Disusun oleh :
Riska Septiana (PO.71.31.2.18.003)
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
Pendahuluan
1
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan lain. Seperti pelayanan lainnya, pelaksanaan pelayanan gizi
di fasilitas pelayanan kesehatan disiapkan untuk memenuhi tuntutan kualitas
sesuai Akreditasi baru yang mengacu pada Joint Commission International
(JCI) dengan muatan tambahan target Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan RI 2015-2019 yaitu peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan.
2
professional menggunakan cara berfikir kritisnya dalam membuat keputusan
untuk menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang efektif dan berkualitas tinggi (Sumapradja dkk,
2011).
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tentang NCT/PGAT ?
2. Apa yang dimaksud dengan NCP/PGAT ?
3. Apa tujuan dari NCP/PGAT ?
4. Apa saja Manfaat tentang NCP/PGAT ?
5. Apa saja langkah proses dalam NCP/PGAT ?
6. Siapa sasaran NCP/PAGT ?
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana tentamg sejarah NCP/PGAT
2. Untuk mengetahui apa itu NCP/PGAT
3. Untuk mengetahui tujuan dari NCP/PGAT
4. Untuk mengetahui manfaat dari NCP/PGAT
5. Untuk mengetahui apa saja saja langkah proses dalam melakukan
NCP/PGAT
6. Untuk mengetahui siapa saja sasaran NCP/PGAT
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Outcome management
Monitor keberhasilan asuhan gizi
Evaluasi dampak
Identifikasi kendala yang menyebabkan kegagalan intervensi
6
rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik,
puskesmas, dan di masyarakat, termasuk juga dalam bidang riset. Sasaran
PAGT status kesehatan individual maupun kelompok. Selain itu, adapun
manfaat NCP :
1. Penerapan NCP/PAGT yang konsisten
Pelayanan berdasarkan evidence based
Lebih mendekati hasil yg diinginkan
Memperlihatkan dietisien sebagai provider pelayanan gizi yang
berkualitas
2. NCP/PAGT menjembatani antara kualitas dan professional autonomy
3. Keseragaman bahasa
4. Kolaborasi dengan profesi lain dalam tim kesehatan
5. Membuat keputusan sehingga meningkatkan level performa dietisien,
dengan menentukan diagnosis/masalah gizi yang akan ditangani sampai
monitoring & evaluasi (dari tingkat merespon menjadi tingkat
menentukan)
6. Membantu praktisi dietetk mengelola asuhan gizi berbasis lmiah dan
menyeluruh
7. Memudahkan pemahaman dan komunikasi antara profesi dietisien
8. Mengukuhkan posisi dietisien dalam ekonomi global (pendidikan dan
kredibilitas)
7
kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan
olahraga
3. Data Biokimia Data Biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan
gambaran fungsi organ lain yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi.
4. Antropometri Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu,
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengukuran tinggi
badan (TB), berat badan (BB) . Pada kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur dapat digunakan panjang badan, Tinggi lutut (TL), Lingkar lengan
atas (LILA), tebal lipatan kulit (Skinfold).
5. Pemeriksaan fisik klinis Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi
atau dapat menimbulkan masalah gizi.
6. Riwayat personal Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu :
Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang sering
dikonsumsi, Sosial budaya, Riwayat penyakit, data umum pasien.
(PGRS, 2013).
2. Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama
masalah gizi yang actual dan atau beresiko menyebabkan masalah
menanganinya secara mandiri. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen
masalah gizi (problem), penyebab masalah ( 8 iagnose 8 ) serta tanda dan
gejala adanya masalah (sign & symptoms) (Sumapradja dkk, 2011).
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul
dan kemungkinan penyebabnya. Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan
konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/Symptoms. (PGRS, 2013).
Diagnosa gizi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Masalah (problem) yang termasuk dalam komponen ini adalah semua
masalah gizi nyata yang didapat pada pasien termasuk:
• Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration)
• Penurunan dari suatu kebutuhan normal (decrease)
• Peningkatan dari suatu kebutuhan normal (increase)
• Resiko munculnya gangguan gizi tertentu
8
2. Sebab (etiologi) yang termasuk dalam komponen ini adalah semua hal
yang dapat menyebabkan munculnya masalah (problem). Komponen ini
bisa merupakan komponen medik yang dibuat oleh dokter.
3. Gejala/ tanda (sign/sympton). Yang termasuk dalam komponen ini
adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda (bukti) yang didata
pada pasien yang terkait dengan munculnya masalah gizi.
Diagnosa medis dibuat oleh dokter berdasarkan kriteria diagnosa
tertentu yang telah disepakati dan sifatnya permanen selama penyakit
tersebut masih ada pada pasien. Diagnosa gizi dibuat oleh ahli gizi
berdasarkan atas kriteria diagnosis gangguan gizi tertentu. Akan tetapi
sifatnya lebih cepat mengalami perubahan sesuai dengan respon pasien.
Sebagai contoh seseorang pasien yang mempunyai diagnosa Demam
Tifoid mungkin akan mengalami beberapa kali perubahan diagnosa gizi
selama perjalanan penyakitnya tersebut, pada awalnya terjadi gangguan
intake makan selanjutnya bila pasien sudah membaik bisa saja akhirnya
akan makan banyak melebihi kebutuhannya.
Domain pada Diagnosa Gizi :
3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu (PGRS, 2013) :
1. Perencanaan Intervensi, meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi, penetapan tujuan harus dapat diukur,
dicapai dan ditentukan waktunya.
b) Preskripsi diet, meliputi perhitungan kebutuhan gizi, jenis diet,
modifikasi diet, jadwal pemberian diet, jalur makanan.
2. Implementasi intervensi Dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu :
a) Pemberian makanan atau zat gizi
b) Edukasi gizi
c) Konselins gizi
d) Koordinasi pelayanan gizi
4. Monitoring & Evaluasi Gizi
MONITORING
Monitoring gizi dikerjakan terhadap parameter status gizi yang akan
mengalami perubahan akibat dari implementasi dari intervensi medik
9
maupun gizi yang dikerjakan. Kemampuan untuk memonitoring data-data
yang meliputi:
a. Parameter gizi: pengetahuan gizi, intake, status gizi, dll
b. Parameter klinik dan penyakit: nilai lab., tekanan darah, BB,
keluhan dan gejala, status klinik pasien, infeksi, komplikasi, dll.
c. Parameter pasien : kepuasan, kualitas hidup, kemampuan
merawat diri sendiri, perbaikan fungsi tubuh dll.
d. Parameter penggunaan fasilitas perawatan: lamanya dirawat di
RS (lenght of stay) dll
EVALUASI
1. Evaluasi dikerjakan dengan membandingkan parameter-parameter
yang dimonitor sebelum dan sesudah intervensi gizi, atau dengan nilai
standar yang direkomendasikan 1. Kemampuan untuk melihat apakah
intervensi yang dikerjakan sudah mencapai sasaran atau tidak.
2. Kemampuan melakukan modifikasi atau perubahan dari rencana
intervensi gizi.
Monitoring dan evaluasi gizi dilaksanakan untuk mengukur
keberhasilan dari pemberian intervensi selama implementasi yang
dilakukan. Jika tujuan tercapai, pasien diperbolehkan untuk pulang.
Namun jika tujuan masih belum tercapai maka pasien kembali ke tahapan
pengkajian gizi ulang atau kembali ke tahapan sebelumnya sehingga
tujuan intervensi tercapai dan terlaksanakan (Sumapradja dkk, 2011).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PAGT merupakan proses terstandar bagi dietisien dalam memberikan
asuhan gizi pada pasien dengan berbagai penyakit. Dengan proses terstandar
bukan berarti semua pasien dengan penyakit sama akan mendapat asuhan gizi
yang sama karena sudah dijelaskan di atas, setiap pasien yang sama tersebut
mungkin masalah gizinya berbeda sehingga memerlukan intervensi yang
berbeda pula. Proses asuhan gizi terdiri dari 4 langkah yang saling berkaitan dan
berpengaruh yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring
dan evaluasi gizi. Penerapan langkah PAGT yang tepat memperlihatkan satu
harmonisasi dari 4 langkah yang konsisten dan terstandar mengenai pelayanan
asuhan gizi, meskipun pelayanan tersebut dilakukan di tempat yang berbeda.
Oleh karena itu dengan penerapan PAGT saat ini, TGM tidak dapat lagi mewakili
gambaran seluruh pelayanan gizi yang diberikan oleh dietesien, namun menjadi
komponen yang lebih menunjukkan “bagaimana asuhan (TGM) dilakukan”.
Masalah gizi dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi status gizi yaitu biologis, fisiologis, patologis seperti adanya
penyakit yang mengganggu keseimbangan gizi seseorang. Faktor eksternal
misalnya budaya, pengetahuan, lingkungan sosial ekonomi dan geografi
mempengaruhi akses pelayanan kesehatan dan kecukupan pangan. Secara
singkat masalah gizi dalam PAGT diklasifikasikan dalam domain, asupan,
perilaku dan lingkungan dan domain fisik klinis.
Walaupun proses asuhan gizi ini terstandar, namun asuhan gizi tetap
diberikan secara individual karena pada pasien dengan diagnosa medis yang
sama belum tentu mempunyai risiko atau masalah gizi yang sama. Misalnya
pada satu ruangan terdapat 3 pasien dengan diagnosa medis demam berdarah,
namun risiko gangguan gizi pada pasien tersebut bisa berbeda beda misalnya
pasien pertama mengalami gangguan makan melalui oral, pasien kedua
mengalami gangguan absorpsi zat gizi tertentu, pasien ketiga mengalami
masalah asupan kurang karena tidak mau makan makanan rumah sakit. Dengan
kondisi tersebut ketiga pasien memerlukan terapi gizi yang berbeda, dan harus
dilakukan modifikasi diet standar sesuai kebutuhan masing-masing pasien.
11
Asuhan gizi yang berkualitas berarti melakukannya dengan benar, pada waktu
yang tepat, menggunakan cara yang benar bagi individu yang tepat untuk
mencapai hasil sebaik mungkin. Asuhan gizi yang diberikan pada pasien dalam
bentuk rancangan diet, edukasi dan konseling yang tepat sesuai dengan
masalah dan kebutuhan gizi klien dan terdokumentasi merupakan bentuk
pelayanan yang berkualitas dari asuhan gizi. Kualitas diukur dengan tingkat
keberhasilan atau hasil akhir intervensi dan kepatuhan melaksanakan proses
asuhan yang berlaku. Dengan demikian hasil asuhan gizi dapat diprediksi dan
tidak bias bila dietisien menggunakan proses asuhan gizi yang terstandar.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://windarasiobar.wordpress.com/2009/10/10/ncp/
https://www.ncpro.org/nutrition-care-process
https://retnotbs.wordpress.com/nutrition-care-process-versi-idnt-2013/
https://www.frieslandcampinainstitute.com/id/kesehatan/nutrisi-anak/visi-global
dan-intervensi-gizi-untuk-memerangi-malnutrisi/
https://gzpkmkaranganyar.blogspot.com/2016/08/pedoman-pelayanan-gizi-
puskesmas_24.html
https://giziforhealth.blogspot.com/2015/06/proses-asuhan-gizi-terstandar-
pagt.html
http://repository.unimus.ac.id/1832/3/12.%20BAB%20II.pdf
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/PMK%20No.%2078%20ttg%20
PGRS.pdf
https://dhechicetia.blogspot.com/2015/02/proses-asuhan-gizi-terstandar
pagt.html
https://anakgizi.blogspot.com/2012/01/proses-asuhan-gizi-terstandar-
nutrition.html
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/DIETETIK-
PENYAKIT-INFEKSI-FINAL-SC.pdf
13