Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan pelayanan gizi puskesmas diperlukan sumber daya


manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan
gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan
gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di puskesmas, yang
saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi
merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi,
umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi
hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Masalah gizi
klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang
terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu..
Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan
status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk
mempercepat penyembuhan. Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada
orang sakit, terutama pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk
serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare,
infeksi berat, usila tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna
dan pasien yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu
masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan darah tinggi,
penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan Pelayanan
gizi di puskemas merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya sebuah
pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu di puskesmas akan membantu mempercepat proses penyembuhan
pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat
menghemat biaya pengobatan. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Terapi gizi harus selalu disesuaikan
seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan
kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan
masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan
tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang
gizi.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :

1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan

2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap

3. Penyelenggaraan Makanan

Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk


Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan,
termasuk pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat
Jalan.

C. Batasan Operasional

Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka


konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan
gizi

1. Pelayanan Gizi puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi di puskesmas


untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat puskesmas baik rawat inap maupun
rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,
maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan promotif.

2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi
kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/
pasien.

3. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok petugas puskesmas yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter, nutrisionst/dietisien, dan perawat dari setiap
unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care) untuk
mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4. Terapi Gizi Medis adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit
baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu
penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah
diberikan, agar klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet
yang telah disusun.

5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.

6. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh
nutrisionis/dietisien.

8. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2


(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.

9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang


secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat
maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar
akademi gizi.

10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan


dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja
di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.

11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.

12. Klien : adalah pengunjung puskesmas, dan atau pasien rumah sakit yang
sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.

D. Landasan Hukum

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di


rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect).

Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit

4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M. PAN/4/2001


tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit BAB II STANDAR
KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kepala Unit Pelayanan Gizi Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penganggung jawab
umum organisasi unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang
berlaku. Kepala unit pelayanangizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan
pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab kepada Direktur
Bidang Penunjang Medis.

Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :

a. Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi

b. Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi

c. Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian

d. Melaksanakan Pengkajian Data Kasus.

e. Melaksanakan Penelitian Dan Pengembangan Rumah Sakit Umum Kec. Mandau


saat ini berada pada kelas Tipe C,
Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi
rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :

a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.

b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi

c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.

Tenaga untuk litbang gizi.

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas Pelayanan Gizi puskesmas Mempunyai Standart Fasilitas Poliklinik


Gizi. Adapun Fasilitas yang ada adalah :

a. Meja dan kursi

b. Lemari buku

c. Telepon

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

 Tenaga untuk rawat inap

 Tenaga untuk asuhan rawat jalan

 Tenaga untuk penyelenggaraan makanan

B. Distribusi Ketenagaan Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan
pada unit pelayanan gizi di Puskesmas. Adapun kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas
adalah sebagai berikut :

 Bebas dari organisme dan zat yang berbah

 Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan


makanan.

 Meningkatkan nilai cerna


 Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan.

 Tersedianya aturan proses – proses persiapan

7. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan merupakan suatu


kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya pengolahan bahan
makanan adalah :

 Tersedianya protap persiapan

 Tersedianya peralatan persiapan

 Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan

 Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order)

5. Penerimaan, Penyimpanan dan penyaluran Bahan Makanan

a. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan Bahan Makanan adalh suatu kegiatan


uang meliputi pemeriksaan / penelitian , pencatatan dan pelaporan tentang macam,
kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta
spesifikasi yang telah ditetapkan.

Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah.Peryaratannya


adalah :

1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah
bahan makanan yang akan diterima.

2) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan Langkah- langkah


Penerimaan Bahan Makanan :

1) Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian diperiksa satu
persatu, untuk mengetahui ada barang yang ada, kurang atau berlebih.

2) Kemudian bahan makanan disimpan di gudang penyimpanan kecil sesuai jenis- jenis
barang.

3) Esok harinya masing- masing bagian pengolahan mengambil bahan makanan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Penyimpanan Bahan Makanan Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata cara
menata , menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik
kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta
pencatatan dan pelaporannya.

Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas
yang tepat sesuai dengan perencanaan. Untuk memenuhi hal ini maka harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Adanya sistem penyimpanan barang

2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

3) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan makanan.

c. Penyaluran Bahan Makanan Penyaluran Bahan Makanan adalah tata cara


mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan harian.

Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas
yang sesuai dengan pesanan. Sehingga harus mempunyai persyaratan sebagai berikut

: 1) Adanya bon permintaan bahan makanan

2) Tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuk makanan

6. Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan


dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain
membersihkan, memotong, mengupas, mengupas, mengocok, merendam.

Tujuannya adalah mempersiapkan bahan- bahan makanan, serta bumbu- bumbu


sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Sehingga untuk melakukan persiapan bahan
makanan harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :

 Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan.

 Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik

 Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan
cara : standar porsi x jumlah psien.
 Tersedianya dana Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus
mempunyai langkah- langkah sebagai berikut :

 Adanya daftar pesanan bahan makanan

 Adanya spesifikasi bahan makanan

 Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan

 Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan

A. Produksi dan Distribusi Makanan

1. Pengertian Penyelenggaraan makanan puskesmas adalah serangkaian kegiatan


mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada
konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian
diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi.

2. Tujuan Penyelenggaraan makanan di puskesmas dilaksanakan dengan tujuan untuk


menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya.

3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan


bagian dari kegiatan instalasi gizi, atau unit pelayanan gizi di puskesmas.

4. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan Mekanisme Kerja Penyelenggaraan


Makanan meliputi :

a. Perencanaan Menu Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu


yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuannya adalah tersedianya siklus menu
sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di puskesmas, misalnya siklus menu 10 hari

b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Pemesanan adalah penyusunan


permintaan (order) bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-
rata jumlah konsumen atau pasien yang dilayani. Tujuannya adalah agar tersedianya
daftar pesanan bahan makanan sesuai standart atau spesifikasi yang ditetapkan.
Adapun persyaratan Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan adalah sebagai
berikut :
Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama. Adapun sistem penyaluran
makanan di puskesmas adalah sietem sentralisasi maksudnya adalah makanan pasien
dibagikan dan disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan

. Tersedianya tenaga pramusaji.

 Tersedianya sarana pendistribusian makanan

 Tersedianya peralatan makanan

 Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan konsumen.

 Adanya bon permintaan makanan.

 Adanya peraturan pengambilan makanan

 Tersedianya standar porsi yang di puskesmas

 Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar


penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.

 Tersedianya prosedur tetap pengolahan.

8. Pendistribusian Makanan Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan


penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang
dilayani ( makanan biasa maupun makanan khusus.)

Tujuannya agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Agar pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

 Tersedianya aturan penilaian.

 Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan

 Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.

 Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)

Untuk dapat memenuhi hal tersebut, harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut :Tersedianya siklus menu.
B. Pelayanan Gizi Ruang Rawat Jalan dan Rawat Inap

Pada pelayanan gizi puskesmas, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada pasien rawat
jalan dan rawat inap.

1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan.

2. Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet
hingga evaluasi rencana diet kepada klien/ pasien rawat jalan.

3. Tujuannya adalah memberikan pelayanan gizi kepada pasien/ klien rawat jalan
agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Pelayanan gizi pasien rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
a. Pengkajian status gizi.

b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.

c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian
makanan

d Konseling dan penyuluhan gizi.

e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

2. Asuhan Gizi Rawat Inap Pengertian asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian
proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan
diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap. Tujuannya adalah
memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang
sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.
Pelayanan gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama
perawatan yang meliputi :

a. Pengkajian status gizi.

b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.

c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian
makanan

d. Konseling dan penyuluhan gizi.


e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

C. Penyuluhan dan Konsultasi Diit Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegatan


penyampaian pesan-pesan giai dan kesehatan yang direncanakan dan direncanakan
dan dilaksanakan untuk menanmkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku
posotif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal
dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.

D. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan

1. Pengertian Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi rumah sakit
atau unit pelayanan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan
secara terencana dan terus menerus seperti halnya kegiatan gizi yang lain, dalam
rangka meningkatkan pelayanan gizi di rumah sakit. Unit pelayanan gizi menyusun
program- program penelitian dan pengembangan yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang disusun berdasarkan kaidah- kaidah
penelitian yaitu adanya usulan penelitian atau proposal, laporan hasil penelitan, serta
dokumen hasil penelitian. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan
diupayakan dengan mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia.

2. Tujuan

a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS

b. Evaluasi kegiatan PGRS c. Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru

3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan


besdasarkan aspek asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan di puskesmas.

4. Ruang Lingkup Pengembangan Kegiatan pengembangan di unit pelayanan gizi


dapat dilakukan pada berbagai aspek penting untuk pengembangan mutu pelayanan
gizi. Beberapa aspek penting adalah aspek sumber daya manusia, standar terapi diet,
standar sarana prasarana dan penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai
tehnik pengolahan makanan.
BAB V LOGISTIK

1. Pengelolaan Bahan Makanan Pengelolaan bahan makanan pada Instalasi Gizi di


puskesmas merupakan suatu aspek manajemen puskesmas yang penting oleh karena
ketidak-efisienannya akan memberi dampak yang negatif terhadap puskesmas baik
secara medik maupun ekonomik.

2. Pembiayaan Bahan Makanan Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat


dilakukan di puskesmas meliputi

a. Meningkatkan efisiensi

b. Meningkatkan kesadaran akan biaya

c. Teknik investasi

3. Perencanaan Bahan Makanan pengadaan bahan makanan hingga proses


penyediaan makanan matang bagi pasien dan karyawan puskesmas, yang meliputi : a.

Perencanaan anggaran belanja.

b. Perencanaan menu.

c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan.

d. Prosedur pembelian bahan makanan

e. Prosedur penerimaan bahan makanan

f. Prosedur penyimpanan bahan makanan

g. Tehnik persiapan bahan makanan

h. Pengaturan pemasakan makanan

i. Cara pelayanan dan distribusi makanan

j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi.

