Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN MAGANG KLINIS

“TATA PELAKSANAAN DIET


PADA PTM”

Disusun Oleh:
Rahmayu Sari
1909001

PROGRAM STUDI SARJANA GIZI (AHLI JALUR)


INSTITUT KESEHATAN SUMATRA UTARA
MEDAN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
TATA PELAKSANAAN DIET

PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

Rahmayu Sari

1909001

Diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing

Sari Saraswati Purba, S.Gz, M.KM

Penguji I Penguji II

Romiza Arika, S.Tr.Gz, M.Gz Lisnawati Tumanggor, S.Pd, M.Si

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan karuniaNya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan

makalah “LAPORAN MAGANG KLINIS “dengan tepat waktu.

Dalam mengerjakan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak baik materi maupun sumbangan pemikiran. Dan harapan kami

semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para

pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadi lebih baik.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kami harapkan demi

menjadikan laporan ini lebih baik lagi.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaaat bagi para pembaca.

Sekian dan terima kasih.

langsa, 15 April 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3. Tujuan ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1. Rumah Sakit ......................................................................................... 4

2.2. Pelayanan Asujhan Gizi Dan Dietetik .................................................. 5

2.3. Konseling Gizi ...................................................................................... 18

2.4. Alur Pelayanan Gizi Rumah Pasien ..................................................... 21

2.5. Alur Pelayan Gizi Rumah Sakit ........................................................... 22

2.6. Penyakit Tidak Menular (PTM) ........................................................... 23

BAB III HASIL PEMBAHASAN ................................................................. 32

3.1. Penyakit Tidak Menular ....................................................................... 32

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 37

4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 37

4.2. Saran ..................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimasa pandemi virus Covid-19, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas tinggi agar mampu memberikan pelayanan kesehatan yang lebih

baik. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung

berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui

pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. SDM yang

berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang

baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk

meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam

keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya

harus dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit.

Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan.

Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related

disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,

hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus.

Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan.

Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien

dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan

menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat,

lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani

kemoterapi. Asupan Energi yang tidak adekuat, lama hari rawat, penyakit non

1
infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya

malnutrisi di Rumah Sakit.

Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa hospital

malnutri tion (malnutrisi di RS) merupakan masalah yang kompleks dan dinamik.

Malnutrisi pada pasien di RS, khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk

terhadap proses penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu,

pasien yang mengalami penurunan status gizi akan mempunyai risiko

kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat. Semua keadaan ini dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup. Untuk

mengatasi masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien.

(PMK RI NO 78)

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan

disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh

pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat

berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien

yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk

perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk den

gan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan

obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,

penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi

untuk membantu penyembuhannya.

Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi

klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan

organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu

2
disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus

dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya

peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar

rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama

tenaga gizi. (PGRS,2013)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk mengamati bagaimana

gambaran Pelayanan gizi rawat inap dan menu diet makanan untuk pasien rumah

sakit’

1.3 Tujuan

a. Umum

Mengetahui Gambaran pelayanan gizi raway inap dan menu diet makanan

untuk pasien rumah sakit

b. Khusus

1. Untuk mengetahui pelayanan gizi rawat inap

2. Untuk mengetahui menu diet makanan pasien dirumah sakit

3. Untuk mengetahui Makanan sesuai standar kebutuhan gizi dirumah

sakit

4. Penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (UU RI no 44, 2009)

Rumah sakit didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan memberikan

pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan, tindakan medis,

diagnostic, serta upaya rehabilitasi dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Rumah sakit menjadi salah satu sarana pelayanan umum yang mudah

ditemukan. Dalam penyelenggaraannya rumah sakit berlomba-lomba untuk

meningkatkan mutu pelayanan, guna mendapatkan pasien sesuai dengan yang

telah ditargetkan sebelumnya. Mutu pelayanan yang harus ditingkatkan dalam

hal ini bukan hanya dari aspek pelayan medisnya saja, tetapi dalam aspek non

medis pun mereka berlomba-lomba memberikan yang terbaik kepada pelanggan

(pasien).

Pelayanan gizi dan dietetik adalah proses pelayanan gizi yang dilakukan oleh

tenaga gizi, terdiri dari pelayanan asuhan gizi dan dietetik serta asuhan

penyelenggaraan makanan sebagai upaya memperbaiki keadaan gizi pasien yang

secara khusus berdampak pada pencegahan, perlambatan atau pengelolaan

penyakit dan atau kondisi kesehatan. (

Tahapan kegiatan dalam proses pelayanan gizi dan dietetik, sebagai berIkut

1. Proses penapisan pasien atas kebutuhan asuhan gizi.

Pasien yang tidak berisiko gizi, tidak dilakukan proses asuhan gizi

diorderkan diet normal. Dilakukan pemantauan atau penapisan ulang 7

hari kemudian. Bila kondisi baik / tercapai dan diijinkan pulang maka

pelayanan akan dihentikan.

4
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar yang diberikan pada pasien (Pasien

Dalam Perawatan) PDP yang berisiko malnutrisi.

Pada tahap ini nutrisionis dan dietisien akan melakukan pengkajian gizi,

menetapkan diagnosis gizi, memberikan intervensi gizi sesuai protokol

terapi diet dan monitoring evaluasi gizi guna memutuskan kelanjutan

asuhan. Bila kondisi baik / tercapai tujuan dan diijinkan pulang maka

pelayanan asuhan gizi akan dihentikan.

3. Proses Asuhan Penyelenggaraan Makanan merupakan rangkaian kegiatan

penyediaan makanan pasien sesuai dengan order diet atau preskripsi diet.

Proses ini terdiri dari aspek manajemen seperti penyusunan standar

Pelayanan Pemberian Makanan (PPM), perencanaan menu, pengadaan

makanan sampai dengan penerimaan makanan. Aspek Operasional teknis

meliputi persiapan, pengolahan dan distribusi makanan.

Mengingat penyebaran COVID-19 yang tidak terduga dan risiko tinggi

paparannya kepada tenaga gizi maupun penyaji makanan maka perlu dilakukan

modifikasi sistem yang mengutamakan jaga jarak dan jaga sanitasi dan hygiene

dan sanitasi personal sebagai pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona

19.

2.2 Pelayanan Asuhan Gizi Dan Dietetik

Pelayanan asuhan gizi dan dietetik merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh nutrisionis dan dietisien yang mengacu pada International Dietetic and

Nutrition

Terminology yang disusun oleh Academy of Nutrition and Dietetic (AND).

5
Langkah Langkah Asuhan Gizi meliputi :

1. Pengkajian Gizi : Diambil dari data sekunder ( data yang tertera dalam

rekam medik)

2. Diagnosis giz

3. Intervensi Gizi

a. Pemberian makanan dan zat gizi, termasuk modifikasi dalam

bentuk,volume, komposisi energi dan zat gizi serta waktu pemberian,

b. Edukasi Gizi : dilakukan secara virtual

c. Konseling Gizi : dilakuan secara virtual d. Koordinasi asuhan

4. Monitoring dan Evaluasi

a. Asupan makanan dan daya terima

b. Status gizi (Antropometri)

c. Fisik

d. Biokimia (bila ada penyakit penyerta, dll)

Prosedur Skrining Gizi

Rumah Sakit SKRINING GIZI AWAL SAAT MASUK RAWAT


INAP
No. Dokumen No. Revisi Halama
n
12/3

6
Tanggal Terbit : Ditetapkan : NIP:
SPO

Skrinig Gizi adalah penapisan gizi pada pasien baru


PENGERTIAN yang masuk dalam pengkajian awal perawat. Proses
skrining sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi
pasien
berisiko malnutrisi atau tidak berisiko
Mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi,
TUJUAN tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus
( penyakit pasien yang menyebabkan beriko
malnutrisi)
KEBIJAKAN Permenkes No. 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Gizi
Rumah Sakit

PROSEDUR Semua pasien baru yang berisiko sebagai PDP


dilakukan skrining gizi. Perangkat skrining gizi
masuk didalam formulir pengkajian perawat. Untuk
pasien dewasa mengggunakan MST, anak
menggunakan Strong Kids dan kebidanan
menggunakan beberapa
pertanyaan. Dietisien/Nutrisionis
memverifikasi/memvalidasi sebelum lalakukan asesmen
lanjut.
Melakukan Skrining pasien dewasa MST
(Malnutrition Skrining Tool) menilai risiko malnutrisi
Dengan 2 pertanyaan yaitu :
1. Apakah ada penurunan berat badan sejak 6 bulan yang
lalu..? bila ya berapa kg penurunan nya

2. Apakah ada penurunan asupan makan karena tidak


napsu makan, kesulitan mengunyah atau menelan

Menentukan risiko malnutrisi pasien dewasa dengan


MST
• Kriteria pasien berisiko malnutrisi bila score ≥ 2
• Mengidentifikasi kondisi khusus yaitu pasien
dengan penyakit yang mengakibatkan berisiko
malnutrisi contoh: Penyakit : infeksi, pneumonia,
PPOK/COPD, hati, ginjal, DM/endokrin,
kanker,stroke, dll)

7
• Bila Score MST ≥ 2 atau pasien kondisi khusus
maka dilakukan pengkajian gizi lanjut Perangkat
Skrining pasien anak Strong KidsModifikasi
menilai :
1. Apakah pasien tampak kurus
2. Apakah terdapat penurunan berat badan 3.
Apakah ada salah satu kondisi berikut :
diare > 5 kali/hari dan atau
muntah > 3 kali per hari, dalam
seminggu terakhir
Asupan makan berkurang
selama 1 minggu terakhir
4. Apakah terdapat penyakit atau
Perangkat Skrining Ibu Hamil, menilai :
1. Apakah makanan berkurang karena tidak napsu
makan
2. Apakah ada gangguan metabolisme/penyakit (DM,
infeksi HIV, TB, Lupus, dll)
3. Kurang nya kenaikan berat badan atau berlebih
selama kehamilan
4. Nilai Hemoglobin (HB) < 10 g/dl atau
Hematocrit
(HTC) < 30%

Menentukan risiko malnutrisi pasien Hamil


Jika Skor/jawaban ya ≥ 1 dilakukan
pengkajian lanjut oleh Nutrisionis/Dietisien
Data hasil skrining dituliskan dalam formulir
pengkajian awal perawat
Dilakukaan dalam 1x24 jam
Hasil skrining dibaca Nutrisionis /Dietisien pada
saat kunjungan awal pada pasien baru
UNIT TERKAIT Ruang Rawat Inap
Bagian perwatan

Prosedur Asuhan Gizi

Rumah Sakit ASUHAN GIZI

No. Dokumen No. Revisi Halam


an
1/
Tanggal Terbit : Ditetapkan : NIP.
SPO

PENGERTIAN Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang


terorganisir/ terstruktur yang memungkinkan untuk
8
identifikasi kebutuhan zat gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan. Proses asuhan gizi dimulai
dari Asesmen, Diagnosis Gizi, Intervensi dan
monitoring
e valuasi
TUJUAN Memberikan pelayanan yang berkualitas, bermutu
melalui serangkaian aktifitas yang terorganisir

Permenkes No. 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Gizi


KEBIJAKAN Rumah Sakit

PROSEDUR Melakukan Asesmen/Pengkajian gizi setelah diketahui


pasien berisiko malnutrisi score MST ≥ 2 atau pasien
dengan penyakit yang dapat mengakibatkan berisiko
malnutrisi.(kondisi khusus contoh : penyakit infeksi,
pneumonia, PPOK/COPD, hati, ginjal, DM/endokrin,
kanker,stroke, dll)
Asesmen Gizi meliputi kegiatan pengumpulan data
antropometri, biokimia, fisik, riwayat makan, riwayat
personal. Data riwayat makan bisa ditanyakan lewat
online atau menggunakan data sekunder
Membuat Diagnosis Gizi
Berdasarkan data pengkajian dicari pola dan hubungan
antar data yang terkumpul dan memilah masalah gizi
dan penyebab masalah
Penulisan diagnosis gizi dengan konsep PES (Problem,
Etiologi dan sign/symptom

Membuat Intervensi Gizi


Intervensi terdiri dari perencanaan dan implementasi.
Pada perancanaan dilakukan penetapan tujuan dan
menghutung kebutuhan zat gizi, jenis diet, modifikasi
diet, jadwal pembarian dan akses/jalur makanan.
Implementasi yaitu melaksanakan rencana asuhan
Melakukan Monitoring Evaluasi
Kegiatan ini dilakukan untuk untuk mengetahui respon
pasien terhadap intervensi yang dilakukan dan
keberhasilan nya
Pencatatan
Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
gizi merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian
mutu pelayanan dan bentuk komunikasi terhadap
profesional pemberi asuhan lain nya. Format pencatatan
menggunakan ADIME

9
Ruang Rawat Inap
UNIT
TERKAIT Unit Pelayanan Makanan

Prosedur Terapi Gizi Pada Kehamilan

Rumah Sakit TERAPI GIZI PADA PASIEN PDP


DENGAN KEHAMILAN
No. Dokumen No. Revisi Halama
n
Tanggal Terbit : Ditetapkan : NIP:
SPO

Terapi gizi pasien covid dengan kehamilan adalah


PENGERTIAN kegiatan pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien
covid dengan kehamilan berdasarkan pengkajian gizi,
yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau
pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien.
TUJUAN Memberikan terapi gizi kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien untuk menunjang penyembuhan
penyakit pasien.

KEBIJAKAN Permenkes No. 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Gizi


Rumah Sakit

10
1. Dilakukan oleh Dietisien/ Ahli Gizi dengan
PROSEDUR tingkat pendidikan minimal DIII Gizi,
berkompeten dan memiliki STR.
2. Kunjungan awal pasien dilakukan saat pasien
masuk ruang rawat inap.
3. Dietisien/ Ahli Gizi melakukan pengkajian gizi
lanjut yang terdiri dari: a. Riwayat personal,
b. Antropometri,
c. Biokimia terkait gizi,
d. Fisik/ Klinis terkait gizi
e. Riwayat Makan.
4. Dietisien membandingkan hasil pengkajian
gizi dengan comparative standar

11
5. Dietisien menentukan diagnosis gizi pasien
6. Dietisien memberikan intervensi sesuai dengan
kebutuhan pasien:
a. Pemberian makan pasien
1) Menentukan jenis diet pasien
2) Menentukan kebutuhan pasien
➢ Kebutuhan energi. Diberikan
penambahan energi Trimester I
180 kkal/hari, Trimester II dan III
300 kkal/ hari.
➢ Kebutuhan protein: 10-15%
kebutuhan
➢ Kebutuhan lemak: 20-30%
kebutuhan
➢ Kebutuhan karbohidrat: 55-75%
kebutuhan
➢ Kebutuhan zat gizi mikro: Jika
asupan makanan tidak adekuat
diberikan suplementasi vitamin
A, vitamin Vitamin B1, vitamin
B6, vitamin B12, asam folat,
Vitamin C, Vitamin D, Vitamin
E, zat besi, zinc, selenium.
Cukup kalsium, kalium dan
yodium. Natrium diberikan
sesuai dengan AKG.
➢ Kebutuhan cairan: 35-40 mL/ Kg
BB pra- hamil atau sesuai
indikasi.
3) Menentukan rute pemberian makan
(Oral/ Naso Gastric Tube)
4) Menentukan bentuk makanan pasien
(Makanan biasa, makanan lunak,
makanan saring, makanan cair)
5) Menentukan frekuensi pemberian
makan pasien (3x makan utama dan 2-3x
selingan, dll)
b. Edukasi/ Konseling Gizi
c. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan Lainnya
terkait pelayanan gizi.

12
7. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi sesuai
dengan hasil risiko malnutrisi
8. Mendokumentasikan terapi gizi menggunakan
format ADIME dalam status rekam medik pasien/
EHR.

1. Instalasi Rawat Inap


UNIT
TERKAIT 2. Instalasi Ruang Intensif

Prosedur Pemberian Diet dan Terapi Gizi Pada Berbagai Kondisi

Rumah Sakit DIET DAN TERAPI GIZI PADA BERBAGAI


KONDISI MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halam


an
1/
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
SPO
NIP.

PENGERTIAN Kegiatan pemberian asuhan diet dan terapi gizi pada


berbagai kondisi medis pada PDP dan orang dengan infeksi
virus Covid-19

TUJUAN Memberikan pelayanan yang berkualitas, bermutu


melalui serangkaian aktifitas yang terorganisir

KEBIJAKAN Permenkes No. 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Gizi


Rumah
Sakit

Pasien dengan kondisi khusus diketahui dari riwayat pasien


PROSEDUR yang tertera di dokumen medis, antara lain adalah kondisi
sebagai berikut.

13
Kondisi Energi Protein Lemak KH

Pnemonia Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Anak menyesuaikan meneyesuaik lemak 20 – karbohidrat
usia dan faktor an usia dan 25 % atau 60 % dari
pertumbuhan faktor sesuaikan total energi
dengan koreksi pertumbuhan dengan atau 40 – 50
faktor stress proporsi % dalam
20 – 30% pemberian kondisi sesak
karbohidrat untuk
mengurangi
dampak
metabolisme
KH (CO2 ).

Pnemonia 25 - 30 Kkal/ - 1, 25 - 30 % Kebutuhan


Dewasa kgBB ideal 2–2 dari total karbohidrat
dengan tambahan gram/kg BB energi atau 60% dari total
faktor stress ideal atau - 25 – sesuaikan energi
20-30% 35% kebutuhan dengan atau 40 – 50
kalori proporsi % dalam
- 5 pemberian kondisi sesak
0% karbohidrat untuk
merupak mengurangi
an dampak
sumber metabolism
protein KH (CO2 ).
bernilai Pilih jenis
biologis karbohidrat
tinggi kompleks

Kehamilan Kebutuhan + + 17 gram Sda Sda


dan 20-30% (ditambah)
menyusui (ditambah)

Diabetes 25 - 30 Kkal/ Sda Sda Sda


Melitus kg BB dengan
koreksi infeksi
20-30%

14
Hipertensi 25 - 30 Kkal/ kg Sda Sda Sda
BB dengan
koreksi infeksi
20-30%

Penyakit 35 Kkal/kg BB - Pre-dialisis ; Sda Sda


ginjal kronik 0.6 - 0.75
gram/kg BBi
- Dialisis : 1.2
g/kg BBi
- CAPD : 1.2
– 1.3 g/kg
BBi
- 50%
merupakan
sumber
protein
bernilai
biologis tinggi

Kondisi Pemberian 1,2 – 2 gram/kg 25 - 30 % Sisa dari


kritis energi di awal BB dari total protein dan
tidak lebih dari ideal atau 25 energi lemak
70% target – 35%
kebutuhan / tidak kebutuhan atau sesuai
diajurkan kalori dengan %
pemberian zat pemberian
gizi secara karbohidrat
agresif

Pemberian
diawal hanya
10 – 15
kkal/kg/hari dan
ditingkatkan
pada hari 3
sampai 7 jika
kondisi pasien
telah stabil.

15
Usia Lanjut 30-35 kkal/ 1,2-2 gram/kg 20-25% Menyesuaik
KgBB BB bila tidak dari total an sisa dari
ada gangguan kebutuhan total
ginjal kebutuhan, bila
terdapat sesak
KH <50%

Apabila dengan penyakit penyulit lainnya, kebutuhan energi dan zat gizi
disesuaikan dengan syarat diet sesuai dengan penyakit penyulit tersebut

Prosedur Order Diet

RS Darurat Order Diet

No. Dokumen No. Revisi Halama n

Tanggal Terbit : Ditetapkan : NIP.


SPO
PENGERTIAN Penulisan Order diet (preskripsi diet) awal pada pasien
baru setelah ditentukan diagnosis medis oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan/ dokter residen/ dokter
jaga sesuai kondisi klinis pasien
TUJUAN Pemberian makan pasien tepat waktu, tepat diet, tepat
jumlah sesuai kondisi klinis penyakit pasien mencegah
terjadinya hospital malnutrition

KEBIJAKAN Permenkes No. 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Gizi


Rumah Sakit

16
PROSEDUR Dokter melakukan Order diet awal (preskripsi diet)
dituliskan pada rekam medis pasien. Penulisan order diet
terdiri dari :
1. Bentuk makanan, contoh : cair, saring, lunak,
nasi biasa.
2. Jenis diet yang diminta contoh Tinggi Energi
Tinggi Protein (TETP), Rendah Garam (RG),
Diabetes Melitus (DM), dll.
3. Akses makanan via oral/enteral/parenteral
Nutrisionis/Dietisien melakukan pengkajian dan
menghitung kebutuhan zat gizi dan dapat
mengusulkan preskripsi diet lanjutan/definitif
berkolaborasi dengan
DPJP apabila ada yang harus disesuaikan. Preskripsi diet
definitif dituliskan oleh dokter dan dietisien dalam rekam
medis.

❖ Nutrisionis/Dietisien dapat menuliskan bentuk


makanan,apabila DPJP hanya menulis jenis diet nya.
Nutrisionis/Dietisien dapat menuliskan jenis diet
apabila DPJP hanya menuliskan bentuk makanan.
❖ Nutritionis dapat menuliskan jumlah kebutuhan zat
giziapabila DPJP hanya menuliskan bentuk makanan
dan jenis diet.
❖ Nutrisionis/Dietisien dapat merubah jenis diet dan
bentuk makanan berdasarkan pengkajian dan
berkolaborasi dengan DPJP.
❖ Nutrisionis/Dietisien menuliskan preskripsi diet
dalam intervensi terdiri dari bentuk makanan, jenis
diet , jumlah kebutuhan zat gizi yang dianjurkan dan
jadwal makan serta makan selingan
❖ Nutrisionis/Dietisien dapat menetapkan diet awal
pada kondisi tertentu bila DPJP tidak menuliskan
order diet.
❖ Nutrisionis/ Dietisien mencatat order diet dibuku
makanan, merekap order diet, dan memesan ke unit
produksi makanan.

UNIT Ruang Rawat Inap Unit


TERKAIT Perawatan

17
2.3 Konseling Gizi

Konseling adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi

untuk menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik

tentang dirinya serta permasalahan yang dihadapi.

Konseling gizi adalah sebuah proses interaktif antara klien dan konselor

terlatih yang menggunakan informasi dari penilaian gizi untuk memprioritaskan

tindakan untuk meningkatkan status gizi dan merupakan salah satu upaya untuk

mempercepat proses penyembuhan dan mencapai status gizi yang optimal.

Konseling gizi diberikan oleh ahli gizi atau dietisien yang sudah tersertifikasi

sehingga disebut konselor gizi.

Tujuan konseling gizi adalah menyelenggarakan pendidikan gizi melalui

pendekatan konseling adalah terjadinya pemecahan masalah yang dihadapi oleh

seseorang yang akan diatasi sendiri sesuai dengan keputusan yang telah

diambilnya setelah melalui konseling yang diberikan oleh tenaga gizi.

Berikut ini adalah Langkah-langkah konseling gizi (dalam bagan) yaitu:

❖ Langkah 1

Membangun dasar-dasar konseling

Salam, perkenalan diri, mengenal klien, membangun hubungan, memahami tujuan

kedatangan, serta menjelaskan tujuan dan proses konseling.

❖ Langkah 2

Menggali permasalahan (dengan pengkajian gizi)

Mengumpulkan data dan fakta dari semua aspek dengan melakukan assessment

atau pengkajian gizi menggunakan data antropometri, biokimia, klinis dan fisik,

riwayat makan, serta personal.

18
❖ Langkah 3

Menegakkan diagnosa gizi

Melakukan identifikasi masalah, penyebab dan tanda atau gejala yang disimpulkan

dari uraian hasil pengkajian gizi dengan komponen problem (P), etiology (E), sign

and symptom (S)

❖ Langkah 4

Intervensi gizi

a. Memilih rencana

Bekerjasama dengan klien untuk memilih alternatif upaya perubahan

perilaku diet yang dapat diimplementasikan.

b. Memperoleh komitmen

Komitmen untuk melaksanakan perlakuan diet khusus serta membuat

rencana yang realistis dan dapat diterapkan.

❖ Langkah 5

Monitoring dan evaluasi

1. Ulangi dan tanyakan kembali apakah kesimpulan dari konseling dapat

dimengerti oleh klien.

2. Pada kunjungan berikutnya, lihat proses dan dampaknya.

❖ Langkah 6

Mengakhiri konseling (terminasi)

1. Akhir dari sesi konseling (satu kali pertemuan)

2. Akhir suatu proses konseling (beberapa kali pertemuan)

Prosedur Konseling Gizi

Rumah Sakit EDUKASI GIZI

19
No. Dokumen No. Revisi

Tanggal Terbit : Ditetapkan :


SPO
NIP.

PENGERTIAN Kegiatan pemberian pengetahuan kepada pasien terkait


dengan kondisi pasien yang memerlukan modifikasi diet
atau makanan tertentu utamanya terkait kondisi tubuh
pasien yang membutuhkan dukungan gizi.

TUJUAN Memberikan pelayanan yang berkualitas, bermutu melalui

serangkaian aktifitas yang terorganisir


KEBIJAKAN Permenkes No. 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Gizi

Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Dietisien menyiapkan materi yang akan disampaikan


kepada pasien sesuai dengan kondisi pasien melalui
hasil pengkajian gizi
2. Edukasi dilakukan dengan kondisi yang paling
memungkinkan, menggunakan APD lengkap atau jika
tidak tersedia APD maka dapat menggunakan tele-
edukasi melalui whatsapp, telepon, intercom ruangan
atau alat komunikasi lainnya.
3. Dietisien melaporkan kepada petugas jaga pasien
yang telah dilaukan edukasi
4. Dietisien melakukan pencatatan pada rekam medis
pasien atau disesuaikan dengan standar setempat

UNIT Ruang Rawat Inap


TERKAIT

2.4 Alur Pelayanan Gizi Pasien

20
21
2.5 Alur Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

22
2.6.Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat

ditularkan atau dari suatu individu ke individu lainnya. Dengan kata lain,

penyakit tersebut tidak membahayakan orang lain. Penyakit Tidak Menular

(PTM), di antaranya kardiovaskuler, Kolesterol, stroke, diabetes mellitus,

penyakit paru obstruktif dan kanker tertentu, dari sudut pandang kesehatan

masyarakat juga tergolong dalam satu kelompok PTM utama dengan faktor

risiko sama.

Penyakit tidak menular dapat dicegah dengan menghindari faktor resiko

antara lain perilaku merokok, pola makan yang tidak seimbang, konsumsi

makanan yang mengandung zat adiktif, kurang berolah raga serta kondisi

lingkungan yang buruk terhadap kesehatan. PTM beserta faktor risikonya, sangat

berkaitan dengan determinasi sosial ekonomi dan kualitas hidup, yang meliputi

tingkat pendidikan dan pengangguran. Pilihan gaya hidup cenderung

merepresentasikan kemampuan sosial ekonomi disebabkan keinginan individu

tersebut. Oleh karena itu, suatu pendekatan yang terpadu dan multi sektoral yang

mengacu pada siklus kehidupan (whole life approach) bersifat krusial dan sangat

dibutuhkan.

Kolesterol dalam pengelompokkannya termasuk golongan steroid yaitu

jenis lipid yang tidak tersabunkan. Steroid adalah molekul kompleks yang larut

didalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling

banyak adalah sterol, yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol

utama padajaringanhewan. Kolesterol dengan senyawa turunan esternya, dengan

lemak yang berantai panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein

dan dari membran sel sebelah luar

23
Kolesterol dibutuhkan untuk pembentukan asam empedu dan hormon. Kebutuhan

kolesterol dalam sehari 1 gram. Secara prinsip kolesterol dapat disintesis oleh

tubuh untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kolesterol dalam tubuh manusia

berasal dari kolesterol yang terdapat dalam dietnya dan juga dari sintesis secara de

novo. Sumber terbesar kolesterol makanan terdapat dalam

daging,telur,hati,beberapa ikan laut dan produk-produk makanan.

Berikut kandungan kolesterol dalam bahan pangan yang dapat dilihat pada Tabel

berikut :

Tabel. Kandungan kolesterol dalam bahan pangan


Makanan Hidangan Kolesterol setiap hidangan (mg)
Telur ayam 1 butir = 50 gram 270
Kuning telur 1 butir 270
Putih telur 1 butir 0
Telur bebek 1 butir = 80 gram 619
Telur puyuh 1 butir = 11 gram 74
Daging ayam 100 gram 39
Hati ayam 90 gram 340
Daging sapi 100 gram 65

Kandungan kolesterol makanan cepat saji dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel . Kandungan kolesterol makanan cepat saji (fast food)


Makanan Porsi Kolesterol
Chicken fillet samdwich, plan 182 gram 60 mg
Buritto with beans & Cheese 93 gram 14 mg
Fish sandwich with tartar sause & cheese 183 gram 68 mg
Humburger 226 gram 122 mg
Meat pie 106 gram 5 mg
Mcdonald,s Chicken Nugget 72 gram 44 mg
Mcdonald,s humberger 105 gram 35 mg
Burger King-Humberger Double whopper 50 mg
Hot Dog 98 gram 70 mg

HDL (High Density Lipoprotein) adalah Mengandung protein yang tinggi,

rendah kolesterol dan fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung

Apo A, yang memiliki efek anti arterogenik, sehingga disebut kolesterol baik.

24
Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan

mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu.

Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang. Kenaikan

kolesterol terutama LDL dan trigliserida akan meningkatkan risiko orang untuk

terkena penyakit jantung koroner. Kadar kolesterol total pada orang yang normal

tidak lebih dari 200mg/dl. Berikut kadar lipoprotein dalam darah yang dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. Kadar Lipoprotein dalam darah


Baik Batas Maksimal Buruk
Kolesterol Total < 200 200 – 240 >240
HDL kolesterol >45 35-45 <35
Trigliserida >200 200 – 400 >400
LDL kolesterol <130 130 – 160 >160
Sumber : Kemenkes, 2017.

Kadar kolesterol dalam darah dapat dipengaruhi oleh 2 faktor risiko yaitu

faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah yaitu:

1. Faktor yang Tidak Dapat Diubah

a. Usia

Semakin meningkatnya usia seseorang ditambah dengan kebiasaan

mengonsumsi makanan tinggi kolesterol akan meningkatkan risiko

seseorang mengalami hiperkolesterolemia

b. Jenis kelamin

Wanita memiliki hormon estrogen yang dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Pria memiliki hormon testosteron dapat

meningkatkan kadar kolesterol

25
c. Genetik

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan hiperkolesterolemia

memiliki risiko untuk mengalami hal yang sama pula. Seseorang yang

hanya mengonsumsi sedikit makanan tinggi kolesterol, maka orang

tersebut juga berisiko mengalami hiperkolesterolemia. Kelainan

genetik

pada gen-gen yang mengatur metabolisme lemak juga dapat

mempengaruhi kadar kolesterol. Biasanya kelainan ini diwariskan dari

kedua orang tuanya. Gangguan genetik langka yang disebabkan oleh

kerusakan gen yang memberi kode padareseptor LDL disebut

hiperkolesterolemia familial. Keturunan heterozigot hanya memiliki

setengan jumlah reseptor LDL normal. Karena jumlah reseptor LDL

hepatik ini berkurang atau tidak ada sehingga menyebabkan penderita

hiperkolesterolemia familial tersebut tidak dapat mengatur kadar LDL

di dalam darah dan menghasilkan konsentrasi LDL plasma yang sangat

tinggi pada usia yang sangat muda.

2. Faktor yang Dapat Diubah

a. Aktifitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan bentuk dari aktivitas otot yang menghasilkan

kontraksi otot-otot. Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan setiap

hari, maka energi harian yang dikeluarkan semakin besar pula

sehingga lemak dan berat badan akan mengalami penurunan secara

berkala.

Pengurangan energi dan lemak juga membantu menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Untuk dapat mempertahankan kadar kolesterol


26
normal pada wanita sedikitnya dibutuhkan 1500-1700 kalori lemak

yang dibakar sehari, sementara pada pria dibutuhkan 2000-2500 kalori

lemak yang dibakar dalam sehari

b. Asupan Zat Gizi.

Zat-zat gizi yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah yaitu :

• Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yan diperlukan

oleh tubuh. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam

sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera,

sebagian disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk

glikogen dan sebagian lagi diubah menjadi lemak untuk

kemudian disimpan dalam jaringan lemak sebagai cadangan

energi. Apabila kebutuhan energi telah terpenuhi dan cadangan

glikogen sudah penuh, maka sel-sel hati berperan untuk

mengubah glukosa yang tersisa menjadi trigliserida, kemudian

akan disimpan dalam lemak tubuh. Seseorang yang memiliki

kebiasaan mengonsumsi karbohidrat secara berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan lemak dalam tubuh, sehingga kadar

kolesterol dalam tubuh meningkat.

• Protein

Konsumsi protein secara berlebihan dapat membahayakan

kesehatan tubuh. Jumlah protein yang berlebihan dalam tubuh

akan mengalami proses deaminasi. Kemudian nitrogen

27
dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah

menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh. Jumlah lemak

yang tinggi di dalam tubuh dapat menyebabkan kadar

kolesterol meningkat

• Lemak

Asupan lemak yang meningkat juga dapat menyebabkan

peningkatan asupan kolesterol total karena lemak yang

terkandung dalam makanan sebagian besar berupa trigliserida

akan mengalami proses hidrolisis menjadi gliserol dan asam

lemak. Untuk menghasilkan energi maka asam lemak ini akan

mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA. Senyawa ini yang

akan diubah oleh tubuh untuk membentuk kolesterol, sehingga

apabila asupan lemak tidak dikontrol maka asetil-KoA di

dalam tubuh juga akan terus mengalami peningkatan.

• Serat

Serat dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam

tubuh. Serat mempengaruhi proses metabolisme asam empedu.

Asam empedu dan steroid netral disintesis dalam hati dari

kolesterol kemudian disekresi ke dalam empedu dan biasanya

kembali ke hati melalui reabsorbsi dalam usus halus. Serat

yang terkandung dalam makanan akan menghalangi siklus ini

dengan cara menyerap asam empedu sehingga akan diganti

dengan cara pembuatan asam empedu baru dari kolesterol

persediaan yang ada di dalam tubuh

• Vitamin C

28
Vitamin C berperan dalam pemecahan kolesterol di dalam

tubuh. Vitamin C akan memecah kolesterol menjadi asam dan

garam empedu sehingga pengeluaran kolesterol dari saluran

pencernaan feses menjadi lebih mudah Kurangnya asupan

vitamin C menyebabkan kolesterol sulit untuk dikeluarkan dari

dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan peningkatan kadar

kolesterol dalam darah. Konsumsi sayuran dan buah-buahan

yang mengandung vitamin C juga dapat meningkatkan

kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL

c. Status Gizi

Kebiasaan mengonsumsi makanan secara berlebihan dapat

menyebabkan seseorang mengalami status gizi lebih. Status giz lebih

diakibatkan karena ketidakseimbangan asupan energi (intake) dengan

energi yang diperlukan oleh tubuh. Kelebihan energi akan disimpan

oleh tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang

tertimbun terutama dibagian tengah tubuh dapat meningkatkan risiko

terjadinya resistensi terhadap insulin, hipertensi dan

hiperkolesterolemia. Peningkatan berat badan akan diiringi pula

dengan peningkatan serum kolesterol dalam tubuh. Setiap peningkatan

1 kg/m2 Indeks. Massa Tubuh (IMT) akan meningkatkan kolesterol

total plasma sebesar 7,7 mg/dl dan menurunkan HDL sebesar 0,8

mg/dl. Kejadian obesitas yang dialami oleh seseorang dapat

mengakibatkan sintesis kolesterol endogen sebanyak 20 mg setiap hari

untuk setiap kilogram kelebihan berat badan, peningkatan sintesis

VLDL dan produksi trigliserida.

29
d. Obat-obatan

Kadar kolesterol dalam darah dapat dipengaruhi oleh kebiasaan

mengonsumsi obat-obatan. Obat-obatan tersebut dibagi menjadi dua

yakni obat yang dapat memicu pembentukan kolesterol dan obat yang

dapat menekan kadar kolesterol dalam darah. Obat-obatan yang dapat

memicu kadar kolesterol yaitu steroid, beta-blocker dan diuretik.

Sedangkan fibrat, niasin, dan statin merupakan contoh dari obat-obatan

yang dapat menekan kadar kolesterol darah. Statin dapat berperan

untuk menggantikan tempat HMG KoA (Hidroksi-MetilGlutaril)

dalam enzim HMG KoA reduktase. Kondisi ini mengakibatkan

penurunan produksi mevalonat sehingga menurunkan kadar kolesterol

dalam.

e. Merokok

Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan penggumpalan sel-sel

darah dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Keadaan ini

akan mengakibatkan risiko penggumpalan darah meningkat yang

cenderung terjadi di daerah-daerah yang terpengaruh oleh adanya

aterosklerosis. Tingginya kadar nikotin dalam dara dapat

mengakibatkan terjadinya kelainan di pembuluh darah. Kondisi ini


akan

semakin memperbesar kemungkinan seseorang mengalami

hiperkolesterolemia.

30
BAB III HASIL PEMBAHASAN

1.1 PTM (Kolestrol)

Pasien datang tanggal 19 April 2021 dengan kasus badan lemas, tengkuk

belakang leher sakit, Perut tidak enak (Sakit) dan setelah penyecekan di

laboratorium yang dirujuk oleh dokter hasil Lipid (Kolesterol) 215 mg/dl,

Gula darah puasa 106 mg/dl Ibu adalah Ibu RT

Nama Anak : Juliani

Tanggal Lahir : 02 Mei 1972

Umur : 49 Tahun

BB : 54 kg

TB : 155 cm

Tensi darah : 110 sistole / 80diastole

1. Food recall 24 jam terakhir

➢ Pagi

• Makan nasi

• Sayur rebus

• Udang sambal

➢ Siang

• Makan nasi

• Sayur tumis kacang panjang

• Daging rendang

➢ Malam

• Makan nasi

• Sayur tumis kacang panjang


31
• Daging rendang

Waktu Menu Bahan URT Berat KH Lmk Prot Kal


Makanan (gr) (gr) (gr) (gr)
Pagi • Nasi Nasi Udang ¾ gls 100 28,6 0,2 2.4 130,3
• Udang sambal grg sambal 4 ekr 40 0,0 0,4 6,7 31,6
bayam
1 sdk m 20 3,6 1,1 0,8 29,4

• Sayur bayam ½ mgk 50 0,9 0,1 0,8 6,0

Siang • Nasi Nasi ¾ gls 100 28,6 0,2 2,4 130,0


• Daging rdng daging 1 ptg 35 0,0 6,3 8.7 94,1
santan kcg.
Pjg 1 sdk m 20 0,6 1,3 0,1 14,2

• Sayur kac, pjg ½ mgk 50 1,4 0,6 0,3 10,5

Malam • Nasi Nasi ¾ gls 100 28,6 0,2 2,4 130,0


• Daging rdng daging 1 ptg 35 0,0 6,3 8.7 94,1
santan kcg.
Pjg 1 sdk m 20 0,6 1,3 0,1 14,2

• Sayur kac, pjg ½ mgk 50 1,4 0,6 0,3 10,5

Nutrisurvey 2005, 2007

Jumlah total kalori yang dimakan Juliani adalah 685,7 Kkal, dengan protein 33,8

gr, lemak 18,5 gr dan karbohidrat 94,4 gr

2. Menghitung kebutuhan kalori Menggunakan Rumus Harris Benedict

➢ Kebutuhan harian pasien (Energi)

= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x Umur)

= 655 + (9,6 x 54) + (1,8 x 155) – (4,7 x 49)

= 655 + 518,4 + 279 – 230,3

= 1.222,1 kkal

➢ Aktifitas Fisik

= 1,70 x 1.222,1 kkal

= 2.077,57 kkal

➢ Kebutuhan Karbohidrat

32
KH = 65% x 2.077,57kkal = 337,6 gr

➢ Kebutuhan Protein

Prot = 15% x 2.077,57kkal = 77,9 gr

➢ Kebutuhan Lemak

Lemak = 20% x 2.077,57kkal = 46,1 gr

3. Tujuan Diet

a. Menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida

dalam darah.

b. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

4. Syarat Diet

a. Energi disesuaikan menurut Berat Badan dan aktivitas fisik. Jumlah

energi dibatasi pada pasien yang gemuk.

b. Protein 10-20 % dari energi total.

c. Lemak kurang dari 30 % energi total, diutamakan lemak tidak jenuh.

Kolesterol 200-300 mg/hari.

d. Karbohidrat 50-60 % energi total.

e. Serat lebih dari 25 g/hari

5. Menu
waktu Hari I Hari 2 Hari 3

33
Pagi Nasi Nasi Nasi
08.00 wib Ikan pepes Ayam sambal Ikan bumbu kuning
Tempe bacem Oseng tempe + kacang Tempe goreng
Sayur bening bayam panjang Pisang Cah sayur
Buah apel Semangka

Snack
Bubur kacang ijo tanpa santan Puding buah Roti panggang srikaya
10.00 wib
Siang Nasi Nasi
12.00 wib Nasi Ikan Kakap Goreng Ikan sambal
Daging ayam goreng Perkedel tahu Tahu goreng
Tumis kacang panjang Sayur bening (wortel + Bayam rebus
Lodeh tahu Labu siam) Pisang
Jeruk Jeruk

Snack
Agar-agar coklat Asinan buah sayur Agar-agar rasa jeruk
16.00 wib
Malam Nasi Nasi Nasi
19.00 wib Ikan sambal Ayam panggang Sop bakso ikan
Tempe orek Saop tahu + sayur Perkedel tempe
Sayur asam ( brokoli + wortel) Sayur asam
Buah semangka Pepaya Jeruk

Menu makan siang

6. Konselin gizi

34
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari kegiatan yang telah saya lakukan banyak memberikan pembelajaran

penting bagi kita dan khususnya saya sendiri yang dapat saya simpulkan sebagai

berikut:

1. Dengan melakukan konseling gizi pada pasien maka dapat

a. Mengetahui masalah gizi yang dihadapi

b. Mencari alternatif pemecahan masalah

c. Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi

2. Menjadikan cara hidup sehat dan merubah pola hidup, pola aktivitas

dan pola makan pada paien dan keluarga

3. Meningkatkan pengetahuan individu dan keluarga tentang pentingnya

35
gizi

1.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah diambil saya menyarankan agar :

1. Untuk laporan kasus pada PTM khususnya pasien kolesterol tersebut

sebaiknya pasien disarankan untuk datang kembali setelah diberikan obat

oleh dokter dan konseling oleh gizi untuk mengetahui apakah ada

perubahan (penyembuhan) dari pasien tersbut.

2. Dan diharapkan pasien patuh dengan aturan diet (diet Lemak rendah dan

kolesterol) yang sudah dianjurkan oleh petugas gizi rumah sakit atau

petugas gizi puskesmas.

36
DAFTAR PUSTAKA

KEMENKES RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

KEMENKES RI .2018. Konseling Gizi.

FK UNDIP. 2020. Buku Panduan Pratikum Konseling Gizi

KEMENKES RI. 2020. Panduan Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit
Darurat.

KEMENKES RI. 2019. Pedoman Manageman Penyakit Tidak Menular

PERMENKES. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit

PERMENKES. 2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat


Indonesia

EGC. Edisi 4. Penuntun Diet dan Terapi Gizi

SUNITA ALMATSIER. 2004. Penuntun Diet

UI. Edisi 4. 2013. Menyusun Diet Berbagai Prnyakit

KEMENKES RI. 2014. Diet Lemak Rendah dan Kolesterol Rendah

SOEHARTO.1. 2001. Kolesterol dan Lemak Jahat, Kolesterol dan Lemak Baik
serta Proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke.

Direktorat Jendral PPM-PL, Departemen Kesehatan RI. 2003. Panduan Praktis


Standar Surveilans Penyakit Tidak Menular.
Fadilah B, dkk, (2019). Konseling Diet Rendah Kolesterol Dan Tinggi Serat
Terhadap Pengetahuan Dan Kadar Kolesterol Pada Penderita
Hiperkolesterolemia. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandungvolume 11 Nomor 1
Alodiea Y, dkk (2017). Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Kolesterol Total.
Jurnal Mkmi, Vol. 13 No. 4

Ratna D, (2013). Asupan Gizi dan Kadar Low Density Lipoprotein Kolesterol
Darah pada Kalangan Eksekutif Kesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 8, No. 2

Bibi A, dkk (2016). Efek Diet Tinggi Kolesterol Terhadap Peningkatan Kolesterol
Darah, Gambaran Histopatologi Hati, dan Bobot Badan Kelinci New
Zealand White Jantan. Jurnal Sain Veteriner 34 (1)

I Made S. (2011). Efek Pemberian Diet Tinggi Lemak Terhadap Profil Lemak
Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Jurnal “Ilmiah Kedokteran”
Volume 3 Nomer 1

Anda mungkin juga menyukai