Anda di halaman 1dari 7

Nama : Risma Febriani

Prodi : DIII Gizi Tk 1


NIM : P07131118157
MATERI 10
Pola Hidangan Makanan Sebagai Produk Budaya

A. Pengertian Pola Makan

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis


dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk
Farida Baliwati. dkk, 2004). Pola makan pada dasarnya merupakan konsep budaya bertalian
dengan makanan yang banyak dipengaruhi oleh unsur social budaya yang berlaku dalam
kelompok masyarakat itu, seperti nilai sosial, norma sosial dan norma budaya bertalian dengan
makanan, makanan apa yang dianggap baik dan tidak baik (Sediaoetama, 1999). Faktor sosial
budaya yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan dalam masyarakat, rumah tangga dan
individu menurut Koentjaraningrat meliputi apa yang dipikirkan, diketahuidan dirasakan menjadi
persepsi orang tentang makanan dan apa yang dilakukan, dipraktekkan orang tentang makanan.
Kebiasaan makan juga dipengaruhi oleh lingkungan (ekologi, kependudukan, ekonomi) dan
ketersediaan bahan makanan.

Menurut Santosa dan Ranti (2004) pola makan merupakan berbagai informasi yang
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh
suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Dari dua pakar
tersebut dapat dikatakan polamakan adalah cara atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi
pangansetiap hari, yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanyang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Metode pengukuran pola
makan untuk individu, antara lain :

1. Metode Food recall 24 jam


Prinsip dari metoderecall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.Hal penting yang perlu
diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam datayang diperoleh cenderung bersifat
kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi
makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas,
piring dan lain-lain).

2. Metode estimated food records

Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makandan
minum setiap kali sebelum makan dalam URT (Ukuran RumahTangga) atau menimbang
dalam ukuran berat (gram) dalam periodetertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara
persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

3. Metode penimbangan makanan (food weighing )

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbangdan


mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.Penimbangan
makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantungdari tujuan, dana penelitian
dan tenaga yang tersedia. Perlu diperhatikan, bila terdapat sisa makanan setelah makan
maka perlu juga ditimbang sisatersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan
yangdikonsumsi.

4. Metode dietary history

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi


berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1 minggu, 1 bulan, 1
tahun). Burke (1974) menyatakan bahwa metode ini terdiri daritiga komponen yaitu :

a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam),yang mengumpulkan


data tentang apa saja yang dimakanresponden selama 24 jam terakhir.
b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan darisejumlah bahan makanan
dengan memberikan daftar (check list )yang sudah disiapkan, untuk mengecek
kebenaran dari recall 24 jam tadi.
c. Komponen ketida adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 harisebagai cek ulang. Hal
yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-
musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti awal bulan, hari raya dan sebagainya.

5. Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang


frekuensikonsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentuseperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi makanan
memuattentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada
periodetertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah
yangdikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.

B. Pembentukan Pola Makan

Kebiasaan pola makan dipengaruhi oleh variable lingkungan dimana masyarakat


itu hidup :

1. Zona lingkungan terbagi atas:


a. Wilayah pedesaan (dengan ciri pegunungan dan persawahan).
b. Wilayah pesisir dan pantai.- wilayah urban/perbatasan kota desa.
c. Wilayah perkotaan.
2. Lingkungan cultural:
a. Sosial : kondisi pertanian/perternakan, sistem produksi pangan, pemasaran dan
distribusi pangan, daya beli, pola menu.
b. Fisik : wilayah pemukiman, peralatan produksi pangan.
3. Populasi penduduk
a. Komposisi : kelahiran, kematian, migrasi, pertumbuhan, usia, jeniskelamin.

Frekuensi makan yang dialami oleh masing-masing orang dapat berbeda-beda tiap
waktunya. Pada suatu saat, mungkin sempat melihat ada seorang istri dalam mobilnya duduk di
samping kiri suaminya yang sedang memegang setir mobil menyuapi suami untuk makan pagi.
Dalam suatu waktu tertentu, mungkin sempat melihat anak kecil yang mau berangkat sekolah
disuapi makan dalam kendaraan sepanjang jalan menuju lokasi sekolah.
Tingginya jam kerja atau padatnya aktivitas menyebabkan orang harus mengubah jam
makan. Hal yang menarik, budaya pada suatu daerah tertentu dapat pula muncul diversifikasi
makanan sesuai dengan waktunya. Di kalangan masyarakat muncul pemahaman ada yang biasa
dikonsumsi pada pagi, siang, danmalam hari. Ketika makan pun, ditemukan ada makanan
pembuka, pokok, dan penutup. Berawal dari budaya kelompok tertentu, pada saat ini sudah
mulaimuncul etika makan yang dijadikan alat kontrol untuk mengukur budayaseseorang dalam
makan. Contohnya, ketika makan tidak boleh berbicara, jangan duduk membungkuk atau
bersandar malas.

Adanya kebiasaan atau pola makan yang berkembang pada setiap daerahdan dalam diri
masing-masing tiap individu, maka terdapat faktor-faktor yangmempengaruhi terbentuknya pola
makan tersebut, yakni sebagai berikut:

1. Faktor ekonomi

Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi kosumsi pangan


adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya akan pendapatan akan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitasyang lebih
baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan
baik secara kulaitas maupun kuantitas.

2. Faktor sosio budaya

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk


mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikosumsi.
Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar
biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.

3. Agama

Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram danindividu yang
melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangatmempengaruhi pemilihan
bahan makanan yang akan dikosumsi.

4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, yaitukesan
didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan inderanya yang berbedadengan
kepercayaan tahayul serta penerangan-penerangan yang keliru. Hal iniakan berpengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhangizi. Rendahnya
pengetahuan gizi dapat menyebabkan timbulnya masalah gizidengan berbagai
manifestasinya dalam masyarakat.

5. Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan


perilakumakan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga,
sekolah,serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan
makandalam keluarga.

6. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup telah membuktikan dapat mempengaruhi pola makandan


kesehatan. Gaya hidup modern yang dicirikan dengan gaya serba cepat, serbainstan,
efisien dan sangat ketat dalam mengatur waktu ikut mempengaruhi polamakan dan jenis
makanan yang dikonsumsi.

7. Ketersediaan

PanganPenyediaan pangan merupakan kegiatan pertama menuju kearah konsumsi


pangan. Tidak mungkin kita mengkonsumsi makanan yang tidak terseedia.

8. Jumlah Anggota Keluarga

Dalam masyarakat terdapat variasi jumlah anggota keluarga. Dengan perbedaan


jumlah anggota keluarga tetapi dengan jumlah makanan yang samaakan sangat
mempengaruhi pola konsumsi seseorang.

C. Pola Makan sebagai Produk Budaya

Budaya merupakan hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauhditerima dan
dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya (Veeger,1992). Berbicara tentang konsep
makanan, maka makanan dapat berasal dari laut,tanaman yang tumbuh di pertanian, yang dijual
di pasar tradisional maupun supermarket. Makanan tidaklah semata-mata sebagai produk organik
hidup dengan kualitas biokimia, tetapi makanan dapat dilihat sebagai gejala budaya.

Gejala budaya terhadap makanan dibentuk karena berbagai pandangan hidup


masyarakatnya. Suatu kelompok masyarakat melalui pemuka atau pun mitos-mitos (yang beredar
di masyarakat) akan mengijinkan warganya memakan makanan yang boleh disantap dan
makanan yang tidak boleh disantap. “Ijin” tersebut menjadi semacam pengesahan atau legitimasi
yang muncul dalam berbagai peraturan yang sifatnya normatif. Masyarakat akan patuh terhadap
hal itu.

Munculnya pandangan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh disantap
menimbulkan kategori “bukan makanan” bagi makanan yang tidak boleh disantap. Hal itu juga
memunculkan pandangan yang membedakan antara nutrimen (nutriment) dengan makanan
(food). Nutrimen adalah konsep biokimia yaitu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga
kesehatan organisme yang memakannya. Sedang makanan (food) adalah konsep budaya, suatu
pernyataan yang berada pada masyarakat tentang makanan yang dianggap boleh dimakan dan
yang dianggap tidak boleh dimakan dan itu bukan sebagai makanan (Foster & Anderson, 1986).

Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku dan tata kehidupan sosial yang
berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial
masyarakat yang turut mempengaruhi menu makanan maupun pola makan. Banyak sekali
penemuan para ahli sosialogi dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan
terhadap proses terjadinya kebiasaan makan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak
jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara
baik oleh kita yang mengkonsumsinya.

Kecendrungan yang muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat tergantung dari
potensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan. Sebagai contoh : bahwa orang Jawa
makanan pokoknya akan berbeda dengan orang Timor atau pendek kata bahwa setiap suku-etnis
yang ada pasti mempunyai makanan pokoknya tersediri. Keragaman dan keunikan budaya yang
dimiliki oleh suatu entitas masyarakat tertentu merupakan wujud dari gagasan,rasa, tindakan dan
karya sangat menjiwai aktivitas keseharian baik itu dalam tatanan sosial,teknis maupun ekonomi
telah turut membentuk karakter fisik makanan (menu,pola dan bahandasar).

Pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada sistim
sosialkemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan/makanan harus
berada di dalam kendali kebudayaan itu sendiri.Beberapa pengaruh budaya terhadap
pangan/makanan adalah :

1. Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas – etnis masyarakatdalam
mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonandalam
proses pembuatan; contoh : orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele,
orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orangAmbon
jenis menu makanan berasal dari sagu.
2. Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku-etnis Contoh :
orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan lebihkepada beras.
3. Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan dari setiapsuku-
etnis; Contoh : makanan orang Padang cita - rasanya pedis, orang Jawa makananyamanis
dan orang Timor makanannya selalu yang asin.
4. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas berbedauntuk
setiap daerah; Contoh : Soto Makasar berasal dari daerah Makasar- Sulawesi Selatan,
Jagung ”Bose” dari daerah Timor -Nusa Tenggara Timur.

Anda mungkin juga menyukai