan siang pukul 12.00 –
12.15 WITA, makan malam pukul 18.00-18.30 WITA.
c. Monitoring dan EvaluasiAsuhan Gizi Rawat Inap
Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajiangizi, penentuan
diagnosis gizi, pelaksanaan intervensi gizi, dan pendistribusian makanan, kegiatan
berikutnyaadalahmonitoringevaluasiasuhangizi.Kegiatanutama dari monitoring dan evaluasi
asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan untuk
menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien.Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi
dalam asuhan gizi rawat inap antara lain:
1)      Perkembangan data antropometri
2)      Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3)      Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis

16
4)      Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
5)      Perkembangan diagnosis gizi
6)      Perubahan perilaku dan sikap
7)      Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang diberikan,
bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual,mutah,keadaan
klinis,defekasi,perubahan data laboratorium, dll.Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain perubahan diet,yang dilakukan
dengan mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien.

17
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

1. Identifikasi pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien bedah minor.
5. Pengurangan resiko infeksi.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan ( KTD ).
C. Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
a. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan

18
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

b. KTD YANG TIDAK DAPAT DICEGAH


Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

c. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :

1. Karena “ keberuntungan”
2. Karena “ pencegahan ”
3. Karena “ peringanan ”
d. KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

e. KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi (seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

D. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga UGD.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga.
4. Mengobservasi keadaan umum pasien.
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan” .
19
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan

20
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

21
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan
hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukanperbaikan pelaksanaan
yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.Pengertian pengawasan dan pengendalian
hampir sama. Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan
administratif, sedangkan pengendalian tidak.Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna,
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman
pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen. Evaluasi ini
bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun
sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.Melalui penilaian, pengelola dapat
memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi puskesmas dalam jangka waktu tertentu.
a. Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap.
 Buku permintaan makanan
 Buku pernerimaan makanan
 Buku pendistribusian makanan
b. Pencatatan Dan Pelaporan Di Konsultasi Gizi/ Klinik Gizi.
 Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis diet, bentuk
makanan)
 Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
 Formulir status pasien.
C. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Puskesmas.

22
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anemnesis diet dan pola
makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.

23
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan pelayanan Gizi ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan Gizi di Puskesmas Montong Betok , penyusunan pedoman disesuaikan dengan
kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan
pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai
dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan Gizi di
puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

24

Anda mungkin juga menyukai