Anda di halaman 1dari 7

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KEBIASAAN MAKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :

EVA JUNIATI ( PO. 71.31.1.18.015 )

MELLY JUIS RAPINA AYU ( PO.71.31.1.18.022 )

REVIYANTI ANISYAH ( PO.71.31.1.18.030 )

SARIFA NURULLAH ( PO.71.31.1.18.033 )

TIARA DEWI LESTARI ( PO.71.31.015.037 )

KELAS: 1A D3 GIZI

DOSEN MATA KULIAH: Dr.YULI HARTATI,S.Pd, M.Si

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KEBIASAAN MAKAN

A. Pengertian Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia terhadap makanan meliputi

sikap, kepercayaan, pemilihan dalam mengkonsumsi makanan yang diperoleh secara

berulang-ulang. Kebiasaan makan terbentuk dalam dua tahun pertama kehidupan

anak dan berpengaruh terhadap kebiasaan makan pada tahun-tahun berikutnya.

Kebiasaan makan anak sangat tergantung pada kebiasaan makan keluarga di rumah

(Khumaidi, 1989).

Menurut Sanjur (1982), terdapat dua dasar pemikiran mengenai kebiasaan

makan yang terdapat pada diri seseorang yaitu:

1. Kebiasaan makan yang terbentuk pada seseorang sebagai faktor budaya karena

dipelajari

2. Kebiasaan makan yang sengaja dipelajari.

Menurut Husaini (1988) dalam Wahyuningsih (2004), terdapat 3 hal pokok

yang dapat memepengaruhi kebutuhan makan yaitu pengetahuan, sikap, dan praktek.

Beberapa ahli berpendapat bahwa sikap berdasarkan nilai akan bersifat resisten

terhadap perubahan, sebaliknya pengetahuan dan praktek lebih bersifat dinamik

sehingga lebih mudah terjadi modifikasi, karena itu pengetahuan dan praktek lebih

dahulu berubah yang akan membawa perubahan pada sikap seseorang terhadap

makanan.

Dalam hubungannya dengan perubahan kebiasaan makan, pendidikan gizi


sangat diperlukan, karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif

terhadap gizi. Menurut Mead dalam Ritchie (1973), kebiasaan makan seseorang atau

sekelompok masyarakat itu tidak dapat diubah, melainkan bisa berubah. Perubahan

kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:

1. Perubahan lingkungan,

2. Penerimaan/penolakan individu terhadap makanan

3. Perubahan makanan itu sendiri.

Pengukuran Kebiasaan Makan Menurut Siagian (2010), ada enam metode

yang lazim digunakan untuk menilai konsumsi pangan individu, yaitu:

1. metode ingatan 24 jam.

2. metode pengulangan ingatan 24 jam.

3. metode pencatatan makanan.

4. metode penimbangan makanan.

5. metode riwayat makanan.

6. metode frekuensi konsumsi pangan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Menurut Khumaidi (1989), sikap orang terhadap makan dapat bersifat

positif atau negatif. Sifat positif dan negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-

nilai yang bisa langsung dirasakan karena kesukaan seseorang akan sesuatu hal yang

berasal dari faktor eksternal dan internal.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu :

1. Lingkungan Alam
Pola makanan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya diwarnai

oleh jenis-jenis bahan makanan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya

pada masyarakat nelayan di daerah-daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-

hari yang dipilih karena dapat dihasilkan sendiri. Pola pangan pokok menggambarkan

salah satu ciri dari pola makan.

2. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan-

perbedaan pola makan. Tiap-tiap bangsa dan suku bangsa mempunyai pola makan

yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut turun temurun.

3. Lingkungan Budaya dan Agama

Lingkungan budaya yang berkaitan dengan pola makan biasanya meliputi

nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Pada masyarakat Jawa

ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh

seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan-

pantangan dalam hal makanannya.

4. Lingkungan Ekonomi

Distribusi pangan banyak ditentukan oleh kelompok-kelompok masyarakat

menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai pola

makan yang cenderung beras, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka

kecukupannya. Sebaliknya, golongan masyarakat ekonomi paling lemah mempunyai

pola makan yang memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun

mutunya.

Adapun yang termasuk faktor-faktor internal yaitu :


1. Asosiasi Emosional

Kenangan manis dalam bentuk cara pemberian makanan oleh ibu akan

mendasari pola makan anak dalam kehidupan anak selanjutnya. Seumur hidup anak

akan benci kepada telur, apabila pada waktu kecilnya dipaksa orang tuanya untuk

makan telur rebus setiap hari meskipun sudah bosan.

2. Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit

Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi pola makan. Bosan,lelah,

kecewa, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi

pola makan. Pengaruhnya dapat berupa berkurangnya nafsu makan sebagai tempat

pelarian.

3. Penilaian yang Lebih terhadap Mutu Makanan

Pola pangan yang sudah berurat-berakar diikuti, mempunyai ikatan kuat

dengan tradisi kehidupan masyarakat meskipun kadang-kadang dituntut usaha yang

lebih berat untuk memenuhinya atau tambahan pengeluaran. Dari segi gizi, pola

makan ada yang baik yaitu yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tak

kurang pula yang jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya kecukupan gizi. Pola

makan yang jelek antara lain ialah adanya tabu (pantangan) yang justru berlawanan

dengan konsep-konsep gizi seperti anak-anak dilarang makan daging / ikan dengan

alasan menyebabkan cacingan.

Sedangkan menurut Koentjasaningrat 1984 menyatakan bahwa kebiasaan

makan individu keluarga dan masyarakat dipengaruhi oleh :


1. Faktor perilaku termasuk disini adalah cara berpikir berperasan, pandangan

tentang makanan, kemudian dinyatakan dalam bentuk tidakan dan memiliki

makanan. Kejadian ini berulang kali dilakukan menjadi kebiasaan makanan.

2. Faktor lingkungan sosial, segi kependudukan dengan susunan tingkat dan

sifat lainnya.

3. Lingkungan ekonomi, kondisi tanah, iklim, lingkungan biologi, sistem usaha

tani, sistem pasar dan sebagainya.

4. Faktor kesediaan bahan pangan, dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang

bersifat hasil karya manusia seperti sistem pertanian ( perdagangan ), sarana

dan prasarana kehidupan ( jalan raya dan lain-lain).

Kebiasaan makan seseorang ditentukan oleh apa yang dimakannya, demikian tingkat

potensi yang dicapai sepenuhnya dipengaruhi oleh nutrisi yang dimakan. Setiap

kebiasaan makan dan kesadaran gizi berpengaruh besar terhadap pola konsumsi

makan dan selanjutnya menentukan status gizi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

https://karyatulisilmiah.com/kebiasaan-makan/
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26524/1/Suzan
%20Kurniawaty-FKIK.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65862/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai