Menurut Santosa dan Ranti (2004) pola makan merupakan berbagai informasi yang
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh
suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Dari dua pakar
tersebut dapat dikatakan polamakan adalah cara atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi
pangansetiap hari, yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanyang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Metode pengukuran pola
makan untuk individu, antara lain :
Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makandan
minum setiap kali sebelum makan dalam URT (Ukuran RumahTangga) atau menimbang
dalam ukuran berat (gram) dalam periodetertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara
persiapan dan pengolahan makanan tersebut.
Frekuensi makan yang dialami oleh masing-masing orang dapat berbeda-beda tiap
waktunya. Pada suatu saat, mungkin sempat melihat ada seorang istri dalam mobilnya duduk di
samping kiri suaminya yang sedang memegang setir mobil menyuapi suami untuk makan pagi.
Dalam suatu waktu tertentu, mungkin sempat melihat anak kecil yang mau berangkat sekolah
disuapi makan dalam kendaraan sepanjang jalan menuju lokasi sekolah.
Tingginya jam kerja atau padatnya aktivitas menyebabkan orang harus mengubah jam
makan. Hal yang menarik, budaya pada suatu daerah tertentu dapat pula muncul diversifikasi
makanan sesuai dengan waktunya. Di kalangan masyarakat muncul pemahaman ada yang biasa
dikonsumsi pada pagi, siang, danmalam hari. Ketika makan pun, ditemukan ada makanan
pembuka, pokok, dan penutup. Berawal dari budaya kelompok tertentu, pada saat ini sudah
mulaimuncul etika makan yang dijadikan alat kontrol untuk mengukur budayaseseorang dalam
makan. Contohnya, ketika makan tidak boleh berbicara, jangan duduk membungkuk atau
bersandar malas.
Adanya kebiasaan atau pola makan yang berkembang pada setiap daerahdan dalam diri
masing-masing tiap individu, maka terdapat faktor-faktor yangmempengaruhi terbentuknya pola
makan tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Faktor ekonomi
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram danindividu yang
melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangatmempengaruhi pemilihan
bahan makanan yang akan dikosumsi.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, yaitukesan
didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan inderanya yang berbedadengan
kepercayaan tahayul serta penerangan-penerangan yang keliru. Hal iniakan berpengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhangizi. Rendahnya
pengetahuan gizi dapat menyebabkan timbulnya masalah gizidengan berbagai
manifestasinya dalam masyarakat.
5. Lingkungan
6. Gaya Hidup
7. Ketersediaan
Budaya merupakan hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauhditerima dan
dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya (Veeger,1992). Berbicara tentang konsep
makanan, maka makanan dapat berasal dari laut,tanaman yang tumbuh di pertanian, yang dijual
di pasar tradisional maupun supermarket. Makanan tidaklah semata-mata sebagai produk organik
hidup dengan kualitas biokimia, tetapi makanan dapat dilihat sebagai gejala budaya.
Munculnya pandangan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh disantap
menimbulkan kategori “bukan makanan” bagi makanan yang tidak boleh disantap. Hal itu juga
memunculkan pandangan yang membedakan antara nutrimen (nutriment) dengan makanan
(food). Nutrimen adalah konsep biokimia yaitu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga
kesehatan organisme yang memakannya. Sedang makanan (food) adalah konsep budaya, suatu
pernyataan yang berada pada masyarakat tentang makanan yang dianggap boleh dimakan dan
yang dianggap tidak boleh dimakan dan itu bukan sebagai makanan (Foster & Anderson, 1986).
Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku dan tata kehidupan sosial yang
berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial
masyarakat yang turut mempengaruhi menu makanan maupun pola makan. Banyak sekali
penemuan para ahli sosialogi dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan
terhadap proses terjadinya kebiasaan makan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak
jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara
baik oleh kita yang mengkonsumsinya.
Kecendrungan yang muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat tergantung dari
potensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan. Sebagai contoh : bahwa orang Jawa
makanan pokoknya akan berbeda dengan orang Timor atau pendek kata bahwa setiap suku-etnis
yang ada pasti mempunyai makanan pokoknya tersediri. Keragaman dan keunikan budaya yang
dimiliki oleh suatu entitas masyarakat tertentu merupakan wujud dari gagasan,rasa, tindakan dan
karya sangat menjiwai aktivitas keseharian baik itu dalam tatanan sosial,teknis maupun ekonomi
telah turut membentuk karakter fisik makanan (menu,pola dan bahandasar).
Pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada sistim
sosialkemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan/makanan harus
berada di dalam kendali kebudayaan itu sendiri.Beberapa pengaruh budaya terhadap
pangan/makanan adalah :
1. Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas – etnis masyarakatdalam
mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonandalam
proses pembuatan; contoh : orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele,
orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orangAmbon
jenis menu makanan berasal dari sagu.
2. Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku-etnis Contoh :
orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan lebihkepada beras.
3. Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan dari setiapsuku-
etnis; Contoh : makanan orang Padang cita - rasanya pedis, orang Jawa makananyamanis
dan orang Timor makanannya selalu yang asin.
4. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas berbedauntuk
setiap daerah; Contoh : Soto Makasar berasal dari daerah Makasar- Sulawesi Selatan,
Jagung ”Bose” dari daerah Timor -Nusa Tenggara Timur.