4. Pengadaan Bahan Makanan Langkah proses pengadaan dimulai dengan :


a) mereview daftar bahan yang akan diadakan,

b) menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli,

c) menyesuaikan dengan situasi keuangan,

d) memilih metode pengadaan,

e) memilih supplier atau rekanan,

f) membuat syarat kontrak kerja,

g) memonitor pengiriman barang, menerima barang dan memeriksa,

5. Penyimpanan dan Distribusi Makanan Kegiatan penyimpanan atau Storage atau


pergudangan, dimulai dari datangnya barang yang diadakan sampai adanya
permintaan untuk digunakan atau distribusi.Kegiatan penyimpanan dan distribusi
diawali dengan penerimaan barang di gudang, penelitian dan pengecekan, pencatatan
pada kartu stok gudang untuk pengendalian inventori serta barang dimasukkan dan
ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan di dalam gudang.

BAB VI KESELAMATAN KERJA

Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan
oleh penanggung jawab dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai.
Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.e. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan
tetap dalam kondisi yang layak dipakaif. Adanya pendidikan mengenai keselamatan
kerja bagi pegawaig. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawaih.
Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.

BAB VII PENGENDALIAN MUTU

 Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat

 Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis

 Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur dari bahan-
bahan kontruksi yang memenuhi syarat.
 Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan

1. Pengertian Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang
harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.

2. Tujuan Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat
keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b) Mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran c) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan d) Memberi
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian yang
berbahaya. e) Memberi pertolongan pada kecelakaan f) Mencegah dan mengendalikan
timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis, keracunan, infeksi dan penularan h)
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup i) Memelihara kebersihan, kesehatan
dan ketertiban j) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan
dan penyimpanan barang k) Mencegah terkena aliran listrik

3. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan.

a. Pengendalian teknis mencakup :

Formulir permintaan

 Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan makanan
sisa yang tidak dihabiskan.

 Pencatatan tentang penggunaan bahan baku perbulan

e. Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap.

 Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan  Perhitungan harga rata- rata


bahan makanan per orang perhari dalam satu kali putaran menu  Rekapitulasi tentang
pemasukan dan an pemakaian bahan makanan  Perhitungan tentang rencana
kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama triwulan/ tahunan. 
Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama 1 kali
putaran menu  Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.d. Pencatatan dan
Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan  Formulir daftar kekuatan pasien dalam
sehari  Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.  Buku besar tentang peralatan
keseluruhan ( untuk aimpan pinjam)  Membuat kartu inventaris peralatan kantor 
Membuat kartu inventaris peralatan makan  Membuat kartu inventaris peralatan
masak.  Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.

c. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi Gizi.

A. Pengertian

1. Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar


pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan
dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Pengendalian

Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau


perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengertian
pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika pengawasan
mempunyai dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan pengendalian tidak.
Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat
tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana,
pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3. Evaluasi/ Penilaian Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen.


Evaluasi ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun
membuat rencana program yang baru.

B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian

1. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan


pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam
jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan
gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan keputusan. Kegiatan pencatatan dan
pelaporan di Instalasi Gizi.

a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan Membuat laporan penyuluhan


(pada penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit, laporan pada pasien rawat
jalan dan rawat inap). Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman kemudian
disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi untuk dimanfaatkan, sesuai
dengan apa yang dibutuhkan puskesmas.

2. Pengawas Standar Porsi

a. Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan dengan penimbangan.

b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan bumbu dipakai
gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur lain yang sudah distandarisasi
atau bila perlu ditimbang.

c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis hidangan. Dapat
dipakai alat-alat pemotong.

d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan kontainer/panci yang


standar dan bentuk sama.

e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah) harus digunakan standar


porsi dan standar resep.

C. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Puskesmas.

1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi


berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)
2. Terselenggarany pengkajiann dietetik dan pola makan berdasarkan anemnesis diet
dan pola makan.

3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien

4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah


pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.

BAB VIII PENUTUP

 Formulir status pasien.

 Formulir frekuensi makan

 Formulis anemnesis.

 Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.


 Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis diet,
antropometri)

 Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan

f. Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi/ Poliklinik Gizi.
 Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.

 Formulir perubahan diet

pendataan makanan untuk pasien baru

Pelayanan Gizi Puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan


lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkankualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan di puskesmas. Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas bertujuan untuk
memberikan acuan yang jelas danprofesional dalam mengelola dan melaksanakan
pelayanan gizi di puskesmas yang tepat bagiklien/pasien sesuai tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, pedoman ini juga akanbermanfaat bagi pengelola
gizi puskesmas dalam mengimplementasikan dan mengevaluasikemajuan serta
perkembangan pelayanan gizi yang holistik. Pedoman Pelayanan Gizi puskesmas ini
dilengkapi dengan lampiran tentang materi,model/format pencatatan dan pelaporan,
formulir lain yang diperlukan dan mendukung kegiatanpelayanan gizi di ruang rawat
inap, ruang rawat jalan dan pengelolaan penyelenggaraan makananrumah sakit yang
mutakhir dan professional di puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai