Anda di halaman 1dari 16

DIETETIK PENYAKIT INFEKSI

Nutrition Care Process (NCP)

Dosen Pembimbing : Susyani, S.Si.T, M.Kes

Disusun oleh :
Riska Septiana (PO.71.31.2.18.003)

PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Assalammu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Nutrition Care Process
(NCP)”. Sholawat serta salam tak lupa pula penyusun haturkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir
zaman.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Gizi
Daur Dalam Kehidupan, Ibu Susyani, S.Si.T, M.Kes yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam proses belajar mengajar. Makalah ini disusun dengan bahasa yang
sederhana yang bertujuan agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan demikian,
insya Allah makna dan tujuan pembuatan makalah ini akan tersalurkan. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan baik bagi dosen pembimbing maupun pembaca untuk
memberi kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat menjadikan acuan dalam kehidupan
dan sebagai pembelajaran lebih baik ke depan serta bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Atas perhatian para pembaca, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 2 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat NCP/PGAT ................................................................ 5
2.2 Pengertian NCP/PGAT ........................................................................ 6
2.3 Tujuan NCP/PGAT .............................................................................. 6
2.4 Manfaat dari NCP/PGAT .................................................................... 6
2.5 Langkah Proses Dari NCP/PGAT ........................................................ 7
2.6 Sasaran NCP/PAGT............................................................................ 10
BAB II PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13

iii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Malnutrisi merupakan masalah global, terutama di negara-negara


berpendapatan rendah dan menengah di mana anak-anak, remaja, dan ibu hamil
menjadi kelompok yang paling rentan terhadap malnutrisi. Pada tahun 2014,
badan pengambil keputusan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu
Majelis Kesehatan Dunia merumuskan Global Nutrition Target 2025. Pada saat
bersamaan, kerangka kerja intervensi ilmiah dikembangkan dan dipublikasikan
oleh Leading Lancet Nutrition Interventions Review Group. Kerangka kerja ini
mendorong pendekatan sistematis pada berbagai tahap kehidupan dan
memprioritaskan intervensi, guna mewujudkan visi WHO dengan cara yang
paling efektif.

Intervensi-intervensi dengan target malnutrisi dapat berfokus pada faktor-


faktor gizi dan non gizi. Banyak penyebab malnutrisi berhubungan langsung
dengan pola makan dan asupan gizi. Selain itu, banyak faktor yang tidak
berhubungan langsung dengan malnutrisi. (3-4) Misalnya, permasalahan yang
berkaitan dengan kesehatan seperti perawatan ibu dan anak, atau akses ke
layanan kesehatan yang baik.

Sejumlah intervensi dan strategi dirancang guna mencegah dan


menanggulangi masalah malnutrisi. Intervensi dan strategi tersebut meliputi
intervensi khusus gizi, yang berfokus pada makanan dan gizi aktual, serta
intervensi yang berpengaruh terhadap pemenuhan gizi, seperti meningkatkan
daya beli masyarakat dan mempermudah akses akan makanan bergizi. Selain
itu, intervensi-intervensi yang tidak secara langsung berkaitan dengan kesehatan
(kebersihan, air, pendidikan, pertanian, dll.) juga penting untuk mewujudkan
perubahan yang berkelanjutan. WHO serta Lancet Series on Maternal and Child
Nutrition menghimbau agar program-program terkait gizi lebih diutamakan,
namun juga menekankan pentingnya pendekatan yang beragam: yang terkait
nutrisi secara langsung maupun tidak langsung, dalam tiap tahap kehidupan.

1
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan lain. Seperti pelayanan lainnya, pelaksanaan pelayanan gizi
di fasilitas pelayanan kesehatan disiapkan untuk memenuhi tuntutan kualitas
sesuai Akreditasi baru yang mengacu pada Joint Commission International
(JCI) dengan muatan tambahan target Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan RI 2015-2019 yaitu peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan.

Pendekatan modern di bidang pelayanan kesehatan berfokus kepada


klien, artinya kebutuhan terbaik pasien yang diutamakan. Kementerian
Kesehatan RI telah menetapkan standar pelayanan kepada pasien melalui
pelayanan asuhan medis, asuhan keperawatan, dan asuhan gizi. Asuhan medis
akan berfokus pada pengobatan penyakit, asuhan keperawatan fokus pada
perawatan pasien, sedangkan asuhan gizi fokus pada pemulihan gizi melalui
intervensi gizi.

Dalam melaksanakan asuhan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan


diperlukan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang kompeten
agar asuhan gizi yang dilaksanakan dapat optimal berkontribusi dalam
memberikan jaminan keselamatan pasien (Care of Patient) sesuai dengan
kriteria akreditasi rumah sakit terkini.

Dietetic Association (ADA) pada tahun 2003 menyusun suatu proses


terstandar yang disebut dengan Standarized Nutrition Care Process (SNCP),
dengan tujuan agar dietisien dapat memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas, aman, efektif, serta hasil yang dicapai dapat diprediksi dan lebih
terarah. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI), pada tahun 2006, mulai
mengenalkan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yang diadopsi dari NCP-
ADA. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) adalah suatu metode pemecahan
masalah yang sistematis, dimana dietisien profesional menggunakan cara
berpikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah
yang berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman,
efektif dan berkualitas tinggi. Menurut American Dietetic Association (2006),
PAGT adalah metoda pemecahan masalah yang sistematis, yang mana dietisien

2
professional menggunakan cara berfikir kritisnya dalam membuat keputusan
untuk menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang efektif dan berkualitas tinggi (Sumapradja dkk,
2011).

Pada dasarnya pelayanan asuhan gizi adalah mengembalikan pasien


pada status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab.
Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan
konseling gizi yang efektif, pemberian makanan diet yang sesuai untuk pasien di
rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi
keberhasilan PAGT.

Proses asuhan gizi terstandar disusun sebagai upaya peningkatan


kualitas pemberian asuhan gizi. Menurut National Academy of Science’s –
Institute of Medicine (IOM), kualitas pelayanan adalah tingkatan pelayanan
kesehatan untuk individu dan populasi yang mengarah kepada tercapainya hasil
kesehatan yang diinginkan, sesuai pengetahuan profesional terakhir. Kualitas
pelayanan dinilai melalui hasil kerja dan kepatuhan proses terstandar yang telah
disepakati. Sebaiknya, tidak ada kesenjangan besar antara hasil kerja yang
dicapai dibandingkan dengan hasil kerja terbaik yang optimal. Agar dietisien
dapat mencapai kedua ukuran tersebut, disusunlah suatu proses asuhan gizi
terstandar. Proses tersebut mendukung dan mengarah pada asuhan gizi secara
individual, sementara asuhan terstandar menunjukkan asuhan yang sama pada
pasien. Asuhan gizi yang berkualitas yang diberikan oleh dietisien harus
mencerminkan “state of science” dan “state of art” dalam praktik dietetik untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara individual.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tentang NCT/PGAT ?
2. Apa yang dimaksud dengan NCP/PGAT ?
3. Apa tujuan dari NCP/PGAT ?
4. Apa saja Manfaat tentang NCP/PGAT ?
5. Apa saja langkah proses dalam NCP/PGAT ?
6. Siapa sasaran NCP/PAGT ?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana tentamg sejarah NCP/PGAT
2. Untuk mengetahui apa itu NCP/PGAT
3. Untuk mengetahui tujuan dari NCP/PGAT
4. Untuk mengetahui manfaat dari NCP/PGAT
5. Untuk mengetahui apa saja saja langkah proses dalam melakukan
NCP/PGAT
6. Untuk mengetahui siapa saja sasaran NCP/PGAT

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah NCP/PGAT


Pada tahun 2003, diterima oleh ADA’s Standardized Nutrition Care
Process (NCP) untuk diimplementasikan oleh praktisi gizi di USA. Disepakati
istilah : Standardized Nutrition Care Process Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT). Suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis dimana praktisi gizi
dengan berpikir kritis melakukan pengambilan keputusan untuk menangani
problem gizi dan memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas
tinggi.
1. NCP/PAGT dirancang untuk
 Meningkatkan konsistensi dan kualitas asuhan.
 Hasil akhir lebih dapat diprediksi .
 Namun proses asuhan secara individual.
2. NCP/PAGT Untuk Meningkatkan Kualitas Asuhan
Definisi Kualitas:
 Tingkat dimana pelayanan kesehatan untuk individu atau masyarakat
meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan konsisten dengan
pengetahuan profesi mutahir.
 Kualitas diukur dengan tingkat keberhasilan (hasil ahir intervensi) dan
kepatuhan melaksanakan proses asuhan yang berlaku.
3. Proses Asuhan Gizi Dimulai Bila
 Pasien/ klien/ grup teridentifikasi risiko gangguan gizi
 Membutuhkan bantuan lanjut untuk mencapai dan menjaga status
gizi dan kesehatannya. Proses asuhan gizi berakhir bila tujuan telah
tercapai
4. Sistem Penunjang NCP/PGAT
 Sistem Skrining & Rujukan
Skrining Proses mengidentifikasi pasien/ klien/ group yang mungkin
mempunyai diagnosa gizi dan mendapat manfaat dari asesmen dan
intervensi gizi yang dilakukan oleh dietisien.
Rujukan : Tindakan mengirim pasien/klien ke profesional kesehatan lain
untuk mendapatkan asuhan di luar keahliannya.

5
 Outcome management
 Monitor keberhasilan asuhan gizi
 Evaluasi dampak
 Identifikasi kendala yang menyebabkan kegagalan intervensi

2.2 Pengertian NCP/PGAT


NCP adalah suatu metode pemecahan masalah yang sistematik di bidang
gizi. NCP dibuat agar para Ahli Gizi (Dietetic Profesional) mampu berpikir kritis
dan membuat keputusan yang tepat terkait dengan masalah gizi pada pasien
untuk menyediakan pelayanan gizi yang aman, efektif dan berkualitas.
NCP adalah suatu metode pemecahan masalah berdasarkan problem yang
penekanannya pada sistematika proses yang dilakukan sedangkan MNT
ditekankan pada kualitas dari diagnosis serta penanganan dari masalah yang
ada pada pasien NCP yang baik akan menghasilkan MNT yang baik.

2.3 Tujuan NCP/PGAT


Tujuan proses asuhan gizi yaitu membantu pasien untuk memecahkan
masalah gizi dengan mengatasi berbagai faktor yang mempunyai kontribusi pada
ketidakseimbangan atau perubahan status gizi. Tujuan ini dicapai melalui
langkahlangkah dalam PAGT dimulai dari pengumpulan data yang kemudian
diindentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Ketepatan dalam menentukan
akar permasalahan akan mempengaruhi pemilihan intervensi yang sesuai.
Berdasarkan gejala dan tanda masalah gizi tersebut dapat dimonitor dan diukur
perkembangannya untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2.4 Manfaat NCP/PGAT


Bila proses asuhan gizi dilakukan dengan tepat dan konsisten manfaat yang
didapat adalah pelayanan berdasarkan fakta (evidence based); lebih mendekati
hasil yang diinginkan; memperlihatkan dietisien sebagai provider pelayanan gizi
yang berkualitas. Melalui proses asuhan gizi akan terlihat hubungan antara
kualitas layanan dengan kewenangan (PROFESSIONAL AUTONOMY) seorang
ditisien. Dalam hal ini profesi dietisien mempunyai kewenangan yang spesifik
untuk memutuskan tindakan sesuai batas kemampuan profesionalnya. PAGT
dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di

6
rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik,
puskesmas, dan di masyarakat, termasuk juga dalam bidang riset. Sasaran
PAGT status kesehatan individual maupun kelompok. Selain itu, adapun
manfaat NCP :
1. Penerapan NCP/PAGT yang konsisten
 Pelayanan berdasarkan evidence based
 Lebih mendekati hasil yg diinginkan
 Memperlihatkan dietisien sebagai provider pelayanan gizi yang
berkualitas
2. NCP/PAGT menjembatani antara kualitas dan professional autonomy
3. Keseragaman bahasa
4. Kolaborasi dengan profesi lain dalam tim kesehatan
5. Membuat keputusan sehingga meningkatkan level performa dietisien,
dengan menentukan diagnosis/masalah gizi yang akan ditangani sampai
monitoring & evaluasi (dari tingkat merespon menjadi tingkat
menentukan)
6. Membantu praktisi dietetk mengelola asuhan gizi berbasis lmiah dan
menyeluruh
7. Memudahkan pemahaman dan komunikasi antara profesi dietisien
8. Mengukuhkan posisi dietisien dalam ekonomi global (pendidikan dan
kredibilitas)

2.5 Langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar ( NCP/PGAT)


1. Asesmen Gizi
Metoda pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah terkait gizi, penyebab, tanda dan
gejalanya secara sistematik.
 Proses berkelanjutan, dinamis dan bukan linear
 Dilakukan pada pasien/klien yang beresiko/sudah malnutrisi
berdasarkan hasil skrining atau rujukan gizi
Assesment dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1. Anamnesis riwayat gizi
2. adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola
makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data

7
kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan
olahraga
3. Data Biokimia Data Biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan
gambaran fungsi organ lain yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi.
4. Antropometri Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu,
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengukuran tinggi
badan (TB), berat badan (BB) . Pada kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur dapat digunakan panjang badan, Tinggi lutut (TL), Lingkar lengan
atas (LILA), tebal lipatan kulit (Skinfold).
5. Pemeriksaan fisik klinis Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi
atau dapat menimbulkan masalah gizi.
6. Riwayat personal Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu :
Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang sering
dikonsumsi, Sosial budaya, Riwayat penyakit, data umum pasien.
(PGRS, 2013).
2. Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama
masalah gizi yang actual dan atau beresiko menyebabkan masalah
menanganinya secara mandiri. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen
masalah gizi (problem), penyebab masalah ( 8 iagnose 8 ) serta tanda dan
gejala adanya masalah (sign & symptoms) (Sumapradja dkk, 2011).
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul
dan kemungkinan penyebabnya. Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan
konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/Symptoms. (PGRS, 2013).
Diagnosa gizi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Masalah (problem) yang termasuk dalam komponen ini adalah semua
masalah gizi nyata yang didapat pada pasien termasuk:
• Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration)
• Penurunan dari suatu kebutuhan normal (decrease)
• Peningkatan dari suatu kebutuhan normal (increase)
• Resiko munculnya gangguan gizi tertentu

8
2. Sebab (etiologi) yang termasuk dalam komponen ini adalah semua hal
yang dapat menyebabkan munculnya masalah (problem). Komponen ini
bisa merupakan komponen medik yang dibuat oleh dokter.
3. Gejala/ tanda (sign/sympton). Yang termasuk dalam komponen ini
adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda (bukti) yang didata
pada pasien yang terkait dengan munculnya masalah gizi.
Diagnosa medis dibuat oleh dokter berdasarkan kriteria diagnosa
tertentu yang telah disepakati dan sifatnya permanen selama penyakit
tersebut masih ada pada pasien. Diagnosa gizi dibuat oleh ahli gizi
berdasarkan atas kriteria diagnosis gangguan gizi tertentu. Akan tetapi
sifatnya lebih cepat mengalami perubahan sesuai dengan respon pasien.
Sebagai contoh seseorang pasien yang mempunyai diagnosa Demam
Tifoid mungkin akan mengalami beberapa kali perubahan diagnosa gizi
selama perjalanan penyakitnya tersebut, pada awalnya terjadi gangguan
intake makan selanjutnya bila pasien sudah membaik bisa saja akhirnya
akan makan banyak melebihi kebutuhannya.
Domain pada Diagnosa Gizi :

3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu (PGRS, 2013) :
1. Perencanaan Intervensi, meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi, penetapan tujuan harus dapat diukur,
dicapai dan ditentukan waktunya.
b) Preskripsi diet, meliputi perhitungan kebutuhan gizi, jenis diet,
modifikasi diet, jadwal pemberian diet, jalur makanan.
2. Implementasi intervensi Dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu :
a) Pemberian makanan atau zat gizi
b) Edukasi gizi
c) Konselins gizi
d) Koordinasi pelayanan gizi
4. Monitoring & Evaluasi Gizi
MONITORING
Monitoring gizi dikerjakan terhadap parameter status gizi yang akan
mengalami perubahan akibat dari implementasi dari intervensi medik

9
maupun gizi yang dikerjakan. Kemampuan untuk memonitoring data-data
yang meliputi:
a. Parameter gizi: pengetahuan gizi, intake, status gizi, dll
b. Parameter klinik dan penyakit: nilai lab., tekanan darah, BB,
keluhan dan gejala, status klinik pasien, infeksi, komplikasi, dll.
c. Parameter pasien : kepuasan, kualitas hidup, kemampuan
merawat diri sendiri, perbaikan fungsi tubuh dll.
d. Parameter penggunaan fasilitas perawatan: lamanya dirawat di
RS (lenght of stay) dll
EVALUASI
1. Evaluasi dikerjakan dengan membandingkan parameter-parameter
yang dimonitor sebelum dan sesudah intervensi gizi, atau dengan nilai
standar yang direkomendasikan 1. Kemampuan untuk melihat apakah
intervensi yang dikerjakan sudah mencapai sasaran atau tidak.
2. Kemampuan melakukan modifikasi atau perubahan dari rencana
intervensi gizi.
Monitoring dan evaluasi gizi dilaksanakan untuk mengukur
keberhasilan dari pemberian intervensi selama implementasi yang
dilakukan. Jika tujuan tercapai, pasien diperbolehkan untuk pulang.
Namun jika tujuan masih belum tercapai maka pasien kembali ke tahapan
pengkajian gizi ulang atau kembali ke tahapan sebelumnya sehingga
tujuan intervensi tercapai dan terlaksanakan (Sumapradja dkk, 2011).

2.6 Sasaran NCP/PAGS


Sasaran yang diinginkan dari proses NCP yang dikerjakan baik pada
individu maupun sekelompok pasien adalah terjadinya perbaikan-perbaikan
parameter yang tersebut di atas.
Proses asuhan gizi terstandar dilakukan pada pasien yang beresiko
kurang gizi sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan
penyakit tertentu.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PAGT merupakan proses terstandar bagi dietisien dalam memberikan
asuhan gizi pada pasien dengan berbagai penyakit. Dengan proses terstandar
bukan berarti semua pasien dengan penyakit sama akan mendapat asuhan gizi
yang sama karena sudah dijelaskan di atas, setiap pasien yang sama tersebut
mungkin masalah gizinya berbeda sehingga memerlukan intervensi yang
berbeda pula. Proses asuhan gizi terdiri dari 4 langkah yang saling berkaitan dan
berpengaruh yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring
dan evaluasi gizi. Penerapan langkah PAGT yang tepat memperlihatkan satu
harmonisasi dari 4 langkah yang konsisten dan terstandar mengenai pelayanan
asuhan gizi, meskipun pelayanan tersebut dilakukan di tempat yang berbeda.
Oleh karena itu dengan penerapan PAGT saat ini, TGM tidak dapat lagi mewakili
gambaran seluruh pelayanan gizi yang diberikan oleh dietesien, namun menjadi
komponen yang lebih menunjukkan “bagaimana asuhan (TGM) dilakukan”.
Masalah gizi dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi status gizi yaitu biologis, fisiologis, patologis seperti adanya
penyakit yang mengganggu keseimbangan gizi seseorang. Faktor eksternal
misalnya budaya, pengetahuan, lingkungan sosial ekonomi dan geografi
mempengaruhi akses pelayanan kesehatan dan kecukupan pangan. Secara
singkat masalah gizi dalam PAGT diklasifikasikan dalam domain, asupan,
perilaku dan lingkungan dan domain fisik klinis.
Walaupun proses asuhan gizi ini terstandar, namun asuhan gizi tetap
diberikan secara individual karena pada pasien dengan diagnosa medis yang
sama belum tentu mempunyai risiko atau masalah gizi yang sama. Misalnya
pada satu ruangan terdapat 3 pasien dengan diagnosa medis demam berdarah,
namun risiko gangguan gizi pada pasien tersebut bisa berbeda beda misalnya
pasien pertama mengalami gangguan makan melalui oral, pasien kedua
mengalami gangguan absorpsi zat gizi tertentu, pasien ketiga mengalami
masalah asupan kurang karena tidak mau makan makanan rumah sakit. Dengan
kondisi tersebut ketiga pasien memerlukan terapi gizi yang berbeda, dan harus
dilakukan modifikasi diet standar sesuai kebutuhan masing-masing pasien.

11
Asuhan gizi yang berkualitas berarti melakukannya dengan benar, pada waktu
yang tepat, menggunakan cara yang benar bagi individu yang tepat untuk
mencapai hasil sebaik mungkin. Asuhan gizi yang diberikan pada pasien dalam
bentuk rancangan diet, edukasi dan konseling yang tepat sesuai dengan
masalah dan kebutuhan gizi klien dan terdokumentasi merupakan bentuk
pelayanan yang berkualitas dari asuhan gizi. Kualitas diukur dengan tingkat
keberhasilan atau hasil akhir intervensi dan kepatuhan melaksanakan proses
asuhan yang berlaku. Dengan demikian hasil asuhan gizi dapat diprediksi dan
tidak bias bila dietisien menggunakan proses asuhan gizi yang terstandar.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://windarasiobar.wordpress.com/2009/10/10/ncp/
https://www.ncpro.org/nutrition-care-process
https://retnotbs.wordpress.com/nutrition-care-process-versi-idnt-2013/
https://www.frieslandcampinainstitute.com/id/kesehatan/nutrisi-anak/visi-global
dan-intervensi-gizi-untuk-memerangi-malnutrisi/
https://gzpkmkaranganyar.blogspot.com/2016/08/pedoman-pelayanan-gizi-
puskesmas_24.html
https://giziforhealth.blogspot.com/2015/06/proses-asuhan-gizi-terstandar-
pagt.html
http://repository.unimus.ac.id/1832/3/12.%20BAB%20II.pdf
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/PMK%20No.%2078%20ttg%20
PGRS.pdf
https://dhechicetia.blogspot.com/2015/02/proses-asuhan-gizi-terstandar
pagt.html
https://anakgizi.blogspot.com/2012/01/proses-asuhan-gizi-terstandar-
nutrition.html
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/DIETETIK-
PENYAKIT-INFEKSI-FINAL-SC.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai